ORIF
OLEH:
NRP : 1170915
RS HERMINA JATINEGARA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menentukan Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien baik itu cara
penggunaannya maupun solusi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus fraktur: Post ORIF.
A. DEFINISI
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Pasien yang memiliki masalah di bagian
musculoskeletal memerlukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri,
dan mencegah bertambah parahnya gangguan musculoskeletal. Salah satu prosedur
pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut juga
dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan internal
fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup
dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen
fraktur (John C. Adams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk
fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transvers. Open Reduction Internal
Fixation(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu
pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa
patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk
mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan (Brunner & Suddart, 2003).
B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur antara lain adalah menurut Soeharto Reksoprojo dan Barbara C.
Long dibagi menjadi 4 yaitu:
2. Fraktur patologik yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
4. Patah tulang karena otot tidak dapat mengobservasi energi, seperti karena berjalan
kaki terlalu jauh (Barbara C. Long, 1996 : 375).
C. KLASIFIKASI
1. Menurut komplitnya:
a. Fraktur komplit Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti green stick fraktur, Harr line Fraktur.
2. Menurut bentuk baris patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:
a. Baris patah melintang atau horizontal : trauma angulasi atau langsung
b. Baris patah oblic : trauma anggulasi.
c. Garis patah spiral : trauma rotasi.
d. Kompresi : trauma aksial, fleksi pada tulang spongiosa.
e. Avulasi : trauma tarika atau traksi pada otot pada insersinya di tulang.
3. Menurut jumlah garis patah.
a. Fraktur kompulsif : garis patah lebih dari satu atau saling berhubungan.
b. Fraktur segmentasi : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.
c. Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan
tempatnya.
4. Menurut hubungannya antara fregmen tulang dengan adanya dunia luar.
a. Fraktur tertutup : bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar.
b. Fraktur terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan dikulit. 5
f. Menurut bergeser atau tidaknya.
a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser) Garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser, periostelin masih utuh.
b. Fraktur displaced / bergeser Terjadinya pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001 : 2357-2358)
D. INDIKASI
1. Vaskuler diantaranya compartemen sindrom dan trauma vaskuler, neurologis
yaitu lesi medula spinalis atau saraf perifer.
2. Sistemik yaitu emboli lemak.
3. Kekuatan sendi / kontraktor, disuse atropi otot, malunion, infeted non union,
gangguan pertumbuhan oestoporosis post trauma.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa Nyeri yang langsung dan menjadi lebih hebat karena berjalan dan tekanan
pada daerah yang terkena.
2. Hilangnya fungsi pada daerah yang cidera.
3. Tampak deformitas bila dibandingkan dengan bagian yang normal.
4. Daerah yang cidera kurang kuat pada daerah yang bergerak.
5. Gerakan menimbulkan detik (crepitasi).
6. Edema setempat (kurang jelas/tidak jelas dalam beberapa janin).
7. Shock terutama bila terjadi perdarahan hebat dari daerah area luka terbuka.
(Barbara C. Long, 1996 : 357)
Pada umumnya pasien fraktur baik terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas
yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh, immobilisasi dapat dilaksanakan dengan cara:
1. Fraktur tertutup atau eksternal
a. Gibs
b. Bidai
c. Penggendongan atau brace
d. Penggendongan atau brace dengan gibs
e. Traksi
2. Fraktur terbuka atau interna
a. Pemasangan plaste logam, pen, skrup
b. Pencangkokan tulang dengan pelat pin
3. Eksternal dan internal dengan kombinasi diatas membantu kenyamanan dan aktivitas
kehidupan sehari-hari (ADL). (Sylvia, A. Price, 1995 : 118
F. PATOFISIOLOGI
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup
akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar.
G. Patoflow
H. KOMPLIKASI
Komplikasi post operasi histerektomi menurut Abror (2004), adalah
1. Syok
2. Perdarahan
3. Infeksi luka post operasi
4. Sepsis
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum dan
kreatinin darah
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan, kerusakan serabut saraf, spasme otot.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka
neuromoskuler, pembatasan gerak
c. .Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barier pertahanan tubuh sekunder
terhadap terputusnya kontinuitas jaringan.
d. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi
aliran darah, cilera vaskuler langsung, edema berlebih.
e. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan gangguan status
metabolik, serkulasi dan sensori, penurunan aktifitas.
f. Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang mengingat salah interprestasi, kurang informasi.
INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan, kerusakan serabut saraf, spasme otot.
Tujuan : nyeri berkurang / hilang KH : - Nyeri berkurang TD : 120/80 mmHg N :
70-100 x / menit reguler -Pasien lebih rileks RR : 16-24 x / menit reguler -
Mengatakan nyeri berkurang / skala nyeri berkurang. Kaji dengan pendekatan P,
Q, R, S, T. R : membantu tentukan nyeri dan intervensi selanjutnya. Asalkan
teknik relaksasi napas dalam. Masase sekitar nyeri R : Nyeri berkurang. Monitor
TTU R : Ketahui adanya peningkatan TTV sebagai salah satu indikasi nyeri.
Bantu pasien untuk dapatkan posisi yang nyaman R : Meningkatkan kenyamanan
Kolaborasi pemberian analgetik R : mengurangi nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
pembatasan gerak. Tujuan : dapat melakukan fisik seoptimal mungkin. KH :
dapat melakukan ADL secara mandiri Intervensi : Kaji immobilitas pasien R :
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri sendiri tentang keterbatasan fisik.
Dorong partisipasi klien pada aktivitas terapeutik atau rekreasi. R : Memberikan
kesempatan untuk mengeluarkan energi. Bantu pasien untuk rentang gerak aktif
dan pasif. R : Meningkatkan aliran darah ke otot tulang dan meningkatkan tonus
otot. Bantu / dorong untuk perawatan diri. R : Meningkat sirkulasi dan kebersihan
diri. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. R : untuk membuat program latihan
mobilisasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barrier pertahanan tubuh sekunder
terhadap terputusnya kontinuitas jaringan. Tujuan : Infeksi tidak terjadi KH : S :
36,5, 37,5 0C TD : 120 / 80 mmHg RR : 16 – 24 x . menit reguler N : 60 – 100 x /
menit reguler -Mencapai penyembuhan luka yang optimal -Tidak ada tanda-tanda
infeksi Intervensi : Kaji tanda-tanda infeksi R : Mengetahui adanya infeksi seperti
adanya PUS pada luka, Monitor TTV R : Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
seperti peningkatan suhu, Berikan perawatan luka anti septik R : Mengurangi
resiko terjadinya infeksi, Kolaborasi pemberian antibiotik R : Mengurangi
terjadinya infeksi
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan / interupsi
aliran darah, cidera vaskuler langsung, edema berlebihan. Tujuan : Tidak terjadi
disfungsi neurovaskuler perifer KH : -Mempertahankan perfusi jaringan
dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit hangat, sensasi normal, sensasi biasa. -TD :
120 – 130 / 70 – 80 mmHg RR : 16-24 x / menit -N : 70 – 100 x / menit t : 36,5
0C – 37 0C Intervensi : Auskultasi : Frekuensi dan irama jantung R : Mengetahui
adanya bunyi dan irama tambahan, Observasi penurunan status mental R :
mengetahui tingkat kesadaran pasien Observasi warna, suhu kulit, membran
mukosa R : mengetahui derajat gangguan perfusi jaringan, Evaluasi ekstrimitas
ada tidaknya kualitas nadi, nyeri tekan, edema R : mengetahui keoptimalan fungsi
jantung, Hangatnya ekstrimitas yang dingin R : penyesuaian suhu.
5. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan gangguan status
metabolik, sirkulasi dan sensori, penurunan aktivitas. Tujuan : Tidak terjadi
kerusakan lebih lanjut KH : -Menyatakan ketidaknyamanan hilang -Menunjukkan
perilaku teknik untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut. -Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu. Intervensi : Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna turgor dan vaskuler R : Mendadak area sirkulasi buruk / kerusakan dapat
menimbulkan, Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa R :
Untuk mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih luas.
6. Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang mengingat, salah interpretasi, kurang informasi. Tujuan : Agar
pengetahuan pasien bertambah tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. KH : -
Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, pengobatan. -Melakukan dengan
benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan adanya tindakan. Intervensi :
Beri pengetahuan metode mobilitas dan ambulasi sesuai interupsi dengan terapi
fisik bila diindikasikan. R : Agar pasien mengerti dan mencegah terjadinya
kontraktur. Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya mandiri dan
memerlukan bantuan. R/ Mengurangi tingkat kebingungan pasien.
K. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat.
L. EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah dibuat.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. H
No. CM : A.37. 09. 89
Tgl lahir/ Umur : 24-05-1974 / 48 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMTA
Suku/ bangsa : Sunda
Alamat : Jl. Timoho II/200 RT001/001 Kel Muja Muju. Umbul
Harjo
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CM
GCS :E=4 M=6 V=5
TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 36,7C , N : 90 x/mnt RR : 18
x/mnt
Atropometri : BB : 73 kg, TB : 160 cm, LK : tidak dikaji, LD : tidak dikaji,
LP : tidak dikaji
b) Sistem penglihatan
Gangguang penglihatan : Tidak ada keluhan
Posisi mata : Simetris
Pupil : Isokor
Kelopak mata : Tidak ada keluhan
Konjungtiva : Tidak ada keluhan
Sklera : Tidak ada keluhan
Alat bantu penglihatan : Tidak
e) Sistem pernafasan
Pola nafas : normal
Retraksi : tidak
NCH : tidak
Jenis pernafasan : dada
Irama nafas : teratur
Terpasang WSD : tidak
Kesulitan bernafas : tidak
Batuk dan sekresi : tidak
Warna sputum : putih
Suara nafas : vesikuler
Perkusi : sonor
f) Sistem kardiovaskular
Warna kulit : normal
Clubbing finger : tidak
Nyeri dada : tidak
Denyut nadi : tidak
Sirkulasi : akral hangat
Pulsasi : kuat
CRT : < 2 detik
Bunyi jantung : normal
g) Sistem pencernaan
Mulut : Tidak ada keluhan
Gigi : Tidak ada keluhan
Lidah : Bersih
Tenggorokan : Tidak ada keluhan
Abdomen : Tidak ada keluhan
Peristaltik usus : Tidak ada keluhan
Anus : Tidak ada keluhan
BAB : Tidak ada keluhan
k) Sistem muskuloskeletal
Pergerakan sendi : bebas
Kekuatan otot : baik
Nyeri sendi : tidak ada
Oedema : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Parese : tidak ada
Postur tubuh : normal
( Sr. S )
POST OPERASI
Pasien pindah ke :
Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam___________Wib
RR 16.30 Wib
Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □ pusing Nyeri luka operasi
Kaki terasa baal □ Menggigil □………………
Keadaan Umum : □ Baik Sedang □ Sakit berat
TTV :
Suhu : 36,8oC, Nadi : 89 x/mnt, Rr : 18 x/mnt,
TD : 125/83 mmHg, Sat O2 : 99 %
Kesadaran : CM □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Coma
Perawat RR
( Sr. S )
ILUSTRASI KASUS
Pasien atas nama Tn H umur: 48 tahun datang ke RS Hermina Jatinegara untuk konsul ke
Orthopedi pada tgl 15 April 2022 dengan Closed Fraktur Olecronone. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit. Pasien telah dijadwalkan untuk operasi elektif dengan dokter Orthopedi di
RS Hermina Jatinegara dengan dr. R Sp.OT. Pada tanggal 17 April 2022 jam 13.30 WIB
pasien akan dilakukan operasi, pasien mengatakan takut menghadapi prosedur pembedahan
yang akan dilakukan, tampak ekspresi wajah tegang dengan TTV pasien TD = 120/80 mmhg,
RR = 20 x/menit, N = 86 x/menit, S = 36,5 C, dengan BB: 73 Kg, TB: 160 cm. Dengan Hasil
lab pre Op: Hb = 14, 9 Ht = 43, 6 L = 8, 76 Tr = 237.000, GDS = 139, Pasien tidak
merasakan adanya panas badan, buang air kecil normal warna jernih dan buang air besar
normal warnanya kuning kecoklatan,tidak ada mual dan muntah, dan rasa sakit yang pasien
rasakan sampai mengganggu aktivitas. Pada pemeriksaan status generalis, semua dalam batas
normal. Pada pukul 13.30 pasien dilakukan operasi dengan pembiusan spinal oleh dr. A
SpAn, dengan pengaturan posisi pasien supine, pembedahan pada pukul 14.00 operasi
berjalan selama 2 jam, selesai operasi jam 16.00 wib. Pasien pindah ke RR jam 16.30 wib.
Setelah operasi selesai, pasien mengatakan badannya terasa lemah dan nyeri luka operasi,
TTV : TD = 130/70 mmHg, N = 90 x/mnt, RR = 18 x/mnt, Sh = 37,5 0C, setelah 2 jam
diruang pemulihan pasien mengeluh nyeri berkurang, pasien tampak kesakitan, dengan skala
nyeri 3 .jam 20. 00 wib pasien pindah ke ruang perawatan.
A. Diagnosa keperawatan
Pre op
I. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Intra op
II. Cidera posisi operatif berhubungan dengan Kebutuhan posisi pembedahan dan
pemasangan elektro medic
Post op
III. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
IV. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan operasi
V. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
B. Perencanaan dan implementasi keperawatan
RM
02.01.005 Rev.3
INTRA OPERASI
DIAGNOSA RENCANA
PENGKAJIA TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk OK : 13.00 Jam keluar OK : √ Resiko infeksi Siapkan ruang Mempersiapkan ruang √ Ya □Tdk
16.30 Resiko cidera operasi operasi dan
Resiko Hipothermi Jaga privasi peralatannya
Jam mulai anstesi : 13.30 Jam selesai anestesi pasien Pasien diselimut dan jika
: 13.40 Cemas √ ya □Tdk
Kerusakan integritas (lengkapi perlu
1 Pernafasan kulit vasilitasnya penghangat disipakan.
Alat bantu nafas :□ Tdk √ Ya□Ventilator □ Ketidak efektifan selimut/ Mempersiapkan pasien √ Ya □ Tdk
Baging jalan penghangat) dimeja
Oksigen : √ Ya □ Tidak nafas Siapkan pasien di operasi
√ Nasal 2 ltr/ mnt Resiko luka bakar meja Mengobservasi tanda –
√ ya
□ Sungkup ......ltr/mnt □ lain- dari operasi tanda vital
□Tidak
lain...................... alat cauter Observasi tanda – Mempersiapkan
RR : 20.x/mnt SPO2 : 100 % tanda instrument dan √ ya □
Risiko perdarahan
2 Darah vital linen Tidak
Risiko terjadi
Perdarahan :□ Tidak √ Ya, 50 ml Siapkan Membantu pelaksanaan
komplikasi
3. TTV instrument dan prosedur
tindakan
linen anestesi √ ya □ Tidak
TD : 130/80 mmHg, Sh: 36 ͦ C Risiko nyeri karena Bantu Memberikan posisi
4. Otak/ syaraf pusat tindakan pelaksanaan pasien sesuai
Kesadaran √ Cmposmentis□ Delirium□ ................................. prosedur anestesi jenis operasi √ Ya □
Stupor□ Apatis □ Somnolen □ Koma ....... Berikan posisi Tim operasi melakukan Tidak
GCS: Eye 4 Verbal 6 Mototrik 5 ................................. pasien cuci tangan
5. Skala nyeri :0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ....... sesuai jenis sarung tangan, masker,
................................. operasi penutup √ Ya □
6. Kandung kemih SDM siap kepala, alas kaki
....... Tidak
√ Pasang kateter: □Tidak Ya, Jml urin : melakukan Mempersiapkan lokasi
100 ml .................................
....... tindakan lengkap pembedahan
warna: Jernih □Keruh □ Pekat □Merah/ darah menggunakan Melakukan time out
7. Pencernaan : ................................. √ Ya
....... APD sesuai ................................................ □Tidak
√ Puasa □ Kembung □ Mual □ Muntah standar
................................. .........
□ Terpasang NGT Mempersiapkan
....... ...............................................
8. Ektremitas lokasi
................................. ......... √ Ya
Terpasang patient plate : √ Kaki ki/ka □Paha pembedahan
ki/ka ....... ................................................ □Tidak
Lakukan time out .........
9. Lain- .................................
....... …………………….... ................................................
lain .............................................................
...... .........
.... ................................. √ Ya
....... …………………........ ................................................
.......................................................................... □Tidak
....... .........
....... .................................
.......................................................................... ....... …………………........ ...............................................
....... .........
....... ................................. √ Ya
.......................................................................... ....... …………………........ ................................................ □Tidak
........ ....... .........
.......................................................................... …………………........ ................................................
........ ....... .........
…………………........ ................................................
....... .........
POST OPERASI
DIAGNOSA RENCANA
PENGKAJIAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN TINDAKAN
Jam masuk RR : 16.30 Kecemasan Observasi TTV Melakukan observasi √ Ya □Tdk
Gangguan Berikan posisi TTV
Pernafasan, alat bantu nafas □ Tdk yang sesuai Memberikan posisi yang
pertukaran
Ya□Ventilator □ Baging □ Oksigen : √ Ya seperti yang sesuai
gas √ ya □Tdk
□Tidak diisntruksikan seperti yang
√ Gangguan mobilitas
√ Nasal 2 ltr/mnt □ Sungkup ......ltr/mnt fisik oleh spesialis diinstruksikan oleh
□ lain-lain.......... Gangguan integritas ( Dokter ) spesialis ( Dokter ) √ Ya □ Tdk
RR : 18 x/mnt, SPO2 : 99 % kulit Berikan selimut Memberikan selimut
1. Darah Gangguan penghangat penghangat √ ya □Tidak
Capilary refill : √ < 2 detik □ > 2 detik komunikasi Berikan terapi Memberikan terapi
√ ya □ Tidak
Kulit : √ hangat □ dingin□ lembab □basah verbal oksigen oksigen
Perdarahan : √ Tidak □ Ya,.................. ml Gangguan Operkan dengan Melakukan operan
2. TTV, TD : 120/88 mmHg RR : 19 x/mnt, pertukaran gas perawat dengan perawat
ruang pemulihan ruang pemulihan √ ya □ Tidak
Sh : 37 ͦ C Koping individu
3. Kesadaran /Otak tidak Terapi nyeri Pemberian terapi nyeri
√ Composmentis □ Delirium □ Stupor efektif sesuai dengan sesuai
□ Apatis □ Somnolen□ Koma instruksi dokter instruksi dokter √ Ya □
Resiko terjadi Tidak
GCS: □ Eye 4 □ Verbal 6 □ Mototrik 5 Observasi luka Menghitung balance
infeksi
4. Skala nyeri : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 operasi cairan
Resiko injury/ jatuh
5. Kandung kemih hitung balance Melakukan asemen dan
Resiko kurang cairan manajemen √ Ya □
√ Pasang kateter: √ Tidak □ Ya, Jml urin : volume
100 ml Asesmen & risiko jatuh Tidak
cairan
warna: □Jernih □Keruh □ Pekat □Merah/ manajemen …............................................
Gangguan rasa nyeri risiko jatuh .........
darah
................................. …................................ …............................................ √ Ya
7. Pencernaan, √ Puasa □ Kembung □
....... ....... ......... □Tidak
Mual
…................................ …............................................
□ Muntah □ Terpasang NGT …............................. ....... .........
......
8. Ektremitas …................................ …............................................
....... .........
Kulit: √ Utuh □ Terdapat luka □ diverban
….............................
Patah tulang : □ Ya □ Tidak …................................ …............................................
......
9. Perencanaan selanjutnya (Discharge
needs) ....... .........
□ Perawatan diri √ Pemantauan pemberian …............................. …................................ …............................................
obat ...... ....... .........
□ Pendampingan tenaga khusus …................................ …............................................
□ Latihan fisik lanjutan (FT) …............................. ....... .........
√ Perawatan luka □ Pemantauan diet ...... …............................................
□ Bantuan aktivitas fisik (crutches,kursi roda, .........
dll)
□ Bantuan medis/perawatan sewaktu - waktu
10.Lain-
lain .............................................................
....
Perawat Sirkulasi Perawat RR Verifikasi
DPJP
( Br. I ) ( Sr. J ) ((
Dr. R )
Nama &TTD Nama & TTD
Na
ma& TTD
Jam 12.00 : Mengobservasi TTV R/O: TTV pasien TD = 130/80 mmhg, RR = 20 x/menit,
N = 86 x/menit, S = 36,5 0 C
Jam 12.05 : Mengkaji skala cemas, R/S: Pasien mengatakan takut menghadapi prosedur
pembedahan yang akan dilakukan R/O: Tampak ekspresi wajah tegang,
dengan skala cemas 3, TTV pasien TD = 130/80 mmhg, RR = 20 x/menit, N
= 86 x/menit, S = 36,5 0 C
Jam 12.10 : Mengkaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik dan skala, R/S:Pasien
mengatakan nyeri saat haid dan pada perut kurang lebih selama 1 bulan.
nyeri dirasakan hilang timbul, R/O: Pasien tampak kesakitan, Ekspresi wajah
tampak tegang, Skala nyeri 4
Jam 12.15 : Mengajarkan teknik relaksasi dan ditraksi , R/O: Pasien tampak melakuakn
teknik relaksasi dan ditraksi
Jam 12.25 : Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengatur posisi tidur semifowler,
R/O: Pasien tampak nyaman
Jam 12.35 : Memberikan pendkes pada pasien dan keluarga mengenai prosedur proses
pembedahan dan berikan penjelasan secara akurat serta nyata tentang
tindakan yang akan dilakukan, R/S: Pasien mengatakan mengerti dengan
tindakan yang akan dilakukan kepada dirinya dan sudah siap dilakukan
pembedahan
Jam 12.40 : Mengkaji apakah pasien mempunyai factor resiko sebelumnya, misalnya
kedinginan, atau luka bakar, injury, R/O: Pasien tampak tidak memiliki luka
bakar
Jam 16.30 : Beritahu pasien dan keluarga tentang efek anastesi R/S: Pasien mengtakan
mengerti mengenai efek anastesi
Jam 16.45 : Libatkan keluarga saat memberikan informasi tentang pembatasan aktifitas
pasien R/S: Pasien mengtakan mengerti mengenai pembatasan aktifitas
pasien
Jam 17.30 : Mengkaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik dan skala, R/O: pasien
tampak sedikit kesakitan, ekspresi wajah tampak tegang, skala nyeri 2
Jam 17.45 : Mengajarkan teknik relaksasi dan ditraksi, R/O: Pasien tampak melakuakn
teknik relaksasi dan ditraksi
Jam 18.00 : Menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengatur posisi tidur semifowler,
R/O: Pasien tampak nyaman
C. Evaluasi Keperawatan
S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang setelah operasi, luka operasi mulai terasa
nyeri, masih sulit untuk melakukan mobilisasi, tidak ada keluhan nyeri sendi, dan
tidak tahu tentang perawatan luka
O : K/U sedang kesadaran CM, GCS 15, pasien tampak lebih tenang, skala cemas 1,
tampak juga kadang-kadang meringis kesakitan, skala nyeri 4-5, tidak tampak adanya
luka bakar dan nyeri sendi, pasien masih perlu dibantu untuk mobilisasi, akral hangat,
S:37 º c, nadi teraba kuat teratur HR:98 x/mnt, TD:140/90 terdapat luka post operasi
di clavicula
• Kolabor • Melakukan
asi kolaborasi
Pemberi Pemberian
an therapy
therapy analgetik
analgeti
k
Instruksi post op :
Dr. R. span
Biotek 2cc/jam selama 2 hari
Ringer lactat 20tpm
Tamolive 3x1 g selama 24 jam
Instruksi post op Dr. F spot
Pasien rawat ruang biasa
Ceftriaxone 2x1g
Cek X ray metacapal tgl 16-11-2020
Ringer lactat 20tpm
Pertahankan arm sling diruangan
• IMPLEMENTASI
18/11-20 Bd.B
02.00 Ps tampak istirahat dengan tenang tidak ada
keluhan nyeri Bd.B
Evaluasi pasien:
S: Pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi
berkurang
O: wajah tampak rileks, skala
nyeri 1-2, nyeri hilang
timbul, TD: 120/70mmhg,
N: 80x/menit, RR:
19x/menit, Suhu: 36,4°C, Bd.B
balutan luka operasi
kering, sekitar luka operasi
tidak kemerahan, tidak ada P:Intervensi
14.00 bengkak dihenitikan
A: Nyeri teratasi sebagian
Evaluasi pasien:
S: Pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi
berkurang
O: wajah tampak rileks, skala
nyeri 1-2, nyeri hilang
timbul, TD:
120/70mmhg, N:
80x/menit, RR: Sr.P
19x/menit, Suhu: 36,4°C,
balutan luka operasi
kering, sekitar luka
operasi tidak kemerahan,
tidak ada bengkak
A: Nyeri teratasi
16/04/2 Menjelaskan
2 pada klga boleh
14.20- makan dan
14.30 minum jika sadar
penuh
16/04/2 Menjelaskan
2 pada ps da klga
14.30- obat nyeri setelah
14.40
operasi:
- biotex 2x24
jam
- tamoliv
3x1000mg
17/04/2 Perawatan luka Ceramah Sr.H Ny.D Sudah
2 pada saat (Ibu pasien) Mengerti
1.00- dirumah, selalu
21.10 menjaga
kebersihan area
luka operasi
• Dischare Planing
A. Pengkajian
Pada BAB ini membahas mengenai kesenjangan yang ada pada teori dari kasus yang di
peroleh dalam Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn H Dengan ORIF
Adapun pembahasan ini meliputi proses perawatan dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Setelah kita membahas antara pengkajian teori dan
pengkajian dalam kasus, tidak ditemukan kesenjangan.
B. Diagnosa keperawatan
Pada pembahasan diagnosa keperawatan didapatkan diagnosa keperawatan sesuai kasus
ada 5 diagnosa, sedangkan pada kasus teori ada 6 diagnosa.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
kerusakan serabut saraf, spasme otot.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromoskuler,
pembatasan gerak
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barier pertahanan tubuh sekunder
terhadap terputusnya kontinuitas jaringan.
4. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi
aliran darah, cilera vaskuler langsung, edema berlebih.
5. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan gangguan status
metabolik, serkulasi dan sensori, penurunan aktifitas.
6. Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang mengingat salah interprestasi, kurang informasi.
C. Perencanaan
Pada perencanaan antara perencanaan teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang didapatkan di teori tidak ada kesenjangan karena dilakukan sesuai
dengan intervensi yang ada.
E. Evaluasi
Tidak semua masalah keperawatan dapat teratasi di kamar operasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan karena trauma
atau keadaan patologis. (Dorland, 2002). Hal ini bisa disebabkan karena: trauma tunggal,
trauma yang berulang-ulang, kelemahan pada tulang atau fraktur patologik (Apley, 1995).
Menurut letak dan kerusakan jaringan yang berbeda pada masing-masing fraktur sehingga
menghadirkan suatu bentuk masalah berlainan pula. Seperti pada fraktur humeri yang
dilakukan pemasangan ORIF berupa plate(lempengan) and screw(sekrup), fraktur di
daerah ini, dapat terjadi komplikasi-komplikasi tertentu, seperti kekakuan sendi siku. Di
sini penulis membahas kekakuan sendi siku dextra post ORIF (Open Reduction Internal
Fixation).
B. Saran
1. Penatalaksanaan tindakan keperawatan hendaknya dapat melanjutkan dan
mempertahankan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Pasien dan keluarga diharapkan dapat mendukung proses keperawatandan pengobatan
pada pasien dalam mematuhi pengobatan.
3. Untuk perawat
a. Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pasien post op ORIF, perawat harus
rutin merawat luka agar tidak terjadiinfeksi.
b. Disarankan untuk memberi nutrisi yang mencukupi, misalnya makanan tinggi
protein karena dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
4. Untuk keluarga / orang tua
a. Dukungan keluarga sangat bagus untuk meningkatkan kesehatan dan memberikan
motifasi pasien dengan banyak makanan yang mengandung protein dan tidak
dianjurkan untuk menghindari makanan-makanan tertentu.
b. Melanjutkan perawatan mandiri setelah pulang dari rumah sakitdengan
mengontrol kesehatan secara rutin, dan mematuhi dalam minum obat sesuai advis
dari dokter.
5. Informasikan kepada para calon peserta diklat agar mempersiap semua perihal yang
dibahas pada saat diklat
6. Untuk ujian post test diusahakan cukup satu kali