Anda di halaman 1dari 5

RESUME TIMBANG TERIMA

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH :
FARAH MAHDIYYAH M.
071191024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
A. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima (operan) adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesauatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Biasanya terjadi
saat laporan dinas pagi ke sore, dari dinas sore ke malam, dan dari dinas malam ke
dinas pagi. Pada saat operan, penting dilakukan agar tercapai asuhan keperawatan
yang komprehensif (Berman (2009) dalam Noprianthy, 2018).
Nogueira dalam Lozano (2015) mendefinisikan pelaporan pergantian shif
dengan laporan verbal mengenai data obyektif dapat memberitahukan kepada
perawat shif selanjutnya mengenai kondisi umum pasien, dan kelanjutan asuhan
keperawatan yang akan diberikan.
Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan
sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan
shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama
24 jam (Gillies (2000) dalam Noprianthy, 2018).
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin sebagai bentuk
serah terima pasien kelolaan antara satu shif dengan shif lainnya sebelum dan
sesudah perawat melaksanakan tugasnya (Mugianti, 2016)
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaborasi yang sudah dan yang belum
dilakukan serta perkembangan pasien saat itu, informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna (Nursalam 2011, dalam Febrina, 2018).

B. Tujuan Timbang Terima


Timbang terima dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien dengan cermat
sesuai kondisi pasien terkini. Dalam operan akan disampaikan beberapa informasi
penting tentang tindakan yang akan dan telah dilakukan, serta dapat memberikan
suatu kejelasan yang lebih luas yang tak dapat diuraikan secara tertulis dalam
kegiatan penulisan laporan (Mugianti, 2016).
Tujuan komunikasi selama operan adalah untuk membangun komunikasi
yang akurat, reliabel, tentang tugas-tugas yang akan dianjurkan oleh staf pada shif
berikutnya agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif,
menjaga keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan
dan ketidakakuratan perawatan, serta memberi kesempatan perawat meninggalkan
pelayanan langsung (Nursalam (2015) dalam Noprianthy, 2018).

C. Manfaat Timbang Terima


1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan (Sulistyawati, 2019).
2. Mentransfer informasi pasien.
3. Memudahkan perencanaan asuhan keperawatan (Nopriyanto, 2017).
4. Pelayanan optimal (Windyastuti, 2018).

Manfaat timbang terima dalam Juliadi (2019) serah terima yang dilakukan
secara langsung akan berdampak pada perawatan pasien, sebagai sarana
menyampaikan tanggung jawab terkait layanan keperawatan, serta mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat untuk lebih mandiri.
D. Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Timbang terima dilakukan di samping tempat tidur pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback.
(Nur, S., tt)
Menurut Mugianti (2016) metode pelaksanaan timbang terima diantaranya :
1. Menggunakan tape recorder, berupa metode one way communication.
2. Menggunakan komunikasi oral atau spoken, melakukan pertukaran informasi
dengan berdiskusi.
3. Menggunakan komunikasi tertulis atau written, pertukaran informasi dengan
melihat pada media tertulis.

E. Langkah-langkah Pelaksanaan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011), langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima
adalah :
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal
apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi :
a. Kondisi pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas selanjutnya.
c. Rencana tindakan selanjutnya.
d. Perawat primer dan anggota melihat secara langsung keadaan pasien.

F. Prosedur Timbang Terima


1. Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shif.
b. Perawat primer menyampaikan timbang terima pada perawat primer
berikutnya dengan memerhatikan hal-hal yang perlu disampaikan (identitas
pasien, diagnosis medis, masalah keperawatan yang mungkin muncul,
tindakan keperawatan, intervensi kolaboratif, rencana umum, singkat dan
jelas).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
2. Pelaksanaan
a. Diskusi secara komprehensif masalah keperawatan pasien dan rencana
tindakan.
b. Menyiapkan buku catatan untuk hal-hal khusus pasien.
c. Operan harus berorientasikan pada permasalahan pasien.
(Nursalam (2015) dalam Noprianthy, 2018)

Komunikasi SBAR sangat penting dalam menunjang pelaksanaan timbang


terima yang baik, selain itu dapat disebabkan juga oleh pendidikan perawat, dan
lama pengalaman kerja di rumah sakit (Kusumaningsih, 2019).

G. Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAAN PASIEN

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

Sumber : Noprianthy, 2018


DAFTAR PUSTAKA

Febrina, W., Yenni, Ramadhani, S. (2018). “Pengetahuan Perawat Terhadap


Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Sesuai SOP”. REAL in Nursing
Journal (RNJ): 1(2), 60-66.

Juliadi, A., Ilmi, B., Hiryadi, H. (2019). “Related Factors of a Nurse Handover
Implementation in the Inpatient Ward of Ulin Hospital”. Journal Ners:
14(3), 13-20. eISSN 2502 5791.

Kusumaningsih, D., Monica, R. (2019). “Hubungan Komunikasi SBAR dengan


Pelaksanaan Timbang Terima Perawat di Ruang Rawat Inap”. Indonesian
Journal of Health Development: 1(2),25-34.

Lozano, G., Maryori. (2015). “The Handover: A Central Concept in Nursing Care”.
Enfermeria Global: 37, 419-434. ISSN 1695 6141.

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Kemenkes RI: Pusdik SDM Kesehatan.

Noprianty, R. (2018). Modul Praktikum Nursing Management. Yogyakarta:


DEEPUBLISH.

Nopriyanto, D., Hariyati, Rr. T. S. (2017). “Optimalisasi Pelaksanaan Timbang


Terima Dalam Metode Asuhan Keperawatan Dengan Model Tim: Pilot
Study”. Jurnal Kesehatan Holistik: 11(1), 1-4.

Nur, S. A., Bachtiar, H., Merdawati, L. tt. “Pengaruh Kepuasan Pasien Mengenai
Metode Serah Terima Pasien Dengan Bedside Handover”. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika: 10(2), 130-141. e-ISSN 2540-961.

Sulistyawati, W., Haryuni, S. (2019). “Supervisi tentang Komunikasi SBAR


(Situation, Background, Assesmen and Recommendation) Berpengaruh
terhadap Kualitas Handover Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit”.
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: 7(1), 19-26. ISSN 2527-8487.

Windyastuti, Hayuna, G. D., Winarti, R. (2018). “Hubungan Pelaksanaan Timbang


Terima Dengan Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSI
Sultan Agung Semarang”. Jurnal SMART Keperawatan STIKES Karya
Husada Semarang: 5(2), 20-29. ISSN 2502-5236.

Anda mungkin juga menyukai