Anda di halaman 1dari 3

Nama : Setiyani

NIM : 071191069
Resume Timbang Terima Keperawatan
Menurut Ovari (2015) timbang terima merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan
klein. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift
secara tulisan. Sedangkan menurut (Rushton 2010; Ovari, 2015) timbang terima
pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat yang merupakan bagian dari
aktivitas manajemen keperawatan. Timbang terima menyangkut keseluruhan dari
fungsi manajemen. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk
memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift. Sebagai
petunjuk praktis memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan
pengobatan, rencana perawatan serta menetukan prioritas pelayanan.
Timbang terima (handover) adalah salah satu bentuk komunikasi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien
dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim perawat setiap
pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi
terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas
pelayanan. (Bassie, L, 2013).Timbang terima/handover adalah suatu sistem dalam
penyampaian dan penerimaan informasi yang berhubungan dengan kondisi pasien.
Handover harus dilakukan sebaik mungkin dengan menjelaskan secara ringkas, jelas
dan lengkap atas langkah kemandirian perawat, kegiatan kolaboratif yang telah dan
belum dilakukan serta peningkatan/penurunan perkembangan pasien saat itu
(Nursalam,2017).
Kegiatan timbang terima merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
perawat dalam menginformasikan kondisi terakhir pasien serta menjadi gerbang awal
dalam mengelola asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan.
Komunikasi tidak efektif dalam timbang terima pasien dapat meningkatkan kejadian
medication error, membahayakan pasien, memperpanjang proses perawatan,
menurunkan kepuasan pasien, memperpanjang hari rawat pasien, dan berakhir
terhadap kurangnya mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
(Malekzadeh, dkk., 2013). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
timbang terima dalam pelayanan keperawatan diantaranya menurut Kamil (2017)
yaitu faktor internal meliputi komunikasi, gangguan, kelelahan, memori, pengetahuan
atau pengalaman, dokumentasi. Faktor eksternal meliputi budaya organisasi,
infrastruktur, keterbatasan teknologi dan tenaga kerja. Adapun berdasarkan penelitian
yang dilakukan Kesrianti, Noor & Maidin (2014) menyatakan bahwa pengetahuan,
sikap, ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan, dan rekan kerja berpengaruh
terhadap pelaksanaan Timbang terima
Dalam upaya menjaga mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang
berhubungan keselamatan pasien, banyak faktor yang mempengaruhi prilaku
seseorang dalam pelaksanan tindakan, termasuk pelaksanaan perawat dan
keselamatan pasien (patient safety) dalam berkomunikasi efektif salah satunya pada
saat perawat melakukan timbang terima (Farida, 2015). Dalam pelaksanaan timbang
terima terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi timbang terima adalah
keterampilan komunikasi, strategi/ standar timbang terima, penggunaan teknologi,
pendidikan dan pelatihan, keterlibatan staf serta kepemimpinan (Agustin, Wijaya,
Habibi, 2014; Fauziah, 2017).
Metode yang digunakan dalam timbang terima dulunya perawat melakukan
dengan cara tradisonal yaitu: dilakukan hanya di meja perawat, menggunakan satu
arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnyaan pertanyaan atau
diskusi, ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum,
tidak ada kontirbusi atau 2 feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up todate. Operan
tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara
langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak
ada komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi
pelayanan yang dilakukan (Kassesan and Jagoo, dalam JCI, 2010). Metode yang lain
dalam timbang terima adalah secara modern dengan teknik SBAR. Komunikasi
Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam dunia kesehatan
dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente Oakland California
untuk membantu komunikasi antar dokter dan perawat. Di Kaiser tempat asalnya,
teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga untuk
berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail
serta bagian IT untuk mengatasi masalah. (Novak & Fairchild, 2012) Beberapa
penelitian terkait dokumentasi timbang terima dengan metode SBAR telah banyak
dilakukan oleh karima velji (2010). Karima melakukan penelitian mengenai efektifitas
dokumentasi SBAR, hasil yang didapat adalah penggunaan SBAR memiliki potensi
untuk meningkatkan komunikasi perawat. Oleh karena itu metode SBAR sangat
efektif dalam pelaksanaan handover. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa
penggunaan alat komunikasi S-BAR yang disesuaikan kondisinya dapat membantu
dalam komunikasi, baik individu dengan tim yang akhirnya dapat mempengaruhi
perubahan dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien dari tim, sehingga ada
dampak positif dan terlihat ada perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan pasien
Dalam pelaksanaan timbang terima pasien diperlukan komunikasi yang efektif
antar perawat untuk menggiatkan perbaikan keselamatan pasien. Menurut Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) (2012) orientasi penilaian rumah sakit didasarkan
pelayanan yang berfokus pada keseIamatan pasien. Keselamatan pasien adalah prinsip
dasar yang melambangkan hak setiap pasien terhadap pelayanan kesehatan. Prosedur
handover, selama ini telah dilakukan setiap pertukaran shift jaga,tetapi cara
penyampaian isi handover masih belum terbuka secara menyeluruh, meliputi: isi
handover (masalah keperawatan pasien lebih berpusat terhadap diagnosis medis),
dilakukan secara lisan tanpa adanya dokumentasi, sehingga konsep tindakan yang
beIum dan teIah diIaksanakan, serta hal-hal yang penting masih ada yang tidak
tersampaikan pada shift selanjutnya. Selain itu proses handover belum sesuai dengan
standar yang lazim diterapkan.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Nursalam (2017) Timbang
terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan secara efektif
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum, dan perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Daftar Pustaka
Dewi Kusumaningsih, Reva Monica. Hubungan Komunikasi Sbar Dengan
Pelaksanaan Timbang Terima Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr. A. Dadi
Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2019 (2019).

Dian Anggraini, Enie Novieastari, Tuti Nuraini. Peningkatan Kemampuan Timbang


Terima Pasien Melalui Budaya Komunikasi Situation, Background, Assessment,
Recommendation (Sbar) Di Rs Di Bekas

Rudi Kurniawan,Nur Ayu Yulirocita,Nur Hidayat. Timbang Terima Pasien Di Rumah


Sakit Di Kabupaten Ciamis Patient Handover In Hospitals In Ciamis District

Hani Tuasikal Dosen Akademi Keperawatan Rumkit Tk Iii Dr. J.A.Latumeten.


Efektifitas Metode Handover Dalam Meningkatkan Komunikasi Perawat

Ángela Sanjuan-Quiles, Phd, Rn; María Del Pilar Hernández-Ramón, Msc; Rocío
Juliá-Sanchis, Phd, Rn; Noelia García-Aracil, Phd, Rn; Mª Elena Castejón-De La
Encina, Phd, Rn; Juana Perpiñá-Galvañ, Phd. Handover Of Patients From Prehospital
Emergency Services To Emergency Departments

Anda mungkin juga menyukai