Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. F


DENGAN FRAKTUR DI RUANG BOUGENVILE 2
SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

DI SUSUN OLEH :
ERIKA FIFIN SETYANINGSIH
116042

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOEJO
SEMARANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur didefinisikan sebagai patahan yang terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. Fraktur jga dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik, kekuatan,sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar ulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur juga
melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya karena tulang bersifat rapuh
namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan, tetapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat di serap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang berakibat pada rusaknya kontinuitas tulang.

Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan
lalulintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses
degeneratif dan patologi. Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Reduksi adalah prosedur yang
sering dilkukan untuk mengoreksi fraktur, salah satu cara dengan pemasangan fiksasi internal
maupun eksternal melalui proses operasi.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah keperawatan pada klien
dengan Fraktur
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan Fraktur
c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan Fraktur
d. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan Fraktur
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Fraktur
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan Fraktur
C. MANFAAT
1. Akademik
a. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan
b. Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Klien
a. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam peningkatan kualitas asuhan
keperawatan, khususnya bagi klien yang mengalami Fraktur.
b. Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan pengetahuan yang berkaitan
dengan pencegahan, perawatan dan pengobatan Fraktur
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai tata cara dan teknik penyusunan karya
tulis ilmiah
b. mningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan Fraktur

D. SISTEMTIKA PENULISAN
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 5 BAB yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Manfaat penulisan
d. Sistematika penulian

BAB II TINJAUAN TEORI


Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi Penyakit
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Pathway
e. Manifestasi Klinik
f. Pemeriksaan diagnostik
g. Komplikasi
h. Penatalaksanaan

Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
b. Analisa Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin
tidak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks. Biasanya patahan
lengkap dan fragmen tulang bergeser, kalau kulit diatasnya masih utuh keadaan ini disebut
fraktur tertutup atau sederhana, kalau kulit atau salah satu rongga tubuh tertembus keadaan ini
disebut fraktur terbuka.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Biasanya disebabkan oleh trauma atau kekuatan tenaga fisik.
Fraktur Cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasa
terjadi pada proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian pergelangan kaki.
(Syaifuddin, 2009, hlm. 119)

2. Etiologi

Penyebab dari fraktur adalah sebagai berikut :


a. Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
dalam jalur hantaran vektor.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
d. Faktor Patologik
Struktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital, peradangan, neuplastik
dan metabolik).
(Setiadi, 2008, hlm. 207-209)
3. Klasifikasi

a. Complete fracture (Fraktur komplit) patah tulang pada seluruh garis tengah tulang, luas
dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
b. Closed fracture (Simple fraktur) tidak menyebabkan robeknya kulit atau integritas kulit
masih utuh
c. Open fracture (Compound fraktur/komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan luka
pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit)atau
membran mukosa sampai kepatahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
- Grade I : luka bersih, kurang dari 1cm pnjangnya.
- Grade II : luka bersih luas, tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
- Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
d. Greenstick fraktur dimana salah satu tulang patah sedang lainnya membengkok.
e. Transversal fraktur sepanjang garis tengah tulang.
f. Oblik fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g. Spiral fraktur memuntir seputar batang tulang.
h. Komunitif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
i. Depresi fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang
terngkorak dan wajah)
j. Komprei fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
k. Patologik fratur terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis
tulang , tumor)
l. Impaksi fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
(Muttaqin, 2010, hlm.43)
4. Patofisiologi

Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh, yaitu stres, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. Cop menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh, fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Di
samping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan pleh trauma
gangguan metabolik patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada
pasien fraktur tertutup maupun terbuka akan dilakukan mobilitas yang bertujuan
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkantetap pada tempatnya sampai sembuh.

(Setiadi, 2008, hlm. 215-216)


5. Pathway

Etiologi

Trauma ( langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas tulang perubahan fragmen tulang fraktur terbuka ujung tulang
Kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
Pembuluh darah
Ketidakstabilan posisi fraktur, luka
Apabila Organ fraktur perdarahan lokal
digerakkan gangguan integritas kulit
hematoma pada daerah
Fragmen tulang yang patah fraktur kuman mudah masuk
Menusuk organ sekitar
Aliran darah ke daerah distal resiko tinggi infeksi
Gangguan rasa berkurang atau terhambat
nyaman nyeri
warna jaringan pucat, nadi lemas
sindroma kompartemen cianosis, kesemutan
keterbatasan aktifitas
kerusakan neuromuskuler
defisit perawatan diri
gangguan fungsi organ distal

gangguan mobilitas fisik


4. Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala fraktur adalah :.


1) Rasa sakit atau nyeri, Nyeri akan bertambah dengan gerakan dan penekanan di atas
fraktur.
2) Pembengkakan di sekitar fraktur
3) Deformitas ( kelainan bentuk)
4) Gangguan fungsi, ekstremitas tak dapat di gunakan.
5) Dapat tejadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan yang mengisyaratkan kerusakan
syaraf.
6) Krepitasi ( suara gemeretak ) dapat terdengar sewaktu tulang di gerakkan
7) Laserasi kulit.
8) Jika terdapat luka terbuka, maka terdapat perdarahan.
9) Shock karena nyeri hebat, kehilangan darah.
(Corwin, 2009, 314-315)

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Sinar X untuk melihat gambaan fraktur deformitas
3. CT – Scan untuk mmperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur
4. Venogram untuk menggambarkan arus vaskularisasi
5. Radiograf, untuk menentukan integritas tulang
6. Antroskopi, untuk mendeteksi keterlibatan sendi
7. Angiografi, bila dikaitkan dengan cedera pembuluh darah
8. Konduksi saraf dan elektromiogram, untuk mendeteksi cedera saraf
(Corwin, 2009, hlm.319)

7. Komplikasi

1. Sindrom Kompartemen
2. Trombo Embolic Complication
3. Infeksi
4. Mal Union
5. Osteomyelitis
6. Cedera Vaskuler atau Saraf
7. Delayed Union – Non Union
( Irianto, 2012, hlm. 111)
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis

a. pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dianjurkan dengan gips pinggul
selama 7 minggu
b. reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan dengan
menggunakan plan
c. traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif
untuk mengurangi spasme otot
d. pemasangan plant dan screw fraktur proksimal / distal femur menggunakan cast
brocing yang dpasang setelah terjadi unian fraktur secara klinis

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. kaji skala nyeri


b. atur posisi imobilitas pada fraktur
b. ajarkan tehnik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul
c. ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri
d. lakukan perawatan luka
e. kolaborasi pemberian analgetik

(Irianto, 2012, hlm. 114-115)


B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan riwayat kesehatan sekarang, adanya riwayat kesehatan
keluarga dengan penyakit yang sama, riwayat kesehatan lalu dan riwayat meminum obat.
Riwayat yang lengkap harus di peroleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah
sistem tubuh lainnya telah dipengaruhi oleh Fraktur.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dijumpai terdapat nyeri di tangan kanan bagian lengan,

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor psikogenik

3. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah


teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan ekspresi nyeri

2. Skala nyeri berkurang menjadi 3

NIC : Manajemen nyeri

NA :

1. Monitor skala nyeri

2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik


2. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah


teratasi.

Kriteria hasil :

1. Meningkatkan aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dari peningkatkan mobilitas

3. Pasien bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu

NIC : Exercise therapy : ambulation

NA :

1. Observasi sejauh mana pasien belum melakukan aktivitas

2. Lakukan pendekatan kepada pasien untuk melakukan aktivitas sebatas kemampuan

3. Berikan motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas

4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dan dokter untuk meningkatkan mobilisasi pasif

3. Diagnosa : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapka masalah


teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

2. Perfusi jaringan yang baik

3. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

NIC : Pressure management

NA :

1. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan,


granulasi, jaringan nekrotik, tanda – tanda infeksi lokal, formasi traktus

2. berikan bantalan pada ujung dan sambungan traksi


3. Jika memungkinkan ubah posisi/alih baring 2-3 jam secara rutin

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan tinggi protein


BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Sdr. F umur 21 tahun pendidikan terakhir SMA pekerjaan Service. Pasien masuk SMC RS
Telogorejo, rujukan dari RS tugurejo tanggal 17 januari 2019 jam 21.54 WIB dengan dx Trauma
vaskuler cruris sinistra open fr tibia fibula 1/3 tengah sin skin loose, terpasang infus 2 jalur
(loading 1000ml) Dc no.16. Pasien masuk Rumah sakit akibat KKL motor dengan truck kurang
lebih jam 12.00 di kompleks pabrik PT Sango Ceramiks Indonesia. Membawa hasil lab, foto
Cruris. Kaki kanan belakang lutut skin loose, punggung kaki kanan robek. Kaki kiri robek kurang
lebih 30cm bengkak dan kebiruan. Pasien dirawat di HDU 11 hari dari tanggal 17-27 januari siang
untuk pengawasan yang lebih intensif. Tanggal 27 januari jam 23.40 wib pasien dipindah ke ruang
Bougenvile 2 kamar 225.2 dengan KU composmentis, terpasang infus 2 jalur, terpasang DC, TD :
132/76 mmHg, N : 110x / menit, RR : 21x / menit, Suhu : 36,60C, SpO2 : 98% Skala nyeri 6 dan
mendapat terapi RL 15tpm dan NaCl 0,9% 15tpm.

B. ANALISA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
DS : Pasien mengatakan nyeri di kedua kakinya
P : Pasien mengatakan kedua kakinya nyeri baik digerakan maupun tidak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertususk-tusuk benda tajam
R : Pasien mengatakan nyeri dikedua kakinya
S : Pasien mengatakan skala nyeri 6
T : Pasien mengatakan nyeri setiap saat terutama ketika digerakan dan diganti balutan

DO : Kaki kanan belakang skin loose, punggung kaki kanan robek. Kaki kiri robek kurang
lebih 30cm bengkak post orif cruris sinistra open fraktur tibia dan fibula. Pasien tampak
meringis kesakitan dan wajah tampak pucat
TD : 140/80 mmHg
N : 100x / menit
RR : 21 x / menit
S : 36,40C
2. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik dengan gangguan muskuloskeletal
DS : Pasien mengatakan belum mampu bergerak bebas(imobilitas). Mengakibatkan aktivitas
klien dibantu oleh keluarga maupun perawat karena fraktur dan nyeri yang dialaminya.
DO : pasien tampak terbaring lemah, aktivitas klien dibantu dengan perawat ataupun keluarga
Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Makan dan minum 
Berpindah 

Pemeriksaan Radiologi 17-01-2019


Kesan : Fraktur Tibia dan fraktur fibula sinistra 1/3 tengah, kedudukan fraktur tak segaris

Kekuatan otot 5555 5555


2222 1111

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor Mekanik

DS : Pasien mengatakan fraktur dibagian kiri dan yang kanan skin loose dan punggung kanan
robek

DO : Terpasang perban coklat , kemerahan sekitar luka, skin loose kanan belakang lutut, kulit
sekitar luka hangat, kaki bengkak sebelah kiri (fraktur), akral kaki dingin

C. INTERVENSI
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah


teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan ekspresi nyeri

2. Skala nyeri berkurang menjadi 3

NIC : Manajemen nyeri


NA :

1. Monitor skala nyeri

2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

2. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik dengan gangguan muskuloskeletal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


masalah teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Meningkatkan aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dari peningkatkan mobilitas

3. Pasien bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu

NIC : Exercise therapy : ambulation

NA :

1. Observasi sejauh mana pasien belum melakukan aktivitas

2. Lakukan pendekatan kepada pasien untuk melakukan aktivitas sebatas kemampuan

3. Berikan motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas

4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dan dokter untuk meningkatkan mobilisasi pasif

3. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapka masalah


teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan


2. Perfusi jaringan yang baik

3. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

NIC : Pressure management

NA :

1. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan,


granulasi, jaringan nekrotik, tanda – tanda infeksi lokal, formasi traktus

2. berikan bantalan pada ujung dan sambungan traksi

3. Jika memungkinkan ubah posisi/alih baring 2-3 jam secara rutin

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan tinggi protein

D. IMPLEMENTASI
Berdasarkan pengkajian dan intervensi diatas dilakukan tindakan keperawatan sebagai
berikut :
1. Mengobservasi keadaan umum pasien
2. Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
3. Memposisikan pasien senyaman mungkin
4. Memberikan obat dan terapi injeksi

E. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi selama 3 hari adalah sebagai
berikut :
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri pada kedua kakinya
(P : nyeri kedua kaki bik digerakan ataupun tidak (fraktur cruris sinistra, skin loose di belakang
lutut dan luka robek di punggung kaki kanan) , Q: nyeri seperti tertusuk benda tajam , R: kedua
kaki kanan dan kiri, S : skala nyeri 6. T: nyeri terus menerus terutama saat digerakan dan ganti
balut)
Data Obyekttif : Pasien tampak nyeri dan lemah
TD : 140/80mmHg, N : 100x / menit, RR : 21x / menit, S : 36,4 C, SpO2 : 98 %
Assesment : Masalah belum teratasi
Planing : Lanjutkan intervensi
1. Monitor skala nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi
3. kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


DS : Pasien mengatakan belum mampu bergerak bebas(imobilitas). Mengakibatkan aktivitas
klien dibantu oleh keluarga maupun perawat karena fraktur dan nyeri yang dialaminya.
DO : pasien tampak terbaring lemah, aktivitas klien dibantu dengan perawat ataupun keluarga
Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Makan dan minum 
Berpindah 

Pemeriksaan Radiologi 17-01-2019


Kesan : Fraktur Tibia dan fraktur fibula sinistra 1/3 tengah, kedudukan fraktur tak segaris

Kekuatan otot 5555 5555


2222 1111

Assesment : Masalah belum teratasi


Planning : Lanjutkan intervensi
1. Observasi sejauh mana pasien melakukan aktivitas
2. Berikan motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas
3. Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi untuk meningkatkan mobilisasi
pasif

Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhungan dengan faktor mekanik


DS : Pasien mengatakan fraktur dibagian kiri dan yang kanan skin loose dan punggung kanan
robek

DO : Terpasang perban coklat , kemerahan sekitar luka, skin loose kanan belakang lutut, kulit
sekitar luka hangat, kaki bengkak sebelah kiri (fraktur), akral kaki dingin
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Lanjutkan intervensi
1. Monitor kulit/luka
2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan tinggi protein
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian dan Asuhan keperawatan pada Sdr. F dengan Fraktur Cruris di
ruang Bougenvile 2 kamar 219 SMC RS Telogorejo Semarang dari tangggal 28 Desember sampai 30
Desember 2018, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Untuk mengetahui kesenjangan tersebut
maka penulis akan membahas sebagai berikut :

A. PENGKAJIAN

Fokus pengkajian pada Fraktur meliputi : riwayat kesehatan, meliputi : keluhan


utama, kapan nyeri muncul, penyebab nyeri, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat
kesehatan keluarga. Saat dilakukan pengkajian secara langsung didapatkan data dengan
keluhaan utama nyeri, Pasien masuk SMC RS Telogorejo, rujukan dari RS tugurejo tanggal
17 januari 2019 jam 21.54 WIB dengan dx Trauma vaskuler cruris sinistra open fr tibia
fibula 1/3 tengah sin skin loose, terpasang infus 2 jalur (loading 1000ml) Dc no.16. Pasien
masuk Rumah sakit akibat KKL motor dengan truck kurang lebih jam 12.00 di kompleks
pabrik PT Sango Ceramiks Indonesia. Membawa hasil lab, foto Cruris. Kaki kanan belakang
lutut skin loose, punggung kaki kanan robek. Kaki kiri robek kurang lebih 30cm bengkak
dan kebiruan. Pasien dirawat di HDU 11 hari dari tanggal 17-27 januari siang untuk
pengawasan yang lebih intensif. Tanggal 27 januari jam 23.40 wib pasien dipindah ke ruang
Bougenvile 2 kamar 225.2 dengan KU composmentis, terpasang infus 2 jalur, terpasang DC,
TD : 132/76 mmHg, N : 110x / menit, RR : 21x / menit, Suhu : 36,6 0C, SpO2 : 98% Skala
nyeri 6 dan mendapat terapi RL 15tpm dan NaCl 0,9% 15tpm.

B. DIAGNOSA
Sedangkan yang di temukaan dalam kasus ada 3 diagnosa yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik dengan gangguan muskuloskeletal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

C. INTERVENSI
Saat dilakukannya pengkajian, analisa data dan menentukan diagnosa, didapatkan intervensi
sebagai berikut :
1. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah


teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan ekspresi nyeri

2. Skala nyeri berkurang menjadi 3

NIC : Manajemen nyeri

Intervensi
1. Monitor skala nyeri
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

2. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah


teratasi.

Kriteria hasil :

1. Meningkatkan aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dari peningkatkan mobilitas

3. Pasien bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu

NIC : Exercise therapy : ambulation

Intervensi
1. Observasi sejauh mana pasien belum melakukan aktivitas
2. Lakukan pendekatan kepada pasien untuk melakukan aktivitas sebatas
kemampuan
3. Berikan motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dan dokter untuk meningkatkan mobilisasi
pasif

3. Diagnosa : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapka masalah teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

2. Perfusi jaringan yang baik

3. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

NIC : Pressure management

Intervensi
1. Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik, tanda – tanda infeksi lokal, formasi traktus
2. berikan bantalan pada ujung dan sambungan traksi
3. Jika memungkinkan ubah posisi/alih baring 2-3 jam secara rutin
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makanan tinggi protein
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Sdr.Fdengan Fraktur Cruris Sinistra dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Hal yang harus diperhatikan pada Sdr. F kita harus mengenali tanda dan gejala Fraktur.
Menganalisa data sesuai pengkajian dan didapatkan diagnosa dari pengkajian tentang Fraktur
adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, Hambatan mobilitas fisik
berhubungan gangguan muskuloskeletal, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
faktor mekanik

B. SARAN
1. Akademik
Makalah ini diharapkan mampu memberikan wacana dan dapat digunakan referensi bagi
mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan Fraktur
2. Klien
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan derajat pengetahuan dan kesehatan pada klien
dan keluarga melalui asuhan keperawatan yang diberikan, dijadikan bahan pertimbangan
bagi klien da keluarga dalam upaya berperilaku hidup sehat
3. Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapaat memberikaan informasi bagi seluruh praktisi kesehatan
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan dengan Fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. Dkk. (2013). Nursing interventions Classification. Edisi bahasa indnesia. Jakarta
: Mocomedia

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi Edisi : 3. Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. (2018). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC

Irianto, Koes. (2012). Anatomi & Fisiologi untuk mahasiswa. Bandung : ALFABETA

Setiadi. (2008). Aatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Syaifuddin. (2009). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan edisi : 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai