TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi spinal adalah analgesia regional dengan menghambat sel saraf di dalam ruang
subaraknoid oleh obat anestetik lokal. Teknik anestesi ini menjadi popular karena
dianggap sederhana dan efektif, aman terhadap sistem saraf, konsentrasi obat dalam
plasma yang tidak berbahaya, serta mempunyai beberapa keuntungan, antara lain tingkat
analgesia yang kuat, pasien tetap sadar, relaksasi otot cukup, perdarahan luka operasi
lebih sedikit, risiko aspirasi pasien dengan lambung penuh lebih kecil, dan pemulihan
Anastesi spinal dapat digunakan pada prosedur operasi dibawah cervical. Secara
primer anastesi ini akan berkerja dengan baik pada prosedur operasi lower
Meskipun teknik ini juga bisa digunakan untuk operasi abdomen bagian atas,
Menurut Morgan dan Mikhail tahun 2013, kontraindikasi anastesi spinal dibagi
menjadi kontraindikasi absolut dan relatif seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kontra indikasi Anastesi spinal
lama operasi yang waktunya belum bisa diperkirakan. Jika pasien diobati dengan
Sebelum melakukan anestesi spinal, ahli anestesi harus memeriksa kembali pasien
untuk mencari tanda-tanda infeksi kulit di tempat suntikan karena dapat beresiko
herniasi unkal ketika CSF (Cerebro Spinal Fluid) hilang melalui jarum spinal.
penting untuk berkomunikasi dengan ahli bedah dalam menentukan waktu yang
durasi operasi tidak bisa diperkirakan lamanya maka anestesi spinal tidak dapat
lokal. Namun, tidak ada studi klinis yang meyakinkan dan menunjukkan bahwa
anestesi spinal dapat memperburuk penyakit neurologis yang sudah ada. Memang
sehingga blok neuraksial bebas stress mungkin lebih disukai untuk pembedahan.
meskipun para klinisi mungkin menghindari teknik ini karena tindakan anestesi
spinal dapat menimbulkan eksaserbasi nyeri paska operasi meskipun belum ada
bukti yang saling menguatkan antara nyeri eksaserbasi paska operasi yang
Pasien dengan stenosis mitral, hipertrofi idiopatik stenosis subaorta, dan stenosis
aorta, tidak toleran terhadap penurunan akut dari resistensi vaskuler sistemik.
mencapai lebih dariT6. Cacat parah dari kolum tulang belakang dapat
meningkatkan kesulitan dalam memasukkan obat anestesi spinal. Artritis,
anestesi spinal. Hal ini penting untuk memeriksa kembali pasien dalam
Menurut Morgan dan Mikhail tahun 2013, untuk mengetahui cara kerja anastesi
spinal perlu memahami anatomi dari tulang belakang, medula spinalis serta nervus
spinalis terlebih dahulu. Tulang belakang terdiri dari Os.vertebre dan diskus
Os.vertebre thorakal (T), 5 Os. vertebre lumbal (L) dan 5 Os. vertebre sacral (S).
Medula spinalis yang berjalan diantara kanalis spinalis dilapisi oleh 3 lapisan
meningens, yaitu pia mater, arachnoid mater dan dura mater. Liquor cerebro spinal
(LCS) berada diantara lapisan pia mater dan arachnoid mater yang disebut spatium
dari luar yaitu kulit, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum flavum dan
(Lumbal 1) pada orang dewasa. Pada anak medula spinalis akan berakhir pada L3
(lumbal 3) dan bergerak ke atas seiring pertambahan usia. Spinal roots anterior dan
posterior akan bergabung membentuk nervus spinalis dan keluar melalui formaen
pinggang) membuat akar-akar saraf sisanya sangat memanjang, untuk keluar dari
memanjang di dalam kanalis vertebralis bawah ini disebut kauda ekuina. Gambaran
memahami anastesi spinal karena prosedur anastesi spinal biasa dilakukan dengan
melakukan puncture dibawah dari L1 pada dewasa dan L3 pada anak, untuk
menghindari adanya trauma pada medula spinalis yang disebabkan oleh puncture
jarum. Morgan dan Mikhail tahun 2013 menyebutkan kerusakan akibat puncture
pada kauda equina hampir tidak mungkin terjadi karena akar saraf kauda equina
melayang pada ruang dura mater dibawah dari L1 dan cenderung akan terdorong
menjauh (daripada tertusuk) ketika jarum bergerak maju. Perkiraan tinggi dari
Pendekatan midline atau paramedian dengan posisi pasien lateral dekubitus, duduk
atau prone postion dapat digunakan untuk anastesi spinal. Seperti yang telah
disebutkan, jarum akan menembus kulit sampai lapisan yang lebih dalam dengan
merasakan adanya dua kali “pops”. Pops pertama menandakan penetrasi pada
ligamentum flavum dan pops kedua menandakan penetrasi pada membran dura-
arachnoid. Berhasilnya jarum menembuas dura dikonfirmasi dengan keluarnya
a. Posisi duduk
Anatomi dari midline lebih mudah terlihat saat pasien duduk dibandingkan
dengan saat pasien pada posisi lateral dekubitus. Posisi duduk juga akan
membantu pada pasien-pasien dengan obesitas. Pasien duduk dengan posisi siku
bersandar pada paha atau dapat pula memeluk bantal. Fleksi dari tulang
tulang belakang lebih tampak pada kulit. Posisi duduk dapat dilihat pada gambar
5.
Banyak klinisi yang lebih suka menggunakan posisi lateral dekubitus untuk
tertekuk dan berada setinggi abdomen ataupun dadanya, seperti posisi fetus.
Asisten dapat membantu untuk menekuk tubuh pasien dan
Tabel 1. Faktor yang mempengatuhi level blokade saraf pada anastesi spinal
Faktor terpenting adalah barisitas dari cairan anastesi lokal yang diberikan,
posisi pasien selama injeksi dan setelah injeksi, dosis obat anastesi, dan tempat
injeksi. Secara umum, semakin besar dosis atau semakin tinggi (Cephal) level
puncutre dari anastesi spinal maka semakin tinggi level tubuh yang akan
dari cairan anestesi lokal dibagi dengan densitas dari cairan cerebrospinal
dengan nilai rata-rata 1,001 – 1,005 gr/ml pada suhu 370 C. Cairan anastesi
dapat berupa cairan hiperbarik yang lebih berat dari LCS atau hipobarik yang
jumlah yang cukup untuk meningkatkan densitas larutan anestesi lokal di atas
mencampur 6-8 ml air steril pada larutan anestesi lokal dengan cairan
cerebrospinal atau sodium chloride. Dengan adanya sifat tersebut, maka saat
posisi kepala pasien head-down (lebih rendah) cairan anastesi hiperbarik akan
cenderung bergerak ke arah kepala atau cephal yang lebih rendah, sementara
cairan hipobarik akan cenderung bergerak ke arah yang lebih tinggi (caudal).
Kebalikannya apabila posisi kepala pasien head-up (lebih tinggi) maka cairan
cephal. Keadaan yang sama akan terjadi pada pasien dengan posisi lateral.
Cairan anastesi hiperbarik akan memberikan efek yang lebih besar pada
memberikan efek yang lebih baik pada bagian tuuh yang terletak lebih atas.
2.1.6 Obat-obatan anastesi spinal
Menurut Morgan dan Mikhail, 2013, terdapat banyak obat anastesi lokal yang
digunakan untuk anastesi spinal di masa lalu, namun hanya sedikit yang dipakai
0.2 mg) serta opoid akan menambah atau memperlama durasi dari anastesi
tersebut dari LCS. Opoid dan clonidine dapat ditambahkan pada anastesi spinal
digunakan untuk anastesi spinal. Onset keduanya tergolong lama (5-10 menit)
dan memiliki durasi kerja yang panjang (90-120 menit). Meskipun keduanya
memiliki level blokade sensoris yang sama, namun tertracaine lebih baik dalam
Lidokain dan prokain memiliki onset yang relatif cepat (3-5 menit) dan
memiliki durasi kerja yang singkat (60-90 menit). Durasi kerja keduanya dapat
lidokain untuk anastesi spinal telah banyak digunakan, namun beberapa ahli
symptom dan cauda equina syndrome (CES) (Morgan dan Mikhail, 2013).
Menurut Whalen tahun 2015, prinsip kerja obat anastesi lokal seperti bupivacaine,
otak. Terhambatnya impuls akan menghambat sensoris dan motoris dari pasien.
Cara kerja obat anastesi lokal serta karakteristiknya dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Mekanisme kerja obat anastesi lokal dan karakteristiknya.
Mikhail, 2006):
1. Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk (dilakukan ketika kita
visite pre-operatif), sebab bila ada infeksi atau terdapat tanda kemungkinan
2. Posisi pasien
sadle block.
4. Cara penusukan.
Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum,
dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal akan menyebabkan
keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor
keruh, likuor harus diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar
darah, tarik jarum beberapa mili meter sampai yang keluar adalah likuor
yang jernih. Bila masih merah, masukkan lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1
menit, bila jernih, masukkan obat anestesi lokal, tetapi bila masih merah,
MosbyElsevier; 2006.
Hill; 2013