Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) GRADE II

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Anatomi Fisiologi Darah
1. Anatomi Darah

Gambar 1. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn,
2008 : 133).Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya
kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam
mm3.Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang,
limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15
hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 1


bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2 (Pearce Evelyn,
2008 : 121-167).

Gambar 2. Sel Darah Merah

Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah


merah.Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari Paru-Paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawa ke jaringan dan membawa karbon dioksida
dari jaringan tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung kira-kira 95%
Besi ( Fe ) dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen
menjadi Oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme.Disamping Oksigen, hemoglobin juga membawa
Karbondioksida dan dengan Karbon monooksida membentuk ikatan Karbon
Monoksihemoglobin (HbCO), juga berperan dalam keseimbangan ph darah
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167).
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses Eritropoisis, pematangan
sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Proses
pembentukan sel darah merah ( Eritropoeisis) pada orang dewasa terjadi di
sumsum tulang seperti pada tulang tengkorak, vertebra, pelvis, sternum, iga,
dan epifis tulang-tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada
yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam
proses pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin B6 (piridoksin), protein dan faktor lain. Kekurangan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 2


salah satu unsur diatas akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah
sehingga mengakibatkan Anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin
yang rendah/kurang dari normal (Pearce Evelyn, 2008 : 121-167).
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam
inti sel sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan
RES (Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut,
dimana leukosit mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus
melalui limpa ke pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh
darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah
leukosit yang ada dalam darah akan meningkat (Pearce Evelyn, 2008 : 121-
167).

Gambar 3. Jenis Jenis Leukosit


c. Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 3


2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

2. Fisiologi Darah
Menurut Syaifuddin (2007) fungsi darah terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti
racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya
berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan denganmanifestasi perdarahan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 4


dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes,
2006).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006).
Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albapictus dan Aedes aegypti)
(Ngastiah 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

2. Epidemiologi
Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan
Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai
Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor
penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui
transportasi laut.
Selama awal tahun 5erotype di setiap 5eroty, penyakit DBD ini kebanyakan
menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun.
Walaupun demikian, berbagai 5 eroty melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa
meningkat selama terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto S., 2006). Jumlah kasus dan
kematian Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir
menunjukkan angka yang fluktuatif, namun secara umum cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2015 dan 2016 terjadi lonjakan kasus yang cukup 5erotyp

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 5


karena adanya KLB, yaitu tahun 2015 sebanyak 8246 penderita (angka insiden: 23,50
per-100 ribu penduduk), dan tahun 2016 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180
penderita (angka insidens: 20,34 per 100 ribu penduduk). Sasaran penderita DBD
juga merata, mengena pada semua kelompok umur baik anak-anak maupun orang
dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan, baik orang kaya maupun orang
miskin, baik yang tinggal di perkampungan maupun di perumahan elite, semuanya
bisa terkena Demam Berdarah.
Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2015 sebesar 0,7 dan 6erotype6
rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai 6eroty
bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan
6eroty, tingkat penyebaran virus, prevalensi 6erotype virus Dengue, dan kondisi
metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan,
tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-
laki.Distribusi umur pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah
anak berumur <15 tahun (86-95%), namun pada wabah selanjutnya jumlah kasus
dewasa muda meningkat.

3. Etiologi

1) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue
dan demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotip terbanyak (Suhendro, 2007 : 1709).
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi,

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 6


sehingga mengganggu sintesis protein sel pejamu.Kapasitas virus untuk
mengakibatkan penyakit pada pejamu disebut virulensi. Virulensi virus berperan
melalui kemampuan virus untuk :
a. Menginfeksi lebih banyak sel,
b. Membentuk virus progenik,
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat,
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2006; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (Aedes Albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 2006 ; 37).
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia
masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 7


mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi
pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia
telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto,
2006; 38).

4. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2006).
Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue.Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu
jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.Jika orang digigit
nyamuk Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di
dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah
diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada
dalam kelenjar liur nyamuk.Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur
nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan
ratusan ribu sehingga siap untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain.
Selanjutnya pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih
dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada
orang lain (Irawan, 2007).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi yang
biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila
seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan
DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 8


anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi
(kompleks virus-antibodi) yang tinggi.
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty,
pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali)
dan pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi
dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF (Suriadi & Yuliani, 2006).

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 9


Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi (Suriadi & Yuliani, 2006).
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit (Suriadi & Yuliani, 2006).
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang
tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada
DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat (Suriadi & Yuliani, 2006).

5. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai
berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 10


2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda
dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan
masa inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan
melena)
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran
klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 11


4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia
(kurang atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit lebih atau sama dengan 20 %) (Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

7. Pemeriksaan Fisik
 Muka tampak merah; Pembengkakan sekitar mata, konjungtiva hiperemis,
lakrimasi dan fotopobia; Epitaksis; Bibir kering, kemungkinan sianosis;
Perdarahan pada gusi.
 Pembesaran kelenjer limfe
 Nafas cepat, dispnea, takipnea
 Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta
perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
 Frekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria
 Dapat ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan
ulserasi gusi, hematemesis, dan malena
 Sadar sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh
tubuh.
 Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma). (Pearce
Evelyn, 2008 : 121-167)

8. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


Ada beberapa pemeriksaan pada pasien DBD, diantaranya :
a. Tes Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :
a Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit DBD.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 12


b Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat
ditemukan pada DBD.
c Jumlah leukosit dan hitung jenis
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai
leukositosis sedang.Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga
dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal.Jumlah granulosit
menurun pada hari ketiga sampai kedelapan.
d Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang
diajukan oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah trombosit
biasanya masih normal selama 3 hari pertama.Trombositopenia mulai tampak
beberapa hari setelah panas, dan mencapai titik terendah pada fase syok.
c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi Virus Dengue
Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat
menentukan, tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih, sehingga
tidak dipakai secara rutin.

2) Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih
sederhana dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan
virus dari kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue
dalam spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari
jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-
flouresens, ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 13


d. Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura,
kardiomegali, efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga peritoneum.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal
dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 -
30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½
liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 14


- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
O2 pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
3. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
c Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu
sekolah dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang
paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung
air hujan.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167).

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 15


10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan yang luas.
2. Mengalami shock atau renjatan.
3. Mengalami effuse pleura
4. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, dan lain sebagainya.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot,
dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit , gusi (grade III. IV), melena atau
hematemesis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 16


d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

3. Riwayat Imunisasi
Apabila pasien mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
4. Riwayat Gizi
Status gizi pasien DHF dapat bervariasi. Semua pasien dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Pasien yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka pasien dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
5. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air
minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
6. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan. Biasanya pada pasien DHF mengalami perubahan
penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 17


b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan
selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi.
c. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat adanya
kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
d. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu dikarenakan suhu
badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. Anak
dengan DHF sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas
yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. kadang-
kadang anak dengan DHF mengalami diare atau konstipasi, sementara DHF
pada grade IV sering terjadi hematuria.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak perempuan.
g. Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan dan
gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri. Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan
penghidu tidak mengalami gangguan.Nyeri dapat menjadi keluhan pada pola
sensori.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 18


i. Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF biasanya merasakan
cemas dan takut terhadap penyakitnya, anak cenderung ingin ditemani orang
tua dan orang terdekat
j. Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit,karena klien harus menjalani perawatan di rumah sakit maka dapat
mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga, lingkungan
bermain dan sekolah.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :

a) Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda-tanda


vital dan nadi elmah.
b) Grade II : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d) Grade IV : Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 19


meliputi inspeksi,palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki.

b. Pemeriksaan fisik head to toe


a) Integument : Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
b) Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih
c) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, reflek pupil isokor.
d) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e) Hidung : Simetris, ada perdarahan hidung / epsitaksis.
f) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan
pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kekakuan
leher, nyeri telan.
h) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Palpasi : Taktil fremitus normal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Ekstrimitas : Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
dan tulang.
k) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167)

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 20


B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan sal
cerna : Melena
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

C. Rencana Asuhan Keperawatan


NO NANDA NOC NIC
1 Hipertermi berhubungan Setelah diberikan Perawatan Demam
dengan peningkatan laju asuhan keperawatan 1. Monitor suhu sesering
metabolisme selama…x… mungkin
diharapkan suhu 2. Monitor IWL
tubuh dalam batas 3. Monitor warna dan suhu
normal dengan kulit
kriteria hasil : 4. Monitor tekanan darah,
1) Suhu tubuh nadi dan RR
pasien dalam 5. Monitor penurunan tingkat
batas normal (36 kesadaran
– 37 c). 6. Monitor WBC, Hb, dan
2) Nadi dan RR Hct
pasien dalam 7. Monitor intake dan output
rentang normal. 8. Berikan antipiretik
3) Tidak ada 9. Berikan pengobatan untuk
perubahan warna mengatasi penyebab
kulit dan tidak demam
ada pusing. 10. Selimuti pasien

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 21


11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Pengaturan Suhu
1. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, Nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 22


suhu dan kemungkinan
efek egatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipertermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu

Monitor TTV
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktifitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 23


8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

2 Ketidakefektifan perfusi Setelah diberikan Manajemen Hipovolemi


jaringan perifer asuhan keperawatan 1. Monitor status
berhubungan dengan selama ...x... hemodinamik, meliputi
perdarahan sal cerna : diharapkan perfusi nadi, TD, MAP, CVP,
Melena jaringan perifer PAP, PCWP, CO dan CI,
dengan kriteria hasil : jika tersedia.
1) Pengisian kapiler 2. Monitor adanya tanda
jari dehidrasi (misalnya,
2) Pengisian kapiler turgor kulit buruk, CRT,
jari kaki nadi lemah dan sangat
3) Suhu kulit ujung halus, membrane mukosa
kaki dan tangan kering dan penurunan
4) Tekanan darah urin output).
sistolik 3. Monitor adanya hipotensi
5) Tekanan darah ortotastik dan pusing saat
diastolic berdiri.

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 24


6) Muka pucat 4. Monitor adanya sumber
kehilangan cairan.
5. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan darah
(misalnya, hb, ht, tes
fekal adanya gumpalan
darah), jika tersedia.
6. Berikan produk darah
sesuai dengan order
dokter.

Monitor TTV
1. Monitor TD, N, S, RR
dengan tepat.
2. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembapan.
3. Monitor sianosis sentral
dan perifer.
4. Identifikasi perubahan
TTV.
3. Ketidakseimbangan Setelah diberikan Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari asuhan keperawatan 7. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh selama ...x... makanan
berhubungan dengan diharapkan asupan 8. Kolaborasi dengan ahli
ketidakmampuan menelan nutrisi adekuat gizi untuk menentukan
makanan. dengan kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi
7) Adanya yang dibutuhkan pasien
peningkatan berat

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 25


badan pasien 9. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan intak FE
tujuan 10. Anjurkan pasien untuk
8) Berat badan meningkatkan protein
pasien ideal dan vitamin C
sesuai dengan 11. Berikan substansi gula
tinggi badan 12. Yakinkan diet yang
9) Pasien mampu dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat untuk
kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
10) Tidak ada tanda- 13. Berikan makanan yang
tanda malnutrisi terpilih (sudah
11) Pasien mampu dikonsultasikan dengan
menunjukkan ahli gizi
peningkatan 14. Ajarkan pasien
fungsi bagaimana membuat
pengecapan dari catatan makanan harian
menelan 15. Monitor jumlah nutrisi
12) Tidak terjadi dan kandungan kalori
penurunan berat 16. Berikan informasi
badan yang berarti tentang kebutuhan nutrisi
17. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Monitor Nutrisi
1. BB pasien dalam batas
normal

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 26


2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor type dan jumlah
aktifitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 27


kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
16. Catat jika lidah berwarna
magenta, skarlet

4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan Terapi Aktivitas


berhubungan dengan asuhan keperawatan
1. Kolaborasikan dengan
kelemahan umum. selama …x…
Tenaga Rehabilitasi Medik
diharapkan dapat
dalam merencanakan
melakukan aktivitas
program terapi yang tepat
dengan baik dengan
2. Bantu klien untuk
kriteria hasil:
mengidentifikasi aktivitas
1) Pasien mampu
yang mampu dilakukan
berpartisipasi
3. Bantu untuk memilih
dalam aktivitas
aktivitas konsisten yang
fisik tanpa disertai
sesuai dengan kemampuan
peningkatan
fisik, psikolog dan social
tekanan darah, nadi
4. Bantu untuk
dan RR
mengidentifikasi dan
2) Mampu melakukan
mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari-
diperlukan untuk aktivitas
hari (ADLs) secara
yang diinginkan
mandiri

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 28


3) Tanda-tanda vital 5. Bantu untuk mendapatkan
normal alat bantuan aktivitas
4) Energy psikomotor seperti kursi roda, krek
5) Mampu berpindah: 6. Bantu untuk
dengan atau tanpa mengidentifikasi aktivitas
bantuan alat yang disukai
6) Status 7. Bantu klien untuk
kardiopulmonari membuat jadwal latihan
adekuat diwaktu luang
7) Sirkulasi status 8. Bantu pasien atau keluarga
baik untuk mengidentifikasi
8) Status respirasi: kekurangan dalam
pertukaran gas dan beraktifitas
ventilasi adekuat 9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 29


DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. 2006. Buku Saku Dokter. Demam Berdarah Dengue. Diunduh : 24 Agustus 2013.
http://bukusaku dokter.org/2013/04/12.

Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Mansjoer, Arif & Suprohaita, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. FKUI. Jakarta: Media
Aescullapius

Manson Johnson. Dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby Year-book. St.
Louis

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi Dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10 editor
t heather herdman. Shigemi kamitsuru. Jakarta : EGC

Pearce, C. Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia

Soedarto. 2006. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta: Sugeng
Seto.

Suhendro, dkk. 2007. Demam Berdarah Dengue.dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI

Suriadi & Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

Syaifuddin, 2007. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor Monica
Ester. Jakarta : EGC

Profesi Ners STIKES Syedza Saintika Padang ; Rahmadini, S.Kep 30

Anda mungkin juga menyukai