Disusun Oleh :
KELOMPOK III
ANNISA M PEBRIANISA
DONA DELVINA RAHMADINI
INDRA MAIDI REZA MAILANI PUTRI
MAIRORI CATORONA SUCY APRIFA ZEN
NYAK RAMADHANI TIARA WELLA FAUZIAH
CI KLINIK IW CI AKADEMIK
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
ANNISA M PEBRIANISA
DONA DELVINA RAHMADINI
INDRA MAIDI REZA MAILANI PUTRI
MAIRORI CATORONA SUCY APRIFA ZEN
NYAK RAMADHANI TIARA WELLA FAUZIAH
CI KLINIK IW CI AKADEMIK
2019
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
ANNISA M PEBRIANISA
DONA DELVINA RAHMADINI
INDRA MAIDI REZA MAILANI PUTRI
MAIRORI CATORONA SUCY APRIFA ZEN
NYAK RAMADHANI TIARA WELLA FAUZIAH
CI KLINIK IW CI AKADEMIK
2019
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronis (GGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat
di seluruh dunia dan sekarang dikenal sebagai kondisi umum yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung dan gagal ginjal kronis (GGK).
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yakni kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagl ginjal yang progresif dan
lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi
dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Pada kedua kasus tersebut, ginjal
kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan
tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun ketidakmampuan fungsional
terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal ini, tetapi gagal ginjal akut mempunyai
gambaran khas dan akan dibahas secara terpisah.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal
difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama
menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama
menyerang tubuls ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga
mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses
penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan
diganti dengan jaringan parut.
Meskipun penyebabnya banyak, manifestasi klinis gagal ginjal kronik sangat
mirip satu sama lain karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi
gangguan yang tidak pasti tidak adapat dielakkan lagi.
Hasil studi systematic review dan meta analisys yang dilakukan oleh Hill dkk
(2016) (dalam Wiliyanarti, 2019) menjelaskan data menunjukkan 13,4% penduduk
dunia menderita GGK. BPJS kesehatan Indonesia menjelaskan penyakit ginjal
merupakan penyakit yang berada pada urutan kedua setelah penyakit jantung dalam
perihal pembiayaan, data pusat pembiayaan dan jaminan Kesehatan menunjukkan
biaya meningkat dari tahun 2014 sampai dengan 2018 mencapai 13,3 Triulyun.
(Wiliyanarti, 2019)
Hasil Riset Kesehatan dasar (2018) menuliskan bahwa angka kejadian
penduduk Indonesia yang menderita gagal ginjal sebanyak 2 per 1000 penduduk, dan
angka kejadian penderita batu ginjal 0,6%. Berdasarkan data dalam Riskesdas (2018),
pasien berusia >=75 tahun menduduki ranking teratas untuk kelompok pasien gagal
ginjal kronis (GGK), yaitu sebesar 0,6% lebih tinggi dari kelompok usia yang lainnya.
Sedangkan pada kelompok menurut jenis kelamin, prevalensi pria penderita GKK di
Indonesia sebesar 0,3 persen dimana angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penderita GKK pada wanita yaitu 0,2%. (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan Survey yang dilakukan Kelompok III pada hari sabtu tanggal 16
November 2019 tentang penyakit GGK di ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil padang di Interne Pria dengan jumlah pasien keseluruhan diruangan Interne
Pria sebanyak 60 orang, didapatkan pasien yang menderita GGK sebanyak 13 orang
dan yang menderita penyakit TB Paru sebanyak 8 orang dari kedua kasus sebelumnya
didapatkan penyakit terbanyak pada interne pria adalah GGK.
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan keluarga pasien pada hari sabtu tanggal
16 November 2019 tentang penyakit GGK di ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil padang di Interne Pria didapatkan pengetahuan keluarga kurang dalam
menangani pasien dengan GGK.
Berdasarkan fenomena diatas maka Kelompok III tertarik melakukan
penyuluhan untuk mencegah dan mengatasi jumlah penderita GGK.
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan/atau
keluarga dapat mengetahui mengenai Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
a. Klien atau keluarga mengetahui Defenisi tentang GGK
b. Klien atau keluarga mengetahui Klasifikasi GGK
c. Klien atau keluarga mengetahui Penyebab dari GGK
d. Klien atau keluarga mengetahui Tanda Gejala dari GGK
e. Klien atau keluarga mengetahui Penatalaksanaan GGK
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Gangguan Ginjal Kronis (GGK).
2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab
3. Waktu
a. Hari / Tanggal : Kamis, 21 November 2019
b. Pukul : 10.00 WIB
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Laptop
c. Infocus
5. Sasaran Penyuluhan : Keluarga Pasien
D. Setting Tempat
Keterangan :
: Pembimbing
: Moderator
: Penyanji
; Infokus
: Audiens
: Fasilitator
: Observer
: Dokumentasi
E. Materi (Terlampir)
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Pebrianisa
Tugas
a. Memimpin pelaksana penyuluhan, memotivasi peserta untuk
mengikuti penyuluhan dengan tertib dan semangat.
b. Sebagai katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan
interaksi dengan menciptakan suasana untuk memotivasi anggota.
c. Mengarahkan proses penyuluhan ke arah pencapaian tujuan.
d. Menciptakan suasana yang mendukung.
4. Observer : Rahmadini
Tugas
a. Mengamati kegiatan penyuluhan apakah telah sesuai dengan
rencana serta segala faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya
penyuluhan.
b. Mencatat dan membuat laporan penyuluhan.
G. Kegiatan penyuluhan
H. Evaluasi :
1. Evaluasi struktur
a. Tempat, waktu dan alat tersedia sesuai perencanaan.
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
2. Evaluasi proses
a. Audiens berperan aktif dalam penyuluhan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan selama kegiatan berlangsung.
b. Audiens yang hadir mengikuti acara penyuluhan sampai selesai.
c. Fasilitator menfasilitasi pasien untuk bertanya atau memberi pendapat.
3. Evaluasi Hasil
a. Audiens 60% dapat menyebutkan pengertian GGK
b. Audiens 60% Menyebutkan salah satu dari beberapa klasifikasi GGK
c. Audiens 60% dapat menyebutkan penyebab GGK
d. Audiens 60% dapat menyebutkan tanda dan gejala GGK
e. Audiens 60% dapat menyebutkan penatalaksanaan GGK
Materi Penyuluhan
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menurun secara cepat
dan fungsi tersebut tidak dapat kemali seperti semula, yaitu dimana ginjal mengalami
kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Salah satu fungsi ginjal adalah memfiltrasi protein, sehingga normalnya tidak
ditemukan protein dalam urin. Pemeriksaan urin rutin merupakan suatu pemeriksaan
yang amat sederhana untuk mengetahui apakah terdapat gangguan fungsi ginjal.
Berdasarkan kemampuan filtrasinya, gagal ginjal dibagi menjadi :
o Pada gagal ginjal stadium 1, fungsi ginjal dalam batas normal, namun
terdapat kelainan pada pemeriksaan urin rutin, pemeriksaan struktur ginjal,
atau terdapat faktor genetik. Tidak ada pengobatan khusus pada stadium
ini, target tekanan darah harus dicapai sesegera mungkin.
o Pada gagal ginjal stadium 4, penurunan fungsi ginjal sudah berat dan
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan hemodialisis atau
tindakan cuci darah. Hemodialisis rutin perlu ditelaah lebih baik dari segi
medis maupun dari segi ekonomi.
1. Kurang minum.
2. Minuman beralkohol.
3. Minuman bersoda.
5. Infeksi penyakit.
7. Penyakit bawaan.
1. Sakit kepala.
2. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas.
4. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan nyeri
pinggang.
5. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak nafas
baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai lekukan, gatal-gatal pada
kulit, dan kesadaran menurun.
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan yang keluar (input -
output).
4. Operasi.
5. Pengambilan batu.
7. Nutrisi.
8. Obat-obatan.
Pengaturan diet tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, rendah kalium.
1. Jenis makanan yang diperbolehkan
Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah:
Pada penderita GGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan
lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat / tidak mencukupi. Syarat
pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik adalah :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BProtein rendah, yaitu 0,6 - 0,75 gr/kg BB
2. Lemak cukup, yaitu 20 - 30 % dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak
tidak jenuh ganda.
3. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari
protein dan lemak.
5. Kalium dibatasi (60 - 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria, atau anuria.
7. Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen pridoksin, asam folat, vitamin C,
dan vitamin D.
8. Ada tiga jenis Diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat bergantung
pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat
lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein dapat ditingkatkan
dengan memberikan asam amino esensial murni.
Daftar Pustaka
Almatsier. 2016. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Edisi Ke-6. Jakarta: Gramedia.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Rendi, Clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedal dan Penyakit Dalam.