Kelompok VII :
1. RAHMADINI NIM.1502186
2. FITRIA RAHMA DANI NIM.1502174
3. VELLYCIA ARNAZ NIM.1502191
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya maka kami telah menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat
waktu.
Berduka Disfungsional” yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada keterangan dan ada tulisan kami buat kurang
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga ALLAH SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
“Penulis”
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Respons intelektual dan emosional serta perilaku oleh individu, keluarga, dan
komunitas yang merupakan proses modifikasi dari konsep diri yang didasari oleh
persepsi potensial kehilangan (Nanda, 2005)
a) Marah.
b) Menolak potensial kehilangan.
c) Menolak kehilangan yang signifikan.
d) Mengekspresikan distress dari potensial kehilangan.
e) Rasa bersalah.
f) Perubahan kebiasaan, makan, pola tidur, pola mimpi.
g) Perubahan tingkat aktivitas.
h) Perubahan pola komunikasi.
i) Perubahan libido.
j) Tawar menawar.
k) Kesulitan mengatakan yang baru atau peran yang berbeda.
l) Potensial kehilangan objek yang signifikan (misal orang, hak milik, pekerjaan,
status, rumah, bagian, dan proses tubuh.
m) Berduka cita
3. Intervensi Generalis
Intervensi Klien
a) Tujuan Umum
Klien dapat mengatasi rasa berduka yang dialaminya.
4
b) Tujuan Khusus
1) Klien mampu mengenal kehilangan yang dialaminya.
2) Klien mampu mengatasi rasa kehilangan atau berduka yang dialami.
c) Intervensi Keperawatan
1) Kaji pengalaman masa lalu klien terhadap kehilangan, keberadaan support
system dan kegiatan berduka yang biasa dilakukan.
2) Jelaskan karakteristik yang normal dan abnormal dari berduka.
3) Diskusikan perbedaan pola individu terhadap berduka (misalnya antara laki-
laki dan perempuan).
4) Dukung klien untuk memverbalisasi ketakutan dan berkonsentrasi pada
potensial kehilangan, termasuk konflik dalam keluarga.
5) Bantu klien untuk sharing rasa takut, rencana dan harapan terhadap anggota
keluarga yang lain.
6) Pada klien anak bantu untuk mengklasifikasi konsep yang salah tentang
kematian atau kehilangan.
7) Grieve Work Fasilitation
a. Identifikasi tentang kehilangan klien.
b. Jelaskan tentang tahapan proses berduka dan beri dukungan.
c. Dukung klien untuk mengidentifikasi kehilangan objek atau orang.
d. Beri dukungan untuk mengekspresikan perasaan terhadap kehilangan.
e. Beri dukungan untuk mengidentifikasi ketakutan yang besar yang
menyertai kehilangan.
f. Beri dukungan klien untuk mengimplementasikan budaya, religious dan
sosial dan kehilangan.
8) Anticipatory Guidance
a. Latih teknik koping untuk perkembangan atau situasi krisis dengan klien.
b. Lengkapi dengan informasi yang realistis yang berhubungan dengan
perilaku klien.
c. Beri buku dan literatur untuk dibaca klien sebagai dukungan.
d. Lengkapi klien dengan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk
memberikan dukungan, jika klien mengalami kesulitan.
e. Buat jadwal follow up untuk mengevaluasi keberhasilan klien atau untuk
kebutuhan reinforcement
9) Kolaborasi
a. Rujuk pada sumber daya yang sesuai seperti kelompok pedukung,
dukungan legal, dukungan keuangan, pekerjaan sosial, grief counselor,
genetic counselor, dll.
b. Identifikasi sumber daya pendukung di komunitas.
Intervensi Keluarga
Tujuan Intervensi Keluarga :
1) Mampu mengenal masalah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami
berduka disfungsional.
2) Mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
berduka disfungsional.
3) Mampu merawat anggota keluarga yang mengalami anggota keluarga yang
mengalami berduka disfungsional.
4) Mampu memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan masalah berduka
disfungsional.
5) Mampu melakukan follow up ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.
3) Melatih klien dengan cara merawat anggota keluarga yang mengalami berduka
disfungsional.
4) Melatih keluarga memodifikasi lingkungan perawatan di rumah yang kondusif
dan sesuai dengan kondisi klien.
5) Melatih keluarga cara melakukan follow up jika dibutuhkan.
4. Intervensi Spesialis
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik:
P : Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu A. Saya Rahmadini,
Ibu bisa memanggil saya suster dini. Saya perawat yang dinas
pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang
akan merawat Ibu.
K : Pagi suster.
b. Evaluasi / validasi:
P : Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu A hari ini?
K : Iya sus.
c. Kontrak:
1) Topik:
P : Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar tentang keadaan ibu?
K : (Diam saja)
8
P : Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu. Dengan ibu mau
berbagi cerita dengan saya, perasaan tidak tenang ibu
mungkin bisa berkurang.
2) Waktu:
P : Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
K : 10 Menit saja.
3) Tempat:
P : Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Atau
ditaman?
2. Tahap Kerja
P : Baiklah Ibu A, bisa Ibu ceritakan kepada saya bagaimana
perasaan Ibu A saat ini?
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif):
(Objektif) :
b. Tindak Lanjut :
P : Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu
dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu
tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini.
K : Iya sus
P : Bu, ini ada buku kegiatan harian untuk ibu. Bagaimana kalau
kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan
ibu? Ibu setuju?
11
K : Iya sus
P : Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan
keterangan. Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom
kegiatan. Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik
rileksasi bu?
K : Jam nya tergantung saat saya melakukan teknik relaksasi saja
sus.
P : Baiklah bu, bagus sekali. Cara mengisi buku kegiatan ini: jika
ibu melakukannya tanpa dibantu atau diingatkan oleh orang lain
ibu tulis “M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis
“B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T” Ibu paham
Bu?”
K : Iya sus.
P : Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya bu.
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik:
P : Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu A. Masih ingat dengan
saya bu?
K : Iya sus, suster dini.
P : Ya benar sekali bu, Saya suster dini. Seperti janji kita
kemarin, kita akan berbincang-bincang lagi ya bu jam 10.00
pagi ini. Apakah ibu bersedia?
K : Iya sus.
P : Kita akan berbincang-bincang tentang apa saja yang ibu
fikirkan dan lakukan saat ini. ibu bersedia?
K : Iya sus.
b. Evaluasi / validasi:
P : Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu A hari ini? Apakah
perasaan ibu sudah lebih baik dari kemarin?
K : Sudah lumayan sus, tapi terkadang saya masih tidak tenang dan
masih tidak bisa menerima kalau suami saya telah meninggal.
P : Saya bisa mengerti keadaan ibu seperti ini, lalu apa yang ibu
lakukan saat perasaan tidak tenang ibu muncul?
P : Wah, bagus sekali bu, ibu sudah melakukan apa yang sudah
saya ajarkan. Coba saya lihat buku kegiatan harian ibu.
c. Kontrak:
1) Topik
P : Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari
ini kita bertemu untuk membicarakan apa saja yang
ibu lakukan saat ini.
K : Iya sus
P : Tujuannya supaya ibu bisa berbagi dengan saya, dan
mengurangi beban fikiran yang ibu rasakan.
K : Iya sus.
2) Waktu :
P : Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
K : 10 Menit saja.
3) Tempat :
P : Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini
saja?
K : Disini saja sus.
2. Tahap Kerja
P : Baiklah Ibu A, bisa Ibu ceritakan kepada saya apa saja yang ibu
lakukan dan fikirkan saat ini?
K : (Diam)
P : Ibu A, apa yang ibu lakukan semenjak suami ibu meninggal
K : Saya hanya bisa diam dan tidak lagi bisa berbagi keluh kesah
dengan suami saya. Andai saja saat itu saya ada didekat suami
saya, mungkin suami saya tidak meninggal.
P : Ibu A, saya mengerti perasaan ibu, tetapi ibu tidak boleh
menyalahkan diri sendiri. Apakah ibu ingat apa yang saya
sampaikan kemarin?
K : Ya sus. Hidup matinya seseorang sudah ditangan Tuhan.
P : Nah, bagus sekali ibu jika ibu mengerti hal tersebut, tidak
seharusnya ibu menyalahkan diri seperti ini.
14
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi :
(Subjektif):
P : Bagaimana perasaan Ibu sekarang?
K : Saya akan belajar menerimanya sus.
(Objektif) :
P : Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi.
K : Saya belajar menerima apa yang telah terjadi dan saya tidak
boleh menyalahkan diri saya sendiri.
b. Tindak Lanjut :
P : Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas dan
selalu menyalahkan diri sendiri, ingatlah satu hal, semua yang
terjadi sudah kehendak Tuhan. Dan ibu harus sembuh demi
saudara-saudara ibu dan anak ibu yang membutuhkan ibu.
K : Iya sus.
15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
tentang tinjauan pustaka Askep Berduka Disfungsional. Perawat sebaiknya sudah harus
memahami dan mengerti sehingga dapat menerapkannya dalam mata kuliah Praktek
Keperawatan Jiwa.
17
DAFTAR PUSTAKA
18