Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

Mata Kuliah : Etikolegal dalam Praktek Kebidanan

Dosen Pembimbing : Prasetyaningsih, S. ST, M. Kes

Disusun oleh :

Adinda Resky NIM : 180201001

Anisa Supelina Sari NIM : 180201002

Feby Fadilla Rizki NIM : 180201003

Hunafa Putri Agali NIM : 180201004

Ika Perawati NIM : 180201005

Prodi DIII Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes )

Piala Sakti pariaman 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah

ini membahas tentang “Aspek Hukum dalam Praktek Kebidanan dan Aspek Legal dalam

Pelayanan Kebidanan”.

Dalam penyusunan makalah ini, Kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Karena itu Saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini, semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat Kami harapkan untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat bagi

kita semua.

Kampong pondok, 20 maret 2019

Penyusun

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

i
Daftar isi

Kata pengantar .......................................................................................................................i

Daftar isi ...............................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................……………………...…………………………….1

1.2 Rumusan masalah ..........................................................................…………….……..3

BAB 2 PEMBAHASAN

1. Aspek hukum dalam pelayanan kebidanan ...............................................................4

A.Defenisi hukum ................................................................................................................4

B.Defenisi mora l ……………………………………………………………....…………5

C.Defenisi etika ................................………………………………………....…………5

D.Disiplin hukum ...........................................................………………………………….6

E.Macam-macam hukum ....................……………………………………/…….....….……..7

F.Dasar hukum ...........................…………………………………………………….…9

2. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan .....................................................................13

A. Otonomi Bidan dalam Pelayanan .............................................../...................................14

B. Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan ............................................................................15

3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam Pelayanan Kebidanan ………….........................16

A. Melalui Pendekatan Litigasi (melalui peradilan) ………………………………………………..22

B. Melalui Pendekatan Non Litigasi (di luar peradilan) …………………………………………..22

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

ii
BAB 3 PENUTUP

A.KESIMPULAN ..............………………………................................…………………23

B.SARAN ...............……………………………………………………...………….…….24

C.DAFTAR PUSTAKA .......…………………….…………..……………….……….25

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan yang sering kita jumpai.

Permasalahan yang terjadi semakin kompleks karena kurang diterapkannya hukum, etika dan

moral yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan, masyarakat, bangsa dan Negara.

Hukum yang berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku dan harus

ditaati, jika melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan berat dan ringannya perilaku

hukum yang dilanggar. Hukum bersifat mengikat, maka dari itu keterikatan tersebut membuat

tingkat kesadaran untuk menaati aturan sangatlah tinggi.

Etika merupakan ilmu tentang baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak). Dengan etika lebih mengajarkan bidan untuk berbuat yang mengarah pada hukum dan

norma yang berlaku untuk ditaati dan diterapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan

kepada masyarakat.

Moral tidak jauh berbeda dengan etika namun moral mengajarkan nilai yang sudah diakui

secara umum. Hal ini berkaitan dengan tindakan susila, budi pekerti sikap, kewajiban dan lain-

lain.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

1
Dengan keterkatan antara hukum, etika dan moral, diharapkan permasalahan yang terjadi

dalam praktik kebidanan dapat diseleaikan dengan baik dengan tetap memperhatikan sisi

kenyamanan dan keamanan masyarakat.

Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan

kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan

kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah

kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan.

Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi

mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan

daftar wewenang yang sudah tertulis.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus

memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan

dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang

Kesehatan menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara indonesiamelalaui

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya

manusia yang berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu

mempunyai daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas

sumber daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa kelahiran dan masa bayi

serta masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya manusia yang berkualitas, yang

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

2
memiliki pengetahuan dankemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi

perubahan serta mampu bersaing.

Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena pelayanan

bidan meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,masa hamil,

masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan menoupause serta

memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.

Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang

optimal dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme, JPKM dan desentralisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Aspek Hukum, disiplin hukum dan peristilah hukum

a) Pengertian hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika

b) Disiplin Hukum

c) Macam – maxam Hukum

d) Penyelesaian sengketa diluar

e) Penyelesaian sengketa dalam jalur peradilan

2. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan

a) Aspek legal pelayanan kebidanan

b) Legislasi, Registrasi dan Lisensi Praktek Kebidanan


ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

3
c) Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan

BAB II

ISI

1. Aspek hukum dalam praktek kebidanan

A. Definisi Hukum

Pengertian hukum menuru para ahli hukum di antaranya:

1. Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesiaa (1997)

 Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa,

pemerintah dan otoritas.

 Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.

 Patokan (kaidah, ketentuan).

 Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.

2. Plato

Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur

dan tersusun baik yang mengikat masyarakat

3. Aristoteles
ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

4
Hukum yaitu kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi juga hakim.

4. Austin

Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada makhluk

berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya (Friedmann, 1993: 149).

Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa negara atau

pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk mengatur tingkah laku

manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh

masyarakat.

B. Definisi Moral

Moral berasal dari bahasa Latin yaitu“Mos” (jamak : Mores) yang berarti kebiasaan adat.

“Moral” mempunyai etimologi yang sama dengan “etik, karena keduanya mengandung arti adat

kebiasaan. Istilah moral dipakai untuk menunjukkan aturan dan norma yang lebih konkret bagi

penilaian baik buruknya perilaku manusia.

Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hakikatnya, moral mengindikasikan ukuran-

ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral juga bersumber pada kesadaran

hidup yang berpusat pada alam pikiran (Rahma, 2004). Moral tidak hanya berkaitan dengan

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

5
larangan seksual, melainkan lebih terkait dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari

(Singer dalam Practicial Ethics, 1979).

Jadi, moral adalah nilai-nilai dan norma kebiasaan perilaku manusia untuk mengatur

tingkah lakunya dalam bermasyarakat.

C. Definisi Etika

Etika dalam bahasa Yunani adalah “Ethos” (tunggal), yang berarti kebiasaan-kebiasaan

tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir serta “ta etha”

(jamak), yang berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa Inggris,“ethics”, berarti ukuran tingkah

laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh

manusia sesuai denga moral pada umumnya.

Menurut aristoteles etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta

tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Jadi, etika adalah ilmu pengetahuan tentang kebiasaan perilaku manusia baik yang

bersifat baik maupun buruk seperti adab, perasaan, cara berfikir, dan akhlak.

D. Disiplin Hukum

Disiplin Hukum adalah suatu sistem ajaran tentang hukum. Disiplin hukum antara lain:

1. Ilmu hukum

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

6
a. Kaidah hukum (validasi sebuah hukum)

b. Kenyataan hukum (sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, perbandingan hukum)

c. Pengertian hukum

2. Filsafat hukum

Yaitu sistem ajaran yang pada hakikatnya menjadi kerangka utama dari segala ilmu

hukum dan hukum itu sendiri berserta segala unur penerapan dan pelaksanaannya.

3. Politik hukum

Yaitu arah atau dasar kebijakan yang menjadi landasan pelaksanaan dan penerapan

hukum yang bersangkutan.

E. Macam-macam Hukum

1. Hukum tertulis dan tidak tertulis

a. Hukum tertulis contohnya hukum perdata, dan hukum pidana

b. Hukum tidak tertulis contohnya hukum adat di suatu daerah

2. Hukum menurut sifatnya

a. Hukum yang mengatur


ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

7
b. Hukum yang memaksa

3. Hukum menurut sumbernya

a. Hukum undang-undang

b. Hukum kebiasaan adat

c. Hukum jurisprudensi yakni hukum yang terbentuk karena keputusan hakim

d. Hukum traktat yakni hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara Negara yang
terlibat di dalamnya

4. Hukum menurut isinya

a. Hukum privat yakni mengatur hubungan perorangan dengan orang lain

b. Hukum Negara

 Hukum pidana yakni hukum yang mengatur hubungan antar warganegaranya

 Hukum tata Negara yakni hukum yang mengatur hubungan antar warganegara dengan alat

perlengkapan negara.

 Hukum administrasi yakni hukum yang mengatur hubungan antara alat kelengkapan Negara

dan pemerintah pusat serta daerah

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

8
5. Menurut caranya

a. Hukum materil yakni hukum yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud

perintah dan larangan, contohnya hukum pidana dan hukum perdata.

b. Hukum formil yakni hukum yang mengatur cara mempertahankan dan melaksanakan hukum

materil. Contohnya hukum acara pidana dan hukum acara perdata.

F. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan tindakan hukum baik

perseorangan atau badan hukum.

Dasar hukum berbeda dengan hukum dasar. Dasar hukum merupakan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang secara jelas dapat dimengerti maksud dan tujuannya karena secara

tegas menyebutkan ketentuan tersebut sebagai pendukung sebuah tindakan hukum. Misalnya

peraturan presiden, UU dan lain-lain. Sedangkan hukum dasar memuat ketentuan peraturan

hukum berupa prinsip-prinsip hukum umum atau secara garis besar saja, tidak terperinci dan

tidak mengatur hal-hal yang bersifat khusus. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dimaksud

dalam hukum dasar inilah yang kemudian dibuat penjabaran yang menguraikan ketentuan

tersebut secara lebih spesifik dalam peraturan perundang-undangan. Hukum dasar Negara

Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

9
Hukum Dan Keterkaitannya Dengan Moral Dan Etika

Etika, hukum dan moral merupakanthe guardians (pengawal) bagi kemanusiaan.

Ketiganya mempunyai tugas dan kewenangan untuk memanusiakan manusia dan memperadab

manusia.

Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah

moral, yaitu mengenai apa yang dianggap “baik” atau “buruk” di masyarakat dalam kurun waktu

tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma dan nilai. Dikatakan dalam kurun waktu

tertentu karena moral bisa berubah seiring waktu. Etika dan moral senantiasa berjalan beriringan,

sehingga suatu tindakan yang dinilai bermoral pasti etis dan sesuatu yang tidak bermoral pasti

dianggap tidak etis pula.

Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan tentramnya

pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu pelanggaran hukum. Tetapi

sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan pelanggaran etik. Etika tanpa hukum

hanya merupakan pajangan belaka, bagaikan harimau tanpa taring, hanya bisa digunakan untuk

memberi teguran, nasehat bahwa suatu tindakan itu salah atau benar, tanpa bisa berbuat lebih

jauh lagi. Sebaliknya, hukum tanpa etika ibarat rumah tanpa pondasi yang kuat.

Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka bila hukum dibuat tanpa dasar etika,

artinya menganggap manusia seperti robot. Keduanya saling membutuhkan, berkaitan dan

keberadaannya tidak bisa digantikan. Misalnya, aborsi tanpa indikasi medis yang jelas, dianggap

sebagai tindakan yang melanggar etika. Etika tidak hanya ”bergerak” sebatas member

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

10
peringatan dan tuntutan, sedangkan hukum (dengan dasar etika yang jelas), bisa member sanksi

yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan.

Disiplin Hukum Dan Keterkatannya Dengan Moral Dan Etika

Disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika, seperti yang kita ketahui disiplin

hukum suatu sistem ajaran tentang hukum. Sistem ajaran mengenai hukum sangat erat

hubungannya dengan politik hukum yang mengarah pada kebijakan-kebijakan hukum yang

berlaku dalam memberikan pelayanan kebidanan. Kebijakan tersebut dibuat atas dasar “hukum

dasar” yang mempelopori peraturan dan kebijakan yang dibuat.

Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada Kita tidak bisa meninggalkan etika

dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap memperhatikan kaidah etika dan

moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan moral kebijakan hukum akan menjadi hukum

yang kaku tanpa adanya dinamisasi yang harmonis dan selaras antara peraturan dan yang

menerapkan peraturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan moral

yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat efisien dan

efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

11
Macam-Macam Hukum Dan Keterkatannya Dengan Moral Dan Etika

Hukum yang ada di Indonesia sangat beragam jenisnya namun hukum yang berkaitan

dengan moral dan etika seperti hukum pidana dan perdata yang mengatur hubungan antara

perseorangan dengan orang lain. Hal ini berkaitan erat karena dalam hubungan antar manusia ada

etika dan moral yang mengatur kehidupan ini agar berjalan dengan baik dan sejalan dengan

hukum yang berlaku.

Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari hubungan

bermasyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika berprilaku dalam memberikan

pelayanan agar resiko kelalaian dalam memberikan pelayanan dapat dicegah dengan adanya

hukum yang mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak diteraapkan maka

berlaku hukum pidana ataupun hukum perdata yang nantinya berupa tuntutan akan pelayanan

yang diberikan, apakah sesuai standar atau tidak.

Maka dari itu, dalam memberikan pelayanan harus berkiblat pada hukum yang berlaku

dan diiringi dengan etika dan moral yang menjadi pendukung kualitas pelayanan yang kita

berikan kepada masyarakat.

Dasar Hukum Dalam Praktik Kebidanan

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

12
Dasar hukum dalam praktik kebidanan yaitu berupa norma hukum atau ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan

tindakan pelayanan kesehatan terutama kebidanan.

Dikarenakan dasar hukum berbeda dengan hukum dasar maka dasar hukum dalam

praktik kebidanan yaitu Undang-Undang Kesehatan RI, Peraturan Mentri Kesehatan RI dan

lain-lain. Sedangkan hukum dasar dalam praktik pelayanan kebidanan adalah Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pernyataan secara umum yang menjadi landasan

terbentuknya spesifikasi dari peraturan perundang-undangan yang dibuat.

2. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan membantu melayani

apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika

dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam

hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.

Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan Umum, terdapat

pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan yaitu pelayanan

kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan

(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI Nomor:

369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan Kebidanan adalah bagian

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

13
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar

(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat disimpulkan

pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien,

oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan

pemulihan) yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal

sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-

undang atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-undang

atau hukum.

Aspek legal didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan

suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam

pelayanan kebidanan adalah dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik

bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan kejelasan batas-batas

kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan. (Ristica & Julianti, 2014)

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertianAspek Legal dalam

Pelayanan Kebidananadalah penggunaan norma hukum yang telah disahkan oleh badan yang

ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

14
kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh

Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

A. Otonomi Bidan dalam Pelayanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan

dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa

manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan

yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis

kompetensi dan didasari suatu evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan

hukumyang mengatur batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi

kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak

secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai

standar profesi dan etika profesi.

Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan

2. Penelitian dalam kebidanan

3. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan

4. Akreditasi

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

15
5. Sertifikasi

6. Registrasi

7. Uji Kompetensi

8. Lisensi

B. Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan

Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat

hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),

registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).

Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan

tindakan dan pengabdiannya. (IBI)

Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah

dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan yang

membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.

Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke dunia kerja.

Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga kesehatan tersebut layak

bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang

terus tumbuh setiap tahunnya.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

16
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa menjalankan

profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah

lulus uji kompetensi.

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan

yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :(Farelya & Nurrobikha,

2015)

1. Mempertahankan kualitas pelayanan

2. Memberi kewenangan

3. Menjamin perlindungan hukum

4. Meningkatkan profisionalisme

Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia

a. UUD 1945

Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya pembangunan

nasional yaitu pembangunan disegadan bidang guna kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.

b. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

17
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya

saing adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya

manusia dibentuk sejak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa

tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki

pengetahuan dan kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan

serta mampu bersaing.

c. Penyiapan Sumber Daya Manusia.

Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan reproduksi

wanita, sejak remaja, masa calon pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode

interval, masa klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak

pra sekolah.

d. Visi Misi Indonesia Sehat 2015

Visi Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2010 adalah derajat kesehatan yang

optimal dengan strategi: Paradigma sehat, Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi.

Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Sertifikasi

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

18
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan pendidikan

formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan). Lembaga pendidikan non formal

misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan

oleh profesi. Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang

terakreditasi sesuai standar nasional.

Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:

a. Ijasah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan

hukum atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.

b. Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan

pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang

akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.

Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)

a. Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:

Ø Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.

Ø Meningkatkan mutu pelayanan.

Ø Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.

b. Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:

Ø Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga profesi.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

19
Ø Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.

Ø Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan tenaga

profesi.

Ø Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga profesi.

Ø Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.

2. Registrasi

Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan

dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk

melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan

oleh badan tesebut.

Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap

bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan minimal

yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.

(Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor

900/MENKES/SK/VII/2002)

Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk

ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan

dilakukannya registrasi antara lain:

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

20
a. Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan

dan tehnologi yang berkembang pesat.

b. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus mal

praktik.

c. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang baru

lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas

Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan )

selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut

Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan, fotokopi

transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar.

SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk

penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi

karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya

dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

3. Lisensi

Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang

berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang teregistrasi untuk pelayanan

mandiri. Lisensi adalah pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan

yang telah ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk melindungi masyarakat dari pelayan
ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

21
profesi. Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan kejelasan batas wewenang dan

menetapkan sarana dan prasarana.

Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Ijan Praktik

Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang

menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan

praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai

berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat

keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.

Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan

penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta

kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan

inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang

mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan

dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha ,2015)

3. Mekanisme Penyelesaian Sengketa dalam Pelayanan Kebidanan

a. Melalui Pendekatan Litigasi (melalui peradilan)

Semua pelayanan yang dilaksanakan oleh bidan selalu ada hukum yang mendesain.Dari sudut
pandang hukum, bidan dapat diminta pertanggung jawaban berdasarkan hukum perdata,pidana dan
administrasi.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

22
b. Melalui Pendekatan Non Litigasi (di luar peradilan)

Penyelesaian sengketa diluar proses peradilan dapat diselesaikan melalui ADR (Alternative Dispute
Resolution) diantaranya melalui proses konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, maupun arbitrase
sebagai alternative penyelesaian sengketa.

Mekanisme penyelesaian sengketa melalui ADR ini lebih mengedepankan tujuan dari penyelesaian
sengketa yaitu win-win solution yang sama – sama menguntungkan para pihak. Pasien selaku konsumen
dapat mengajukan ganti rugi dengan mekanisme ADR tersebut melalui Badan Penyelesaian Sengketa
Kesehatan (BPSK).

BAB IV

PENUTUP

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

23
A. Kesimpulan

Jadi, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk

tercapainya kualitas mutu yang baik dalam memberikan pelayanan kebidanan, hukum, etika dan

moral sangat diperlukan karena untuk menyeimbangkan antara hak, kewajiban, dan tanggung

jawab masing-masing serta menjadi pedoman dalam mengambil keputusan dan berprilaku.

Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum yang telah

disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum yang paling utama dan sebagai

dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau

pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan

pemulihan kesehatan. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan meliputi legislasi, registrasi, dan

lisensi serta sertifikasi

Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan kami sebagian

penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa

menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam

pelayanan kebidanan.

B. Saran

Dengan adanya hukum, etika, dan moral yang berlaku dalam memberikan pelayanan

kebidanan diharapkan agar pelayan kesehatan terutama bidan dapat menaati hukum, menerapkan

kebijakan yang telah dibuat serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

24
hukum, etika dan moral yang ada agar dalam memberikan pelayanan akan menghasilkan

pelayanan yang bemutu di masyarakat.

Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan aspek legal dalam

praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran dan dapat menjalankan tugas kita

sesuai peraturan pemerintah ataupun standar praktek kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani dan Dadi Anwar H. 2005. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

25
http://belajarhukumindonesia-ourblogtemplates.com

http://macammacamhukumdiindonesia-bloghukum.com

http://pengertian-hukum-menurut-para-ahli-hukum.blogspot.com

http://amalniam.blogspot.com/2016/03/bab-i-pendahuluan-a.html?m=1

ASPEK HUKUM DALAM PRAKTEK KEBIDANAN & ASPEK LEGAL DALAM

PELAYANAN KEBIDANAN

26

Anda mungkin juga menyukai