Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ETIKOLEGAL

“ Aspek Hukum dalam Praktek Kebidanan dan Aspek Hukum

Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Etikolegal dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu : Rosmadewi, SPD, SST, M Kes

Disusun oleh :
Kelompok 9

1. Sherlly Puji Intan Sari ( 2015301028 )


2. Siti Wahyuni ( 2015301029 )
3. Siwi Jogse Aristiati ( 2015301030 )
4. Sri Fanni ( 2015301031 )

KEMENTERIAN POLTEKKES TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TINGKAT I REGULER I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Aspek Hukum dalam Praktek
Kebidanan dan Aspek Hukum Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum Dalam Pelayanan
Kebidanan” ini dengan baik, meskipun mungkin masih banyak kekurangan didalamnya

Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Rosmadewi, SPD, SST, M Kes. selaku dosen mata
kuliah Etikolegal yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bandar Lampung, 16 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................5
D. Manfaat................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7

A. Aspek Hukum Dalam Praktek Kebidanan...........................................................................7


B. Aspek Hukum Disiplin Hukum dan..................................................................................11
Peristilahan Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan............................................................11
1. Pengertian Hukum.................................................................................................11
2. Disiplin Hukum......................................................................................................12
3. Macam-Macam Hukum.........................................................................................13
4. Peristilahan Hukum................................................................................................19
5. Peraturan Perundang-Undangan Yang Melandasi Praktik Bidan..........................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................23

A. Kesimpulan........................................................................................................................23
B. Saran..................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan yang sering kita
jumpai. Permasalaan yang terjadi semakin kompleks karena kurang diterapkannya
hukum, etika dan moral yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan, masyarakat,
bangsa dan Negara.Hukum yang berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan peraturan
yang berlaku dan harus ditaati, jika melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan
berat dan ringannya perilaku hukum yang dilanggar. Hukum bersifat mengikat, maka dari
itu keterikatan tersebut membuat tingkat kesadaran untuk menaati aturan sangatlah tinggi.

Etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Dengan etika lebih mengajarkan bidan untuk berbuat yang mengarah
pada hukum dan norma yang berlaku untuk ditaati dan diterapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada masyarakat. Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap
perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkahnya, termasuk penampilan diri
serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu
pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian
yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau
kebidanan dimana nilai-nilai pasen selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.

Moral tidak jauh berbeda dengan etika namun moral mengajarkan nilai yang
sudah diakui secara umum. Hal ini berkaitan dengan  tindakan susila, budi pekerti sikap,
kewajiban dan lain-lain. Dengan keterkatan antara hukum, etika dan moral, diharapkan
permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan dapat diseleaikan dengan baik
dengan tetap memperhatikan sisi kenyamanan dan keamanan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aspek hukum dalam praktek kebidanan ?
2. Apa sajakah aspek hukum di dalam praktek kebidanan ?

4
3. Apa pengertian dari hukum?
4. Bagaimana hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika?
5. Bagaimana disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika?
6. Apa saja macam-macam hukum keterkaitannya dengan moral dan etika?

C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan aspek hukum dalam
praktek kebidanan.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami apa saja aspek hukum dalam praktek
kebidanan.
3. Agar dapat mengetahui dan memahami pengertian dari hukum.
4. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana hokum dan keterkaitannya dengan
moral dan etika.
5. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana disiplin dan keterkaitannya
dengan moral dan etika.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami macam-macam hokum keterkaitannya dengan
moral dan etika.

D. Manfaat

Bagi penulis

Menambah wawasan mengenai Aspek Hukum dalam Praktek Kebidanan dan Aspek
Hukum Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan

Bagi pembaca

Diharapkan bagi pembaca makalah ini, khususnya calon bidan dapat mengetahui
danmengaplikasikan aspek hukum dalam praktek kebidanan dan aspek hukum
disiplin hukum dan peristilahan hukum dalam pelayanan kebidanan.

5
Bagi institusi

Menambah koleksi pustaka bagi Poltekkes Tanjung Karang tentang aspek hukum dalam
praktek kebidanan dan aspek hokum disiplin hukum dan peristilahan hukum dalam
pelayanan kebidanan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Hukum Dalam Praktik Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia, adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis
kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan
hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.

Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan mutunya melalui:

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan


2. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentanng registrasi dan praktik bidan
2. Standar Pelayanan Kebidanan
3. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4. PP No 32/ Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang oraganisasi dan tata kerja Depkes
6. UU No 22/1999 tentang Otonomi daerah

7
7. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi

 Peraturan dan perundang-undangan yang melandasi tugas, fungsi dan praktik bidan.

Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang


kesehatan yang mengatur tentang pelayanan medik dan sarana medik. Perumusan hukum
kesehatan mengandung pokok-pokok pengertian sebagai berikut :

a. Kesehatan menurut WHO, adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, jiwa dan
sosial, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Adapun istilah
kkesehatan dalam undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.

b. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

c. Tenaga kesehatan adalah adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.

d. Tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan sarjana, sarjana muda. Adapun yang
dimaksud dengan tenaga adalah tenaga kesehatan pada tingkat sarjana dan sarjana muda.
Dibidang kebidanan adalah bidan yang terdiri dari diploma III dan IV kebidanan.

e. Kesehatan medik meliputi rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan rumah bersalin,
praktik bberkelompok, balai pengobatan/klinik dan sarana lain yang diterapkan menteri
kesehatan.

f. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan.

8
g. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau
jaringan tubuh manussia yang berasal dari tubuh seseorang lain atau tubuh sendiri dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi
dengan baik.

 Legislasi pelayanan kebidanan

Pelayanan legislasi adalah:


1. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi sendiri
2. Legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional

Bidan dikatakan profesional, mematuhi beberapa criteria sebagai berikut:


1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktek berdasrkan evidence based
4. Penggunaan berbagai sumber informasi
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta butuh perlindungan
sebagai pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang menjadi sumber ketidakpuasan pasien
atau masyarakat yaitu:
1) Pelayanan yang aman
2) Sikap petugas kurang baik
3) Komunikasi yang kurang
4) Kesalahan prosedur
5) Saran kurang baik
6) Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan kesehatan.

Legislasi adalah proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat hukum


yangsudah ada melalui serangkaian sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi
(pengaturankemenangan) dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang
telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut antara lain :
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
9
2. Memberikan kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profesionalisme

B. Aspek Hukum Disiplin Hukum dan Peristilahan Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan

1. Pengertian Hukum

Hukum memiliki pengertian yg beragam karena memiliki ruang lingkup dan


aspek yg luas. Hukum dapat diartikan sebgai ilmu pengetahuan, disiplin, kaidah, tata
hukum, petugas atau hukum, keputusan penguasa, proses pemerintahan, sikap dan
tindakan yg teratur dan juga sebagai suatu jalinan nilai-nilai. Hukum juga merupakan
bagian dari norma yaitu norma hukum.

1. Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidahatau norma yang mengatur


tatatertib dalam suatu masyarakat, oleh karena itu harus di taati oleh masyarakat
yang bersangkutan.
2. Hukum adalah aturan di dalam masyarakat tertentu. Hukum di lihat dari isinya
terdiri dari norma atau kaidah tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak,
dilarang atau diperbolehkan.
3. Plato
Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
4. Aristoteles
Hukum yaitu kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim.
5. Austin
Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi
bimbingan kepada makhluk berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya
(Friedmann, 1993: 149).

10
Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh
penguasa negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi
hukum untuk mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat
memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

2. Disiplin hukum adalah :


 suatu sistem ajaran tentang hokum
 ilmu hukum merupakan satu bagian dari disiplin hokum

Bagian Disiplin Hukum a.l. :

1. Ilmu Hukum
a. kaidah hukum (validitas sebuah hukum)
b. kenyataan hukum (sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi)
c. pengertian hukum
2. Filsafat Hukum
a. sistem ajaran yang pada hakikatnya menjadi kerangka utama dari segala
b. ilmu hukum dan hukum itu sendiri beserta segala unsur penerapan dan
c. pelaksanaan.
3. Politik Hukum
 Arah atau dasar kebijakan yang menjadi landasan pelaksanaan dan penerapan hukum
yang bersangkutan.

Disiplin Hukum mencakup paling sedikit tiga bidang :


Yaitu ilmu-ilmu hukum, politik hukum dan filsafat hukum. Dalam hal ini dapat dikatakan,
bahwa filsafat hukum mencakup kegiatan perenungan nilai-nilai, perumusan nilai-nilai dan
penyerasian nilai-nilai yang berpasangan, akan tetapi yang tidak jarang bersitegan

3. Macam-macam Hukum
Hukum itu dapat dibedakan :
- menurut bentuk
- menurut sifat

11
- menurut sumber 
- menurut tempat berlaku
- menurut isi dan cara mempertahankannya

Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi:

1 . Hukum Tertulis :

• Adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dlm perundangundangan.

Contoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada
KUHPerdata.

• Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan
dan yang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam
lembaran negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut hukum tertulis yang
dikodifikasi.

• Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan
hukum.

•Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat
mengikuti hal-hal yang terus bergerak maju

2).Hukum Tidak Tertulis

 Adalah hu  Adalah hukum yang kum yang tidak ditu tidak dituliskan ata liskan atau tidak
dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak
dicantumkan pada perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu

Menurut sifatnya, hukum itu dibagi menjadi


1). Hukum yang mengatur 
• Hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan

12
sendiri.
2). Hukum yang memaksa
• Hukum yang dalam keadaan apapun memiliki paksaan yang tegas

Menurut sumbernya, hukum itu dibagi menjadi :

1.Hukum Undang-Undang
Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
2. Hukum Kebiasaan (adat),Hukum yang ada di dalam Hukum yang ada di dalam peraturan-
peraturan adat.

3. Hukum Jurisprudensi
Hukum yang terbentuk karena keputusan hakim di masa yang lampau dalam perkara yang sama.

4. Hukum Traktat
Hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara negara yang terlibat di dalamnya

Menurut tempat berlakunya, hukum itu dibagi menjadi :

1. Hukum Nasional

Hukum yang berlaku dalam suatu negara.

2. Hukum Internasional
Hukum yang mengatur hubungan antar negara.

3. Hukum Asing
Hukum yang berlaku di negara asing

Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :

1. Hukum Privat (Hukum Sipil)

13
Hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dan orang yang lain. Dapat dikatakan
hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan warganegara. Contoh: Hukum
Perdata dan Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil disebut juga hukum perdata.

2. Hukum Negara (Hukum Publik)

Dibedakan menjadi hukum pidana, Dibedakan menjadi hukum pidana, tata negara dan adm tata
negara dan administrasi negara.
a. Hukum Pidana
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan negara
b. Hukum Tata Negara
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan alat perlengkapan negara.
c. Hukum Administrasi Negara

Hukum yang mengatur hubungan antar alat perlengkapan negara, hubungan pemerintah pusat
dengan daerah.

14
15
 Sanksi Disiplin

Keppres No.56/1995 Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK)

Bertugas meneliti dan menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian
dalam menerapkan standar profesi yg dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan

 Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan

Sengketa kerap terjadi di mana dan kapan saja. Terutama bagi mereka yang terjun
di dunia bisnis, perselisihan akan selalu ada, baik dengan relasi, klien, konsumen,
maupun lawan atau saingan bisnis. Berbagai cara digunakan untuk menyelesaikannya,
entah itu melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Bagi pembuat keputusan yang bijak,
tentu mereka akan memilih jalur kedua, yaitu di luar pengadilan. Jalur ini lebih aman
dibandingkan jalur pengadilan.  Artinya, lebih memiliki banyak keuntungan dan

16
kemudahan dibandingkan dengan proses sidang di pengadilan. Penyelesaian model ini,
yang dikenal di Indonesia ada empat jenis yaitu sistem Negoisasi, Mediasi, Konsiliasi,
dan abritase Negosiasi, merupakan komunikasi dua arah.

Negosiasi adalah proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain,
suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beranekaragam. Atau bisa
dikatakan, negosiasi merupakan proses tawar-menawar dari masing-masing pihak untuk
mencapai kesepakatan.

Mediasi adalah proses adalah proses penyelesaian sengketa penyelesaian sengketa


dengan perantaraan pihak ketiga (mediator) Yakni pihak yang memberi masukan-
masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka. Namun, pada
masingmasing pihak tidak terdapat kewajiban untuk menaati apa yang disarankan oleh
mediator. Mediasi bisa dilakukan di pengadilan atau di luar pengadilan, tergantung
keinginan dua belah pihak

Konsiliasi prosesnya hampir serupa dengan mediasi, tetapi dengan mediasi, tetapi
biasanya diatu biasanya diatur oleh undang-undang. Yaitu ketika suatu pihak diwajibkan
hadir, konsiliator cenderung menekan dan bertanggung jawab atas norma sesuai undang-
undang atau badan terkait, dan langkah hukum akan diambil bila kesepakatan tidak
tercapai

Arbitrase, yaitu penyelesaian Sengketa melalui badan arbitrase  Artinya,


penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim berdasarkan
persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan
oleh hakim atau para hakim yang mereka pilih atau mereka tunjuk.

 Penyelesaian Sengketa Diluar Jalur Pengadilan

Melalui Pengadilan umum


Pengadilan Negeri berwenang memeriksa sengketa bisnis, mempunyai karakteristik :

1) Prosesnya sangat formal


2) Keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang di tunjuk oleh negara (hakim)

17
3) Para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan
4) Sifat keputusan memaksa dan mengikat
5) Orientasi kepada fakta dan hukum (mencari pihak yang bersalah)
6) Persidangan bersifat terbuka

4. Peristilahan Hukum

Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan, maka
ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini :

1) Legislasi (Lieberman, 1970)Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban


seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.
2) Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang dan untuk meyakinkan
klien.
3) Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan keserikatan/berhubungan dengan
tugas. Dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.
4) Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5) Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus per
kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnnya.
6) Beneficience Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan.
7) Mal-efecience Keputusan yang diambil merugikan pasien
8) Malpraktek/Lalaia. Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien. Tidak melaksanakan
tugas sesuai dengan standar. Melakukan tindakan yang mencederai klien. Klien cedera
karena kegagalan melaksanakan tugas.
9) Malpraktek terjadi karena. Cerobohan. Lupa. Gagal mengkomunikasikan. Bidan sebagai
petugas Kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan dengan
hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat
diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik. Banyak hal yang bisa
membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.

18
5. Peraturan Perundang-undangan Yang Melandasi Praktik Bidan

Peraturan perundang – undangan dan undang – undang yang terkait dengan praktik bidan
diantaranya :

1. Permenkes RI No.1464/Menkes/ PER/X/2010 Merupakan pengganti dari Kepmenkes RI


No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Kepmenkes ini terdiri dari 7
Bab dan 30 pasal.

a. Bab I Ketentuan umum


b. Bab II Perizinan
c. Bab III Penyelenggaraan praktik
d. Bab IV Pencatatan dan pelaporan
e. Bab V Pembinaan dan pengawasan
f. Bab VI Ketentuan peralihan
g. Bab VII Ketentuan penutup

2. Undang – Undang tentang Aborsi

Pengguguran kandungan merupakan tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan.


Tidak ada batas umur kehamilan yang boleh digugurkan. Dasar hukum abortus adalah
sebagai berikut :

a. KUHP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa orang.

1) KUHP pasal 299 berisi mengenai Ayat 1 memberikan harapan untuk pengguguran
diancam 4 tahun penjara atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.

19
2) Ayat 2 Mengambil keuntungan dari pengguguran tersebut sebagai pencaharian
atau kebiasaan, jika dia seorang tabib, bidan, apoteker, hukuman 4 tahun penjara
ditambah sepertiganya.
3) Ayat 3 Menggugurkan kandungan orang menjadi suatu profesi atau pencaharian,
maka dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu.

b. KUHP pasal 346 : Seorang wanita dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

c. KUHP pasal 347: Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuannya diancam dengan pidana penjara maksimal 12 tahun.

d. KUHP pasal 348: Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya atau mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam pidana
penjara lima tahun enam bulan, paling lama tujuh tahun.

e. KUHP pasal 349: Seorang dokter, bidan dan apoteker membantu melakukan kejahatan
tersebut dalam pasal 346, 347, dan 348 maka pidana yang ditentukan dalam pasal
tersebut ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut haknya untuk menjalankan mata
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

f. Undang – undang Kesehatan No.36 Tahun 2009

3. Undang – Undang tentang Adopsi

Adopsi adalah suatu proses penerimaan seorang anak dari seseorang atau lembaga
organisasi ke tangan orang lain secara sah diatur dalam perundang – undangan. Adopsi juga
berarti memasukkan anak yang diketahuinya sebagai anak orang lain kedalam keluarganya
dengan status fungsi sama dengan anak kandung.

Adopsi juga diartikan sebagai perbuatan hukum, dimana seseorang yang cakap
mengangkat seorang anak orang lain menjadi anak sahnya. Adopsi tidak berarti memutuskan

20
hubungan darah dengan orang tua kandungnya, tetapi secara hukum terbentuk hubungan
hukum sebagai orang tua dan anak.

Pada kasus sehari – hari dalam pelayanan kebidanan sering terjadi ketika si ibu yang telah
ditolong persalinannya dengan sengaja meninggalkan bayinya di rumah bersalin. Maka bidan
harus hati – hati dalam mengambil langkah, jangan membuat surat kelahiran dengan
mengatas namakan orang lain yang bukan ibu dari bayi tersebut, karena berarti mengaburkan
asal – usul orang. Menurut anda bagaimana seharusnya langkah bidan menghadapi situasi
ini ?
Hukum perdata tentang adopsi meliputi :

a. Anak yang diadopsi; hanya anak laki – laki, terjadi nilai diskriminatif dan patriakal.
b. Bahwa yang dapat mengadopsi anak adalah pasangan suami isteri janda atau duda.
c. Kebolehan mengadopsi, baru boleh mengadopsi bila tidak melahirkan keturunan laki –
laki.
d. Anak yang boleh diadopsi; anak laki – laki belum kawin, belum diadopsi orang lain,
umur lebih muda minimal 10 tahun dari ayah angkatnya, jika janda lebih muda 15 tahun
dari ibu angkatnya. Syarat persetujuan adalah meliputi:
1) Dari suami isteri yang melakukan adopsi
2) Dari orang tua alami anak yang diadopsi
3) Dari ibu anak apabila ayah meninggal
4) Dari anak yang diadopsi sendiri (tidak mutlak)

Adopsi berbentuk akta notaris, yaitu : para pihak datang, jika dikuasakan harus dengan surat
kuasa notaris, pernyataan persetujuan bersama orang tua alami dengan calon orang tua angkat,
dengan akta adopsi. Adopsi yang tidak berbentuk notaris, batal secara hukum.

Akibat hukum adopsi adalah sebagai berikut :

a. Anak mendapat nama keturunan orang tua angkat


b. Anak yang diadopsi dianggap dilahirkan atau dianggap sah
c. Gugur hubungan perdata dengan orang tua alami
d. Adopsi tidak dapat dicabut atas persetujuan bersama

4. Undang – undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

21
Bidan sebagai tenaga kerja juga berhak mendapat perlindungan untuk menjamin hak – hak
dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
diskriminasi. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama dan sesudah kerja.Berikut beberapa pasal yang terdapat dalam Undang –
Undango Ketenagakerjaan :

a. Pasal 81 ayat 1: Pekerja atau buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit
dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
haid.
b. Pasal 81 ayat 2 : Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
c. Pasal 82 ayat 1: Pekerja atau buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5
bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan.
d. Pasal 82 ayat 2 : Pekerja atau buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan
berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan.
e. Pasal 83 : Pekerja atau buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hak itu harus dilakukan selama
waktu kerja.
f. Pasal 84 : Setiap pekerja atau buruh yang menggunakan hak waktu istirahatnya,
mendapat upah atau gaji penuh.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam memberikan pelayanan


kebidanan, hokum, etika dan moral sangat diperlukan karena untuk menyeimbangkan
antara hak. Kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing serta menjadi pedoman
dalam mengambil keputusan dan berprilaku.

Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan pelanyanan kebidanan.
Ada keterkaitan atau daerah bersinggunan antara pelanyanan kebidanan, etika dan hokum
atau terdapat “grey area”. Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan Program
Pendidikan Bidan yang diakui Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu memberikan supervise,
asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hmil ,
persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalianan atas tanggung jawab sendiri
serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.

Pekerjaan itu termaksud pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi


orangtua dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi, KB dan Asuhan anak, Rumah
Perawatan, dan tempat – tempat pelayanan lainnya (ICM 1990).

23
B. Saran

Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasen, penghormatan
terhadap hak-hak pasen, akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan kebidanan.
Sebagai calon tenaga kesehatan hendak nya kita bisa memahami lebih dalam apa yang jadi
dasar pada aspek hukum praktek kebidanan serta kaitan hukum terhadap etika dan moral
disini gunanya kita untuk menindak lanjuti pasien.

Dengan adanya hukum, etika, dan moral yang berlaku dalam memberikan pelayanan
kebidanan diharapan agar pelayana kesehatan terutama bidan dapat menaati hukum,
menerapkan kebijakan yang telah dibuat serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan hukum, etika dan moral yang ada dalam memberikan pelayanan akan
menghasilkan pelayanan yang bermutu di masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/moudyamo.wordpress.com/2017/11/09/aspek-hukum-dalam-
praktik-kebidanan/amp/

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Konsep-Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-Kebidanan-
Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwiYterFh57uAhVUOSsKHZAdBpMQFjADegQIChAB&usg=
AOvVaw3K76SMss_OWvOlLYWqsreb

https://id.scribd.com/presentation/422506157/Aspek-Hukum-Disiplin-Hukum-Dan-Peristilahan-
Hukum

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Konsep-Kebidanan-dan-Etikolegal-dalam-Praktik-
KebidananKomprehensif.pdf&ved=2ahUKEwjU8pb2yp_uAhUWQH0KHXRSB_IQFjABegQIF
BAB&usg=AOvVaw3K76SMss_OWvOlLYWqsreb

http://materibidancantik.blogspot.com/2017/08/contoh-makalah-aspek-hukum-dalam.html

25

Anda mungkin juga menyukai