Anda di halaman 1dari 63

Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya Modul Mata Kuliah Etikolegal dalam Praktik Kebidanan dengan
judul “Prinsip etika moral dalam memberikan pelayanan kebidanan“, dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penyusunan
modul ini penulis mendapat banyak masukan, sejak awal persiapan sampai
tahap akhir penyelesaian, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak atas masukan dan dukungannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan modul
ini.

Denpasar, 30 Januari 2016

Penulis

1
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………………….. i
Kata Pengantar ....................................................... 1
Daftar Isi ................................................................ 2
Pendahuluan ........................................................... 4
Pengertian Etika Etiket, moral dan hukum ……...... 7
Sistematika etika…….………….… ............................. .. 19
Fungsi Etika dan Moralitas dalam pelayanan
kebidanan…………………………………………………………… 27
Hak dan kewajiban serta tanggung jawab…………… 29
Sumber Etika………………………………………………………... 32
Kode Etik Profei Bidan………………………………………… 32
Belajar Sepanjang Hayat……………………………………… 44
Karakter Bidan…………………………………………………….. 55
Latihan ......................................................... ......... 58
Rangkuman.................................................... ........ 59
Tes Fomatif ................................................... ........ 62
Daftar Pustaka……………………………………………………… 63

2
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar

DESKRIPSI SINGKAT

Dalam modul ini anda belajar mengenai cara menjalankan


tugas sebagai bidan berdasarkan agama, oral dan etika, taat hokum dan
disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
menginternalisasi nilai, norma dan etika akademik

RELEVANSI

Tidak ada prasayarat dalam mempelajari modul ini

TUJUAN INSTRUKSIOAL
Secara umum tujuan instruksional mata kuliah ini anda mampu
menjelaskan dan memahami serta terampil menjalankan tugas berdasarkan
3
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

agama, oral dan etika, taat hokum dan disiplin dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, menginternalisasi nilai, norma dan etika
akademik. Secara khusus diharapkan anda menguasai pengertian etika,
etiket dan moral hukum dalam praktik kebidanan, sistematika etika, fungsi
etika, dan moralitas dalam pelayanan kebidanan, sumber etika,
Hak, kewajiban dan tanggungjawab, Kode etik profesi kebidanan, Belajar
sepanjang hayat, dan Karakter bidan yang dapat meningkatkan
profesionalisme dalam praktik kebidanan.

PETUNJUK BELAJAR

Sebelum mempelajari modul ini, anda harus mereview kembali ingatan
anda mengenai konsep dasar asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah,
konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah, karena hal-hal
tersebut berkaitan dengan topic yang akan kita pelajari ini.

Kegiatan Belajar:
PRINSIP ETIKA MORAL DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEBIDANAN
 120 Menit

PENDAHULUAN

4
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat


seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era
globalisasi. Pemahaman yang baik mengenai etika profesi merupakan
landasan yang kuat bagi profesi bidan agar mampu menerapkan dan
memberikan pelayanan kebidanan yang profesional dalam melakukan
profesi kebidanan, dan dalam berkarya di pelayanan kebidanan, baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Pengkajian dan pembahasan tentang
etika tidak selalu berhubungan dengan moral dan norma. Kadang etika
diidentikan dengan moral, walaupun sebenamya terdapat perbedaan dalam
aplikasinya. Moral lebih menunjuk pada perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku.
Etika juga sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat
sistematis yang membahas dan mengkaji nilai baik buruknya tindakan
manusia yang dilaksanakan dengan sadar serta menyoroti kewajiban-
kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatan yang
dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan memperoleh pujian
sebagai rewardnya, namun perbuatan yang melanggar norma moral, maka si
pelaku akan memperoleh celaan sebagai punishmentnya. Oleh karena itu,
para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami kondisi
masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan
kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan.
Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya
bidang kebidanan telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik
kebidanan. Setiap peran mengemban tanggung jawab dan cukup sulit bagi

5
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

bidan memikul semua tanggung jawab itu. Pada dasarnya tanggung jawab
bidan adalah :
- Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi
- Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak
bisa berdasarkan hasil penelitian ilmiah ( evidence based )
- Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan
yang mampu memberi pelayanan berkualitas .
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama dengan
memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan tanggung jawab
moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab moral disebut etika dan
selama menjalankan perannya, bidan sering kali bersinggungan dengan
masalah etika. Menurut jones ( 2000 ), bidan secara menyeluruh memiliki
peran sebagai praktisi, pendidik, konselor, penasihat, teman, advokat,
peneliti dan pengelola.2,9
1. Sebagai Praktisi
Dewasa ini, bidan sudah menyadari istilah “duty of care “ (kewajiban
dalam memberi perawatan), sehingga semakin banyak bidan yang
mempelajari masalah hukum selain masalah pelayanan kebidanan.
Selama ini, bidan mengidentikkan pelanggaran kebidanan hanya terjadi
pada kasus-kasus “ besar” seperti aborsi illegal, padahal sebenarnya sikap
membiarkan klien menunggu lama untuk mendapatkan perawatan pun
sudah bisa dianggap sebagai pelanggaran etika. Bidan harus menyadari
bahwa cakupan pelayanan yang diberikannya sangat rentan terkena
pelanggaran etika. Sikap yang dibutuhkan untuk menghadapi hal tersebut
adalah sikap selalu waspada terhadap setiap tingkah laku, ucapan dan

6
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

perbuatan yang dilakukannya. Sebenarnya, kebenaran kode etik atau


standar profesi yang melandasi praktik kebidanan sudah jelas
menunjukkan keberadaan kerangka etika. Jika bidan berpegang teguh
pada kerangka etika ini, bidan akan melakukan praktik atau asuhan yang
sesuai dengan peraturan profesional, sekaligus sejalan dengan hukum.
Akan tetapi, jika bidan melanggar kode etik, berarti bidan telah
melakukan tindakan yang menyimpang dari peraturan dan gagal menjadi
professional karena tidak sesuai dengan etika.

Dalam menjalankan perannya sebagai praktisi selain berpegang teguh


pada kode etik dan standar profesi, ada beberapa hal yang menjadi
pegangan bidan, antara lain :
 Hati nurani. Bidan harus menjadikan hati nuraninya sebagai
pedoman. Hati nurani mengetahui perbuatan individu yang
melanggar etika atau sesuai etika. Pelanggaran etika oleh bidan dapat
bersifat fisik ataupun secara verbal.
 Teori etika. Untuk memecahkan suatu masalah dalam situasi yang
sulit, bidan dapat berpegang pada teori etika. Sekalipun teori ini telah
tua, namun masih relevan karena selalu disesuaikan dengan
perkembangan saat ini, seperti teori Immanuel Kant yang menyatakan
bahwa sikap menjunjung tinggi prinsip autonomi adalah penting dan
teori ini sangat relevan bila diterapkan dalam praktik kebidanan.

2. Sebagai Pendidik

7
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, bidan bertanggung jawab


untuk memberi pendidikan kepada :
 Orang tua. Bidan harus berperan aktif dalam mendidik atau
mengajarkan keterampilan perawatan bayi dan promosi kesehatan
kepada ibu, suami (pasangannya) dan anggota keluarga yang lain
 Mahasiswa bidan. Bidan bertanggung jawab dalam memberi
pendidikan kepada mahasiswa bidan agar terampil dan memiliki
pengetahuan baru
Pada dasarnya, tujuan utama peran pendidik yang dimiliki bidan adalah
memberdayakan orang tua dan mahasiswa agar mereka memiliki
keterampilan dan dalat menerapkan keterampilan tersebut secara
mandiri sehingga terciptanya autonomi pribadi.

3. Sebagai Konselor
Peran bidan sebagai konselor mencakup pemberian informasi dan
penjelasan, termasuk mendengarkan dan membantu klien serta
keluarganya memahami berbagai masalah yang ingin mereka ketahui.
Bidan bertanggung jawab memberi informasi terkini dan
menyampaikannya dalam bahasa yang dipahami oleh klien dan
keluarganya.
Masalah etika yang biasanya muncul saat bidan menjalankan perannya
sebagai konselor adalah sebagai berikut :
 Memaksa klien membuka rahasia yang enggan ia ceritakan pada saat
konseling.

8
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Memberi informasi yang secara tidak langsung ” menggiring ” klien


mengambil keputusan yang menurut bidan adalah keputusan terbaik.

4. Sebagai Penasihat
Dalam menjalankan peran sebagai penasihat, bidan harus dapat
membatasi diri jika ingin tetap menghargai autonomi klien. Klien
membutuhkan informasi yang memadai agar dapat membuat keputusan
dan terus mengendalikan dirinya sendiri. Akan tetapi, sangat sulit bagi
bidan untuk menahan diri tidak memberi nasihat ( sekalipun tidak
diminta ) berdasarkan pengalamannya menghadapi berbagai klien dan
teman sejawat. Hal ini akan menghambat klien dalam menentukan
pilihannya sendiri.

5. Sebagai teman
Sikap bidan yang mampu menjaga jarak dengan klien merupakan salah
satu pendekatan profesional yang baik. Sayangnya, sikap menjaga jarak
tersebut sering diartikan sebagai tidak acuh, tidak peduli pada kondisi
klien. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, muncul istilah teman
profesional. Teman profesional dapat diartikan sebagai sikap yang
mampu mendukung prinsip autonomi bagi klien sekaligus mudah
’didekati”, khususnya dalam proses pemberian asuhan berkelanjutan.
Hubungan pertemanan lainnya yang berpotensi menimbulkan masalah
adalah hubungan antara bidan dan mahasiswa bidan yang biasanya
terjadi selama masa praktik klinik dalam waktu yang cukup lama.

9
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

6. Sebagai Advokat
Peran bidan dalam memberi advokasi sangat penting, khususnya ketika
klien menolak persetujuan atas tindakan medis yang sebenarnya dapat
mencegah terjadinya kematian atau kesakiitan klien itu sendiri. Dalam
hal ini bidan harus berperan sebagai advokat dengan memberi penjelasan
dan doronngan ( bukan paksaan ) kepada klien mengenai sisi positif dan
negatif dari keputusan yang diambil.

7. Sebagai Peneliti
Peran bidan sebagai peneliti sejalan dengan salah satu pasal dalam kode
etik bidan yang menyatakan :
” Bidan harus berkembang dan memperluas pengetahuan kebidanannya
melalui berbagai proses seperti diskusi dengan rekan sejawat dan
penelitian ”
Sudah jelas bahwa penelitian bukan lagi merupakan pilihan, namun
tanggung jawab etik bidan. Bidan mungkin banyak terlibat dalam
penelitian baik sebagai subyek maupun obyek penelitian.

Menurut Helsinski, 1964 prinsip dasar penelitian yang mengambil objek


manusia harus memenuhi ketentuan ;
 Bermanfaat bagi manusia
 Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan
pengetahuan yang cukup dari dukungan kepustakaan ilmiah
 Tidak membahayakan obyek (manusia) penelitian itu (diatas
kepentingan yang lain)

10
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Tidak merugikan atau menjadi beban baik waktu, materi maupun


secara emosi dan psikologis
 Harus selalu dibandingkan rasio untung-rugi-risiko. Maka dari itu
penelitian tidak boleh ada faktor eksploitasi, atau merugikan nama
baik objek penelitian.
8. Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola, bidan bertanggung jawab mengambil keputusan sosial
dan etik, memberi rumusan kebijakan dan praktik, membantu
pengawasan dan alokasi sumber pendapatan, memperhatikan aspek
kejujuran, perhatian terhadap orang lain dan mendukung serta berperan
penting dalam pilihan etik.
Bidan pengelola juga mempunyai tanggung jawab untuk menjaga biaya
pelayanan tetap minimal secara efisien dan efektif dengan tetap
mempertahankan kualitas pelayanan.2,9

Modul ini secara khusus akan membahas berbagai persoalan mengenai


pengertian etika, etiket dan moral hukum dalam praktik kebidanan,
sistematika etika, fungsi etika, dan moralitas dalam pelayanan kebidanan,
sumber etika, Hak, kewajiban dan tanggungjawab, Kode etik profesi
kebidanan, Belajar sepanjang hayat, dan Karakter bidan yang dapat
meningkatkan profesionalisme dalam praktik kebidanan

TUJUAN

11
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan


pengertian etika, etiket dan moral hukum dalam praktik kebidanan, sistematika
etika, fungsi etika, dan moralitas dalam pelayanan kebidanan, sumber etika, Hak,
kewajiban dan tanggungjawab, Kode etik profesi kebidanan, Belajar sepanjang
hayat, dan Karakter bidan yang dapat meningkatkan profesionalisme dalam
praktik kebidanan.

URAIAN MATERI

Pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum


a. Pengertian Etika
Diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan
keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang
didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan
pertimbangan perasaan".
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
 YUNANI à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
 INGGRIS à Ethis, tingkah laku/perilaku manusia yang baik :
tindakan yang harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral
pada umumnya.
Menurut K. Bertens etika dirumuskan sebagai berikut :
 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang /suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.

12
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Etika berati kumpulan asas/moral, yang dimaksud disini adalah


kode etik.
Menurut konteks lain secara luas dinyatakan bahwa:
 Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap
kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-
prinsip dasar, konsep yang membimbing makhluk hidup dalam
berpikir, dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
Menurut Shirley R Jones(2000), Etika terbagi dalam 3 bagian :
 Meta- Ethics ( Ethics) : bentuk filsafah moral yang paling abstrak,
mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian.
 Ethical/ Moral Theory : mekanisme untuk menyelesaikan masalah
etika atau pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk
menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut.
 Practical Ethics : mengaplikasikan bentuk etika dalam wujud
sikap/ perilaku untuk menghadapi masalah etika yang dihadapi.

CONTOH PENERAPAN ETIKA


 Seorang dosen memergoki salah satu mahasiswinya sedang menyontek
saat ujian di kelas.

Fase meta-ethics :
Si dosen memutuskan bahwa tindakan mahasiswinya tersebut
merupakan “perilaku buruk /kejahatan”. Pemikiran tersebut merupakan
respons si dosen setelah ia melihat perbuatan mahasiswinya
Fase ethical/ moral theory :

13
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Si dosen sedang menimbang tindakan yang akan ia lakukan berdasarkan


nilai dan norma yang ia yakini. Ia mengetahui bahwa perbuatan
mahasiswinya itu salah. Namun tindakan apa yang paling tepat ia lakukan
untuk menyadari bahwa perbuatan mahasiswinya salah dan membuat
mahasiswinya jera sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Pilihannya
antara lain mengeluarkan anak itu dari kelas dan menskorsnya / ia akan
memanggil ortu mahasiswi tsb sehingga orang tua bisa turut memperbaiki
perilaku si anak
Fase practical ethics :  
Si dosen mengambil tindakan yang dianggapnya paling tepat

b. Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
“etiket”, yaitu :
 Etiket berasal dari bahasa inggris Etiquette. Etika berarti moral
sedangkan etiket berarti sopan santun.
 Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

c. Perbedaan Etika dan Etiket


 Etiket menyangkut suatu perbuatan yang dilakukan manusia,
Misal :
Jika saya menyerahkan sesuatu ke atasan harus menggunakan tangan
kanan. Dianggap melanggar etiket bila menyerahkan dengan tangan kiri.
Tetapi etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Jangan

14
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

mencuri merupakan norma etika. Apakah orang mencuri pakai tangan


kanan atau kiri
 Etiket hanya berlaku dalam pergaulan
Misal :
Bila tidak ada saksi mata etiket tidak berlaku misal ; dianggap
melanggar jika kita makan berbunyi / dengan meletakkan kaki di atas
meja. Tapi jika makan sendirian tidak melanggar etiket. Etika tidak
tergantung pada hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk mencuri
selalu berlaku entah ada orang / tidak ada. Barang yang dipinjam juga
harus dikembalikan meskipun pemiliknya sudah lupa.
 Etiket bersifat relatif.
Misal : Makan dengan tangan atau bersendawa
 Etika bersifat absolut ,
Misal : jangan mencuri , jangan berbohong dan jangan membunuh.
Merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar
 Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah sedang etika
menyangkut manusia lebih dalam.
Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “musang berbulu ayam” : dari luar
sangat sopan dan halus tapi di dalam penuh kebusukan.
 Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

d. Persamaan etika dengan etiket :


 Sama-sama menyangkut perilaku manusia
 Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan

15
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

e. Pengertian Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral
juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat
dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan
norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:
 Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
 Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan
baik buruk.

f. Pengertian Kode Etik


Norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi didalam
melaksanakan tugas profesinya dan didalam hidupnya di masyarakat.
Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri profesi yang bersumber dari
nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan
pengetahuan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan
bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

g. Pengertian Hukum
Segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan
bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam
pelaksanaannya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum

16
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai


oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan hukum.
Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum.
Contoh : bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya
prinsip etis ini berakar di masyarakat maka harus diatur
dengan hukum.
Berikut pendapat para tokoh mengenai definisi hukum:
Menurut Aristoteles :
 Particular law is that which each community lays down and
applies to its own member. Universal law is the law of nature.
Menurut Grotius :
 Law is a rule of moral action obliging to that which is right.
Menurut Hobbes :
 Where as law, properly is the word of him, that by right had
command over others.
Menurut Prof. Mr Dr C. van Vollenhoven :
 Recht is een verschijnsel in rusteloze wisselwerking van stuw en
tegenstuw.
Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:
 Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang,
mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.
 Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidak
pastian lebih besar.
 Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum
meminta legalitas.

17
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Moral menyangkut sikap batin seseorang.


 Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.
 Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani
tidak tenang, sanksi dari Tuhan.
 Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara,
masyarakat atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak
menilai moral.
 Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi
masyarakat dan negara, masyarakat dan negara tidak dapat
merubah moral. Moral menilai hukum.
Menurut Immanuel Kant
 Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas
dari orang lain, menuruti hukum tentang kebebasan.
Menurut Leon Duguit
 Aturan tingkah laku para anggota masyarakat , aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu
masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang
jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran.
Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang
berlaku dimasyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten
merupakan tindakan yang etis , sehingga antara hukum dan etika juga
memiliki keterkaitan .Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam
menjalankan tugas profesinya. Tujuan adanya hukum adalah

18
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.


b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi
Sistematika Etika
a. Etika Umum
 Hati Nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau
buruk berhubungan dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani
memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu
sekarang dan disini. Ketika kita tidak mengikuti hati nurani berarti
kita menghancurkan integritas kepribadian kita dan mengkhianati
martabat terdalam kita. Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan
bahwa manusia mempunyai kesadaran.
Berikut ini ada beberapa contoh-contoh pengalaman hati nurani
sesuai lingkup pengalaman tugas sebagai bidan.
Contoh kasus:
“Seorang bidan menjalankan praktek pelayanan kebidanan di klinik
atau rumah bersalin, kemudian ada seorang remaja datang diantar oleh
ibunya. Kemudian diperoleh data hasil anamnese bahwa remaja tersebut
hamil di luar nikah atau unwanted pregnancy, kemudian atas permintaan si
ibu dari remaja tersebut meminta untuk menggugurkan janin yang
dikandung anaknya. Dengan menawarkan sejumlah besar uang yang
menggiurkan bila si bidan bersedia menggugurkan kandungan anaknya.
Bidan tersebut pada dasarnya menyadari bahwa perbuatan tersebut
melanggar kode etik profesi bidan dan aspek legal dalam pelayanan
kebidanan. Tapi bidan tersebut tergiur oleh uang yang begitu besar. Bidan

19
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

tersebut akhirnya memutuskan untuk menggugurkan kandungan si remaja


tersebut. Ia mendapat uang yang banyak, namun dalam batinnya merasa
gelisah. Ia merasa malu pada dirinya sendiri, batinnya tidak tenang.”
Kisah tersebut diatas merupakan contoh yang dapat digunakan
sebagai bahan refleksi perenungan mengenai seperti apa hati nurani itu.
Dalam hati nurani ada suatu kesadaran bahwa ada yang turut
mengetahui tentang perbuatan-perbuatan kita. Hati nurani merupakan
semacam saksi terhadap perbuatan moral kita. Hati nurani bisa merupakan
penilaian terhadap perbuatan yang berlangsung di masa lampau
(retrospektif). Hati nurani juga bisa merupakan penilaian perbuatan yang
sedang dilaksanakan saat ini atau penilaian terhadap perbuatan kita di
masa yang akan datang (prospektif).

 Kebebasan dan Tanggung Jawab


Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung
jawab, sehingga pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima
juga bahwa manusia itu bertanggung jawab. Tidak mungkin kebebasan
tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin tanggung jawab tanpa
kebebasan. Batas-batas kebebasan meliputi:
1) Faktor internal
2) Lingkungan
3) Kebebasan orang lain
4) Generasi penerus yang akan datang

20
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Tanggung jawab dalam arti sempit berarti bahwa seseorang harus


mampu menjawab, tidak boleh mengelak bila dimintai penjelasan tentang
perbuatannya. Tanggung jawab meliputi tanggung jawab terhadap
perbuatan yang telah berlangsung dengan segala konsekuensinya,
tanggung jawab terhadap perbuatan yang sedang dilaksanakan dan
tanggung jawab terhadap perbuatan yang akan datang.

 Nilai dan Norma


Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu
yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yan disukai, sesuatu
yang diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hang Jones nilai adalah the
addressee of a yes, sesuatu yang ditujukan dengan kita. Sesuatu yang kita
iyakan (setujui). Nilai mempunyai konotasi yang positif. Nilai mempunyai
tiga ciri:
1) Berkaitan dengan subyek.
2) Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subyek ingin
membuat sesuatu.
3) Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada
sifat yang dimiliki obyek.
Norma berasal dari bahasa Latin Norma, artinya aturan atau kaidah
yang dipakai sebagai tolok ukur menilai sesuatu.
Norma umum meliputi tiga hal:
1) Norma kesopanan atau etiket.
2) Norma hukum.

21
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

3) Norma moral, adalah norma yang tertinggi, dan norma moral


tidak dapat dilampau oleh norma yang lain tetapi menilai
norma-norma yang lain.
Norma merupakan hal yang terpenting bagi martabat manusia.
Sumber dari nilai dan norma adalah agama, kebudayaan, nasionalisme
dan lain-lain.

 Hak dan Kewajiban


Hak berkaitan dengan manusia yang bebas, terlepas dari segala
ikatan dengan hukum obyektif. Hak merupakan pengakuan yang dibuat
oleh orang atau sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang
lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal, hak moral, hak
individu, hak social, hak positif, dan hak negatif.
1) Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum.
2) Hak moral adalah hak yang didasarkan pada prinsip atau etis.
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan
setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk
memenuhi hak tersebut. Menurut John Stuart Mill kewajiban meliputi
kewajiban sempurna dan kewajiban tidak sempurna. Kewajiban sempurna
artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan hak
orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan hak
orang lain tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat
baik.
Faktor-faktor yang melandasi etika adalah meliputi hal-hal tersebut di
bawah ini:

22
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

1) Nilai-nilai atau value.


2) Norma
3) Sosial budaya, dibangun oleh konstruksi sosial dan
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4) Religius, agama mempunyai hubungan erat dengan moral
karena agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral
(etik) dan merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis
yang paling penting. Setiap agama mengandung ajaran moral
yang menjadi pegangan bagi perilaku para anggotanya.
5) Kebijakan atau policy maker, siapa pembuat kebijakannya dan
bagaimana kebijakan yang dibuat sangat berpengaruh atau
mewarnai etika maupun kode etik.

b. Etika Sosial
Seorang bidan adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi
pasien, seorang bidan harus mempunyai etika, karena yang dihadapi
bidan adalah juga manusia. Bidan harus bertindak sopan, murah senyum
dan menjaga perasaan pasien. Ini dilakukan karena bidan adalah
membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan.
Dengan etika yang baik diharapkan seorang bidan bisa menjalin
hubungan yang lebih akrab dengan pasien.
Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling
menghormati dan menghargai di antara keduanya. Etika dapat membantu

23
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

para bidan mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban,


membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para bidan dapat
mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan
perawatan. Dengan demikian, para bidan dapat mengusahakan
kemajuannya secara sadar dan seksama.

Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi
pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama
baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat/kesan dari
masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan
dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai
kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti
yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan,
termasuk jabatan bidan.

Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai
tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses
dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu
menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam
memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, screening
antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan
pengakhiran kehamilan.

24
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah,


kelahiran SC dan sebagainya. Bidan sebagai :
 Pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan
akutabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
 Praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based.
Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan
tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang
menyeluruh, moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat
pada makhluk lain selain manusia. Moralitas berasal dari bahasa latin
moralis, artinya pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu
perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
Moralitas adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang menyangkut
baik dan buruk. Kaitan antara etika dan moralitas adalah, bahwa etika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu
yang membahas tentang moralitas. Moral adalah mengenai apa yang
dinilai seharusnya oleh masyarakat. Etika adalah penerapan dari proses
dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip
dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari
nilai-nilai.
Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1) Meta etika (nilai);
2) Etika atau teori moral;
3) Etika praktik.

25
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Meta etika berasal dari bahasa Yunai meta, artinya melebihi, yang
dipelajari disini adalah ucapan-ucapan kita di bidang moralitas atau bahasa
yang digunakan di bidang moral. Metaetika mengenai status moral ucapan
dan bahasa yang digunakan dalam batasan pengertian baik, buruk atau
bahagia. Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau
mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Teori praktik. Etika
praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana
dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera
dibuat.
Bagaimana menjaga prinsip moral, teori nilai dan penentuan suatu
tindakan. Etika pada hakekatnya berkaitan dengan falsafah dan moral,
yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam
kurun waktu tertentu, karena etika bisa berubah dengan lewatnya waktu.
Etika khusus adalah etika yang dikhususkan bagi profesi tertentu,
misalnya etika kedokteran, etika rumah sakit, etika kebidanan, etika
keperawatan, dll.
Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia tentang:
 Apa yang baik atau buruk
 Apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak)
 Apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-larangan,

26
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

termasuk ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat


atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara
umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Secara umum tujuan merumuskan kode etik adalah untuk
kepentingan anggota dan organisasi, meliputi :
1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
2) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4) Meningkatkan mutu profesi.
Dimensi kode etik meliputi:
1) Anggota profesi dan klien;
2) Anggota profesi dan system;
3) Anggota profesi dan profesi lain;
4) Semua anggota profesi.
Prinsip kode etik terdiri dari:
1) Menghargai otonomi;
2) Melakukan tindakan yang benar;
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan;
4) Memperlakukan manusia secara adil;
5) Menjelaskan dengan benar;
6) Menepati janji yang telah disepakati;
7) Menjaga kerahasiaan.

FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

27
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien 


2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
tindakan yg merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan
porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima
dan apa alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam
menganalisis suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara
baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada
umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat
maupun tata cara di dalam organisasi profesi 
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.
(http://bidanshop.blogspot.co.id/2011/10/pert-1-pengertian-etika-etiket-
moral.html )

28
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Hak dan Kewajiban serta tanggung jawab


a. Hak bidan
 Berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
 Berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
 Berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik
profesi.
 Berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
 Berhak mendapat kompensasi dan keseahteraan yang sesuai

b. Kewajiban bidan
 Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah bersalin
dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
 Bidan waib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.

29
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang


mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
didampingi oleh suami atau keluarga.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuia dengan keyakinan.
 Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang
seorang pasien.
 Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
 Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atau tindakan yang akan
dilakukan.
 Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang
diberikan.
 Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal.
 Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang
terkait secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan

c. Hak pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :

30
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan


Peraturan yang berlaku di Rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan.
 Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
 Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
 Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan
profesi bidan tanpa diskriminasi.
 Pasien berhak memilih bidan untuk menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
 Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi kehamilan
persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan.
 Pasien berhak mendapat pendamping suami selama proses
persalinan berlangsung.
 Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah
sakit,dll.

d. Kewajiban pasien
 Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tata tertib rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan.
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter,
bidan, perawat yang merawatnya.

31
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

 Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi


semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi
pelayanan kesehatan, dokter bidan dan perawat.
 Pasien atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang
selalu disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

Sumber Etika
Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila
dapat dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral)
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat
diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik
tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang
baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita
diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di
sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri
bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar.

Kode Etik Profesi Bidan


1. Definisi Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma

32
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka


menjalankan profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh
dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku
pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat. 2,10
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi
yang menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan
dengan kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
Penetapan kode etik kebidanan harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan
Indonesia (IBI).
2. Fungsi Kode Etik
Kode etik berfungsi sebagai berikut :
 Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik
 Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan
 Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
 Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat
 Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan
standar profesi
 Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai
moral.
3. Dimensi dan Prinsip Kode Etik
Menurut Mustika (2010), dimensi kode etik meliputi anggota profesi dan
klien/pasien, anggota profesi dan sistem kesehatan, anggota profesi dan profesi
kesehatan serta sesama anggota profesi. Prinsip kode etik antara lain

33
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

menghargai otonomi, melakukan tindakan yang benar, mencegah tindakan yang


dapat merugikan, memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan dengan
benar, menepati janji yang telah disepakati dan menjaga kerahasiaan. 2,10
4. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan
profesi yang sama tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang
yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu
organisasi atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut
dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi.
5. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya, kode etik sutu profesi diciptakan dan dirumuskan demi
kepentingan anggota dan organisasi. Secara umum, tujuan menciptakan kode
etik adalah sebagai berikut :
 Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. ”Image’ pihak luar atau
masyarakat terhadap suatu profesi perlu dijaga untuk mencegah
pandangan merendahkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap
kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau
kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi
di dunia luar sehingga kode etik disebut juga ”kode kehormatan”.
 Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Kesejahteraan
yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau
mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik

34
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk


melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi
dengan sesama anggota profesi
 Meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode etik juga
bnerisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
 Meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma
serta anjuran agar profesi selalu berusaha meningkatkan mutu profesi
sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.
6. Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik
bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada
penekanan keselamatan klien.

35
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

7. Penjelasan Kode Etik Kebidanan


Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b. Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi
bidan yang telah ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan
kebijakan yang berlaku dengan penuh kesungguhan dan tanggung
jawab
c. Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang
optimal kepada siapa saja dengan tidak membedakan pangkat,
kedudukan, golongan, bangsa dan negara
d. Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan
kepada oranng lain dan merahasiakan segala yang berhubungan
dengan tugasnya
e. Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk
keperluan kesaksian pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan
a. Pada hakikatnya manusia termasuk klien yang membutuhkan
penghargaan dan pengakuan yanng hakiki baik dari golongan
masyarakat intelektual, menengah atau masyarakat kurang
mampu.

36
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

b. Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan


harus memberi pelayanan profesional yang memadai kepada
setiap klien
c. Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimili dan
manusiawi secara penuh tanpa mementingakan kepentingan
peribadi dan mendahulukan kepentingan klien serta menghargai
klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri
d. Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai
profesi yang memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial.
Pengabdian dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani
yang tidak mendahulukan balas jasa.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas
dan keewajiban yang telah digariskan dalam permenkes No
900/Permenkes/IX/2002
b. Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam
pertumbuhan perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi
sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan memberi
petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai
dengan usia anak
c. Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi klien

37
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

d. Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam


kasus-kasus yang tidak dapat diatasi sendiri
e. Bidan melaksanakan perannya di tengah kekhidupan masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat
a. Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun
kelompok
b. Bidan harus menghormati hak klien
c. Bidan menghormati nilai-nilai dimasyarakat
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan
identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal
a. Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat
untuk memberi penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau
membentuk posyandu atau PKMD atau kepada ibu yang
mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di
posyandu
b. Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah,
ditempat praktik BPS, maupun ditengah masyarakat lingkungan

38
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi untuk selalu hidup


sehat.
Bab II. Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna
terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan
profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat
f. Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti
asuhan antenatal, memberi imunisasi, KIE, sesuai dengan
kebutuhan
g. Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan
wewenang bidan
h. Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
i. Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya, termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan/atau rujukan
a. Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, di Rumah Sakit
dan di rumah klien
b. Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB
sesuai dengan wewenangnya
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas lebih lengkap.

39
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang


dapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu
yang diketahuinya kepada siapapun termasuk keluarganya
Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan
Lainnya
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
j. Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non
pemerintah, jika ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan
dapat saling menggantikan, sehingga tugas pelayanan tetap
berjalan
k. Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan
mengadakan arisan, piknik bersama, mengunjungi teman yang
sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga, khitanan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya
a. Dalam menetapkan lokasi BPS, perlu
diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada
b. Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salinng
membantu dengan mengkonsultasikan kesulitan kepada sejawat
c. Dalam kerja sama antar teman sejawat,
konsultasi atau pertolongnan mendadak hendaknya melibatkan
imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama

40
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra
profesinya dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan
memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
a. Menjadi panutan dalam hidupnya
b. Berpenampilan yang baik
c. Tidak membeda-bedakan, pangkat, jabatan dan golongan
d. Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang
telah ditentukan
e. Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenankan mencari
keuntungan peribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk
f. Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam
waktu dinas
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Mengembangkan kemampuan di lahan praktik
b. Mengikuti pendidikan formal
c. Menngikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar,
lokakarya, simposium, membaca majalah, buku dan lain-lain
secara peribadi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya

41
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

a. Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok


b. Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok
c. Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok
d. Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok
e. Membantu perencanaan penelitian mandiri
f. Melaksanakan penelitian mandiri
g. Mengolah hasil penelitian
h. Membuat laporan penelitian
Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik
a. Memperhatikan kesehatan perorangan
b. Memperhatikan kesehatan lingkungan
c. Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali
d. Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh tergag\nggu,
segera memeriksakan diri ke dokter
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
a. Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan,
keperawatan pada umumnya bahkan pengetahuan umum
b. Menyempatkan membaca koran
c. Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan
d. Menngikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang
kesehatan umumnya, kebidanan khususnya

42
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

e. Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi


untuk tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan
IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah atau pusat
f. Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada
kesempatan pertemuan rutin, misalnya bulanan
g. Mengisi rubrik buletin
h. Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah
sakit- rumah sakit yang lebih maju ke daerah-daerah terpencil
i. Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan
dalam kesempatan pertemuan rutin
Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah
Air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat
b. Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di
Indonesia dengan cara :
c. Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang
dipelajari kepada anggota
d. Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan
e. Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai
pelayanan kesehatan di Indonesia
f. Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga
kesehatan umumnya, keperawatan dan kebidanan khususnya

43
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan


pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga
a. Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
bidan di daerah, termasuk faktor penunjang maupun penghambat
pelaksanaan tugas itu.
b. Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi
di masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan,
misalnya penelitian mengenai :

Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah

Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap
fasilitas KIA/KB yang telah disediakan oleh masyarakat. 2, 10

Belajar Sepanjang Hayat


Definisi
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok
dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-
lembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan
kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga
pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah
sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea
tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar
berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar,

44
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui


pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan
pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan
generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan
tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
►Pengertian Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep
juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa
konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar
bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan,
pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam fikiran).
Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggnis concept) dipadankan
dengan istilah makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat
umum, yang dapat menenima generalisasi) Sedangkan dengan makna-makna
tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah
gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks
ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang
hayat.
►Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus
menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir
hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap
fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar

45
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai


dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua.
Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan
tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang
tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar
sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah:
a.  Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup,
bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan
kelompok social yang tepat serta menarik.
b.  Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social
dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan
kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik
dan pertambahan umur.
c.   Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya
kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan
keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai
seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang
memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar
sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk
orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga
amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah
tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti

46
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia dan


sebagainya.
Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui
belajar, tidak hanya dimulai dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai
masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar berlangsung secara terus-
menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.
Secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di
sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan
Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan
berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar
belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan
belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang
kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul
Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to life Long Education.
Pengembangan pemikiran Lengran tersebut merubah anggapan bahwa
belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan
sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka
terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang
disenanginya.
Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut
menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia
itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya.Belajar sepanjang hayat
sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada
pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan,
pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun.

47
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Dari gagasan-gagasan baik melahui pendekatan keagamaan, maupun yang


bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya,
terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti
perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan
dan teknologi.
1)   Dari dimensi psikologis, belajar sepanjang hayat, terutama bagi orang
dewasa dan orang tua dalam situasi belajar mempunyai sikap tertentu.
Karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut: Belajar adalah suatu
pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang
dewasa perlu dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih
mutakhir, ketrampilan baru dan sikap yang lain.
2)   Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan
melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
3)   Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual.
Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan
memecahkan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang
dipakai orang lain, Ia dapat memperbaiki dan menyempumakan caranya
sendiri, agar menjadi lebih efektif.
Memperhatikan situasi belajar bagi orang dewasa tersebut, maka salah
satu teori belajar klasik, yaitu teori psikologi belajar naturalistic atau aktualisasi
diri, teori ini berpangkal dari psikologi naturalistic romantic yang dipelopori
Rousseau. Menurut teori ini belajar itu sebaiknya dilakukan secara wajar di alam
bebas, bisa diterapkan pada pendidikan luar sekolah, terutama untuk belajar
seumur hidup.

48
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

B.  TUJUAN
Seperti yang telah dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada
keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi
kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
untuk:
a. Menentukan arah pendidikan,
b. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka
mampu menyelesaikan tugas perkembangannya,
c. Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat,
d. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas
perkembangan itu

C.    FAKTOR YANG MENDUKUNG PROSES BELAJAR


Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar bagi peserta
didik, dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
A. FAKTOR INTERNAL
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1)Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

49
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar,
merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang
memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik,
baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan
sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi
mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain
sebagainya.

2)        Faktor Psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap
dan bakat.
a. Kecerdasan /Intelegensia Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan

50
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting
dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali
tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin
tinggi intelegensia seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensia
individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.

b. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap
saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic
dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh- suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya,
tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

51
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam


motivasi intrinsic untuk belajar antara lain adalah:
·  Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
·  Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju
·  Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman- teman, dan
lain sebagainya.
·  Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang
menjadi lemah.

c.   Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah,
2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar,
ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam

52
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu


membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapinya atau dipelajarinya.

d.   Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
e.   Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating
(Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen
yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

B. FAKTOR-FAKTOR EKSOGEN/EKSTERNAL
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-
faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal
ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang

53
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu


faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non- sosial.
1.   Lingkungan Sosial
a)    Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
b)    Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c)     Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2.   Lingkungan non sosial.


Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah;

54
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

a)   Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses
belajar siswa akan terlambat.
b)   Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabi dan lain sebagainya.
c)   Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena
itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Karakter bidan yang dapat meningkatkan profesionalisme dalam praktik


kebidanan
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dalam praktik kebidanan
perlu meningkatkan:
1)    Loyalitas staf atau kolega adalah memegang teguh komitmen terutanma
kepada pasien.
2)    prioritas utama terhadap pasien dan keluarganya.

55
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

3)    Bidang peduli terhadap otonomi pasien, bidang harus memberikan


informasi yang akurat, menghormati dan mendukung hak pasien dalam
mengambil keputusan.

Ada beberapa unsur pelayanan profesional:


a)    Pelayanan yang berlandaskan sikap dan kemampuan professional.
b)    Ditujukan untuk kepentingan yang menerima.
c)    Pelayanan yang diberikan serasi dengan pandangan dan keyakinan profesi.
d)    Memberikan perlindungan bagi anggota profesi.
Bidan harus menampilkan perilaku profesional, adapun kriteria-kriteria
perilaku profesional adalah sebagai berikut;
a)    Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan dan
pengalaman serta keterampilan.
b)    Bermoral tinggi.
c)    Berlaku jujur, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri.
d)    Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu
pengetahuan profesi.
e)    Tidak memberikan janji yang berlebihan.
f)     Tidak melakukan tindakan yang semata – mata didororong oleh
pertimbangan komersial.
g)    Memegang teguh etika profesi.
h)    Mengenali batas-batas kemampuan.
i)      Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya.

56
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Karakter yang harus dimiliki seorang bidan


a.    Sehat jasmani rohani
Karena bidan memiliki pekerjaan yang sangat dinamis, maka bidan harus
sehat fisik dan menta.  Karena dalam kondisi seetih apa pun bidan dituntut
untuk tetap menstabikan emosi.  Bidan juga harus cekatan dan energik
daam melakukan tugasnya.
b.     Berpenampilan menarik
Berpakaian bersih, rapi, sopan, sederhana dan menunjukkan sikap dan
tutur kata yang lembut.
c.     Kejujuran
Bidan tidak boleh menakut-nakuti atau mengatakan bohong terhadap
diagnosa pasien.  Atau mengatakan tidak apa-apa dengan kondisi pasien
hanya untuk menyenangakan hati pasien.  Bidan harus mengatakan apa
yanga terjadi dengan sejujurnya dengan bahsa yang baik agar pasien tidak
sakit hati dan putus asa.
d.     Cerdas
Seorang bidan harus pandai menyikapi terhadap suatu masah yang
berkembang di masyarakat. Bidan juga harus pandai bersosiaisasi dengan
pasien agar bisa mengambil hati pasien. Bidan juga harus inovatif terhadap
kondisi yang mendesak.
e.    Peduli
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien bidan tidak hanya
memikirkan money oriented tapi bagaimana menolong pasien bisa selamat. 
Dan bisa merasakan apa yang dirasakan pasien.

57
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

f.      Tangguh
Bidan adalah garda terdepan daam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. 
Untuk mensukseskan kesehatan ibu dan anak memang tidak mudah.
Tantangan di masyarakat semakin terihat jika masyarakat tidak kooperatif
terhadap program kesehatan yang ada.  Tapi di sini bagaimana seorang
bidan bisa memberikan pengertian dan mengubah kebiasaan buruk
masyarakat.  Sehingga wilayah binaan bisa tercipta kesejahteraan ibu dan
bayi

LATIHAN

Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 1 dari modul media pembelajaran ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar
Anda lebih mendalami esensi dari Prinsip etika moral dalam memberikan
pelayanan kebidanan, yang didasarkan dengan berbagai pertimbangan, diluar
pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perhatikan
tugas Anda!
1. Anda diminta untuk melakukan observasi terhadap bidan yang sedang
memberikan asuhan kebidanan pada klien atau masyarakat, selanjutnya
anda diminta untuk mengidentifikasi penerapan Prinsip etika moral dalam
memberikan pelayanan kebidanan!
2. Tuliskan penyimpangan prinsip etika moral dalam memberikan pelayanan
kebidanan!

58
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Selamat Mengerjakan !

RANGKUMAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan


asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah
sopan santun. Moral merupakan nilai-nilai dan norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan
moral, hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issue utama di berbaai
tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses
dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu
dan keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan
intensive pada neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan
akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan kode etik
profesi bidan merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan
dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan.
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu
menyesuaikan dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik
dan standar profesi. Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi
suatu teori etika secara kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu
sendiri.Bidan harus menilai kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu
59
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

namun tidak menyimpang dari prinsip pelayanan, yaitu berusaha


mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan kelurga. Contohnya ketika
seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat jadual pemeriksaan
kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan pelayanan KB
dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat menerapkan
teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua orang
sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil
yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat
menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan
mencakup semua klien.
Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas,
tidak bias. Akan tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk
menciptakan bidan kaku (tidak mengikuti informasi terkini dari literature
yang jelas tentang perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan
menimbulkan sikap “sok tau”. Contohnya pada saat menolong persalinan
mahasiswa bidan diajarkan untuk tidak melakukan episiotomi. Jika pola
pengajaran tidak tepat mahasiswa akan sepenuhny menyerap materi
tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan episiotomi tanpa melihat ada
tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang
akan diberikan kepada klien dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke
bidan yang ingin menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat
rumor negatif yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang
timbul yaitu ketika bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga

60
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

pandangan klien tentang IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya


untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa
nyaman ketika menerima pelayanan yang diberikan kepada kien, namun
peran sebagai teman juga harus memiliki batasannya. Sikap professional
terhadap klien harus dijaga, sehingga klien dan keluarganya memandang
bidan sebagai orang yang berwibawa dan mampu mengendalikan diri
sehingga mampu melindungi kliennya. Peran dosen bidan sebagai teman
juga diperlukan, sehingga siswa tidak merasa sungkan dalam proses
belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai teman tetap ada
batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi subyektif,
ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan menutupi
kesalahan mahasiswanya karena kedekatan yang berlebihan.
Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu
praktik kebidanan masih banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan
kemajuan zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi,
tetapi dituntut praktik yang professional berdasarkan pada hasil
penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai
subyek maupun subyek penelitian. Sehingga bidan perlu mengetahui
tentang etika penelitian, demi kepentingan melindungi klien, institusi
tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang
bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap
mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan pada hasil
penelitian.

61
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

TES
FORMATIF

1. Bagaimanakah kewajiban bidan terhadap diri sendiri?


2. Seorang bayi laki-laki berumur 4 bulan diajak ke posyandu untuk
melakukan penimbangan. Bagaimanakah penerapan kewajiban bidan
kepada bayi tersebut?
3. Bidan melakukan posyandu di Banjar Ketewel, Bagaimakah peran bidan
dalam kegiatan tersebut?

A.
B.
C. GLOSARIUM

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak


TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar

62
Mata Kuliah:Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

A.G. Lunandi, Pendidikan Orang Dewasa, Usaha Nasional, Surabaya, 1981


AL-Ghozali, Ihya Ulumiddin (Terj.), Diponegoro, Bandung, 1992
Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta, 1987
Hadiwardoyo, Purwa, 1989. Etika Medis, Yogyakarta, Balai Pustaka
Heni, 2009. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta. Fitramaya
IBI, 2005, Etika dan Kode Etik Bidan di Indonesia
James P Chaplin, Dictionary of Psichologi (Terj. Kartini Kartono), Raja Grafmdo,
Jakarta, 1993
John M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta,
1997
Kepmenkes RI no 1464/2010.
Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997
Puji Heni, Yetty Asmar, 2005. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta. Fitramaya
Shirley.R.Jones,2000,ethics in midwifery, Mosby
Tutu A suseno dkk.2010. Gramedia; jakarta

63

Anda mungkin juga menyukai