Anda di halaman 1dari 4

KONSEP SERAH TIMBANG TERIMA

Menurut Manopo, dkk 2013 timbang terima pasien adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. SOP
antara shift yang ditunjukan kepada seluruh perawat pelaksana dibuat agar terselenggaranya
penyampaian dan penerimaan laporan-laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Sedangkan menurut Nursalam (2008) pelaksanaan timbang terima ini sangat perlu dilakukan
karena ini manyangkut perkembangan pasien, proses timbang terima dilakukan dengan
berjalan bersama perawat lainnya dan menyampaikan kondisi klien secara akurat didekat
klien.
Menurut Nursalam (2014) manfaat timbang terima yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
Timbang terima pasien di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Sikap perawat
2. Pengetahuan perawat
3. Beban kerja perawat
4. Motivasi kerja seorang perawat dll.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2010). Yang perlu
dilakukan selama timbang terima :
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau perawat primer
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume yang cukup
5. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station
Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang
lain. Pengasuh termasuk :
1. Dokter jaga
2. Dokter tetap ruang rawat
3. Asisten dokter
4. Praktisi perawat
5. Perawat terdaftar, dan
6. Perawat praktisi berlisensi. (The Joint Commission Journal on Quality and Patient
Safety, 2010).
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan
Byers (2009) memperkenalkan 5 standar prinsip serah terima pasien, yaitu:
1. Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses serah terima (lebih banyak
peserta dalam kegiatan serah terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk
mengelola serah terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang
komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan
segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk
2. Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu
pemahaman bahwa serah terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting
dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf
bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau
roster dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan serah
terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat
pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima pasien.
3. Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi dan mengorientasikan
peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses serah terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah terima pasien. Dalam tim
multidisiplin, serah terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota
multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
serah terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, di mana strategi ini memungkinkan
untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Serah terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab, misalnya;
ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu serah terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif
5. Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi secara tatap muka dan
di sisi tempat tidur pasien. Jika serah terima pasien tidak dapat dilakukan secara tatap
muka, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan serah terima pasien
berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat
serah terima pasien bebas dari gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara umum atau
bunyi alat telekomunikasi.
Proses serah terima pasien:
(1) Standar protokol, standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/ pencatatan terakhir yang paling penting,
latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang
perlu dilakukan, kerangka waktu dan persyaratan untuk perawatan transisi, penggunaan
catatan pasien untuk cross-check informasi, memastikan bahwa semua temuan penting
atau perubahan kondisi pasien terdokumentasi, memastikan pemahaman dan tanggung
jawab bagi pasien oleh perawat yang menerima penyerahan pasien.
(2) Kondisi pasien memburuk, pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
(3) Informasi kritis lainnya, prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang
luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau
tekanan yang dialami oleh staf.
Hambatan dalam proses timbang terima :
a. Komunikasi, dialek yang berbeda, aksen dan nuansa dapat disalahpahami oleh perawat
penerima laporan yang bekerja dilingkungan yang berbeda.
b. Gangguan, faktor-faktor situasional selama serah terima pasien yang dapat berkontribusi
sebagai gangguan.
c. Kebisingan, latar belakang suara seperti: telephone, hp, suara peralatan, alarm, dan
berbicara.
d. Kelelahan, peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada shift
yang berkepanjangan.
e. Pengetahuan/pengalaman dll, perawat pemula dan perawat ahli mempunyai kebutuhan
dan kemampuan yang bebeda. Perawat pemula mungkin membutuhkan informasi
tambahan yang lebih selama serah terima pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Angga Pramudya, Sudalhar. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Beban Kerja Perawat
Terhadap Pelaksanaan Proses Timbang Terima Pasien. Diakses dari : http://e-
journal.stikesmuhbojonegoro.ac.id
Boryana Dorvil, DNP, RN, CPHQ. 2018. The Secrets to Succesful Nurse Bedside Shift
Report Implementation And Sustanability. Nursing Management. Diakses dari :
www.nursingmangement.com
Engryne Nindy, Frida Mendur, Deiby. 2017. Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima
Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Anggrek 2 Rsup Prof Dr. R. D. Kandou
Manado. Journal Of Community And Emergency. ISSN. 2337-7356
Kamil Hajjul. 2009. Handover Dalam Pelayanan Keperawatan. Idea Nursing Journal. ISSN :
2087 – 2879
Wiwit Febrina, Yenni & Stevani Ramadhani. 2018. Pengetahuan Perawat Terhadap
Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Sesuai SOP. REAL in Nursing Journal (RNJ).
Vol. 1, No. 2. Hal : 60-66

Anda mungkin juga menyukai