Disusun oleh :
Nurul Avifah Rahman (012024653004)
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah “Evidence Based Dalam Pelayanan Kontrasepsi”. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
1. Definisi ................................................................................................ 3
3. Manfaat ............................................................................................... 4
A. Simpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ........................................................................................................ 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berencana yang belum terpenuhi. Tahun 2015 merupakan akhir pelaksaan MDGs dimana
Target untuk menurunkan angka kematian ibu, memenuhi seluruh kebutuhan berKB dan
kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan
dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi hal ini tidak hanya karena terbatasnya
metode yang tersedia, tetapi juga oleh karena ketidaktahuan mereka tentang persyaratan
status kesehatan, efek samping potensial konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang
1
efisien dan berdasarkan evidence based. Untuk itu perlu untuk diketahui mengenai
hakikat evidence based itu sendiri maupun penerapannya dalam pelayanan kontrasepsi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Evidence Based
1. Definisi
Dalam beberapa tahun terakhir tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
pemenggalan kosa kata yang berasal dan bahasa Inggris yaitu Evidence: Bukti, fakta,
Based: Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi
Bukti disini adalah hasil penelitian ilmiah yang terus berkembang sesuai dengan
infodari status pasien dan keinginan pasien diintegrasikan dengan pengalaman klinis
dan dengan bukti – bukti keilmuan terbaik yang didapat dari berbagai penelitian
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat
digantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang ada
Hal ini terjadi karena Ilmu Kedokteran dan Kebidanan berkembang sangat pesat.
profesional kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah
3
Bukti ini juga mempunyai tingkat kepercayaan untuk dijadikan sebagai evidence
hasil penelitian untuk melihat kekuatan penelitian tersebut dari jumlah subjek
penyakit yang dapat muncul. Untuk melacak sejumlah orang dalam periode
• Case series
• Case reports
• Animal research
4
Gambar 2. 1 The Evidence Pyramid
3. Manfaat
f. Dapat mencegah tindakan yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat bahkan
Memilih metode atau alat kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah karena
efek yang berdampak terhadap tubuh tidak akan diketahui selama belum
menggunakannya. Selain itu tidak ada metode atau alat kontrasepsi yang selalu cocok
bagi semua orang karena situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu selalu berbeda,
5
sehingga perlunya pengetahuan yang luas dan tepat mengenai kekurangan dan
dan efektif. Penggunaan metode atau alat kontrasepsi secara rasional berarti
penggunaan metode atau alat kontrasepsi hendaknya dilakukan secara sukarela tanpa
adanya unsur paksaan, yang didasarkan pada pertimbangan secara rasional dari sudut
tujuan atau teknis penggunaan, kondisi kesehatan medis, dan kondisi sosial ekonomis
a. Konseling
Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri
change) pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif
pemberi dan penerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan
umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
berencana karena melalui konseling klien dapat memilih dan memutuskan jenis
keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik
konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan
secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan
6
budaya yang ada. Konseling juga dapat melibatkan pasangan penerima
b. Informed Choice
bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang dilakukan oleh bidan, sedangkan pilihan (choice) lebih
penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa
bahwa hak wanita untuk memilih kontrasepsi dan keinginannya terpenuhi. Hal ini
sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,
bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
c. Informed Consent
Pengertian informed consent berasal dari kata “informed” yang berarti telah
persetujuan yang timbul dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap
7
ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien
tidak dapat melakukan hal tersebut, persetujuan diminta apabila prosedur klinik
mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya).
a. Definisi
tahun 2017, Unmet Need dimaknai sebagai wanita usia subur atau yang disebut
juga sebagai WUS dengan rentang usia 15-49 tahun yang tidak memakai alat
kontrasepsi dengan alasan ingin menunda kehamilan atau tidak ingin memiliki anak
lagi.
merupakan salah satu faktor penyebab 75 persen kematian ibu di Indonesia dan
359/100.000 kelahiran hidup dan bila unmet need tidak segera ditangani, maka
angka ini akan makin tinggi. Wanita usia reproduksi yang tidak menggunakan KB
berpeluang besar untuk hamil dan mengalami komplikasi dalam masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Hal ini dapat disebabkan unsafe abortion karena unwanted
pregnancy, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak maupun komplikasi
penyakit selama kehamilan, penyulit saat persalinan dan komplikasi masa nifas.
faktor demografi dan sosial ekonomi. Beberapa penelitian telah mengungkap faktor
kurangnya dukungan suami dan budaya yang masih dipegang teguh oleh
8
Selain karena sosial demografi dan ekonomi juga karena akses layanan,
Upaya untuk menurunkan unmet need dan angka drop out melalui upaya
sikap dan prilaku masyarakat sehingga apa yang menjadi pilihan masyarakat dalam
ber-KB benar-benar sesuai. Hal ini sesuai dengan program yang dikembangkan
yang lebih baik dengan mengikuti saran, gagasan/inovasi yang diajarkan, yang
dilakukan selaras dengan faktor pendukung lain yaitu metode, media, materi, waktu
penyediaan konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan pilihan berbagai
metode KB, serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang
9
asasi manusia untuk mendapatkan informasi layanan kontrasepsi, ketersediaan
dan pelayanan program KB sesuai dengan nilai pasien dan standar etika yang
C. Perkembangan KB di Indonesia
1. Sejarah KB di Indonesia
para pendiri PKBI, yang terdiri dari sekelompok tokoh masyarakat dan ahli kesehatan
seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanafi Wiknjosastro, Dr.
Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto dan Dr. Hurustiati Subandrio terhadap berbagai
tantangan berat. Sebagian besar masyarkat dan akademisi cenderung melihat kelurga
berencana sebagai upaya pembatasan kehamilan semata, yang pada masa itu dinilai
sebagai suatu hal yang dianggap sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang
baru saja dinikmati oleh bangsa Indonesia. Di sisi lain, pada periode tersebut
bangsa.
Pada tahun 1969 PKBI mencatat sejarah baru sebagai anggota penuh
mulai di respon oleh pemerintah. Pada bulan Oktober 1969, Pemerintah Indonesiaa
10
bertugas memberi pelayanan KB di Jawa dan Bali. PKBI tetap menjalankan peran
beberapa wilayah lainnya. Pada tahun 1970, Pemerintah merubah LKBN menjadi
a. Non Hormonal
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Metode KBA terdapat beberapa jenis, diantaranya Metode Lendir Serviks atau
3) Senggama Terputus
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi.
11
4) Metode Barier
a) Kondom
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Tipe
Pada abad 17, kondom dibuat dari usus hewan, selaput ikan atau
bahan linen yang licin. Namun kondom usus hewan ini dirasa mengurangi
sehingga boleh dipakai sampai karetnya bocor atau pecah. Barulah pada
tahun 1930 diperkenalkan kondom lateks yang lebih tipis dan hanya sekali
b) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
menutup serviks. Jenis diafragma antara lain Flat spring (flat metal band),
Coil spring (coiled wire) dan Arching spring (kombinasi metal spring).
c) Spermisida
12
5) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran
yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari
bahan plastic polietilena, ada yang dililit oleh lembaga dan ada yang tidak.
Jenis AKDR antara lain AKDR CuT-380A, Silverline CU 380 Ag, TCU 380 A
6) Kontrasepsi Mantap
bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba
b. Hormonal
1) Pil
tiruan dari progesterone. Jenis minipil antara lain kemasan dengan isi 35
13
b) Pil Kombinasi
2) Implan
dibungkus dalam kapsul silastik silicon polidimetri. Jenis implant antara lain
• Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan
Pada tahun 1983 KB Implan jenis Norplant ini sangat popular di Indonesia.
Namun, karena implant dipasang di bawah kulit maka jika terdiri dari 6
habis. Untuk itu saat ini implant 6 batang sudah tidak digunakan lagi.
• Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira
14
Implanon pertama kali digunakan di Indonesia pada tahun 1998 dan
Januari 2012, Implanon tidak lagi dipasarkan dan Nexplanon adalah satu-
3) Suntikan
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang berupa cairan hormon yang
a) Suntik Progestin
yaitu :
IM (didaerah bokong).
Hanafi. 2004)
15
b) Suntik Kombinasi
hormon membuat siklus menstruasi tetap lancar di setiap bulannya. Hal ini
yang disuntik selama 12 bulan, tidak terdapat wanita yang hamil atau
16
konsentrasi Gestin F2 sampai dengan 60 hari dan benar – benar habis
dalam 90 hari. Untuk itu Gestin F2 hadir sebagai alternative baru yang lebih
17
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
merupakan pelayanan yang diberikan tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan
pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi oleh akseptor yang dibantu oleh bidan
melalui konseling. Serta KB Suntik Andalan Gestin F2 sebagai kontrasepsi terbaru dapat
menjadi alternative pilihan kontrasepsi yang telah melalui pengujian secara ilmiah
B. SARAN
Bidan harus mengaplikasikan Evidence Based sebagai strategi untuk meningkatkan dan
yang terbaik.
18
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN: (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Jayanti, Ira. 2019. Evidence Based dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dan
Yulizawati. 2020. Buku Teks Dengan Evidence Based Midwifery Implementasi Dalam Masa
19