Pembimbing Klinik :
Urip Rahayu, M.Kep
Oleh :
KASMAD
220120120015
I.
PENDAHULUAN
Industri Kesehatan merupakan salah satu industry terbesar di negara
Indonesia. Dengan jumlah penduduk mencapai 230 juta dan berbagai macam
sarana prasarana kehidupan yang terbatas serta banyaknya bencana alam yang
melanda, masalah kesehatan penduduk Indonesia menjadi topik yang harus diatasi
dengan lebih serius oleh pemerintah.
Menurut penelitian dari WHO, penyebab kematian penduduk di dunia
52% justru diakibatkan oleh penyakit tidak menular, 9% akibat kecelakaan dan
39% akibat penyakit menular serta penyakit lainnya. Selain kematian, tentu
terjangkit suatu jenis penyakit akan menurunkan produktivitas sipasien maupun
keluarganya. Misalnya saja kasus yang paling mengakibat kankeparahan
disabilitas dari jenis penyakit tidak menular adalah patah tulang (fraktur). Pada
tahun 2005, WHO mencatat ada setidaknya 2 juta orang di dunia yang mengalami
patah tulang karena kecelakaan.
Disamping kecelakaan, penyebab terbesar fraktur lainnya adalah
Osteoporosis. Berbicara tentang dampak secara finansial, Health Technology
Assessment (HTA) tahun 2005 mengungkapkan di Indonesia padatahun 2000
ditemukan kasus fraktur osteoporosis sebanyak 227.850 yang membutuhkan
biaya pengobatan sebanyak US$ 2,7 miliar. Pada 2020 diperkirakan kasus fraktur
osteoporosis di Indonesia akan mencapai 426.300 yang akan membutuhkan biaya
pengobatan sebanyak US$ 3,8miliar. Bila dirata-rata, biaya yang dibutuhkan
untuk 1 kasus fraktur osteoporosis akan memerlukan biaya antara Rp 80 juta-Rp
100 juta. Jadi, sudah semestinya kita memerhatikan benar segala macam hal yang
mencakup pencegahan maupun perawatannya.
Pada zaman Perang Dunia 1, orang yang mengalami fraktur biasanya
hanya diberikan belat yang direndam darah kuda untuk mencegah mobilisasi
II.
adalah
tindakan
ORIF(Open
Reduction
fraktur
dengan
melakukan
pembedahan
e) Deformitas
f) Sindrom kompartemen
b. Konsep Fiksasi Eksterna
1) Definisi
Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk
menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga
pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan
distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain
dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau
kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga
dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis. Prinsip dasar
dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada
bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma,
kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka
luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk
menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary
treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive
treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang
dan jaringan lunak.Pada pelvis, kompresi oleh fiksasi eksterna dapat
menstabilisasikan
pelvis,
mengurangi
perdarahan,
sebagai
life,
yang
dimaksud
dengan
saving
life
atau
baik.
Fraktur Tertutup
Pada fraktur tertutup, fiksasi eksterna jarang dilakukan, kecuali
pada polytrauma yang berat, atau terdapat luka memar yang berat
untuk
menghindari
tembusnya
pin
kedalam
tulang.
Mobilisasi dapat cepat dilakukan oleh pasien, dan bagian tubuh
dapat digerakkan dan berpindah posisi tanpa adanya perasaan
dan
mudah
terjadi
infeksi
jika
teknik
: Tn. D
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 55 tahun
Alamat : Dusun Pamulihan RT 01 RW 01 Siti Raja Wanakerta Kab.
Sumedang
Pekerjaan : Supir
No. RM : 1320185
Pendidikan
: SD
Status perkawinan : Kawin
Dx. Medis : Fraktur Femur Bilateral, Fraktur Cruris Bilateral, Fraktur
Ulna Kanan
Tgl Pengkajian: 6 Desember 2013
Author/
Year
Gunasekaran
Kumar,
Nicholas
Peterson,
Badri
Narayan
(2011)
Bicondylarti
bial
fractures:
Internal or
external
fixation?
Sample Size
Design
Review
Article
Outcome Variable
Bicondylar
fracturedenganluka-luka
yang
heterogen, memiliki risiko tinggi komplikasi
daripengobatan. Tim bedah yang mengobati
harus
dalam
armamentarium
mereka
memilikikapasitas untuk mengobati patah tulang
dengan fiksasi internal atau eksternal, tergantung
pada sifat dari cedera. Apapun metode stabilisasi
dipilih, prinsip-prinsip menstabilkan cedera
berenergi tinggi ini adalah perawatan jaringan
lunak, akurasidanpemeliharaanreduksipermukaan
ligamen,
sementara
untukmencapai
keberhasilanjankapanjang yang memuaskan,
rotasi dan keselarasan. Pilihan pengobatan harus
ditentukan oleh jaringan lunak dan konfigurasi
fraktur
Penggunaan
fiksasididasarka
status jaringa
pasien.Singkatn
jaringan lunak
atau
dilakukan, jika
dan rekonstruk
screws and circ
D.K.Dwived
iand
Mahesh
Kumar
(2010)
Case
History and
Observation
s
Selama
3
minggusetelahtindakanpembedahananjingdapat
membawabeban minimal padadaerahoperasidan
8
minggudapatmembawabeban
yang
meksimaltanpaadanyanyeri
PenggunaanCir
(CEF)lebihefek
fixationpadapen
sehinggabebera
kanmobilisasi.
A total of
100
patients
(average
age
35
years,
range 1676)
with
103
displaced
diaphysealt
ibial
fractures
were
treated
with
the
XCaliber.
There were
Rata-ratawaktufollow-upadalah24bulan, 3pasien(4
fraktur) dikeluarkanuntuk penilaian akhirdan1
pasienpindah ke luar negeri. Darisisa98fraktur,
83(84,7%)
sembuhdenganoperasi
tunggaldalamrata-rata21minggu(SD 3,97; 1238minggu),
10frakturmemilikimal
union
dan5frakturterjadi non-union.. Ada 13komplikasi.
Di antaranya, kerugiandarireduksi yang diamati
pada3kasus karenakelebihanEF, dalam 3kasus,
infeksitempatpinyang
tertanamterlaludalamdan2patah
tulangsembuhdengan lebih dari1cmdarishortening
Hasil yang me
fraktur yang k
dilibatkan dala
XCaliber terbu
unilateral yang
keuntungan da
dan radioscop
fiksasi yang st
merupakan lap
khusus memer
diaphyseal tib
radiolusen.
Treatment
of
Compound
fracture of
tibia in dog
using
Circular
external
skeletal
fixator
(CEF)
Dall'Oca,
C.,
Christodouli
dis, A.,
Bortolazzi,
R.,
Bartolozzi,
P., &Lavini,
F. (2010)
Treatment
of 103
displaced
tibialdiaph
yseal
fractures
with a
radiolucent
unilateral
103 pasien, 3
dikeluakan, 1
pindahkeluarn
egeri.
Jadisampel
yang tersisa
98
external
fixator
Wang, C.,
Li, Y.,
Huang, L.,
& Wang,
M. (2010).
Compariso
n of twostaged
ORIF and
limited
internal
fixation
with
external
fixator for
closed tibial
plafond
fractures.
56 responden
59 type A
fractures,
35 type B,
and 9 type
C
(according
to the AO
classificati
on) and 35
were open
fractures.
Comparasi Insiden infeksi jaringan lunak superfisial ( terlibat
2
dalam infeksi luka atau infeksi pin - saluran ) pada
kelompok
kelompok I lebih rendah dibandingkan pada
kelompok II ( P < 0,05 ) , dengan perbedaan yang
signifikan . Kelompok I memiliki signifikan kurang
paparan radiasi ( P < 0,001 ) . Kelompok II
memiliki tingkat yang lebih tinggi malunion ,
tertunda serikat , dan gejala arthritis , tanpa
signifikansi statistik . Kedua kelompok serupa
mengakibatkan fungsi sendi pergelangan kaki .
Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
merokok dan pola fraktur adalah dua faktor yang
secara signifikan mempengaruhi hasil akhir
Dalam pengob
ORIF maupun
yang sama . Pa
membawa pap
lebih besar dan
tinggi infeksi j
terjadi pada pi
mempengaruh
Kesimpulan : Pada kasus fraktur tulang panjang yang terbuka akan lebih baik menggunakan fiksasi eksternal yang
III.
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan pasien dengan fraktur tulang panjang seperti
humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula yang cepat dan tepat akan
dapat mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi jangka panjang seperti
delayed, mal union atau non-union. Apalagi jenis frakturnya adalah
terbuka dan comuniti, seperti yang dialami oleh Tn. D. pada kasus Tn. D
baru dilakukan debridement saja (padahal klien masuk sejak tanggal 3
Desember 2013).
Salah satu penatalaksanaan pasien dengan fraktur adalah dengan
pembedahan. Adapun jenis pembedahannya ada dua macam yaitu fiksasi
internal dan fiksasi eksternal. Kedua tindankan tersebut sebaiknya
dilakukan sesuai dengan kondisi fraktur yang dialami oleh pasien. Hal ini
sesuai dengan pertimbangan untung dan ruginya dari tindakan tersebut.
Bila dilihat dari jenis fraktur yang dialami oleh pasien dimana jenis
frakturnya adalah terbuka, community, maka sebaiknya dilakukan fiksasi
eksterna yang sikuler (terutama pada daerah kruris kanan). Sedangkan
fraktur di ekstremitas lain dapat menggunaan fiksasi interna.
Sesuai dengan hasil jurnal yang ditemukan, bahwasanya fiksasi
eksternal akan lebih baik jika dilakukan pada pasien dengan fraktur
terbuka, walaupun terjadi paparan langsung dengan dunia luar pada
saluran pinnya. Akan tetapi paparan dengan dunia luar tidak
mempengaruhi hasil fiksasi. Memang ada beberapa kejadian infeksi
saluran terpasangnya pin, tetapi angka keberhasilannya lebih besar. Hal ini
sesuai dengan penilitian yang dilakukan oleh DallOca (2010), dari 98
fraktu, sebanyak 83 (83%) pasien fraktur mengalami kesembuhan dengan
operasi satu kali, 10 fraktur mengalami delayed dan 5 mengalami nonunion.
IV.
KESIMPULAN
REFERENSI
Chen, Y., Zheng, X., Shi, H., Wangyang, Y., Yuan, H., Xie, X., & ... Qiu,
X. (2013). Will the untreated ulnar styloid fracture influence the
outcome of unstable distal radial fracture treated with external
fixation when the distal radioulnar joint is stable. BMC
Musculoskeletal Disorders, 14186. doi:10.1186/1471-2474-14186
Dall'Oca, C., Christodoulidis, A., Bortolazzi, R., Bartolozzi, P., & Lavini,
F. (2010). Treatment of 103 displaced tibial diaphyseal fractures
with a radiolucent unilateral external fixator. Archives Of
Orthopaedic And Trauma Surgery, 130(11), 1377-1382.
doi:10.1007/s00402-010-1090-7
Mankar, S., Golhar, A., Shukla, M., Badwaik, P., Faizan, M., &
Kalkotwar, S. (2012). Outcome of complex tibial plateau
fractures treated with external fixator. Indian Journal Of
Orthopaedics, 46(5), 570-574. doi:10.4103/0019-5413.101041
Wang, C., Li, Y., Huang, L., & Wang, M. (2010). Comparison of twostaged ORIF and limited internal fixation with external fixator
for closed tibial plafond fractures. Archives Of Orthopaedic And
Trauma Surgery, 130(10), 1289-1297. doi:10.1007/s00402-0101075-6