Anda di halaman 1dari 23

EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KONTRASEPSI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Pelayanan Kontrasepsi
Dosen Pengampu : Dwi Purwanti, S.Kp., SST, Bid., M.Kes

Disusun oleh :
Nurul Avifah Rahman (012024653004)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN REPRODUKSI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah “Evidence Based Dalam Pelayanan Kontrasepsi”. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dwi Purwanti, S.Kp., SST, Bid., M.Kes selaku dosen pembimbing.


2. Teman-teman Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Reproduksi

Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.

Surabaya, 20 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Daftar Gambar ................................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evidence Based ........................................................................................ 3

1. Definisi ................................................................................................ 3

2. Tingkat Evidence Based ...................................................................... 3

3. Manfaat ............................................................................................... 4

B. Evidence Based Dalam Pelayanan Kontrasepsi ........................................ 5

1. Evidence Based Keputusan Akseptor Terhadap Pilihan Kontrasepsi .. 5

2. Unmet Need Kontrasepsi..................................................................... 8

C. Perkembangan KB di Indonesia ................................................................ 10

1. Sejarah KB di Indoensia ...................................................................... 10

2. Macam – macam alat kontrasepsi ....................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 18

B. Saran ........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Evidence Pyramid ................................................................ 5

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu penandatangan komitmen pembangunan global

(Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) dan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) dan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Tujuan

Pembangunan Global ini juga meliputi indikator-indikator program KB seperti tingkat

pemakaian kontrasepsi (CPR), tingkat fertilitas remaja, dan kebutuhan keluarga

berencana yang belum terpenuhi. Tahun 2015 merupakan akhir pelaksaan MDGs dimana

evaluasi Indonesia menunjukkan pencapaian target MDG 5 yang belum memuaskan.

Target untuk menurunkan angka kematian ibu, memenuhi seluruh kebutuhan berKB dan

meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi menunjukkan kemajuan yang lambat dan

cenderung tersendat dalam satu dekade terakhir

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah kehamilan (Mulyani, 2013). Istilah

kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau

“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Banyak perempuan mengalami kesulitan di

dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi hal ini tidak hanya karena terbatasnya

metode yang tersedia, tetapi juga oleh karena ketidaktahuan mereka tentang persyaratan

dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan,

status kesehatan, efek samping potensial konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang

diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma

budaya lingkungan dan orangtua (Handayani, 2010).

Peran Bidan dalam pelayanan kontrasepsi cukup potensial. Bidan harus

mempunyai kompetensi dalam memberikan pelayanan secara komprehensif, efektif,

1
efisien dan berdasarkan evidence based. Untuk itu perlu untuk diketahui mengenai

hakikat evidence based itu sendiri maupun penerapannya dalam pelayanan kontrasepsi

sebagai upaya dalam peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Evidence Based ?

2. Bagaimana Evidence Based dalam Pelayanan Kontrasepsi ?

3. Bagaimana sejarah KB dan jenis – jenis alat kontrasepsi di Indonesia ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi Evidence Based

2. Mengetahui penerapan Evidence Based dalam Pelayanan Kontrasepsi

3. Mengetahui sejarah KB dan jenis – jenis alat kontrasepsi di Indonesia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evidence Based

1. Definisi

Dalam beberapa tahun terakhir tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering

mendengar istilah Evidence based. Secara Etimologis, Evidence based adalah

pemenggalan kosa kata yang berasal dan bahasa Inggris yaitu Evidence: Bukti, fakta,

Based: Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi

berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti.

Bukti disini adalah hasil penelitian ilmiah yang terus berkembang sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (Jayanti, Ira. 2019).

Pendekatan untuk melakukan penatalaksanaan kepada pasien dimana info-

infodari status pasien dan keinginan pasien diintegrasikan dengan pengalaman klinis

dan dengan bukti – bukti keilmuan terbaik yang didapat dari berbagai penelitian

terutama Randomized Controlled Trials (RCTs) (Yulizawati, 2020).

Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat

digantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada

sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera

ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna.

Hal ini terjadi karena Ilmu Kedokteran dan Kebidanan berkembang sangat pesat.

2. Tingkat Evidence Based

Tidak semua Evidence Based dapat langsung diaplikasikan oleh semua

profesional kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah

terlebih dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi setempat

seperti budaya, kebijakan dan lain sebagainya.

3
Bukti ini juga mempunyai tingkat kepercayaan untuk dijadikan sebagai evidence

based berdasarkan jenis penelitian.

• Systematic review : sebuah proses yang menggunakan standar metodologi untuk

memilih dan mengkaji ulang berbagai literature dengan teman sejawat/group

reviewer literature dengan mengacu pada sebuah topik untuk mensistesis

literature tersebut dan merupakan tingkatan tertinggi dari piramida evidence.

• Meta analysis : Fokus terletak pada analisis statistic. Menggabungkan berbagai

hasil penelitian untuk melihat kekuatan penelitian tersebut dari jumlah subjek

penelitian atau karakteristik lain. Teknis statistic untuk menyimpulkan dan

mengkaji ulang penelitian kuantitatif sebelumnya.

• Reandomized controlled trials : Uji coba terkontrol acak. Subjek dialokasikan

menjadi kelompok intervensi dan kelompok control. Keluaran diukur dan

dibandingkan setelah partisipan diberikan intervensi. Kualitas tergantung kepada

satu dari berbagai alat telaah.

• Kohort : melihat keterpajanan terhadap factor risiko untuk mengetahui apa

penyakit yang dapat muncul. Untuk melacak sejumlah orang dalam periode

tertentu. Dapat terjadi retrospektif maupun prospektif.

• Case control : penelitian berdasarkan pada keterpajanan terhadap penyakit.

Melacak orang yang terpajan sebuah penyakit (kasus) dan membandingkan

dengan pasien yang sama yang tanpa penyakit (kontrol)

• Case series

• Case reports

• Ideas, editorials, opinions : berdasarkan 1 atau lebih ahli

• Animal research

• In vitro (test tube) research

4
Gambar 2. 1 The Evidence Pyramid

3. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari Evidence Based antara lain:

a. Memberikan keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan

berdasarkan bukti ilmiah

b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)

c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan

asuhan yang bermutu

d. Memenuhi kepuasan klien dalam pelayanan

e. Mengharapkan asuhan yang benar, sesual dengan bukti dan teori

serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi teknologi

f. Dapat mencegah tindakan yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat bahkan

merugikan bagi klien

B. Evidence Based dalam Pelayanan Kontrasepsi

1. Evidence based keputusan akseptor terhadap pilihan kontrasepsi

Memilih metode atau alat kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah karena

efek yang berdampak terhadap tubuh tidak akan diketahui selama belum

menggunakannya. Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi yang selalu cocok

bagi semua orang karena situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu selalu berbeda,

5
sehingga perlunya pengetahuan yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan

kelebihan dari masing-masing metode atau alat kontrasepsi yang kemudian

disesuaikan dengan kondisi tubuh pengguna. Bagi setiap pasangan harus

mempertimbangkan penggunaan metode atau alat kontrasepsi secara rasional, efisien

dan efektif. Penggunaan metode atau alat kontrasepsi secara rasional berarti

penggunaan metode atau alat kontrasepsi hendaknya dilakukan secara sukarela tanpa

adanya unsur paksaan, yang didasarkan pada pertimbangan secara rasional dari sudut

tujuan atau teknis penggunaan, kondisi kesehatan medis, dan kondisi sosial ekonomis

dari setiap pasangan.

a. Konseling

Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak

membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri

dan kemudian bertindak sesuai keputusannya (Sujiyatini, 2009). Konseling

merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude

change) pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif

adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara

pemberi dan penerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan

umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

Konseling merupakan unsur yang penting dalam pelayanan keluarga

berencana karena melalui konseling klien dapat memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya serta meningkatkan

keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan

semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang

diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik

konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan

secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan

6
budaya yang ada. Konseling juga dapat melibatkan pasangan penerima

kontrasepsi, karena dukungan pasangan berhubungan secara signifikan dengan

pemilihan metode kontrasepsi.

b. Informed Choice

Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan

tentang alternatif kontrasepsi yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus

dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan penting dari sudut pandang

bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk

semua prosedur yang dilakukan oleh bidan, sedangkan pilihan (choice) lebih

penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa

asuhan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih

kontrasepsi yang akan digunakannya. Peran bidan tidak hanya memberikan

pelayanan kontrasepsi dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin

bahwa hak wanita untuk memilih kontrasepsi dan keinginannya terpenuhi. Hal ini

sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,

bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan

mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.

c. Informed Consent

Pengertian informed consent berasal dari kata “informed” yang berarti telah

mendapat penjelasan, dan kata “consent” yang berarti telah memberikan

persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud informed consent ini adanya

persetujuan yang timbul dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap

suatu tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya sehubungan dengan

keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.

Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur

klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien,harus

7
ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien

tidak dapat melakukan hal tersebut, persetujuan diminta apabila prosedur klinik

mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga

sebelumnya).

2. Unmet need kontrasepsi

a. Definisi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN pada

tahun 2017, Unmet Need dimaknai sebagai wanita usia subur atau yang disebut

juga sebagai WUS dengan rentang usia 15-49 tahun yang tidak memakai alat

kontrasepsi dengan alasan ingin menunda kehamilan atau tidak ingin memiliki anak

lagi.

BKKBN berusaha untuk menurunkan angka unmet need ini karena

merupakan salah satu faktor penyebab 75 persen kematian ibu di Indonesia dan

juga di dunia. Kematian ibu di Indonesia diperkirakan meningkat menjadi

359/100.000 kelahiran hidup dan bila unmet need tidak segera ditangani, maka

angka ini akan makin tinggi. Wanita usia reproduksi yang tidak menggunakan KB

berpeluang besar untuk hamil dan mengalami komplikasi dalam masa kehamilan,

persalinan dan nifas. Hal ini dapat disebabkan unsafe abortion karena unwanted

pregnancy, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak maupun komplikasi

penyakit selama kehamilan, penyulit saat persalinan dan komplikasi masa nifas.

b. Faktor penyebab unmet need kontrasepsi

Faktor yang berpengaruh terhadap unmet need di Indonesia disebabkan oleh

faktor demografi dan sosial ekonomi. Beberapa penelitian telah mengungkap faktor

penyebab unmet need diantaranya kurangnya pengetahuan tentang KB,

kurangnya dukungan suami dan budaya yang masih dipegang teguh oleh

pasangan usia subur.

8
Selain karena sosial demografi dan ekonomi juga karena akses layanan,

kualitas suplai dan pelayanan KB, kurangnya informasi, pertentangan di keluarga

dan masyarakat, kurangnya informasi, hambatan dari suami, keluarga dan

komunitas serta rendahnya persepsi terhadap resiko kehamilan.

c. Strategi mengatasi unmet need kontrasepsi berbasis bukti

Upaya untuk menurunkan unmet need dan angka drop out melalui upaya

meningkatkan penggerakan di lini lapangan dengan memberdayakan Institusi

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan terutama petugas PLKB (Petugas Lapangan

Keluarga Berencana), kader KB dan tetap bermitra dengan berbagai pihak,

menyiapkan bahan-bahan KIE yang bersifat edukatif bagi keluarga dalam

merencanakan keluarganya sehingga setiap pelayanan harus disertai dengan KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) interpersonal dan konseling untuk merubah

sikap dan prilaku masyarakat sehingga apa yang menjadi pilihan masyarakat dalam

ber-KB benar-benar sesuai. Hal ini sesuai dengan program yang dikembangkan

oleh BKKBN sejak tahun 2016 yaitu pembentukan kampong KB.

Salah satu cara yang dianggap efektif untuk mensukseskan program KB

adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk

mengubah sikap, pendapat/perilaku baik secara langsung/tidak langsung ke arah

yang lebih baik dengan mengikuti saran, gagasan/inovasi yang diajarkan, yang

dilakukan selaras dengan faktor pendukung lain yaitu metode, media, materi, waktu

dan tempat dilaksanakan pendidikan kesehatan. Perbaikan pelayanan dengan

penyediaan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan pilihan berbagai

metode KB, serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang

membutuhkan merupakan komponen paling penting sebagai penunjang dalam

menurunkan angka kematian ibu. Pada tahun 2020, pemerintah mencanangkan

strategi pelaksanaan program KB berbasis hak yang mengedepankan prinsip hak

9
asasi manusia untuk mendapatkan informasi layanan kontrasepsi, ketersediaan

dan pelayanan program KB sesuai dengan nilai pasien dan standar etika yang

didasarkan pada pengembangan program berbasis bukti

C. Perkembangan KB di Indonesia

1. Sejarah KB di Indonesia

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) berdiri sejak 23 Desember

1957 merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempelopori gerakan

Keluarga Berencana di Indonesia. Lahirnya PKBI dilatarbelakangi oleh keprihatinan

para pendiri PKBI, yang terdiri dari sekelompok tokoh masyarakat dan ahli kesehatan

seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanafi Wiknjosastro, Dr.

Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto dan Dr. Hurustiati Subandrio terhadap berbagai

masalah kependudukan dan tingginya angka kematian ibu di Indonesia.

Pada era 1950-an gagasan tentang Keluarga Berencana (KB) menghadapi

tantangan berat. Sebagian besar masyarkat dan akademisi cenderung melihat kelurga

berencana sebagai upaya pembatasan kehamilan semata, yang pada masa itu dinilai

sebagai suatu hal yang dianggap sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang

baru saja dinikmati oleh bangsa Indonesia. Di sisi lain, pada periode tersebut

pemerintah belum menyadari manfaat keluarga berencana bagi peningkatan kualitas

bangsa.

Pada tahun 1969 PKBI mencatat sejarah baru sebagai anggota penuh

International Planned Parenthood Federation (IPPF), sebuah lembaga federasi

internasional beranggotakan 184 negara yang memperjuangkan pemenuhan hak dan

kesehatan seksual dan reproduksi bagi masyarakat di seluruh dunia.

Perjuangan PKBI dalam mewujudkan keluarga sejahtera melalui program KB

mulai di respon oleh pemerintah. Pada bulan Oktober 1969, Pemerintah Indonesiaa

mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Awal berdirinya, LKBN

10
bertugas memberi pelayanan KB di Jawa dan Bali. PKBI tetap menjalankan peran

utamanya yaitu menyelenggarakan pelatihan, riset, sosialisasi dan pelayanan KB di

beberapa wilayah lainnya. Pada tahun 1970, Pemerintah merubah LKBN menjadi

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, sekarang Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Sejak masa itu, KB dipandang

sebagai bagian integral dari pembangunan Indonesia.

2. Macam – macam alat kontrasepsi

a. Non Hormonal

1) Metode Amenore Laktasi (MAL)

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan

ataupun minuman apapun lainnya

2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metode KBA terdapat beberapa jenis, diantaranya Metode Lendir Serviks atau

lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings (MOB), Sistem Kalender,

Metode Suhu Basal dan Metode Simtomtermal. Di Indonesia dengan surat

edaran dari BKKBN Pusat kepada BKKBN Provinsi dengan SK 6668/K.S.

002/E1/90, tanggal 28 Desember 1990, Metode Ovulasi Billings (MOB) sudah

diterima sebagai salah satu metode KB (Mandiri).

3) Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana

pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai

ejakulasi.

11
4) Metode Barier

a) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami

(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Tipe

kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom

beraroma dan kondom tidak beraroma.

Pada abad 17, kondom dibuat dari usus hewan, selaput ikan atau

bahan linen yang licin. Namun kondom usus hewan ini dirasa mengurangi

kenikmatan seksual dan tidak selalu efektif mencegah penularan penyakit

karena dipakai berkali-kali. Kondom karet mulai diciptakan tahun 1870.

Harganya sangat mahal dan permukaannya tebal. Para penggunanya

disarankan untuk mencucinya sebelum dan setelah hubungan seksual

sehingga boleh dipakai sampai karetnya bocor atau pecah. Barulah pada

tahun 1930 diperkenalkan kondom lateks yang lebih tipis dan hanya sekali

pakai. Kondom sendiri mulai masuk ke Indonesia melalui program KB yang

dibawa BKKBN, yaitu mulai tahun 1970.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan

menutup serviks. Jenis diafragma antara lain Flat spring (flat metal band),

Coil spring (coiled wire) dan Arching spring (kombinasi metal spring).

c) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk

menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol

(busa), tablet vagina, suppositoria, dissolvable film dank rim.

12
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran

yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari

bahan plastic polietilena, ada yang dililit oleh lembaga dan ada yang tidak.

Jenis AKDR antara lain AKDR CuT-380A, Silverline CU 380 Ag, TCU 380 A

Post PArtus, Sleek CU 375, Silverline CU 200 Ag dan NOVA T (Schering).

6) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi (Metode Operasi Wanita / MOW)

Tubektomi adalah metode kontraseApsi mantap yang bersifat sukarela

bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba

falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum. Jenis tubektomi antara lain

Minilaparotomi dan Laparaskopi.

b) Vasektomi (Metode Operasi Pria / MOP)

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur

transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi. Jenis

vasektomi antara lain Insisi dan Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).

b. Hormonal

1) Pil

a) Pil Progestin (Minipil)

Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin yaitu bahan

tiruan dari progesterone. Jenis minipil antara lain kemasan dengan isi 35

pil (300 µg levonogestrel atau 350 µg noretindron) dan kemasan dengan

isi 28 pil (75 µg desogestrel).

13
b) Pil Kombinasi

Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormo

estrogen dan progesterone. Jenis pil kombinasi antara lain :

• Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan

7 tablet tanpa hormon aktif

• Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progesin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

• Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

2) Implan

Adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang

dibungkus dalam kapsul silastik silicon polidimetri. Jenis implant antara lain

• Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4

cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan

lama kerjanya 5 tahun.

Pada tahun 1983 KB Implan jenis Norplant ini sangat popular di Indonesia.

Namun, karena implant dipasang di bawah kulit maka jika terdiri dari 6

batang sering muncul kesulitan untuk pengambilannya setelah masa pakai

habis. Untuk itu saat ini implant 6 batang sudah tidak digunakan lagi.

• Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira

40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dnegan 68 mg 3-keto-desogestrel

dan lama kerjanya 3 tahun.

14
Implanon pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1998 dan

disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat pada tahun 2006. Mulai

Januari 2012, Implanon tidak lagi dipasarkan dan Nexplanon adalah satu-

satunya implan batang tunggal yang tersedia. Nexplanon dikembangkan

untuk menghilangkan masalah non-insersi dan lokalisasi Implanon dengan

mengubah perangkat inserter dan membuat batang radiopak. Nexplanon

dikenalkan di Indonesia pada tahun 2000, namun ketika itu harganya

tergolong lebih mahal.

• Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Indoplant sudah dipasarkan di

Indonesia pada tahun 2005 dan mendapatkan respon baik di Indonesia.

3) Suntikan

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang berupa cairan hormon yang

disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodic (BKKBN 2014). Kontrasepsi

suntik terdapat beberapa macam :

a) Suntik Progestin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin

yaitu :

• Depo Medroxyprogesterone Asetat ( Depo Provera ), mengandung 150

mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan sekali dengan cara disuntik

IM (didaerah bokong).

• Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200

mg diberikan setiap 2 bulan sekali dengan cara di suntik IM. (Hartanto,

Hanafi. 2004)

15
b) Suntik Kombinasi

Jenis suntik kombinasi adalah :

• 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat,

yang diberikan injeksi IM satu bulan sekali (Cyclofem)

• 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan

injeksi IM satu bulan sekali

• 65 mg Medroxyprogesteron Asetate dan 7,5 mg Estradiol cypionate

atau yang dikenal sebagai Gestin F2. Merupakan KB suntik terbaru

yang diberikan dengan injeksi IM 2 bulan sekali.

KB suntik 2 bulanan yang baru diluncurkan pada 27 April 2021 ini

memiliki efektifitas 99,9% dalam mencegah kehamilan. Kandungan 2

hormon membuat siklus menstruasi tetap lancar di setiap bulannya. Hal ini

diketahui setelah dilakukan penelitian mengenai Efektivitas dan Pengaruh

Periode Menstruasi Setelah Penggunaan Gestin F2 oleh Prof. Dr. Herri S.

Sastra Mihardja, Sp.FK (K) Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas

Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung dengan membandingkan

penggunaan KB suntik Gestin F2 dengan Cyclofem. Dari 360 responden

yang disuntik selama 12 bulan, tidak terdapat wanita yang hamil atau

mengalami kegagalan KB pada penggunaan Gestin F2. Sedangkan

dengan Cyclofem terdapat 1 wanita yang hamil.

Pharmacokinetik Study oleh PT. Harsen Laboratories Indonesia

menunjukkan hasil, dengan penggunaan Andalan Gestin F2 tidak ada

perubahan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan rekam medis baik

Tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, gula darah semua

dalam batas normal. 42 responden yang terlibat juga dilakukan

pengukuran kadar Gestin F2 di dalam plasma darah yang didapatkan

16
konsentrasi Gestin F2 sampai dengan 60 hari dan benar – benar habis

dalam 90 hari. Untuk itu Gestin F2 hadir sebagai alternative baru yang lebih

ekonomis bagi pengguna suntik KB 1 bulan serta lebih nyaman dengan

frekuensi suntik 2 bulan sekali.

17
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Bidan harus mempunyai kompetensi dalam memberikan pelayanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan berdasarkan evidence based. Evidence Based

merupakan pelayanan yang diberikan tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan

semata. Semua harus berdasarkan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

Evidence Based dalam Pelayanan Kontrasepsi dapat dimulai dari proses

pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi oleh akseptor yang dibantu oleh bidan

melalui konseling. Serta KB Suntik Andalan Gestin F2 sebagai kontrasepsi terbaru dapat

menjadi alternative pilihan kontrasepsi yang telah melalui pengujian secara ilmiah

sehingga penggunaannya dapat dikatakan sesuai dengan evidence based.

B. SARAN

Bidan harus mengaplikasikan Evidence Based sebagai strategi untuk meningkatkan dan

mempertahankan ketrampilan pelayanan kebidanan dengan basis bukti ilmu kebidanan

yang terbaik.

18
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN: (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: EGC

Jayanti, Ira. 2019. Evidence Based dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dan

Keluarga Berencana . Jakarta: Kemenkes RI.

Sujiyatini, S. 2009. Panduan lengkap KB terkini. Yogyakarta: Mitra Cendikia press.

Yulizawati. 2020. Buku Teks Dengan Evidence Based Midwifery Implementasi Dalam Masa

Kehamilan. Sidoarjo : Indomedia Pustaka

19

Anda mungkin juga menyukai