Anda di halaman 1dari 205

ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF PADA Tn.Y DAN Nn.

M
YANG MENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF (ROI) RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIFPADA Tn.Y DAN
Nn.M YANGMENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR
DENGAN KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Ardian Vista
Widyawati
NIM : P14006
Program studi : D3Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan
Nn.M Yang Mengalami Close Fraktur Femur

Dengan Kecemasan di Ruang Observasi Intensif


(ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat di buktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta,08 April 2017

Yang Membuat Pernyataan

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

ii
Motto :

Hai orang-orang yang beriman apabila di katakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila di katakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
nisyaca Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadilah 11)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF PADA Tn.Y DAN


Nn.M YANG MENGALAMI CLOSE FRAKTUR FEMUR
DENGAN KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Di ajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)

Oleh:

ARDIAN VISTA WIDYAWATI


P14006

Surakarta, 24 Juli 2017

Menyetujui,

Pembimbing

Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 201086057

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah di Uji PadaTanggal :

10 Agustus 2017

Dewan Penguji :

Penguji I: Atiek Murharyati S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK.200680021

Penguji II : Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK. 201086057

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :


Nama : ARDIAN VISTA WIDYAWATI

NIM : P14006
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan Nn.M Yang
Mengalami Close Fraktur Femur Dengan Kecemasan di Ruang
Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Telah di ujikan dan di pertahankan di hadapan

Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah


Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : 10 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Penguji I: Atiek Murharyati S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK.200680021

Penguji II : Alfyana Nadya Rachmawati. S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )


NIK. 201086057

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK .200981037

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada Tn.Y dan
Nn.M Yang Mengalami Close Fraktur Femur dengan Kecemasan di Ruang
Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:

1. Meri Oktariani,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3


Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Alfyana Nadya Rachmawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Atiek Murhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Tn.Y dan Nn.M beserta keluarganya yang telah bersedia bekerja sama
secara kooperatif selama melakukan proses asuhan keperawatan
vii
7. Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan
dan tempat selama melaksanakan pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah.
8. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat, kepercayaan, kasih sayang, nasihat dan dukungan dalam segala


bentuk serta atas do’anya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Adikku dan orang yang kusayangi yang selalu memberikan semangat, do’a
dan dukungan dalam setiap proses yang di lalui penulis.
10. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat di sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan.Aamiin.

Surakarta, 08 April 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ...........................................ii

MOTTO ...................................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ....................................v

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................vi

KATA PENGANTAR............................................................................vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................1


1.2. Batasan Masalah .............................................................6
1.3. Rumusan Masalah ...........................................................7
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum .....................................................7
1.4.2. Tujuan Khusus .....................................................7
1.5. Manfaat
1.5.1. Manfaat Teoritis ..................................................8
1.5.2. Manfaat Praktis ....................................................8

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Penyakit Fraktur
2.1.1 Definisi ...........................................................10
2.1.2 Etiologi ...........................................................11
2.1.3 Klasifikasi ......................................................12
2.1.4 Manifestasi Klinik..........................................17
2.1.5 Patofisiologi Dan Pathway............................19
2.1.6 Penatalaksanaan..............................................21
2.1.7 Komplikasi .....................................................26
2.2. Konsep kecemasan
2.2.1 Definisi............................................................30
2.2.2 Batasan Karakteristik ......................................31
2.2.3 Tingkatan Kecemasan .....................................32
2.2.4Cara Ukur Kecemasan......................................33
2.3. Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian.......................................................37
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................42
2.3.3 Intervensi.........................................................45
2.3.4 Implementasi...................................................54
2.3.5 Evaluasi...........................................................54

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. DesainPenelitian ......................................................56
3.2. Batasan Istilah ..........................................................56
3.3. Partisipan ..................................................................56
3.4. Lokasi Dan Waktu ....................................................57
3.5. PengumpulanData ....................................................57
3.6. UjiKeabsahanData ...................................................57
3.7. AnalisaData ..............................................................58

x
BAB IV HASIL
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data......................59
4.1.2 Pengkajian..............................................................59
4.1.3 Analisa Data...........................................................71
4.1.4 Diagnosa keperawatan............................................74
4.1.5 Perencanaan Keperawatan......................................77
4.1.6 Implementasi Keperawatan.....................................79
4.1.7 Evaluasi...................................................................87

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian
5.1.1 Pengkajian ..............................................................93
5.1.2 Diagnosa keperawatan.............................................96
5.2.3 Perencanaan Keperawatan.......................................97
5.2.4 Implementasi Keperawatan.....................................99
5.2.5 Evaluasi.................................................................100

BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian ............................................................102
6.1.2 Diagnosa keperawatan..........................................102
6.2.3 Perencanaan Keperawatan.....................................102
6.2.4 Implementasi Keperawatan...................................103

6.2.5 Evaluasi.................................................................103 6.2


Saran
6.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (RS)..............104
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat .......104
6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan .....................................104
6.2.4 Bagi Penulis ..........................................................105 DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Table 2.1 Jenis-Jenis Fraktur 16


2. Table 2.2 Perkiraan Waktu Immobilisasi Penyatuan Tulang 23
3. Table 2.3 Empat Prinsip Penatalaksanaan Fraktur 26
4. Tabel 2.4 Proses Patologi Sindrom Kompartemen 27
5. Tabel 2.5 Alat ukur kecemasan HRS-A 35
6. Tabel 2.6 Intervensi Fraktur 51
7. Tabel 4.1 Identitas Klien 59
8. Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan 60
10. Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik 67
12. Tabel 4.6 Terapi Medis 70
13. Tabel 4.7 Analisa Data 71
14. Tabel 4.8 Diagnosa keperawatan 74
15. Tabel 4.9 Perencanaan Keperawatan 77

16. Tabel 4.10 Implementasi keperawatan 79


17. Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan 87

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar 2.1 Klasifikasi Fraktur 13

2. Gambar 2.2 Pathway Fraktur 20


3. Gambar 2.3 Pembidaian 22
4. Gambar 2.4 Macam- Macam Traksi 2
5

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsul

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3. Lembar Audience

Lampiran 4. Asuhan Keperawatan

Lampiran 5. Jurnal Acuan

Lampiran 6. Kuisioner HRS-A Tn.Y dan Nn.M

Lampiran 7. Pendelegasian Klien

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era globalisasisaat ini menuntut setiap orang mempunyai mobilitas yang tinggi.

Demi mempercepat pergerakan manusia dan barang, telah digunakan berbagai

macam transportasi darat, laut dan udara. Perkembangan transportasi zaman

dahulu sampai sekarang telah berkembang dengan pesat. Selain mampu

membantu mobilitas dan pergerakan manusia dan barang, hal tersebut juga

memerlukan pengawasan dalam penggunaanya. Masalah human eror hingga

teknis sering terjadi kecelakaan. Tuntutan yang ada meminta kecepatan yang

kian meninggi, hal tersebut akan meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia yang

dapat menjadi penyebab tertinggi fraktur. Kecelakaan menurut World Health

Organization menyebabkan kematian ± 1,25 juta orang setiap tahunnya, salah

satu dari penyebab kematian adalah fraktur, di mana sebagian besar korbannya

adalah ramaja atau dewasa muda, bahkan WHO menetapkan dekade ini (2000-

2010. menjadi dekade tulang dan persendian (Widiyastuti, 2015). Menurut

Global Status Report On Road Safety 2013 yang di buat oleh World Health

Organization, sebanyak 1,24 juta korban meninggal tiap tahunnya di seluruh

dunia akibat kecelakaan lalu lintas, di Indonesia pada tahun 2010 telah terjadi

31.234 kematian akibat kecelakaan lalu lintas (Permana,dkk, 2015).

Menurut data Korlantas POLRI tahun 2015, terjadi 1.855 jumlah

kejadian. Kejadian tersebut menyebabkan sebanyak 365 meninggal dunia,630

mengalami luka berat, 2.145 mengalami luka ringan. Jumlah tersebut turun
1
2

jika dibandingkan pada kejadian di tahun 2014. Data Kepolisian RI tahun 2012

mencatat terdapat 117.949 kasus kecelakaan di jalan raya dengan korban

meninggal dunia sebanyak 29.544 orang. Data dari Riset Kesehatan Dasar

(2011) mengungkapkan di Indonesia terjadi kasus fraktur yang di sebabkan

oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda

tajam maupun benda tumpul.Sebesar 45.987 peristiwa kecelakaan yang

mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%) dari 20.829 kasus kecelakaan

lalu lintas, sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma benda tajam atau

tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (Riset Kesehatan

Dasar, 2011).

Menurut Qomariyah,dkk tahun 2016 (dikutip dalam Wrongdiagnosis, 2011),

kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahunnya dengan jumlah

penduduk 238 juta jiwa, hal ini merupakan kejadian terbesar di Asia Tenggara.

Menurut data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun

2010. kasus pada tulang mengalami peningkatan setiap tahun sejak 2007

ada 22.815 insiden patah tulang, tahun 2008 menjadi 36.949, 2009 menjadi

42.280 dan pada tahun 2010 ada 43.003 kasus, berdasarkan data tersebut di

dapatkan rata-rata angka insiden fraktur tercatat sekitar 200 per 100.000

pada perempuan dan laki-laki di atas usia 40 tahun (Triyono & Murinto, 2015)

Angka kecelakaan yang tinggi menyebabkan angka kejadian fraktur femur

semakin tinggi. Salah satu kondisi fraktur yang paling sering adalah fraktur

femur yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang di

sebabkan kecelakaan lalu lintas (Saiful Yuanita dan Sigit Hendro Rachmawan,

2014). Terdapat berbagai jenis fraktur akibat kecelakaan, fraktur femur


3

merupakan kasus yang banyak di temukan dalam praktek orthopedi sehari-hari

(Makmuri, dkk 2007). Insiden fraktur femur di USA di perkirakan menimpa

satu orang setiap 10.000 populasi setiap tahunnya dan di Indonesia insiden ini

di perkirakan lebih tinggi (Armis, 2002 dalam Saiful Yuanita dan Sigit Hendro

Rachmawan, 2014).

Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 terdapat kasus kecelakaan dengan tingkat

kematian sekitar 4.300 jiwa menurut Arsyad,dkk tahun 2015 (di kutip dalam

Pramono, 2012). Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 di dapatkan data sekitar

2.700 orang yang mengalami insiden fraktur 56% penderita mengalami

kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan

5. mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian

fraktur. Pada tahun yang sama di Rumah Sakit Umum di Jawa Tengah tercatat

terdapat 676 kasus fraktur dengan rincian 86,2% fraktur jenis terbuka dan

13,8% fraktur jenis tertutup, terdapat 68,14% jenis fraktur tersebut adalah

fraktur ekstremitas bawah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007). Data

di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta di ruang rawat

inap di peroleh pasien yang mengalami masalah fraktur femur pada tahun 2011

sejumlah 174 pasien yang sedang di rawat inap, dari data tersebut terdapat 150

pasien fraktur yang di lakukan tindakan pembedahan atau operasi (Purwanti R

&Wahyu Purwaningsih, 2013). Data dari Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi

Surakarta tahun 2014 periode Januari sampai dengan Maret, terdapat 14 pasien

yang mengalami gangguan muskuloskeletal termasuk yang mengalami fraktur

yang berjumlah 4 pasien yang di rawat di bangsal bedah Mawar 2 (Rekam

Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2014)


4

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,

baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik (Helmi, 2012). Menurut Padila (2012), mengatakan bahwa

fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Menurut Helmi

Noor Z, (2012) fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutp adalah

hilangnya kontinuotas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit

yang dapat di sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu,

seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha

yang menyebabkan fraktur patologis.

Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur di

bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan luka yang

di sebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Pada orangtua, perempuan

lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang berhubungan dengan

meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon

menopause (Ningsih, 2009)

Fraktur melibatkan tulang dan dapat terjadi dalam beberapa jenis,

beberapa di antaranya tidak stabil. Selain itu, garis fraktur dapat menembus

ketulang intra-artikular sehingga melibatkan sendi. Fraktur, kecuali bergeser

mungkin tidak terlihat jelas ketika menginspeksi ekstremitas. Pasien dapat

mengeluh nyeri ataupun krepitus dapat di temukan pada saat palpasi.

(Nayduch, 2014).
5

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang akan

mendatangkan stressor terhadap integritass seseorang. Pembedahan akan

membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu

respon psikologis adalah cemas. Klien praoperatif biasanya akan mengalami

kecemasan karena takut terhadap hal yang belum di ketahuinya, takut

kehilangan kontrol atau kendali dan ketergantungan pada orang lain,

menjalani operassi mayor berupa kecemasan, beberapa ketakutan yang

menimbulkan kecemasan menjelang operasi adalah hal yang individual, di

mana ada klien yang tidak bisa mengidentifikasi penyebabnya, sementara

klien lain ada yang bisa menjelaskan ketakutan dan kecemasannya (Shelley,

dkk, 2009 dalam Sari Syafu Febria, 2017)

Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang

subyektif yang di pengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak di ketahui secara

khusus penyebabnya (Depkes RI, 2008 dalam Apriyanto Dino, 2013). Di

indonesia prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka (6-7%) dari

populasi umum (perempuan lebih banyak di banding prevalensi laki-laki)

(Sari Syafu Febria, 2017)

Menurut Sari Syafu Febria (2017) kecemasan pada klien praoperatif harus

di atasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang akan

menghambat di lakukannya tindakan operasi. Akibat dari kecemasan klien

praoperatif yang sangat hebat maka kemungkinan operasi tidak di

laksanakan karena pada klien yang mengalami kecemasan praoperatif akan

muncul kelainan seperti tekanan darah yang meningkat sehingga apabila tetap

di lakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit terutama dalam


6

meningkatkan perdarahan bahkan setelah operasi akan mengganggu proses

penyembuhan.

Penanganan kecemasan pada klien praoperatif telah banyak di lakukan oleh

perawat salah satunya dengan tindakan relaksasi berupa nafas dalam.

Perubahan akibat teknik relaksasi nafas dalam yaitu menurunkan tekanan

darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi disritmia jantung,

mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen, mengurangi

ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan gelombang alfa

otak yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian dan rileks,

meningkatkan rasa kebugaran, meningkatkan konsentrasi, memperbaiki

kemampuan untuk mengatasi stresor (Sari Syafu Febria, 2017)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun

karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pra Operatif Pada

Tn.Y dan Nn.M yang Mengalami Close Fraktur Femur dengan Kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

1.2 BATASAN MASALAH

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pra operatif

pada Tn.Y dan Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan

di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


7

1.3 RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di Ruang Observasi

Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

1.4 TUJUAN

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3. Menyusun perencanaan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di

Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.


8

5. Melakukan evaluasi pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di Ruang

Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

1.5 MANFAAT

1.5.1 Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan pada klien ini di harapkan dapat menjadi

sumber informasi untuk pengembangan ilmu keperawatan

khususnya pra operatif pada klien yang mengalami close fraktur

femur dengan kecemasan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Adanya asuhan keperawatan ini, di harapkan dapat menambah

ketrampilan dan pengetahuan perawat dalam menangani

masalah pra operatif pada klien yang mengalami close fraktur

femur dengan kecemasan.

2. Bagi Rumah Sakit

Asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang mengalami

close fraktur femur dengan kecemasan ini dapat di jadikan sebagai

pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif dan sebagai bahan masukan dalammeningkatkan

pelayanan kesehatan pra operatif pada klien yang mengalami close

fraktur femur.
9

3. Bagi institusi pendidikan

Asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang mengalami

close fraktur femur dengan kecemasan ini dapat sebagai

tambahan ilmu khususnya pada ilmu medikal bedah, sebagai

sumber pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa

yang akan datang sehingga kedepannya institusi pendidikan

menjadi lebih baik.

4. Bagi klien

Adanya asuhan keperawatan pra operatif pada klien yang

mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di harapkan

klien dapat mengetahui cara alternatif menurangi rasa sakit yang di

alami klien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKITFRAKTUR

2.1.1 DEFINISI

Frakur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012). Fraktur adalah

hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,

baik yang bersifat total maupun yang parsial (Rasjad,2015). Menurut

Jaelani & Ramadhian (2016), fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya di sebabkan oleh rudapaksa.

Fraktur femur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang

pada yang di tandai adanya deformitas yang jelas yaitu pemendekan

tulang mengalami masalah fraktur dan hambatan mobilitas yang

nyata (Muttaqin, 2008 dalam Gusty Pirma Reni & Armayanti,

2014). Menurut Helmi Noor Z, (2012) fraktur femur tertutup atau

patah tulang paha tertutup adalah hilangnya kontinuotas tulang paha

tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit yang dapat di sebabkan oleh

trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang

(osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang

menyebabkan fraktur patologis.


10
11

2.1.2 ETIOLOGI

Menurut Wahid (2013) fraktur femur dapat di sebabkan beberapa hal antara

lain yaitu:

1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patahan

melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan. Biasanya bagian patah adalah bagian yang paling lemah

dalm jalur hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

ketiganya, serta penarikan.

Menurut Ningsih (2009) fraktur di sebabkan oleh pukulan langsung,gaya meremuk,

gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur di

sebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebih pada tulang.

Sedangkan menurut Digiulio,dkk (2014) tekanan berlebih atau trauma langsung

pada suatu tulang yang menyebabkan suatu retakan, hal ini mengakibatkan

kerusakan pada otot sekeliling dan jaringan sehingga mendorong ke arah

perdarahan, edema dan kerusakan jaringan lokal maka menyebabkan terjadinya

fraktur atau patah tulang.


12

2.1.3 KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur menurut Rasjad (2015) terdapat klasifikasi sebagai berikut

yaitu:

1. Klasifikasi etiologis

a. Fraktur traumatik

Fraktur yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba.

b. Fraktur patologis

Fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau

penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor,

kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan

c. Fraktur stress

Fraktur yang terjadi akibat adanya stress kecil dan berulang-ulang pada

daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali

ditemukan pada anggota gerak atas.

2. Klasifikasi klinis

a. Fraktur tertutup (simple fraktur)

Fraktur yang terjadi bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (compound fraktur)

Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Karena adanya perlukaan kulit dan jaringan lunak. Fraktur ini dapat

berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
13

c. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur yang di sertai dengan komplikasi misalnya malunion,

delayed union, non-union dan infeksi tulang.

3. Klasifikasi radiologis

a. Lokalisasi: diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi

b. Konfigurasi : fraktur tranfersal, fraktur oblik, fraktur spinal, fraktur

segmental, fraktur komunitif, fraktur Z, fraktur baji, fraktur avulsi,

fraktur depresi, fraktur impaksi, fraktur pecah.

c. Ekstensi : fraktur total,


fraktur tidak total, fraktur buckle atau tonus,

fraktur garis rambut dan fraktur green stick.

d. Hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya: tidak bergeser,

bergeser (berdampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding dan

impaksi)

Gambar 2.1 Klasifikasi Fraktur


14

Menurut Nayduch (2014) terdapat dua klasifikasi dari fraktur antara lain:

1. Berdasarkan letak ekstremitas

a. Ekstremitas atas

Fraktur ekstremitas atas meliputi bagian- bagian seperti berikut:

(1) Fraktur klavikula

Komponennya terdiri dari bagian ujung kepala (proksimal),

ujung akronial (distal) atau mid-diafisis (70-80%). Jika mid-

diafisis bergeser, terdapat insiden tinggi

penyimpangan dalam penyatuan (malunion) dan tidak adanya

penyatuan (nonunion).

(2) Fraktur sklapula

Komponen dari fraktur ini terdiri dari badan, glenoid,

korakoid, prosesus akromial.

(3) Fraktur humerus

Komponen fraktur humerus terdiri dari kepala humerus

(proksimal), leher bedah dan anatomi, tuberositas yang lebih

besar, diafisi (batang), suprakondilar, kondilus (distal).

Sebagian besar (80%) humerus proksimal tidak bergeser atau

hanya bergeser sedikit. Fraktur humerus suprakondilar sering

terjadi pada anak-anak yang jatuh saat bermain dan biasanya di

atasi dengan fiksasi operatif.

(4) Fraktur radius dan ulna

Fraktur ini terdiri dari leher atau kepala radial (proksimal),

diafisis (batang), ujung distal atau prosesus stiloid.


15

(5) Fraktur karpal dan metakarpal

Terdiri dari tulang pergelangan tangan yaitu skafoid

(nafikular), lunat, triquetrum (kuneiformis), pisiformis,

tra[ezium, trapezoid, kapitat, hamat pada metakarpal.

Metakarpal membentuk badan tangan, sedangkan karpal yang

paling sering mengalami cedera adalah skafoid.

(6) Falang

Fraktur falang yang kompleks dapat memerlukan fiksasi

internal atau kawat Kischner untuk stabilitas.

b. Ekstremitas bawah

Fraktur ekstremitas bawah melibatkan bagian-bagian sepeerti berikut:

(1) Fraktur femur

Komponen femur terdiri dari kepala (panggul), leher

(panggul), trokanter besar atau kecil (panggul), diafisis

(batang), kondilus. Faktor resiko terjadinya fraktur ini karena di

sebabkan kafein, alkohol, osteoporosis, usia >50 tahun

(meningkat setiap dekade), perempuan kulit pulih, perokok,

berat badan rendah, obat-obatan psikotropika.

(2) Fraktur patela

Fraktur tulang tunggal yang berhubungan dengan cedera

ligamen.

(3) Fraktur tibia dan fibula

Komponen fraktur ini terdiri dari kepala (proksimal, kondilus

atau plato tibia) dan diafisis. Fraktur ini merupakan


16

cedera yang banyak terjadi pada kecelakaan sepeda motor,

perjalan kaki yang tertabrak.

(4) Fraktur malelous (fraktur pergelangan kaki)

Terdiri dari maleolus medial (tibia), maleolus posterior (tibia)

dan lateral (fibula). Fungsi dari sendi pergelangan kaki ini

merupakan komponen penting dalam rehabilitasi untuk

cedera ini.

(5) Fraktur tarsal dan metatarsal

Komponen terdiri dari kalkaneus, talus, Skafoid (navikular),

kuboid, kuneiformis dan metatarsal. Kalkaneus rentan

terhadap jatuh dari tempat inggi dan mendarat pada kaki

biasanya mengharuskan klien untuk tidak menahan berat badan

dan dapat mengakibatkan artritis jangka panjang.

2. Berdasarkan jenis dari fraktur menurut Nayduch (2014)

Tabel 2.1
Jenis-Jenis Fraktur
JENIS DESKRIPSI
Linear atau transversal Fraktur sederhana pada tulang
Garis rambut atau fisura Fraktur sederhana tanpa pergeseran yang hanya melewati
lapisan luar tulang
Oblik Fraktur pada garis diagonal tulang, tidak stabil
Spiral Fraktur berpilin yang sejajar dengan sumbu tulang, tidak
stabil
Kominutif Beberapa fragmen tulang pada siis fraktur, tidak stabil
Fragmen kupu-kupu Fraktur yang sedikit kominutif dengan fragmen berbentuk
kupu-kupu
Baji Fraktur yang menciptakan “baji” tulang terpisah dari tulang
utama
Bergeser Dua ujung tulang yang patah tidak lagi sejajar secara
anatomis satu sama lain
Overriding Dua ujung tulang yang patah tidak lagi sejajar secara
anatomis satu sama lain dan telah menggeser
(memperpendek) kedua ujungnya mendekat satu sama lain
Berkeping atau terbuka Fraktur melewati kulit atau cedera tembus yang memasuki
kulit dan mematahkan tulang, menciptakan hubungan
langsung antara tulang dengan lingkungan eksternal
Impaksi Di mana ujung-ujung tulang yang fraktur terjepit bersama-
sama
17

2.1.4 MANIFESTASI KLINIK

Menurut Fadlani dan Harahap (2012) manifestasi fraktur femur antara lain:

1. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang yang di

immobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan dan fragmen tulang.

2. Hilangnya fungsi tubuh

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan

deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan

baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat

melekatnya otot.

3. Pemendekan ekstremitas

Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4. Krepitus

Saat ekstremitas di periksa dengan palpasi, teraba adanya derik tulang (krepitus)

yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus

dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa

jam atau beberapa hari setelah cedera.


18

Menurut Nayduch (2014) manifestasi fraktur femur antara lain:

1. Bengkak dan nyeri tekan

2. Guarding, menolak atau tidak mampu bergerak atau menahan berat badan

3. Ekimosis

4. Deformitas dapat terlihat maupun teraba

5. Krepitus

7. Kontaminasi pada luka terbuka (misalnya kotoran, debu dan benda asing)

8. Parastesia (cedera saraf)

9. Denyut berkurang atau tidak ada (cedera vaskuler)

Menurut Digiulio,dkk (2014), manifestasi klinik dari fraktur femur ada empat

yaitu:

1. Pendarahan lokal di mana perubahan warna kulit atau mungkin tidak terlihat,

tergantung jumlah darah dan jarak fraktur dan kulit.

2. Edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan jaringan.

3. Rentang gerak abnormal dimana membutuhkan tulang yang utuh agar otot

menarik dan menciptakan gerakan, jika fraktur terjadi dekat sendi dapat

bengkak sehingga membatasi rentang gerak.

4. Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal biasa setelah retak

pinggul.

Menurut Suratun, dkk (2008), manifestasi klinik dari fraktur femur terdapat

berbagai hal sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus

2. Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)

3. Deformitas

4. Pemendekan ekstremitas
19

5. Krepitus

6. Pembengkakan lokal

7. Perubahan warna

2.1.5 PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat

diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya

atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan

pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang

membungkus tulang rusuk. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang

segeraberdekatankebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan adanya

vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih (Wahid,

2013).

Pada kondisi trauma di perlukan gaya besar untuk mematahkan tulang pada dewasa.

Biasanya klien mengalami multiple trauma yang menyertainya. Secara klinis fraktur

femur sering di dapatkan adanya kerusakan neurovaskuler yang akan memberikan

manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan

darah (pada setiap patah tulang di prediksi akan hilangnya darah 500cc dari sistem

vaskuler), maupun syok neurologik di sebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat

kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan di bawah tulang

(Suratun,dkk,2008).
20

Kondisi patologis, Trauma


langsung atau tidak langsung
Osteoporosis, neoplasma Absorbsi

calcium turun`
Rentan fraktur FRAKTUR

Konservatif Tindakan bedah

Bidai Gips Traksi Pre op Post op


Stressor
Luka insisi
Hambatan Perfusi jaringan
mobilitas fisik perifer tidak efektif Cemas
Inflamasi bakteri

Resiko infeksi

Perubahan cedera sel Luka terbuka Reaksi


peradangan
status kesehatan Kerusakan integritas Edema
kulit
Kurang informasi
Kurang Penekanan pada
Jaringan vaskuler

pengetahuan Penurunan aliran darah


Degranulasi sel Mast Terapi restriktif
Resiko disfungsi
neurovaskuler
Pelepasan mediator kimia Hambatan mobilitas
fisik Nosiseptor
Medulla spinali

Korteks serebri
Nyeri (Sumber: Corwin, 2009; Brunner dan Suddarth, 2010)

Gambar 2.2 Pathway Fraktur


21

2.1.6 PENATALAKSANAAN

Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan umum pada pengelolaan fraktur

mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yaitu yang pertama dan

utama adalah jangan cederai pasien (primum non nocere) . Cedera iatrogen

tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang salah atau tindakan yang

berlebihan. Hal yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis yang tepat dan

prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam dan keempat memilih

pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu. Tujuan

penatalaksanaan ini dilakukan berdasarkan empat tujuan utama yaitu:

1. Menghilangkan rasa nyeri

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena fraktur sendiri, namun karena

terluka jaringan di sekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi

nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan teknik

immobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Teknik

immobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai dan gips.

a. Pembidaian dengan menempatkan benda keras didaerah sekeliling

tulang.

b. Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkus disekitar tulang

yang patah.
22

Gambar 2.3 Pembidaian


2. Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.

Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi

kontinu, fiksasi eksternal atau fiksasi internal tergantung jenis frakturnya sendiri.

a. Penarikan (traksi)

Menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada

tempatnya.

b. Fiksasi internal dan eksternal

Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam

pada pecah- pecahan tulang.

3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam 4 minggu dan akan

menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat

gangguan dalam penyatuan tulang sehingga dibutuhkan graft tulang.

4. Mengembalikan fungsi seperti semula


23

Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya

sendi. Oleh karena itu, diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin. Untuk

frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi semula (reposisi)

dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan fraktur

(immobilisasi). Perkiraan waktu immobilisasi yang di butuhkan untuk

penyatuan tulang fraktur sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perkiraan Waktu Immobilisasi Penyatuan Tulang
No Posisi atau lokasi fraktur Lamanya dalam minggu
1 Falang (jari) 3-5
2 Matakarpal 6
3 Karpal 6
4 Skafoid 10 atau sampai terlihat penyatuan dengan sinar x
5 Radius dan ulna 10-12
6 Humerus : 3
Supra kondiler 8-12
Batang 3
Proksimal (impaksi) 6-8
Proksimal (dengan pergeseran)
7 Klavikula 6-10
8 Vertebra 16
9 Pelvis 6
10 Femur
Intrakapsuler 24
Intratrokhanterik 10-12
Batang 18
Suprakondiler 12-15
11 Tibia
Proksimal 8-10
Batang 14-20
Maleolus 6
12 Kalkaneus 12-16
13 Metatarsal 6
14 Falang (jari kaki) 3

Penatalaksanaan ortopedi dapat dilakukan sesuai kondisi klinik dan

kemampuan yang ada untuk penanganan fraktur. Beberapa intervensi yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Proteksi tanpa reposisi dan immobilisasi

Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang

minimal tau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan


24

dikemudian hari. Contohnya adalah fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak

dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.

2. Immobilisasi dengan fiksasi

Dapat pula dilakukan immobilisasi tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan

immobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah

pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan immobilisasi

Tindakan ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti

seperti pada fraktur radius distal.

4. Reposisi dengan traksi

Dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa

minggu, kemudian diikuti dengan immobilisais. Tindakan ini dilakukan pada

fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dengan

gips. Cara ini dilakukan ada fraktur dengan otot yang kuat yaitu fraktur femur.

Berikut ini macam- macam traksi:

a. Traksi lurus atau langsung

Pada traksi ini memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus

dengan bagian tubuh berbaring ditempat tidur

b. Traksi suspensi seimbang

Traksi ini memberikan dukungan pada ekstremitas yang sakit diatas

tempat tidursehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai

batastertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

c. Traksi kulit

Traksi kulit ini membutuhkan pembedahan karena beban menarik kulit,


spon karet atau bahan kanvas yang diletakkan pada kulit, beratnya
25

bahan yang dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit

yaitu tidak lebih dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang dipasang pada

kulit. Traksi pelvi pada umumnya 4,5 sampai dengan 9 kg tergantung dari

berat badan. Rumus traksi 1/7 x BB

d. Traksi skelet

Dipasang langsung pada tulang, metode ini untuk menangani fraktur tibia,

humerus dan tulang leher. Traksi skelet ini biasanya menggunakan

7 sampai 12 kg untuk mencapai efek terapi. Rumus traksi skelet 1/10 x

BB.

e. Traksi manual

Traksi yang dipasang untuk sementara saat pemasangan gips.

Gambar 2.4 Macam-Macam Traksi


26

5. Repoisi diikuti dengan immobilisasi dengan fiksasi luar

Fiksasi fragmen patahan tulang digunakan pin baja yang ditusukkan pada

fragmen tulang, kemudian pin baja distukan secara kokoh dengan

batangan logam diluar kulit. Alat ini dinamakan fiksator ekstern (Helmi, 2012)

Prinsip penatalaksanaan fraktur menurut Muttaqin (2008) sebagai berikut:

Tabel 2.3
Empat Prinsip Penatalaksanaan Fraktur
Teknik Pengertian Prinsip Penatalaksanaan
Recognition Diagnosis dan penilaian Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai
fraktur keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinis
dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu di
perhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan
teknik yang sesuai untuk pengobatan dan menghindari
komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan
Reduction Reduksi fraktur apabila perlu. Pada fraktur intra-
Restorasi fragmen fraktur artikular di perlukan reduksi anatomis, sedapat
sehingga posisi yang mungkin mengembalikan fungsi normal, mencegah
paling optimal di komplikasi, seperti kekakuan, deformitas serta
dapatkan perubahan osteoartritis di kemudian hari.
Immobilisasi fraktur Secara
umum teknik pelaksanaan yang
di gunakan adalah
mengistirahatkan tulang yang
mengalami
fraktur
dengan
tujuan
penyatu
an yang
lebih
cepat
antara
kedua
fragmen
tulang
yang
mengala
mi
fraktur
Rehabilitation Mengembalikan Program rehabilitasi di lakukan dengan
aktivitas fungsional mengoptimalkan seluruh keadaan klien pada
semaksimal fungsinya agar aktivitas dapat di lakukan kembali.
mungkin Misalnya pada klien pasca amputasi kruris, program
rehabilitasi yang di jalankan adalah bagaimana klien
yang dapat melanjutkan hidup dan melakukan
aktivitas dengan memaksimalkan organ lain yang
tidak mengalami masalah

2.1.7 KOMPLIKASI

Komplikasi pada fraktur frmur menurut Mutaqqin (2008) di antaranya yaitu:

1. Komplikasi awal

a. Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya

nadi,CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal,

hematom melebar dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh


27

tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit,

tindakan reduksi dan pembedahan.

b. Sindrome kompartemen

Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,

pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem atau

perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan luar

seperti gips, pembebatan dan penyangga.

Perubahan fisiologis sebagai akibat dari peningkatan tekanan

kompartemen yang seringkali terjadi adalah iskemi dan edem. Tabel di

bawah ini menerangkan tentang proses patologi yang terjadi pada

sindrome kompartemen yaitu:

Tabel 2.4
Proses Patologi Sindrome Kompartemen
No Perubahan fisiologis Temuan klinis
1 Peningkatan tekanan kompartemen Tidak ada perubahan
2 Peningkatan permeabilitas kapiler Edema
3 Pelepasan histamin Peningkatan edema
4 Peningkatan sirkulasi darah Muncul denyutan, jaringan mem
kelokasi
5 Tekanan pada ujung saraf Nyeri
6 Peningkatan tekanan jaringan Nyeri pada kompartemen atau
rasa
7 Penurunan perfusi jaringan Peningkatan edema
8 Penurunan oksigenasi jaringan Pallor
9 Peningkatan produksi asam laktat Denyutan tidak seimbang, postur fleksi
10 Metabolisme anaerobik Sianosis
11 Vasodilatasi Peningkatan edema
12 Peningkatan aliran darah Penegangan otot
13 Peningkatan edema Parestesia
14 Iskemik otot Nyeri hebat
15 Nekrosis jaringan Paresis

c. Fat embolism syndrome (FES)

Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom yang

mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang panjang, terjadi

karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke


28

aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun.

Ditandai dengan adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,

takipnea dan demam.

d. Infeksi

Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga pada

penggunaan bahan lain dalam pembedahan, seperti pin (ORIF dan OREF)

dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga pada kasus fraktur

resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan alat bantu

maupun prosedur invasif.

e).Nekrosis avaskuler

Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan

nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia volkman.

f. Syok

Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kepiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

2. Komplikasi lama

a. Delayed union

Kegagalan fraktur terkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan ruang untuk menyambung. Ini terjadi karena suplai darah

ketulang menurun.

b. Non-union

Komplikasi ini terjadi karena adanya fraktur yang tidak sembuh antara 6

sampai 8 bulan dan tidak di dapatkan konsolidasi sehingga terdapat

infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang


29

disebut infected pseudoarthosis . Sehingga fraktur dapat menyebabkan

infeksi

c. Mal- union

Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya tapi terdapat

deformitas (perubahan bentuk tulang) yang berbentuk angulasi Menurut

Grace & Borley (2007), komplikasi dari fraktur femur antara lain:

1. Komplikasi dini

a. Kehilangan darah

b. Infeksi

c. Sindrom kompartemen

2. Komplikasi lanjut

a. Non-union

b. Delayed union

c. Malunion

d. Pertumbuhan terhambat

e. Artritis

f. Distrofi simpatik (refleks) pascatrauma.


30

2.2KONSEP KECEMASAN

2.2.1 DEFINISI

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di tandai dengan ketakutan dan

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas

normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan yang di alami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari

juga merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi

secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa obyek yang spesifik. Pada

individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai suatu dan merupakan

sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi

sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi

keberadaan individu. Cemas dapat di komunikasikan secara interpersonal dan

merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga

dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan perlindungan diri (Suliswati,

2007 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

Ansietas atau cemas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar di

sertai respon otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak di ketahui oleh

individu), perasaan takut yang di sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini

merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya

bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman,

dkk 2015).
31

2.2.2 Batasan Karakteristik

Menurut Herdman , dkk(2015) batasan karakteristik yang muncul pada klien yang

mengalami ansietas antara lain:

1. Perilaku : agitasi, gelisah, gerakan ekstra, insomnia, kontak mata yang

buruk, melihat sepintas, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan

dalam peristiwa hidup, penurunan produktivitas, perilaku mengintai dan

tampak waspada.

2. Afektif : berfokus pada diri sendiri, distress, gelisah, gugup, kesedihan

yang mendalam, ketakutan, menggemerutukkan gigi, menyesal, peka,

perasaan tidak adekuat, putus asa, ragu, khawatir dan senang berlebihan

3. Fisiologis : gemetar, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan,

suara bergetar, tremor, tremor tangan dan wajah tegang

4. Simpatis : Anoreksia, diare, dilatasi pupul, eksitasi kardiovaskuler,

gangguan pernapasan, jantung berdebar-debar, kedutan otot, lemah, mulut

kering, peningkatan denyut nadi, peningkatan frekuensi pernapasan,

peningktan refleks, peningkatan tekanan darah, vasokonstriksi superfisial dan

wajah memerah

5. Parasimpatis : anyang-anyangan, diare, dorongan segera berkemih,

gangguan pola tidur, kesemutan pada ekstremitas, letih, mual, nyeri

abdomen, penurunan denyut nadi, penurunan tekanan darah, pusing dan

sering berkemih

6. Kognitif : bloking pikiran, cenderung menyalahkan orang lain,

gangguan konsentrasi, gangguan perhatian, konfusi, lupa, melamun, menyadari

gejala fisiologis, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan


kemampuan untuk memecahkan masalah, penurunan lapang persepsi dan pre

okupasi.
32

2.2.3 Tingkatan kecemasan

Menurut Peplau (1952) dalam Videbeck (2008) ada empat tingkatan anisetas yaitu

ringan, sedang, berat dan panik. Pada masing-masing tahap individu

memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan respon emosional ketika

berupaya menghadapi ansietas.

Menurut Stuart (2007) kecemasan di bagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang,

berat dan berat. Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan

mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Empat tingkat kecemassan tersebut sebagai

berikut:

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Kecemasan sedang

Kecemasan memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal dan

mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.

3. Kecemasan berat

Kecemasan ini mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku di tujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu

banyak arahan untuk berfokus pada area lain.


33

4. Panik

Tingkat kecemasan sangat berat berhubungan dengan tindakan

terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi

karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini

tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

diorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang dan kehilangan pemikiran rasional.

2.2.4 Cara ukur kecemasan

Menurut Hawari (2013) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan

seseorang dapat menggunakan alat ukur (instrument) yang di kenal dengan nama

Hemilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok

gejala yang masing-masing kelompok di rinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.

Berikut 14 kelompok diantaranya meliputi:

1. Perasaan cemas (ansietas) : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,

mudah tersinggung

2. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu, lesu

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, takut terhadap orang lain atau asing, takut

bila di tinggal sendiri, takut pada binatang besar

4. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, mimpi

buruk, tidur tidak nyenyak, bangun lesu

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa, sulit konsentrasi

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari


34

7. Gejala somatik : nyeri pada oto dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil,

kedutan otot

8. Gejala sensorik : perasaan di tusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah,pucat serta merasa lemah

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras, detak

jantung hilang sekejap

10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik

nafas panjang, merasa napas pendek

11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, konstipasi, berat badan menurun, mual,

muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,

ereksi lemah atau impotensi

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma

berdiri, pusing

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari gemetar, mengerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat

Cara penilaian tingkat kecemasan sebagai berikut:

1. Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali

2. Skor 1 : 1 dari gejala yang ada

3. Skor 2 : separuh dari gejala yang ada

4. Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada

5. Skor 4 : semua gejala yang ada


35

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Skor kurang dari 14 : tidak ada kecemasan

2. Skor 14-20 : kecemasan ringan

3. Skor 21-27 : kecemasan sedang

4. Skor 28-41 : kecemasan berat

5. Skor 42-56 : panik

Tabel 2.5 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)
N
o 1 Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
36
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras
37

2.3. ASUHAN KEPERAWATAN

2.3.1 PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini semua data di

kumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.

Pengkajian harus di lakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk

mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien (Asmadi, 2008)

Menurut Wahid (2013), pengkajian pada fraktur meliputi:

1. Identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, status perkawinan, suku bangsa, tanggal masuk, nomor

registrasi dan diagnosa keperawatan

2. Keluhan utama, pada umumnya keluhan pada fraktur adalah rasa nyeri

3. Riwayat penyakit sekarang, berupa kronologi kejadian terjadinya penyakit

sehingga bisa terjadi penyakit seperti sekarang.

4. Riwayat penyakit dahulu,ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

5. Riwayat penyakit keluarga merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

fraktur

6. Riwayat psikososial merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang di

derita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat yang mempengaruhi

dalam kehidupan sehari-hari

7. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada fraktur biasanya klien merasa takut akan mengalami kecacatan,

maka klien harus menjalani penatalaksanaan untuk membantu


38

penyembuhan tulangnya. Selain itu diperlukan pengkajian yang meliputi

kebiasaan hidup klien, seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, penggunaan alkohol, klien

melakukan olahraga atau tidak.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi yang lebih dari kebutuhan

sehari-hari sepertikalsium, zat besi, protein, vitamin C untuk membantu

proses penyembuhan.

c. Pola eliminasi

Perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau dan jumlah dari alvi

maupun feses untuk mengetahui adanya kesulitan atau tidak. Hal yang

perlu dikaji dalam eliminasi berupa BAB dan BAK

d. Pola tidur dan istirahat

Klien biasanya merasa nyeri dan gerakannya terbatas sehingga dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien

e. Pola aktifitas

Adanya nyeri dan gerak yang terbatas, aktifitas klien menjadi

berkurang dan butuh bantuan dari orang lain.

f. Pola hubungan dan peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena

menjalani rawat inap di Rumah Sakit.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Klien fraktur akan timbul ketakutan akan kecacatan akibat fraktur, rasa

cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktifitas secara optimal dan


gangguan citra tubuh
39

h. Pola sensori dan kognitif

Berkurangnya daya raba terutama pada bagian distal fraktur

i. Pola reproduksi seksual

Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani

rawat inap dan keterbatasan gerak serta nyeri

j. Pola penanggulangan stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas akan keadaan dirinya, takut

mengalami kecacatan dan fungsi tubuh.

k. Pola tata nilai dan keyakinan

Klien tidak bisa melaksanakan ibadah dengan baik karena rasa nyeri dan

keterbatasan fisik

Pemeriksaan fisik menurut Helmi (2012) menyampaikan bahwa terdapat dua

pemeriksaan umum pada fraktur yaitu gambaran umum dan keadalan lokal berupa:

1. Gambaran umum

Pemeriksa perlu memperhatikan pemeriksaan secara umum, meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda

seperti berikut ini:

(1). Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah dan

komposmentis.

(2). Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang,

berat, dan pada kasus fraktur biasanya akut.

b. Tanda- tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi

maupun bentuk.
40

c. Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari kaki atau tangan harus

diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai

status neurovaskuler.

2. Keadaan lokal

a. Look : adanya suatu deformitas (angulasi atau membentuk sudut,


rotasi

atau pemutaran dan pemendekan), jejas, tulang yang keluar dari jaringan

lunak, sikatrik (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti

bekas operasi), warna kulit, benjolan, pembengkakan atau cekungan

dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal) serta posisi dan bentuk dari

ekstremitas (deformitas). Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan

perubahan warna dibagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya

fraktur terbuka

b. Feel : adanya respon nyeri atau ketidaknyamanan, suhu disekitar trauma,

fluktuasi pada pembengkakan, nyeri tekan (tenderness), krepitasi, letak

kelainan (⅓ proksimal, tengah atau distal).

c. Move:adanya gerakan abnormal ketika menggerakkan bagian yang cedera

dan kemampuan rentang gerak sendi (ROM) mengalami gangguan. Pemeriksaan

diagnostik pada klien fraktur menurut Helmi (2012) dapat di lakukan berbagai hal

yaitu:

1. Pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah

menggunakan sinar rontgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi

keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP

atau PA dan leteral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

(khusus) adanya indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena


41

adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan X-ray harus atas dasar

indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

permintaan.

CT scan biasanya hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang

mana pemeriksaan radiografi tidak mencapai kebutuhan diagnosis.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut

kelainan yang terjadi sebagai berikut:

a. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

b. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan

tulang

c. Enzim otot seperti kretinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5),

aspartat amino transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap

penyembuhan tulang.

3. Pemeriksaan lainnya

a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas

Pemeriksaan dilakukan pada kondisi fraktur dengan komplikasi, pada

kondisi infeksi di dapatkan mikroorganisme penyebab infeksi

b. Biopsi tulang dan otot

Pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas,

tetapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.

c. Elektromyografi

Apabila terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan oleh fraktur.


42

d. Arthroscopy

Apabila didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

trauma yang berlebihan pada tulang sehingga terdapat tekanan dari luar.

e. Indium Imaging

Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

f. MRI

Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur Menurut Digiulio, dkk (2014),

pemeriksaan diagnostik klien fraktur antara lain :

1. Sinar X : menunjukkan retak di mana dapat di pindah atau tidak dapat di pindah

2. CT scan menunjukkan retak pada bagian klien yang tidak bisa di putar atau di

posisikan untuk di lihat misalnya leher

3. Bone scan berguna menunjukkan aktivitas seluler yang meningkat di dalam area

fraktur

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon klien, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Tahap diagnosa keperawatan memungkinkan perawat untuk menganalisis

data yang telah di kelompokkan dan di cantumkan di bawah pola kesehatan dan divisi

diagnosa disfungsional (Asmadi, 2008)

Menurut Wahid (2013), diagnosa keperawatan pada kasus fraktur antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan spaseme otot, gerakan fragmen tulang, edem,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stree atau anisetas

2. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah (cedera vaskuler, edem, pembentukan trombus)


43

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurovaskuler,

nyeri, terapi restriktif (immobilisasi)

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, sekrup)

c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang pajanan atau salah satu interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat atau lengkapnya informasi yang

ada.

Menurut NANDA (2015), diagnosa dari klien fraktur antara lain:

1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis (misalnya

infeksi, iskemi, neoplasma), agens cedera fisik (mis abses, amputasi, luka bakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan),

agens cedera kimiawi (misal luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens

mustard)

2. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan agens farmaseutikal,

ansietas, depresi, disuse, fisik tidak bugar, gangguan fungsi kognitif, gangguan

metabolisme, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, gangguan

sensori perseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh di atas persentil

ke 75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai

pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan

integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur, kurang

dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial), kurang pengetahuan tentang nilai

aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan kendali


44

otot, penurunan ketahanan tubuh, penurunan massa otot, program pembatasan

gerak

3. Defisiensi pengetahuan (00126) berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif,

gangguan memori, kurang informasi, kurang minat untuk belajar, kurang

sumber pengetahuan, salah pengertian terhadap orang lain.

4. Ansietas (00146) berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada status

terkini, hereditas, hubungan interpersonal, kebutuhan yang tidak di penuhi,

konflik nilai, konflik tentangtujuan hidup, krisis maturasi, krisis situasi, pajanan

pada toksin, penularan interpersonal, penyalahgunaan zat, perubahan besar

(misalnya status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status

peran), riwayat keluarga tentang ansietas, stresor

5. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan agens farmaseutikal,

cedera kimiawi kulit (misalnya luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens

mustard), faktor mekanik (misal daya gesek, tekanan, imobilitas fisik),

hipertermia, hipotermia, kelembapan, lembap, terapi radiasi, usia ekstrem,

gangguan metabolisme, gangguan pigmentasi, gangguan sensasi (akibat cedera

medula spinalis, diabetes melitus), gangguan sirkulasi, gangguan sirkulasi,

gangguan turgor kulit, gangguan volume cairan, imunodefisiensi, nutrisi tidak

adekuat, perubahan hormonal, tekanan pada tonjolan tulang.

6. Resiko Infeksi (00004) berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk

menghindari pemajanan patogen, malnutrisi, obesitas, penyakit kronis, prosedur

invasif.
45

2.3.3 INTERVENSI

Intervensi atau rencana tindakan adalah desain spesifik yang membantu

mencapai kriteria hasil atau suatu aktifitas yang di perlukan untuk membatasi faktor-

faktor pendukung terhadap suatu permasalahan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Intervensi pada fraktur menurut Helmi (2012) antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edem,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stree atau anisetas.

Tujuan : klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan

tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktifitas, tidur, istirahat dengan

tepat, menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktifitas terapeutik.

Intervensi :

a. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,

berat atau traksi

Rasional : mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.

b. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena

Rasional : meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edem atau nyeri

c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif atau aktif.

Rasional : mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi

vaskuler.

d. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (massase,

perubahan posisi)

Rasional : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan

lokal dan kelelahan otot.

e. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan nafas dalam,

relaksasi pendengaran musik mozart, imajinasi visual)


46

Rasional : mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol

terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

f. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai

keperluan

Rasional : menurunkan edem dan mengurangi nyeri

g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi

Rasional : menurunkan nyeri melalui penghambatan rangsang nyeri baik

secara sentral maupun perifer.

h. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verbal,

perubahan tanda- tanda vital)

Rasional : mengetahui perkembangan kondisi klien terutama keluhan

nyeri

2. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran

darah (cedera vaskuler, edem, pembentukan trombus)

Tujuan : klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral

hangat, tidak pucat dan sianosis, bisa bergerak secara aktif.

a. Intervensi :Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan

menggerakkan jari atau sendi distal cedera

Rasional : meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi

b. Hindari restrikasi sirkulasi akibat tekanan bebat atau spalk yang terlalu

ketat

Rasional : mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya

penyesuaian keketatan spalk

c. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada

kontraindikasi adanya sindroma kompartemen


47

Rasional : meningkatkan drainase vena dan menurunkan kecuali pada

keadaan adanya hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan

perfusi.

d. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan

Rasional : mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk

menurunkan trombus vena

e. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan

kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal

Rasional : mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya

intervensi sesuai keadaan klien

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neurovaskuler,

nyeri, terapi restriktif (immobilisasi)

Tujuan : klien dapat meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional,

meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dengan kompensasi bagian tubuh

Intervensi :

a. Pertahankan pelaksanaan aktifitas rekreasi terapeutik sesuai keadaan.

Rasional : memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri,

membantu menurunkan isolasi sosial.

b. Bantu latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sakit sesuai

keadaan klien

Rasional :meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal,

mempertahankan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah

kontraktur dan merabsorbsi kalsium karena mobilisasi.


48

c. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter atau tangan sesuai

indikasi

Rasional : mempertahankan posisi fungsional ekstremitas

d. Bantu dan dorong perawatan diri sesuai keadaan klien

Rasional : meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai

kondisi

e. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien

Rasional : menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernafasan

f. Dorong atau pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml perhari

Rasional : mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi

urinarius dan kontipasi

g. Berikan diet TKTP

Rasional : kalori dan protein diperlukan untuk proses penyembuhan dan

mempertahankan fungsional tubuh

h. Kolaborasi penggunaan fisioterapi

Rasional : kerjasama dengan fisioterapi untuk menyusun program

aktifitas fisik secara individual

i. Evaluasi kemampuan mobilisasi dan program immobilisasi

Rasional : menilai perkembangan masalah klien

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, sekrup)

Tujuan : klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku

mencegah kerusakan kulit, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

Intervensi :

a. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman


49

Rasional : menurunkan resiko kerusakan kulit yang lebih luas

b. Massase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat

atau gips

Rasional : meningkatkan sirkulasi perifer, kelemasan kulit dan otot

terhadap tekanan yang relatif konstan pada immobilisasi

c. Lindungi kulit dan gips pada area perinatal

Rasional : mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat

kontaminasi fekal

d. Observasi keadaan kulit, penekanan gips, insersi traksi

Rasional : menilai perkembangan masalah klien

5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer

(kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif atau traksi tulang).

Tujuan : klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema dan demam

Intervensi :

a. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol

Rasional : mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan

luka

b. Ajarkan klien mempertahankan sterilisasi insersi pen

Rasional : meminimalkan kontaminasi

c. Kolaborasi pemberian antibiotik dan toksoid tetanus

Rasional : mencegah infeksi

d. Analisa pemeriksaan laboratorium


50

Rasional : leukosit terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan

LED dapat terjadi pada osteomielitis, kultur untuk mengidentifikasi

organisme penyebab infeksi.

e. Observasi tanda- tanda vital dan tanda peradangan lokal pada luka

Rasional : mengevaluassi perkembangan masalah klien

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang pajanan atau salah satu interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat atau lengkapnya informasi yang

ada.

Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria

mengerti dan memahami tentang penyakitnya

Intervensi :

a. Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran

Rasional : efektifitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan

fisik dan mental klien untuk mengikuti program pembelajaran

b. Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang

Rasional: memberikan dasar pengetahuan di mana klien dapat membuat

pulihan informasi.

c. Diskusikan metode mobilisasi dan ambulasi sesuai program terapi fisik

Rasional : meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam

perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik

d. Ajarkan tanda gejala klinis yang memerlukan evaluasi medik

Rasional : meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda

gejala yang memerlukan intervensi lebih lanjut.


51

Menurut NOC NIC (2016), intervensi fraktur antar lain:

Tabel 2.6
Intervensi Fraktur
iagnos NOC NIC R
a a
s
i
o
n
a
l
Nyeri akut 1.Tingkat Nyeri (2102) anajemen Nyeri (1400) a.Menentukan
(00132) Setelah di lakukan .Lakukan pengkajian nyeri intervensi yang
berhubungan tindakan keperawatan komprehensif yang meliputi sesuai dan
dengan agens selama 3x24 jam di lokasi, karakteristik, onset keefektifan terapi
cedera biologis, harapkan nyeri klien atau durasi, frekusensi, b.Mengidentifikasi
agens cedera berkurang dengan kualitas, intensitas atau ketidaknyamanan
fisik, agens kriteria hasil: beratnya nyeri dan faktor c.Meningkatkan
cedera kimiawi · Melaporkan nyeri pencetus kenyamanan
(21021) .Observasi adanya petunjuk d.Menurunkan
· Melaporkan nonverbal mengenai nyeri
panjangnya episode ketidaknyamanan e.Mencegah nyeri
nyeri (21024) .Kendalikan faktor muncul kembali
· Ekspresi nyeri wajah lingkungan yang dapat f.Meningkatkan
(21026) mempengaruhi respon relaksasi dan
2.Kontrol Nyeri (1605) pasien terhadap memfokuskan
Setelah di lakukan ketidaknyamanan perhatian
tindakan keperwatan .Dukung istirahat atau tidur g.Keluarga dapat
selama 3x24 jam di yang adekuat memahami
harapkan nyeri pasien .Berikan informasi mengenai kebutuhan klien
berkurang dengan nyeri, seperti penyebab h.Keluarga dapat
kriteria hasil: nyeri, berapa lama nyeri di mengetahui cara
· Mengenali kapan nyeri rasakan dan antisipasi dari merespon nyeri
terjadi (160502) ketidaknyamanan akibat klien
· Menggambarkan prosedur i.Mengurangi
faktor penyebab nyeri .Ajarkan penggunaaan teknik nyeri
(160501) nonfarmakologi (misalnya
· Menggunakan relaksasi, terapi musik,
tindakan pencegahan aplikasi panas atau dingin
(160503) dan pijatan,bimbingan
· Menggunakan antisipatif)
analgesik yang di .Bantu keluarga dalam
rekomendasikan mencari dan memberikan
(160505) dukungan
.Berikan informasi yang
akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pegalaman nyeri
i. Kolaborasi analgetik
52

Hambatan mobilitas Pergerakan (0208) Setelah Terapi Latihan Ambulasi a.Memfasilitasi


fisik (00085) di lakukan tindakan (0221) penyesuaian
berhubungan keperawatan di harapkan a.Bantu klien duduk di bagian sikap tubuh
dengan agens mobilisasi pada tingkat sisi tempat tidur yang aman b.Membantu
farmaseutikal, yang tinggi dengan kriteria b.Bantu klien untuk latihan
ansietas, hasil: perpindahan sesuai kebutuhan pergerakan
depresi, disuse, ? Keseimbangan tubuh c.Monitor klien dalam c.Memenuhi
gangguan fungsi (020801) menggunakan alat bantu jalan kebutuhan klien
kognitif, gangguan ? Adanya koordinasi d.Instruksikan klien mengenai
metabolisme, (020809) pemindahan dan teknik d.Memberikan
gangguan ? Cara berjalan normal ambulasi yang aman keamanan
muskuloskeletal (020810) e.Beritahu keluarga dalam dalam berpindah
,gangguan ? Gerakan melakukan teknik pemindahan e.Keluarga
neuromuskular, sendi(020804) Ambulasi yang aman bagi klien mengetahui
gangguan (0200) Setelah di lakukan f.Konsultasi dengan fisioterapi berpindah klien
sensori tindakan keperawatan yang aman
perseptual, dll selama 3x24 jam di f.Memberikan
harapkan mobilisasi pada latihan
tingkat yang tinggi dengan pergerakan
kriteria hasil: sesuai prosedur
? Menopang berat
badan (020001)
? Berjalan dengan
langkah yang efektif Pengurangan Kecemasan
(0120002) (5820)
? Berjalan dengan a. Bina hubungan saling
pelan (020003) percaya
Ansietas (00146)
berhubungan b. Kaji tanda verbal
Kontrol Diri Terhadap a.Mempermudahi
dengan ancaman dan
Ketakutan (1404) ntervensi
kematian, ancaman nonverbal kecemasan
Setelah di lakukan b.Mengidentifikas i
pada status terkini, c. Berada di sisi klien
tindakan keperawatan derajat kecemasan
hereditas, hubungan d. Dorong verbalisasi
selama 3x24 jam di c.Meningkatkan rasa
interpersonal, perasaan, persepsi dan
harapakan klien tidak aman
kebutuhan yang ketakutan
merasa cemas dengan d.Meningkatkan rasa
tidak di penuhi, kriteria hasil: e. Instruksikan
konflik nilai,dll menggunakan teknik percaya dan
? Memantau intensitas mengurangi
ketakutan (140401) relaksasi
f.Jelaskan prosedur dan sensasi kecemasan e.Untuk
? Menghilangkan mengurangi
penyebab ketakutan yang di rasakan selama
prosedur di lakukan kecemasan f.Agar
(140402) klien merasa lebih
Mencari informasi untuk g.Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan nyaman dan aman
mengurangi nyeri g.Klien merasa
(140403) Menghindari cara yang tepat
lebih nyaman saat
sumber ketakutan jika keluarga
memungkinkan (140404) mendampingi
? Menggunakn strategi
koping yang efektif
(140406)
53
Defisiensi Pengetahuan: Proses Pendidikan Kesehatan
pengetahuan Penyakit (1803) (5510)
(00126) Setelah di lakukan a. Identifikasi faktor internal a.Meningkatkan
berhubungan tindakan keperawatan atau eksternal mengenai motivasi
dengan selama 3x24 jam di perilaku sehat perilaku sehat
gangguan fungsi harapkan pengetahuan b.Tentukan pengetahuan dan b.Mengetahui
kognitif, klien dan keluarga gaya hidup perilaku hidup tingkat
gangguan bertambah dengan klien, keluarga saat ini pengetahuan
memori, kurang kriteria hasil: c.Tekankan pentingnya pola klien dan
informasi, · Mengenal karakter makan yang sehat, tidur, keluarga
kurang minat penyakit (180302) olahraga c.Mengikuti
untuk belajar,dll · Menjelaskan faktor d.Manfaatkan sistem perilaku hidup
penyebab dan faktor dukungan sosial dan sehat yang
yang berkontribusi keluarga benar
(180303) e.Libatkan individu dan d.Meningkatkan
· Menjelaskan faktor keluarga dalam rencana efektifitas gaya
resiko (180304) implementasi gaya hidup hidup
· Menjelaskan efek e.Agar individu
fisiologi penyakit dan keluarga
(180305) mampu
memahami
rencana yang
akan diterapkan
Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit Pengecekan kulit (3590) a.Mengetahui ada
integritas kulit dan Membran Mukosa a. Periksa kulit dan selput tidaknya
(00046) (1101) lendir kemerahan dan
berhubungan Setelah di lakukan b.Amati warna,, kehangatan, edema
dengan agens tindakan keperawatan bengkak, pulsasi dan edem b.Mengetahui ada
farmaseutikal, selama 3x24 jam di c.Monitor warna kulit dan tidaknya
cedera kimiawi harapkan kerusakan suhu perubahan kulit
kulit, faktor integritas kulit tidak d.Monitor kulit adanya ruam c.Warna dan suhu
mekanik,dll terjadi dengan kriteria dan lecet kulit masih
hasil: e.Monitor infeksi terutama normal
· Suhu kulit normal di daerah edema d.Mengetahui ada
(110101) f.Dokumentasikan adanya tidaknya
· Sensasi normal perubahan membran perubahan di
(110102) mukosa kulit
· Elastisitas normal g.Ajarkan keluarga e.Mengetahui ada
(110103) mengenai tanda kerusakan tidaknya infeksi
· Tidak ada hidrasi kulit f.Memantau
(110104) perubahan pada
· Adanya pertumbuhan membran mukosa
rambut pada kulit g.Keluarga dapat
(110112) segera melapor
kepada tenaga
kesehatan untuk
mencari solusi

Resiko Infeksi Kontrol Risiko: Proses Kontrol Infeksi (6540) a.Agar tehindar
(00004) Infeksi (1924) a. Bersihakan lingkungan dari kuman
berhubungan Setelah di lakukan dengan baik b.Agar terhindar
dengan kurang tindakan keperawatan b. Ajurkan klien dan dari infeksi
pengetahuan 3x24 jam di harapkan keluarga mengenai cuci nosokomial
menghindari infeksi tidak terjadi tangan c.Mengetahui ada
pemajanan dengan kriteria hasil: c. Ajarkan klien dan tidaknya resiko
patogen, · Mencari informasi keluarga mengenai
54
malnutrisi, terkait kontrol infeksi tanda dan gejala infeksi
infeksi
obesitas, (192425) d. Ganti IV perifer dan
d.Terhindar dari
penyakit kronis · Mengidentifikasi saluran penghubung
proses infeksi
dan prosedur faktor resiko infeksi serta balutan
e.Agar tidak ada
invasif (192426) e. Batasi jumlah
penularan
· Mengidentifikasi pengunjung
penyakit dari
tanda dan gejala
pengunjung
infeksi (192405)
keklien atau
sebaliknya

2.3.4 IMPLEMENTASI

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah

rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk

membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana

tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah

membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Efendi & makhfudli, 2009). Implementasi pada

klien yang mengalami masalah fraktur di lakukan sesuai dengan intervensi

yang di tentukan oleh perawat.

2.3.5 EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,

rencana tindakan dan implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan

evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini

bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan,


55

sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi terdiri atas

dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,

afektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya serta

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian

tujuan ( Efendi & Makhfudli, 2009). Menurut Wahid (2013) menyatakan

evaluasi pada klien fraktur meliputi:

1. Nyeri berkurang atau hilang

2. Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer

3. Tidak adanya hambatan dalam mobilisasi fisik

4. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

5. Tidak muncul resiko infeksi

6. Peningkatan pengetahuan klien


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan

keperawatan pra operatif pada klien yang mengalami close fraktur femur

dengan kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

3.2 Batasan Istilah

Studi kasus ini menjabarkan mengenai konsep fraktur femur dengan

kecemasan. Dimana fraktur femur adalah suatu patahan pada

kontinuitas struktur tulang pada yang di tandai adanya deformitas yang jelas

yaitu pemendekan tulang mengalami masalah fraktur dan hambatan

mobilitas yang nyata (Muttaqin, 2008 dalam Gusty Pirma Reni &

Armayanti, 2014). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di

tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,

kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas

normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017)

3.3 Partisipan

Unit analisis atau partisipan dalam asuhan keperawatan pra operatif ini

mengambil dari dua klien yang mengalami close fraktur femur dengan

kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi yaitu

Tn.S dan Nn.M


56
57

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Ruang Observasi Intensif (ROI) RSUD Dr.

Moewardi Surakarta dengan waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan

di mulai sejak tanggal 27 Mei 2017 sampai dengan 29 mei 2017

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dengan tiga metode :

3.5.1 Wawancara

Metode ini di lakukan dengan mewawancarai sumber

data seperti klien, keluarga maupun perawat lainnya.

Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, dan lain-lain.

3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Di lakukan observasi menyeluruh terhadap sistem tubuh

klien dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi secara spesifik pada klien

fraktur.

3.5.3 Studi dokumentasi

Pengumpulan data dapat di ambil dari hasil pemeriksaan

diganostik dan data lain yang relevan

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

3.6.1 Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan


58 3.6.2 Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber data utama yaitu klien, perawat expertdan referensi buku yang

berkaitan dengan masalah fraktur yang sedang di teliti atau di kelola.

3.7 Analisa Data

Analisa data di lakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data di

lakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik

analis yang di gunakan dengan cara menarasikan jawaban yang di peroleh

dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang di lakukan untuk

menjawab rumusan masalah. Selain itu dapat pula dengan cara observasi

oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data yang

selanjutnya diinterpretasikan dan di bandingkan dengan teori yang ada

Setelah data terkumpul, hasil dari data tersebut di reduksi dalam bentuk

catatan lapangan di jadikan satu dalam bentuk transkrip dan di

kelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif kemudian di analisis

berdasarkan hasil pemeriksaaan diagnostik dan di bandingkan dengan nilai

normal. Dalam penyajian data dapat di lakukan dengan tabel, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan klien di jamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien. Dari data yang di sajikan kemudian data

di bahas dan di bandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan

secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan di

lakukan dengan metode induksi. Data yang di kumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.


BAB IV

HASIL

4.1 Hasil

Pada bab ini berisi tentang hasil asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan

Nn.M yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan di ruang

observasi intensif (ROI) RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data telah dilakukan di ruang Ruang Observasi Intensif

(ROI) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta pada 27 Mei

2017 – 29 Mei 2017. Data yang telah diambil yaitu dari data 2 klienyang

mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu close fraktur femur pre

operasi.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas pasien

Penulis menguraikan pengkajian identitas pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Identitas klien


IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2
Sdr.Y Nn.M
Nama
Angkatan Kidul Rt 02/03 Ngampih R
Alamat
Tambakromo Pati Seblongan
Umur
20 tahun 24 tahun
Agama
Islam Islam
Pendidikan
SMA SMA
Pekerjaan
Buruh Mahasiswi
Status perkawinan
Belum kawin Belum kaw

59
60

Identitas Penanggung Jawab Klien 1 Klien 2


Nama
U u
Alamat
m r

2. Riwayat Penyakit

Penulis menguraikan riwayat penyakit klien pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit


P T Pasien 1
E Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan nyer
Riwayat Klien datang dari IGD diantar Klien mengatakan pad
Penyakit oleh keluarganya pada tanggal 22 Sabtu 20 Mei 2017 me
Sekarang Mei 2017 di karenakan klien kecelakaan saat sedang
mengalami kecelakaan lalu lintas kaki selepas pulang d
sekitar jam 04.00 pagi setelah kampus. Klien menga
mengantar susu di pasar. klien tabrak motor saat ing
mengendarai motor dan menyeberang. Klien d
menabrak mobil yang ada di ke Rumah Sakit Gaja
depannya. Pada saat pengkajian Yogyakarta dengan di
tanggal 27 Mei 2017, klien balut bidai. Tanggal 2
mengatakan cemas karena akan 2017, klien di rujuk
di lakukan operasi pada hari Rumah Sakit Dr.Moew
Senin tanggal 29 Mei 2017. Klien Surakarta dan di pind
mengeluh nyeri di paha kiri. ruang ROI tanggal 23 M
Pengkajian nyeri di dapatkan: Pada saat pengkajian ta
61

Suhu : 37.10 C. Klien terpasang bidai saat nyeri muncul. Tanda –


di kaki kiri , terpasang infus NaCl tanda vital:
0,9% di tangan kanan, klien tampak TD: 140/80 mmHg, Nadi:
bedrest total dan ADL di bantu oleh Frekuensi 90 x/menit, irama
keluarga, kekuatan otot ekstremitas cepat, kekuatan atau isi kuat
bawah 5/2, pengaman tempat tidur di RR: Frekuensi 22 x/menit,
naikkan. Berdasarkan pengkajian irama normal
HRS- Suhu: 37,20 C Klien terpasang
A(Hamilton Rating Scale For cairan infus NaCl 0,9% di
Anxiety) di dapatkan skor 20 tangan kanan, terpasang bidai di
(cemas ringan): kaki kanan, kekuatan otot
DS: Klien mengatakan cemas akan ekstremitas bawah 2/5.
operasi yang akan di jalaninya, takut Klien mengatakan cemas dengan
jika di tinggal sendiri, tidak puas pengkajian HRS-A
akan tidurnya dan bangun terasa (Hamilton Rating Scale For
lesu. Klien mengatakan tidak ingat Anxiety) di dapatkan skor 27
kronologi saat kecelakaan terjadi (cemas sedang):
sampai di bawa ke Rumah Sakit, DS: Klien mengatakan cemas
Klien mengatakan sedih akan saat nyeri mucul dan takut akan
kondisinya sekarang, Klien operasi yang akan di
mengatakan nyeri pada paha kiri dan jalaninya,tidak dapat beristirahat
terasa tertusuk-tusuk di daerah paha dengan tenang, mudah terkejut.
kiri Klien mengatakan takut di
DO: Klien tampak lesu dan gelisah, tinggal sendiri dan banyak
berkeringat dan mulut kering, tidak orang, klien mengatakan lesu
tenang, klien tampak pucat dan saat bangun tidur, klien tidak
muka tegang berminat apa-apa dan merasa
sedih, klien mengatakan nyeri di
paha kanan dan terasa tertusuk-
tusuk, klien mengatakan merasa
lemas, saat nyeri muncul klien
merasa berdebar-debar terasa
tercekik, klien merasa pusing saat
nyeri muncul
DO: Klien tampak tegang, lesu,
mudah menangis, berkeringat,
tampak gelisah, kening berkerut
dan muka merah. Klien
Keluarga klien mengatakan bahwa mengatakan belum pernah
klien pernah mengalami kecelakaan mengalami kecelakaan sampai
motor tapi hanya lecet-lecet saja patah tulang, klien mengatakan
tidak sampai masuk Rumah Sakit baru pertama kali ini di rawat di
seperti Rumah Sakit. Klien mengatakan
Riwayat Penyakit sekarang dan harus di rawat tidak memiliki riwaya
Dahulu karena patah tulang. Klien penyakit menular seper
mengatakan tidak memiliki hepatitis ataupun peny
riwayat alergi, penyakit menular menurun seperti DM, p
seperti AIDS, hepatitis ataupun hipertensi.
penyakit menurun seperti DM,
paru dan hipertensi.
62

Keluarga klien mengtakan


dikeluarganya tidak ada yang hupertens
memiliki penyakit keturunan
seperti diabetes militus,

Riwayat
Penyakit Keterangan: Keterangan:
Keluarga = laki-laki meninggal = laki-laki meningg
= perempuan meninggal = perempuan menin
= laki-laki = laki-laki
= perempuan = perempuan
= tinggal satu rumah = tinggal satu rumah
= klien = klien
= garis pernikahan = garis pernikahan
= garis keturunan = garis keturunan

Klien mengatakan tinggal di Klien mengtakan tingg


rumah permanen,lantai terbuat rumah permanen, lantai
Riwayat dari kramik, ventilasi cukup, dari kramik, ventilasi
Kesehatan tempat pembuangan jauh dari tempat pembuangan ja
Lingkungan rumah. Lingkungan rumah tidak rumah. Lingkungan rum
bising dan dipedesaan. bising dan di pedesaan
polusi udara.
63

3. Pola Kesehatan Fungsional Gordon

Penulis menguraikan pola kesehatan fugsional gordon pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Pola Kesehatan Fingsional Gordon


POLA
KESEHA Klien 1 Kl
TAN
Pola Sebelum sakit :
Sebelum sakit :
persepsi Klien mengatakan sehat itu pe
Klien mengatakan sehat itu penting
dan Selama sakit :
dan jika sakit tidak dapat bekerja
pemelihara Klien mengatakan ingin sem
Selama sakit :
an dan cepat pulang.
Klien mengatakan ingin sembuh
kesehatan dan cepat pulang.

Pola Nutrisi Sebelum sakit : Antropometri : BB: 53 Sebelum sakit : Antropometri : BB: 49
dan kg, TB: 162 cm, IMT: 20,19 kg/m2 kg, TB: 160 cm, IMT: 19,14 kg/m2
metabolism e
Biocemical: Biocemical:
Belum diketahui Belum diketahui

Clinical Sign: Clinical Sign:

Belum diketahui Belum diketahui

Dietary: Dietary:
Makan 3x sehari dengan nasi, sayur, Makan 3x sehari dengan nasi, lauk
lauk, air putih, teh. 1 porsi habis, tidak pauk, air putih, teh. 1 porsi habis, tidak
ada keluhan ada keluhan

Selama sakit : Antropometri : BB: 51 Selama sakit : Antropometri : BB: 48


kg, TB: 162 cm, IMT: 19,43kg/m2 kg, TB: 160 cm, IMT: 18,75 kg/m2

Biocemical: Biocemical: Hematokrit:38,2%,


Hematokrit: 42%, Hemoglobin: 13,3 g /dl

Hemoglobin: 13,6 g /dl Clinical Sign: Mukosa bibir


kering,Turgor kulit tidak elastis,
Clinical Sign: Konjungtiva tidak anemis
Mukosa bibir kering,Turgor kulit
tidak elastis, Konjungtiva tidak Dietary: Makan 3x sehari dengan
anemis bubur, lauk pauk, buah, snack, teh.
air putih. ½ porsi habis dan tidak ada
Dietary: keluhan
Makan 3x sehari dengan bubur, lauk
pauk, buah, snack, teh, air putih. ½
porsi habis
64
Pola a. BAK a. BAK
Eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Frekuensi : 4x Frekuensi : 4x
Pancaran : kuat Pancaran : kuat
Jumlah : 500 cc Jumlah : 500 cc
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning pekat Warna : kuning pekat
Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada keluhan
Selama sakit : Selama sakit :
Frekuensi : 5-6x Frekuensi : 6-7x
Pancaran : kuat Pancaran : kuat
Jumlah : 1000 cc Jumlah : 1100 cc
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning pucat Warna : kuning pucat
Keluhan : tidak ada keluhan Keluhan : tidak ada keluhan
b. BAB b. BAB
Sebelum sakit Sebelum sakit
Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi: lunak berbentuk Konsistensi: lunak berbentuk
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning Warna : kuning
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada keluhan
Selama sakit Selama sakit
Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lunak berbentuk Konsistensi : lunak berbentuk
Bau : khas Bau : khas
Warna : kuning Warna : kuning
Keluhan: tidak ada keluhan Keluhan: tidak ada keluhan
c. Balance Cairan c. Balance Cairan
Input – Output Input – Output
2130 – 1900 2280 – 2040
+ 230 +240

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Aktivitas Klien dalam aktivitas sehari – hari Klien dalam aktivitas sehari –
Dan dapat melakukan tanpa batuan atau dapat melakukan tanpa batuan
Latihan mandiri mandiri
Selama sakit : Klien dalam aktivitas Selama sakit : Klien dalam aktivitas
selama di Rumah Sakit makan atau selama di Rumah Sakitmakan atau
minum, mandi, berpakaian dan minum, mandi, berpakaian dan
ambulasi ROM di bantu oleh orang ambulasi ROM di bantu oleh orang
lain. Sedangkan toileting, mobilitas di lain. Sedangkan toileting, mobilitas
tempat tidur dan berpindah di bantu orang di tempat tidur dan berpindah di bantu
lain dan alat orang lain dan alat
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Istirahat- Klien mengatakan tidur siang 2 Klien mengatakan tidur sian
Tidur jam/hari dan malam hari sekitar 8 jam/hari dan malam hari seki
jam/hari, tidak ada penggunaan jam/hari, tidak ada penggun
obat maupun gangguan saat tidur. obat maupun gangguan saat t
65

Selama sakit : Klien mengatakan tidur Selama sakit : Klien mengatakan tidur
siang setengah jam/hari dan tidur malam siang 20 menit /hari dan tidur
hari 7jam/hari, tidak ada penggunaan malam hari 6jam/hari, tidak ada
obat tidur, klien tidak puas akan tidur dan penggunaan obat tidur, klien lesu saat
bangun merasa lesu bangun
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Kognitif Klien mengatakan dapat berbicara Klien mengatakan dapat ber
Perseptual dengan baik, tidak ada gangguan dengan baik, tidak ada gang
pada indra pengelihatan dan pada indra pengelihatan dan
pendengaran. pendengaran.
Selama sakit : Selama sakit :
P: Klien mengatakan nyeri saat P: Klien mengatakn nyeri saat
paha kiri mengalami pergerakan kanan mengalami pergerakan
Q: Klien mengatakan nyeri seperti Q:Klien mengatakan nyerti
tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di bagian R:Klien mengatakan nyeri dib
paha kiri paha kanan
S:Klien menunjukkan nyeri dengan S:Klien menunjukkan nyeri sk
skala 4 T: Klien mengatakan nyeri
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul, saat nyeri mucul sekit
timbul, saat nyeri muncul sekitar 10 menit.
menit.
Pola a. Sebelum sakit : a. Sebelum sakit :
Persepsi Identitas diri: Klien mengatakan Identitas diri: Klien mengata
Konsep seorang anak laki-laki yang seorang mahaiswi
Diri membantu keluarga Ideal diri : Klien mengataka
Ideal diri : Klien mengatakan dirinya dalam keadaan baik.
dirinya dalam keadaan baik. Harga diri : Klien mengatak
Harga diri : Klien mengatakan percaya diri
percaya diri Peran diri :Klien mengataka
Peran diri :Klien mengatakan sebagai anak perempuan yan
sebagai anak laki-laki yang sedang menuntut ilmu
mebantu kebutuhan rumah tangga. Gambaran diri : Klien mengat
Gambaran diri : Klien mengatakan selalu bersyukur dengan kead
selalu bersyukur dengan keadaanya. b. Selama sakit :
b. Selama sakit : Identitas diri: Klien mengata
Identitas diri: Klien mengatakan seorang anak perempuan ya
seorang anak laki-laki yang sedang kuliah di suatu perg
membantu kebutuhan rumah tinggi.
tangga Ideal diri : Klien mengatakan
Ideal diri : Klien mengatakan cemas dengan kondisinya
akan menjalani operasi Harga diri : klien mengata
Harga diri : Klien mengatakan merasa merepotkan keluarga
merasa merepotkan keluarga. Peran diri : klien mengatakan
Peran diri : Klien mengatakan tidak bisa menjalankan tanggung
bisa menjalankan tanggung jawab sebagai mahasiswi
untuk membantu kebutuhan rumah Gambaran diri : klien bersy
tangga. masih bisa bersama keluargan
Gambaran diri : klien bersyukur
masih bisa bersama keluarganya
66
Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Hubungan Klien mengatakan berhubungan Klien mengatakan memiliki
Peran baik dengan keluarga dan hubungan baik dengan keluarg
masyarakat. Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan mas
Klien mengatakan tetap berhubungan baik dengan kelu
berhubungan baik dengan keluarga dan orang lain.
dan juga dengan orang lain.
Pola Sebelum sakit :
Seksualitas Sebelum sakit : Klien mengatakan belum men
Reproduksi Klien mengatakan belum menikah Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan ingin fok
Klien mengatakan belum ingin kuliah dahulu
menikah

Pola Sebelum sakit : Sebelum sakit :


Mekanisme Klien mengatakan jika ada masalah Klien mengatakan jika ada ma
Koping sesalu didiskusikan dengan dibicarakan dengan keluarga.
keluarga. Selama sakit :
Selama sakit : Klien mengatakan cemas saat
Klien mengatakan cemas akan muncul dan takut akan operas
operasinya . Pengkajian skor HRS- akan di jalaninya.Pengkajian
A 20 HRS-A 27.

Pola Nilai Sebelum sakit :


Sebelum sakit :
Dan Klien mengatakan beragama
Klien mengatakan beragama islam
Keyakinan dan beribadah 5 waktu.
dan ibadah 5 waktu.
Selama sakit :
Selama sakit :
Klien mengatakan tetap berdo
Klien mengatakan tetap berdoa
untuk kesembuhannya
67

4.Pemeriksaan Fisik

Penulis menguraikan pemeriksaan fisik pasien pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2
1. Keadaan/penampilan
umum
a. Kesadaran Composmentis Composmen
b. Tanda-tanda vital 140/90 mmHg 140/80 mmH
· Tekanan darah 82x/menit 90x/menit
· Nadi Cepat Cepat
Frekuensi Kuat Kuat
Irama 21x/menit 22 x/menit
Kekuatan Normal Normal
· Pernafasan 37.10 C. 37,20 C
Frekuensi
Irama
· Suhu

2. Kepala Mesochepal Mesochepal


Bentuk kepala Bersih Bersih
Kulit kepala
Rambut
Warna hitam, lurus Warna hitam, lurus
3. Muka
a. Mata
Palbepra
Konjungtiva
Tidak edema Tidak edema
Sclera
Pupil Diameter Tidak anemis Tidak anemis
Reflek terhadap Ikterik Isokor Ikterik
cahaya Penggunaan 2mm / 2mm Isokor 2mm /
alat bantu (+) 2mm (+)

b. Hidung (-) (-)

Bersih tidak ada polip, tidak Bersih tidak ada polip, tidak
c. Mulut ada sekret ada sekret

d. Gigi Mukosa bibir kering, tidak Mukosa bibir kering, tidak


ada sianosis. ada sianosis.
e. Telinga
Bersih, rapi Bersih rapi

Simetris, tidak ada gangguan Simetris, tidak ada gangguan


4. Leher pendengaran, tidak ada pendengaran, tidak ada
serumen. serumen.

Tidak ada pembesaran kelejar Tidak ada pembesaran kelejar


tyroid, tidak ada kaku kuduk tyroid, tidak ada kaku kuduk
68

5. Dada (Thorax)
? Paru-Paru
Dada simetris kanan kiri, Dada sim
Inspeksi tidak ada jejas. jejas.
Palpasi Vokal premitus kanan kiri Vokal pre
Perkusi sama kiri sama,
Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler / tidak ada suara tambahan
? Jantung
Inspeksi Ictus cordis tak tampak Ictus cord
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS 5 Ictus cord
Perkusi Pekak Pekak
Auskultasi Tidak ada suara tambahan Tidak ada
6. Abdomen
Tidak ada luka atau jejas Tidak ada
Inspeksi
Bising usus 12 x/menit Bising us
Auskultasi
Kuadran 1 dan 2 redup, 3 Kuadran
Perkusi
dan 4 tympani dan 4 tym
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada

7. Genetalia Kebersihan terjaga dan Kebersihan terjaga dan


bentuk simetris. bentuk simetris

8. Rectum Kebersihan terjaga, tidak ada Kebersihan terjaga, tidak ada


hemoroid hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
Kekuatan otot kanan/ 5. 5 5. 5
kiri
Rom kanan/kiri Tangan kanan terpasang infus Tangan kanan terpasang infus

Capilary refile Kurang dari 2 detik Kurang dari 2 detik

Perubahan bentuk Tidak ada Tidak ada


tulang
Perabaan akral Hangat
b. Bawah Hangat
Kekuatan otot kanan/ 2/5
kiri
Rom kanan/kiri 5/2 Terpasang bidai di kaki
kanan
Capilary refile 2 detik
Terpasang bidai di kaki kiri
Perubahan bentuk
tulang 2 detik Terdapat perubahan
Perabaan akral
Terdapat perubahan Dingin

Dingin
69

4. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Penulis menguraikan hasil pemeriksaan penunjang pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi
Klien 1 ( tanggal 23 Mei 2017)
HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.6 g/dl 13.5 – 17.5 Nor
Hematokrit 42 % 33 – 45 Nor
Leukosit 17.2 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Ting
Trombosit 239 Ribu/Ul 150 – 450 Nor
Eritrosit 5.01 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Nor
HEMOSTASIS
PT 14.5 Detik 10.0 –15.0 Nor
APTT 30.3 Detik 22.0 – 40.0 Nor
INR 1.210
KIMIA KLINIK 137 Mmol/L 136 – 145 Nor
ELEKTROLIT
Natrium darah
Kalium darah 3.1 Mmol/L 3.3 – 5.1 Ren
Chlorida darah 101 Mmol/L 58 – 100 Ting

HbSAg Rapid Non reactive Non reactive Normal


Klien 2 ( tanggal 24 Mei 2017 )

HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 13.3 g/dl 13.5 – 17.5 Ting
Hematokrit 38.2 % 33 – 45 Nor
MCV 84.3 Fl 80 – 100 Nor
MCH 29.4 Pg 26 – 34 Nor
MCHC 34.8 g/dl 32 –36 Nor
Leukosit 18.8 Ribu/Ul 4.5 – 11.0 Ting
Eritrosit 4.53 Juta/Ul 4.50 – 5.90 Nor
Trombosit 306 Ribu/Ul 150 – 450 Nor
Neutrofil 36.6 % 50 – 70 Ren
Limfosit 57.3 % 20 – 40 Ting
LUC 6.1 % 1– 4 Ting
Pembekuan (CT)
Masa pembekuan (CT) 12 Menit 5 – 14 Nor
Perdarahan (BT)
Masa perdarahan (BT) 3 Menit 2–7 Nor
Ureum 11 Mg/dl 10.7– 42.8 Nor
Kreatinin 0.6 Mg/dl 0.5 – 1.1 Nor
Glukosa sewaktu 150 Mg/dl 60 – 199 Nor
Natrium 138 Mmol/L 135.0 – 145.0 Norma
Kalium 3.2 Mmol/L 3.5 – 5.1 Ren
Chloride 102 Mmol/L 95.0 – 115.0 Normal

HbSAg Rapid Non reactive Non reactive Normal


70

Radiologi

Klien 1
RD 0044- Femur AP dan Lat
Klinis CF femur ⅓ tengah sinistra pre orif
Foto femur kiri AP/Lat
Tampak fraktur di os femur ⅓ tengah kiri
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
Tak tampak klasifikasi abnormal
Tak tampak erosi atau destruksi tulang
Tak tampak soft tisue mass/swelling
Pergeseran sendi (-)
Kesimpulan
Fraktur di os femur ⅓ tengah kiri
Klien 2
RD 0046- Femur AP dan Lat
Klinis CF femur ⅓ tengah dextra pre orif
Foto femur kanan AP/Lat
Tampak fraktur di os femur ⅓ tengah kanan
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi dalam batas normal
Tak tampak klasifikasi abnormal
Tak tampak erosi atau destruksi tulang
Tak tampak soft tisue mass/swelling
Pergeseran sendi (-)
Kesimpulan
Fraktur di os femur ⅓ tengah kanan

5. Terapi medis

Penulis menguraikan terapi medis yang diberikan kepada klien pada tabel

4.6

Tabel 4.6Terapi Medis


Hari/ Jenis Terapi Dosis Kandungan Fungsi
Tgl
Klien 1
Inf.NaCl 0,9% 20tpm NaCl 9,0g Air untuk Mengembalikan
injeksi ad 1000ml keseimbangan
Osmolaritas 308308 elektrolit
mOsm/l
Setara dengan ion- ion:
Sabtu, Na+ 154mEq/l
27 mei Cl- 154mEq/l Mengobati jen
2017 Inj.Cefazolin 1g/8jam Tiap vial infeksi bakteri
s.d
Senin,
29

Mei Inj.Fenitoin 100mg/8jam Fenitoin natrium Mencegah


2017 100mg kejang
71
Inj.Ranitidin 50mg/12jam Ranitidin HCL setara M
dengan 25ml sa
Inj.Metamizole 1g/8jam Metamizole Na Mere
Inf.NaCl 0,9% 20tpm Klien 2
NaCl 9,0g Men
Air untuk injeksi ad kese
1000ml elekt
Osmolaritas 308308
mOsm/l
Sabtu, Setara dengan ion-
27 mei Meredakan ny
ion:
2017 Na+ 154mEq/l
s.d Cl- 154mEq/l
Senin, Metamizole Na
29 Inj.Metamizole 1g/8jam
Mei

2017 Inj.Ranitidin 50mg/12jam Ranitidin HCL setara dengan 25ml Mengobati


saluran cerna
Inj.Cefazolin 1g/8jam Tiap vial mengandung Mengobati jenis
Natrium sefazolin setara infeksi bakteri
dengan sefazolin 1g

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data


Data
Etiologi Klien 1
Ds : Agen cedera fisik (Trauma) Nyeri akut (00132)
P. Klien mengatakan nyeri saat paha
kiri mengalami pergerakan
Q. Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di bagian
paha kiri
S:Klien menunjukkan nyeri dengan
skala 4
T. Klien mengatakan nyeri hilang
timbul, saat nyeri muncul sekitar 10
menit.

Do :
Klien tampak meringis kesakitan dan
memegangi daerah paha kiri saat
nyeri muncul. Hasil tanda-tanda vital:
TD : 140/90 mmHg, Nadi :
82x/menit, irama cepat,
72

kekuatan atau isi kuat


RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10 C.
Klien terpasang bidai pada
kaki kiri, terpasang NaCl
0,9% di tangan kanan
Ds : Klien mengatakan dalam Penurunan kekuatan otot Hambatan Mobilitas Fisik
aktivitas selama di Rumah Sakit (00085)
makan atau minum, mandi,
berpakaian dan ambulasi ROM di
bantu oleh orang lain. Sedangkan
toileting, mobilitas di tempat
tidur dan berpindah di bantu
orang lain dan alat

Do :
Klien tampak lemah, kebutuhan
ADL dibantu oleh keluarga, klien
bedrest total, terpasang infus
NaCl 0,9% di tangan kanan,
kekuatan otot ekstremitas bawah
5/2, hasil rontgen radiologi
menunjukkan fraktur di os
femur ⅓ tengah kiri,
terpasang bidai di kaki kiri
Ds : Klien mengatakan cemas akan TD : 140/90 Stressor A
operasi yang akan di jalaninya, takut mmHg, n
jika di tinggal sendiri, tidak puas akan Nadi : s
tidurnya dan bangun terasa lesu. Klien 82x/menit, i
mengatakan tidak ingat kronologi saat irama cepat, e
kecelakaan terjadi sampai di bawa ke kekuatan t
Rumah Sakit, Klien mengatakan sedih atau isi kuat a
akan kondisinya sekarang, Klien RR : s
mengatakan nyeri pada paha kiri dan 21x/menit,
terasa tertusuk-tusuk di daerah paha kiri irama (
normal 0
Do: Klien tampak lesu dan gelisah, 0
berkeringat dan mulut kering, tidak 1
tenang, klien tampak pucat dan muka 4
tegang, skala HRS-A 20, Hasil tanda- 6
tanda vital: )
73

Suhu : 37.10 C.

Klien 2
Ds : normal Agen cedera fisikN
P. Klien mengatakn nyeri saat paha Suhu:3 (Trauma) y
kanan mengalami pergerakan 7,20 C e
Q:Klien mengatakan nyerti terasa Klien r
tertusuk-tusuk terpasa i
R:Klien mengatakan nyeri dibagian ng
paha kanan bidai di a
S:Klien menunjukkan nyeri skala 6 kaki k
T. Klien mengatakan nyeri hilang kanan,t u
timbul, saat nyeri mucul sekitar 15 erpasan t
menit. g
(
cairan
Do : 0
infus
Klien tampak meringis kesakitan dan 0
NaCl
memegangi daerah paha kanan saat 1
0,9% di
nyeri muncul, hasil tanda-tanda vital: 3
tangan 2
TD: 140/80 mmHg, Nadi: Frekuensi kanan )
90 x/menit, irama cepat, kekuatan
atau isi kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit, irama
Ds: Klien mengatakan dalam Penurunan kekuatan otot Hambatan Mobilitas Fisik
melakukan aktivitas selama di (00085)
Rumah Sakit, makan atau
minum, mandi, berpakaian dan
ambulasi ROM di bantu oleh
orang lain. Sedangkan toileting,
mobilitas di tempat tidur dan
berpindah di bantu orang lain
dan alat

Do:
Klien tampak bedrest total,
terpasang bidai di kaki kanan dan
infus NaCl 0,9% di tangan kanan,
tampak ADL dibantu oleh
keluarga, kekuatan otot
ekstremitas bawah 2/5, hasil
rontgen radiologi yaitu
fraktur di os femur ⅓
tengah kanan
74

Ds :Klien mengatakan cemas saat Stressor Ansietas (00146)


nyeri mucul dan takut akan
operasinya,tidak dapat beristirahat
dengan tenang, mudah terkejut. Klien
mengatakan takut di tinggal sendiri
dan banyak orang, klien mengatakan
lesu saat bangun tidur, klien tidak
berminat apa-apa dan merasa sedih,
klien mengatakan nyeri di paha kanan
dan terasa tertusuk-tusuk, klien
mengatakan merasa lemas, saat nyeri
muncul klien merasa berdebar-debar
dan merasa tercekik, klien merasa
pusing saat nyeri muncul

Do: Klien tampak tegang, lesu,


mudah menangis, berkeringat, tampak
gelisah, kening berkerut dan muka
merah, skor HRS-A 27 (cemas sedang),
hasil tanda-tanda vital:
TD: 140/80 mmHg, Nadi: Frekuensi
90 x/menit, irama cepat, kekuatan atau
isi kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit, irama
normal
Suhu:37,20 C
4.1.4 Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.8 Diagnosis Keperawatan


Etiologi (Penyebab+
Data t
Problem (masalah) Pasien 1 a
Ds : Nyeri akut (00132) Agen cedera fisik (Trauma)
P. Klien mengatakan nyeri saat
paha kiri mengalami pergerakan
Q. Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri di
bagian paha kiri
S:Klien menunjukkan nyeri
dengan skala 4
T. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri muncul
sekitar 10 menit.
75

Do :
Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi
daerah paha kiri saat nyeri
muncul. Hasil tanda-tanda
vital:
TD : 120/80 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10 C.
Klien terpasang bidai pada
kaki kiri, terpasang NaCl
0,9% di tangan kanan
Ds : Klien dalam aktivitas selama meng Hambatan mobilitas fisik
di Rumah Sakit makan atau ataka (00085)
minum, mandi, berpakaian dan n
ambulasi ROM di bantu oleh nyeri
orang lain. Sedangkan toileting, pada
mobilitas di tempat tidur dan paha
berpindah di bantu orang lain dan kiri
alat dan
terasa
Do : tertus
Klien tampak lemah, kebutuhan uk-
ADL dibantu oleh keluarga, klien tusuk
bedrest total, terpasang infus NaCl di
0,9% di tangan kanan, kekuatan daera
otot ekstremitas bawah 5/2, hasil h
rontgen radiologi paha
menunjukkan fraktur di os kiri
femur ⅓ tengah kiri, terpasang
bidai di kaki kiri Do:
Klien
tampa
Ds : k
lesu
Klien mengatakan cemas akan
dan
operasi yang akan di jalaninya,
gelisa Ansietas (00146)
takut jika di tinggal sendiri, tidak h,
puas akan tidurnya dan bangun berke
terasa lesu. Klien mengatakan tidak ringat
ingat kronologi saat kecelakaan dan
terjadi sampai di bawa ke Rumah mulut
Sakit, Klien mengatakan sedih
akan kondisinya sekarang, Klien
76

kering, tidak tenang, klien


tampak pucat dan muka
tegang, skala HRS-A 20, Hasil
tanda-tanda vital:
TD : 140/90 mmHg,
Nadi : 82x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR : 21x/menit, irama normal
Suhu : 37.10 C
Klien 2
Ds : Nyeri akut (00132) Agen cidera fisik (Trauma)
P. Klien mengatakn nyeri saat
paha kanan mengalami
pergerakan
Q:Klien mengatakan nyerti
terasa tertusuk-tusuk
R:Klien mengatakan nyeri
dibagian paha kanan
S:Klien menunjukkan nyeri skala
6
T. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul, saat nyeri mucul
sekitar 15 menit.

Do :
Klien tampak meringis kesakitas
dan memegangi daerah paha
kanan saat nyeri muncul, hasil
tanda-tanda vital:
TD: 140/80 mmHg, Nadi:
Frekuensi 90 x/menit, irama
cepat, kekuatan atau isi kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit,
irama normal
Suhu:37,20 C Klien terpasang
bidai di kaki
kanan,terpasang cairan infus

NaCl 0,9% di tangan kanan

Ds:
Ds:
Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan otot
Klien dalam aktivitas selama di
(00085)
Rumah Sakit makan atau
minum, mandi, berpakaian dan
ambulasi ROM di bantu oleh
orang lain. Sedangkan toileting,
mobilitas di tempat tidur dan
berpindah di bantu orang lain
dan alat

Do:
Klien tampak bedrest total,
terpasang bidai di kaki kanan dan
infus NaCl 0,9% di tangan kanan,
tampak ADL dibantu
77

oleh keluarga, kekuatan otot


2/5, hasil rontgen radiologi
Fraktur di os femur ⅓
tengah kanan
Ds :Klien mengatakan cemas saat nyeri Ansietas (00146) Stressor
mucul dan takut akan operasi yang akan di
alaminya,tidak dapat beristirahat dengan
tenang, mudah terkejut. Klien mengatakan
takut di tinggal sendiri dan banyak orang,
klien mengatakan lesu saat bangun tidur,
klien tidak berminat apa-apa dan merasa
sedih, klien mengatakan nyeri di paha kanan
dan terasa tertusuk-tusuk, klien mengatakan
merasa lemas, saat nyeri muncul klien
merasa berdebar-debar terasa tercekik, klien
merasa pusing saat nyeri muncul

Do: Klien tampak tegang, lesu, mudah


menangis, berkeringat, tampak gelisah,
kening berkerut dan muka merah, skala
HRS-A 27, TD: 140/80 mmHg,
Nadi: Frekuensi 90 x/menit, irama cepat,
kekuatan atau isi kuat
RR: Frekuensi 22 x/menit, irama normal
Suhu:37,20 C
4.1.5 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.9 Perencanaan Keperawatan


K INTERVENSI
e KRITERIA HASIL

Pasien 1
Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri pen
keperawatan selama 3 x 24 jam pada di secara ggu
harapkan nyeri akut dapat berkurang komprehensif naa
dengan kriteria hasil: 2. Beri kesempatann
1. Klien tidak merasakan nyeri istirahat dan tidurtekn
2. Skala nyeri turun dari 4 ke 0 yang adekuat. ik
3. Klien tampak rileks 3. Ajarkan
78

nonfarmakologi
(tarik nafas dalam)
4. Beri informasi pada
keluarga dalam
memberi dukungan
klien saat nyeri
muncul
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
pereda nyeri
(Metamizole
1g/8jam)
Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemamp
keperawatan 3 x 24 jam di harapkan mobilisasi
mobilisasi pada klien meningkat 2. Latih dalam
dengan kriteria hasil : pemenuhan
1. Adanya keseimbangan tubuh secara man
2. Klien mampu dan mengerti sesuai kema
tujuan dari peningkatan 3. Ajarkan meru
mobilisasi posisi yang
3. Klien mampu melakukan 4. Beritahu kelu
peningkatan kemampuan dalam mela
berpindah teknik berp
4. Kekuatan otot dapat yang aman
meningkat menjadi 3 5. Konsultasi de
fisioterapi

Diagnosis 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda v


keoerawatan 3 x 24 jam di harapkan dan nonver
klien tidak merasa cemas dengan kecemasan
kriteria hasil : 2. Bina hubung
1. Klien tidak merasa cemas saling perca
2. Klien tidak merasa 3. Instruksikan
ketakutan dan dapat menggunak
menghilangkan penyebab teknik relak
takut nafas dalam
3. Klien dapat menggunakan 4. Jelaskan pros
strategi koping yang efektif tindakan ya
4. Skala HRS-A bisa turun dari di lakukan
20 menjadi ˂14 (Tidak 5. Dorong kelua
cemas) mendampin
Diagnosis 1 Klien2

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala ny


keperawatan selama 3 x 24 jam pada secara
di harapkan nyeri akut dapat komprehens
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Beri kesempa
1. Klien tidak merasakan nyeri istirahat da
2. Skala nyeri turun dari 6 yang adekua
menjadi berkurang 3. Ajarkan
3. Klien tampak rileks penggunaan
nonfarmako
(tarik nafas
4. Beri informas
keluarga da
79

memberi dukungan
klien saat nyeri
muncul
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
pereda nyeri
(Metamizole
1g/8jam)
Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemamp
keperawatan 3 x 24 jam di harapkan mobilisasi
mobilisasi meningkat dengan kriteria 2. Latih dalam
hasil : pemenuhan
1. Adanya keseimbangan tubuh secara man
2. Klien mampu dan mengerti sesuai kema
tujuan dari peningkatan 3. Ajarkan meru
mobilisasi posisi yang
3. Klien mampu melakukan 4. Beritahu kelu
peningkatan kemampuan dalaam me
berpindah teknik berp
4. Kekuatan otot dapat yang aman
meningkat menjadi 3 5. Konsultasi de
fisioterapi
Diagnosis 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda v
keoerawatan 3 x 24 jam di harapkan dan nonver
klien tidak merasa cemas dengan kecemasan
kriteria hasil : 2. Bina hubung
1. Klien tidak merasa cemas saling perca
2. Klien tidak merasa 3. Instruksikan
ketakutan dan dapat menggunak
menghilangkan penyebab teknik relak
takut nafas dalam
3. Klien dapat menggunakan 4. Jelaskan pros
strategi koping yang efektif tindakan ya
4. Skala HRS-A bisa turun dari di lakukan
27 menjadi ˂14 (Tidak 5. Dorong kelua
cemas) mendampin

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan


Diagno
sa Sabtu, 27Mei 2017 Minggu, 28Mei 2017 Senin, 29Mei 2017
kepera
watan
Klien 1
Dx 1 14.04 Mengkaji nyeri 08.00 Berkolaborasi dalam 09.00 Mengkaji
S. pemberian obat sesuai nyeri
P:Klien indikasi -Inj.Cefazolin S: P:Klien
mengatakan nyeri 1g/8jam mengatakan
saat paha kiri nyeri saat
mengalami
80
pergerakan -Inj.Fenitoin
Q:Klien 100mg/8jam
mengatakan -Inj.Ranitidin
nyeri seperti 50mg/12jam
tertusuk-tusuk -Inj.Metamizol
R:Klien 1g/8jam
mengatakan S:
nyeri di bagian Klien mengatak
paha kiri bersedia
S:Klien menerima oba
menunjukkan melalui infus
nyeri dengan O:
skala 4 Klien tampak
T:Klien menahan nyeri
mengatakan saat Metamizo
nyeri hilang dimasukkan
timbul, saat 08.30 Memberi
nyeri muncul
sekitar 10menit.
O: mendampingi mengatakan
Klien tampak klien nyeri hilang i
meringis kesakitan S: Keluarga klien timbul, saat s
dan memegangi mengatakan selalu nyeri muncul i
daerah paha kiri saat mendampingi klien sekitar
nyeri muncul. Hasil saat sakit seperti 5menit. k
tanda-tanda vital: ini O: Klien u
TD : 140/90 mmHg, O: Keluarga tampak a
Nadi : 82x/menit, tampak selalu meringis t
irama cepat, mendampingi klien kesakitan dan
kekuatan atau isi saat klien di rawat memegangi
kuat Mengkaji nyeri daerah paha
08.40 RR : 21x/menit, irama P:Klien kiri saat nyeri
normal Suhu : 37.10 C. Klien mengatakan nyeri muncul. Hasil
terpasang bidai pada kaki saat paha kiri tanda-tanda
kiri, terpasang NaCl 0,9% mengalami vital:
di tangan kanan Mengajarkan pergerakan Q:Klien TD : 120/80
mengatakan nyeri mmHg,
seperti tertusuk- Nadi :
tusuk 80x/menit,
irama cepat,
kekuatan atau
14.30 relaksasi nafas R:Klien RR :
dalam mengatakan nyeri 20x/menit,
S: Klien di bagian paha irama normal
mengatakan dapat kiri S:Klien Suhu : 36.80 C.
melakukan teknik menunjukkan Klien terpasang
relaksasi nafas nyeri dengan bidai pada kaki
dalam dan akan skala 4 kiri, terpasang
mengulangi saat T:Klien infus NaCl
nyeri muncul mengatakan nyeri 0,9%
O: hilang di tangan kanan
Klien tampak timbul, saat Memberi
melakukan teknik nyeri muncul 13.00 kesempatan
relaksasi dengan sekitar 10menit. istirahat dan
baik dan tampak O:
81

nyaman Klien tampak tidur


meringis kesakitan S: Klien
dan memegangi mengatakan
daerah paha kiri mengantuk
saat nyeri muncul. O:
Hasil tanda-tanda Klien tampak
vital: tidur dengan
TD:120/90 mmHg, nyaman
Nadi:80x/menit,
irama cepat,
kekuatan atau isi
kuat
RR: 19x/menit,
irama normal Suhu :
36.70 C. Klien
terpasang bidai
pada kaki kiri,
terpasang infus
NaCl 0,9% di
tangan kanan
Dx 2 14.45 Mengkaji 09.30 Mengajarkan 13.02 Memberitahu
kemampuan merubah posisi keluarga
mobilisasi yang aman dalam
S: S: melakukan
Klien mengatakan Klien mengatakan teknik
tidak dapat dapat miring ke berpindah
melakukan kanan secara yang aman
pergerakan pada perlahan S: Keluarga
paha kiri O: mengatakan saat
O: Klien tampak klien ingin
Klien tampak sedang berpindah mengatur posisi
bedrest total, klien posisi dengan hati- di bantu dengan
memegangi daerah hati, pelan- pelan
paha kiri, kekuatan otot O: Keluarga
terpasang bidai di ekstremitas bawah tampak selalu
kaki kiri dan infus 5/2 sabar
NaCl 0,9% di 10.00 Konsultasi mendampingi
tangan kanan fisioterapi dan membantu
15.00 Melatih S: klien
kemampuan dalam Klien mengatakan
pemenuhan ADL nyeri muncul saat
S. Klien bergerak
mengatakan dapat O. klien
melakukan tampak memegangi
pemindahan posisi paha kiri
miring di bantu
keluarga
O:
Klien tampak
berhati-hati dan
menahan nyeri saat
berpindah posisi,
kekuatan otot
ekstremitas
82

bawah 5/2
Dx 3 15.10 Membina hubungan 11.10 Mengkaji tanda 15.20 Menjelaskan
saling percaya verbal dan non rencana
S: Klien verbal tindakan
mengatakan cemas S: Klien keperawatan
akan operasi yang mengatakan cemas S:
akan di jalaninya, akan operasi yang Klien
takut jika di akan di jalaninya mengatakan
tinggal sendiri, berkurang, klien akan pindah
tidak puas akan mengatakan bisa ruang dan siap
tidurnya dan tidur namun tidak untuk operasi
bangun terasa lesu. puas, klien masih besuk, klien
Klien mengatakan tidak ingat mengatakan
tidak ingat kronologi masih belum
kronologi saat kecelakaan, nyeri tahu pasti
kecelakaan terjadi pada paha kiri kronologi
sampai di bawa ke masih terasa kejadian saat
Rumah Sakit, tertusuk-tusuk kecelakaan,
Klien mengatakan O: nyeri pada paha
sedih akan Klien tampak lebih kiri terasa
kondisinya segar, tidak keluar tertusuk-tusuk
sekarang, Klien keringat dingin, masih di
mengatakan nyeri tampak rileks dan rasakan
pada paha kiri dan tegang berkurang, O: Klien
terasa tertusuk- tampak klien tidak tampak
tusuk di daerah terlalu sedih seperti bersemangat,
paha kiri kemarin skor HRS- sedikit tegang,
O: A 18 (Cemas mulut kering,
Klien tampak lesu Ringan), Hasil tidak pucat
dan gelisah, tanda-tanda vital: skor HRS-A 8
berkeringat dan TD:130/90 mmHg, (tidak ada
mulut kering, tidak Nadi:80x/menit, cemas)
tenang, klien irama cepat, Menginstruksi
tampak pucat dan kekuatan atau isi 15.45 kan teknik
muka tegang, skor kuat relaksasi nafas
HRS-A 20 (cemas RR: 20x/menit, dalam
ringan) irama normal S: Klien
Menginstruksikan Suhu : 36.70 C. mengatakan
15.20 melakukan teknik Menginstruksikan jauh lebih
relaksasi nafas melakukan teknik nyaman saat
dalam relaksasi nafas melakukan
S: Klien dalam relaksasi nafas
mengatakan cemas 11.15 S: Klien dalam
mulai berkurang mengatakan saat O: Klien
O. Gelisah melakukan tampak rileks,
tampak berkurang, relaksasi nafas Hasil tanda-
klien mulai tenang, dalam cemas terasa tanda vital:
skala HRS-A 18 lebih berkurang TD : 120/80
(cemas ringan), O:klien tampak mmHg,
Hasil tanda-tanda rilek dan tegang Nadi:76x/me
vital: berkurang , skor nit,irama
TD : 140/90 HRS-A 14 (Cemas teratur,keku
mmHg, Ringan), atan atau isi
Nadi : 80x/menit, kuat
irama cepat, RR:18x/menit
83

kekuatan atau isi 11.30 Menjelaskan peran ,irama normal


kuat keluarga dalam perawatan Suhu: 36.80 C,
RR : 21x/menit, klien Skor HRS-A
irama normal Suhu : S: Keluarga klien 8 tidak ada
37.10 C. mengatakan akan cemas)
tetap mendampingi
klien saat sakit
seperti ini dan
klien mengatakan
cemas tidak terasa
saat keluarga di
samping klien
O:
Keluarga tampak
selalu berada di
samping klien

Klien 2
Dx 1 14.10 Mengkaji nyeri 10.30 Memberi 16.00 Kolaborasi
S. informasi pada pemberian obat
P:Klien mengatakn keluarga dalam sesuai indikasi
nyeri saat paha memberi -Inj. Metamizol
kanan mengalami dukungan saat 1g/8jam
pergerakan Q:Klien nyeri muncul -Inj.Ranitidine
mengatakan nyerti S: 50mg/12jam
terasa tertusuk- Keluarga klien -Inj. Cefazoline
tusuk R:Klien mengatakan saat 1g/8jam
mengatakan nyeri klien merasa S. Klien
dibagian paha nyeri mengeluh mengatakan
kanan sakit kepada bersedian
S:Klien keluarga menerima obat
menunjukkan nyeri O: yang di berikan
skala 6 T:Klien Klien tampak O: Klien
mengatakan nyeri selalu di tampak
hilang timbul, saat dampingi menahan nyeri
nyeri mucul sekitar keluarga, keluarga saat obat
15 menit. selalu mencoba masuk melalui
menenangkan IV Cath
O: klien saat nyeri Mengkaji nyeri
Klien tampak muncul Mengkaji S.
meringis kesakitan nyeri P:Klien
dan memegangi 13.00 S. mengatakan
daerah paha kanan P:Klien nyeri saat paha
saat nyeri muncul, mengatakan 16.15 kanan
klien tampak cemas nyeri saat paha mengalami
saat nyeri muncul. kanan pergerakan
Tanda – tanda vital: mengalami Q:Klien
TD: 140/80 mmHg, pergerakan mengatakan
Nadi: Frekuensi 90 Q:Klien
x/menit, irama mengatakan
nyerti terasa
tertusuk-tusuk
R:Klien
84

cepat, kekuatan atau isi mengatakan nyerti terasa


kuat nyeri dibagian tertusuk-
RR: Frekuensi 22 paha kanan tusuk R:Klien
x/menit, irama normal S:Klien mengatakan
Suhu: 37,20 C Klien menunjukkan nyeri dibagian
terpasang bidai di kaki nyeri skala 5 paha kanan
kanan dan cairan T:Klien S:Klien
infus NaCl 0,9% di mengatakan menunjukka n
tangan kanan nyeri hilang nyeri skala
timbul, saat
nyeri mucul
14.20 Mengajarkan sekitar 10
15.40 relaksasi nafas menit.
dalam O:
S: Klien tampak
Klien mengatakan meringis
dapat melakukan kesakitan dan
teknik relaksasi memegangi
nafas dalam dan daerah paha
mengulangi saat kanan saat nyeri
nyeri kembali muncul, klien
muncul tampak cemas
O: saat nyeri
Klien tampak muncul.
mengikuti instruksi Tanda – tanda
dengan baik vital:
Memberi TD: 130/80
kesempatan mmHg,
istirahat dan tidur Nadi: Frekuensi
S: 82 x/menit,
Klien mengatakan irama cepat,
ingin tidur kekuatan atau
O: isi kuat
Klien tampak RR: Frekuensi
mengantuk 21 x/menit,
irama normal
Suhu: 36.10 C
Klien terpasang
bidai di kaki
kanan dengan
cairan infus
NaCl 0,9% di
tangan kanan

Dx 2 17.00 Mengkaji 13.20 Konsultasi 16.30 Memberitahu


kemampuan fisioterapi keluarga
mobilisasi S: melakukan
S: Klien mengatakan teknik
Klien mengatakan nyeri di rasakan pemindahan
nyeri pada paha saat bergerak aman bagi klien
kanan
85
O: dan harus
Klien tampak bedrest
bedrest total, klien O:
memegangi daerah Klien tampak
paha kanan, terpasang bidai
terpasang bidai di di kaki kanan,
kaki kanan dan terpasang infus
infus NaCl 0,9% di NaCl 0,9% di
tangan kanan, tangan kanan,
kekuatan otot pengaman
ekstremitas bawah tempat tidur
2/5 terpasang,
17.05 Melatih kemampuan berpinda kekuatan otot
dalam pemenuhan h posisi ekstremitas
ADL bawah 2/5
S. Mengajarkan
13.40 Klien mengatakan merubah posisi
nyeri saat melakukan yang aman
pemindahan posisi miring di S:
bantu keluarga Klien
O: mengatakan saat
Klien tampak memindah
berhati-hati dan posisi secara
menahan nyeri saat pelan-pelan dan

Dx 3 17.20 Membina hubungan 14.00 Menjelaskan 16.45 Mendorong


saling percaya prosedur keluarga
S: tindakan yang mendampingi
Klien mengatakan akan di lakukan klien
cemas dan takut S: S: Keluarga
akan operasi yang Klien mengatakan mengatakan tak
akan di jalaninya, tidak merasa lelah saat
tidak dapat cemas saat mendampingi
beristirahat dengan posedur tindakan klien di Rumah
tenang, mudah diberitahukan, Sakit
terkejut. Klien cemas muncul O:
mengatakan takut di saat nyeri datang, Keluarga
tinggal sendiri dan tidak dapat tampak dengan
banyak orang, klien beristirahat sabar menemani
mengatakan lesu saat dengan tenang, klien
bangun tidur, klien mudah terkejut. Menginstruksi
tidak berminat apa- Klien mengatakan kan melakukan
apa dan merasa sedih, takut di tinggal 17.00 relaksasi nafas
klien mengatakan sendiri dan dalam
nyeri di paha kanan banyak orang, S: Klien
dan terasa tertusuk- klien mengatakan mengatakan
tusuk, klien lesu saat bangun selalu
mengatakan merasa mengulang
lemas, saat nyeri
muncul klien merasa
berdebar-
86

debar dan tercekik, tidur, klien relaksasi nafas


klien merasa pusing merasa sedih dalam saat
saat nyeri muncul akan cemas nyeri cemas muncul
O. Klien tampak di kakinya, klien O:
tegang, lesu, mudah mengatakan Klien tampak
menangis, berkeringat, nyeri di paha tegang
tampak gelisah, kanan dan terasa 17.20 berkurang
kening berkerut dan tertusuk-tusuk Mengkaji tanda
muka merah, skor O: verbal dan non
HRS-A 27 (Cemas Klien tampak verbal
Sedang) kecemasan
17.25 Menginstruksikan tegang, lesu, S: Klien (
melakukan teknik berkeringat, mengatakan T
relaksasi nafas dalam tampak gelisah, cemas i
S: kening berkerut berkurang, tidakd
Klien mengatakan dan muka merah, terkejut. Klien a
setelah melakukan skor HRS-A 20 mengatakan k
relaksasi nafas (Cemas ringan) takut di tinggal
dalam cemas 14.20 Menginstruksik sendiri ,klien c
berkurang sedikit an teknik nafas mengatakan e
O: dalam segar saat m
Klien tampak mulai S: Klien bangun tidur, a
rileks, klien tampak mengatakan klien s
mengulang-ulang selalu melakukan mengatakan )
relaksasi, skor HRS- relaksasi nafas nyeri di paha
A 25 (Cemas dalam saat nyeri kanan dan
Sedang) dan merasa terasa tertusuk-
cemas muncul tusuk
O: O:
Klien tampak Klien tampak
sedikit riles, skor sedikit gelisah,
HRS-A 15 skor HRS-A 10
(Cemas ringan)
87

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi Hari 2 Hari 3
Hari 1 Klien 1
Dx 1 S. S: S:
P:Klien mengatakn nyeri P:Klien mengatakan P:Klien mengatakan
saat paha kiri mengalami nyeri saat paha kiri nyeri saat paha kiri
pergerakan Q:Klien mengalami pergerakan mengalami pergerakan
mengatakan nyerti terasa Q:Klien mengatakan Q:Klien mengatakan
tertusuk- tusuk nyeri seperti tertusuk- nyeri seperti tertusuk-
R:Klien mengatakan tusuk R:Klien tusuk R:Klien
nyeri dibagian paha kiri mengatakan nyeri di mengatakan nyeri di
S:Klien menunjukkan bagian paha kiri bagian paha kiri
nyeri skala 4 S:Klien menunjukkan S:Klien menunjukkan
T. Klien mengatakan nyeri dengan skala 4 nyeri dengan skala 3
nyeri hilang timbul, saat T:Klien mengatakan T:Klien mengatakan
nyeri mucul sekitar 15 nyeri hilang timbul, nyeri hilang timbul,
menit. saat nyeri muncul saat nyeri muncul
sekitar 10 menit. sekitar 5 menit.
O: O: O:
Klien tampak meringis Klien tampak meringis Klien tampak meringis
kesakitan dan memegangi kesakitan dan kesakitan dan
daerah paha kiri saat nyeri memegangi daerah paha memegangi daerah paha
muncul. Tanda – tanda kiri saat nyeri muncul. kiri saat nyeri muncul.
vital: Hasil tanda- tanda vital: Hasil tanda- tanda vital:
TD: 140/90 mmHg, Nadi: TD:130/90 mmHg, TD : 120/80 mmHg,
82x/menit, irama cepat, Nadi:80x/menit, irama Nadi: 80x/menit, irama
kekuatan atau isi kuat cepat, kekuatan atau isi cepat, kekuatan atau isi
RR: 21 x/menit, irama kuat kuat
normal RR: 20x/menit, irama RR : 20x/menit, irama
Suhu: 37,10 C Klien normal normal
terpasang bidai di kaki Suhu : 36.70 C. Klien Suhu : 36.80 C. Klien
kiri dengan cairan infus terpasang bidai pada terpasang bidai pada
NaCl 0,9% di tangan kaki kiri, terpasang infus kaki kiri, terpasang
kanan NaCl 0,9% di tangan NaCl 0,9% di tangan
A. masalah belum kanan kanan
teratasi
A. masalah A. masalah
teratasi sebagian teratasi sebagian
P. lanjutkan intervensi
1. Kaji skala nyeri P. lanjutkan P. lanjutkan
secara intervensi intervensi
komprehensif 1. Kaji skala 1. Kaji skala
2. Beri kesempatan nyeri secara nyeri secara
istirahat dan tidur komprehensif komprehensi
yang adekuat. 2. Beri 2. Kolaborasi
3. Beri informasi kesempatan pemberian
pada keluarga istirahat dan analgetik pereda
dalam memberi tidur yang nyeri
dukungan klien adekuat. (Metamizole
saat nyeri muncul 3. Kolaborasi 1g/8jam)
88
4. Kolaborasi pemberian
pemberian analgetik
analgetik pereda pereda nyeri
nyeri (Metamizole
(Metamizole 1g/8jam)
1g/8jam)
Dx 2 S : Klien mengatakan S : Klien mengatakan S. Klien
tidak dapat melakukan dapat mengatur posisi mengatakan dapat
pergerakan terutama pada miring kekanan mengatur posisi secara
paha kiri mandiri dengan perlahan

O. O: O:
Klien tampak bedrest total, Klien tampak berpindah Klien tampak melakukan
klien memegangi daerah dengan hati- hati dibantu posisi secara perlahan
paha kiri yang nyeri, oleh keluarga, terpasang dan hati-hati, terpasang
terpasang bidai di kaki bidai di kaki bidai di kaki
kiri,terpasang infus NaCl kiri,terpasang infus NaCl kiri,terpasang infus NaCl
0,9% di tangan kanan, 0,9% di tangan kanan, 0,9% di tangan kanan,
kekuatan otot 5/2, hasil kekuatan otot ekstremitas kekuatan otot
rontgen radiologi yaitu bawah 5/2, hasil rontgen ekstremitas bawah 5/2,
fraktur di os femur radiologi yaitu fraktur di hasil rontgen radiologi
? tengah kiri os femur ⅓ tengah kiri yaitu fraktur di os
femur ⅓ tengah kiri
A. masalah belum A. masalah
teratasi teratasi sebagian A. masalah
teratasi sebagian
P. lanjutkan intervensi P. lanjutkan
1. Kaji intervensi P:Lanjutkan intervensi
kemampuan 1. Kaji 1. Kaji
mobilisasi kemampuan kemampuan
2. Latih dalam mobilisasi mobilisasi
pemenuhan 2. Latih dalam 2. Latih dalam
ADL secara pemenuhan pemenuhan
mandiri sesuai ADL secara ADL secara
kemampuan mandiri sesuai mandiri sesuai
3. Ajarkan kemampuan kemampuan
merubah posisi 3. Beritahu 3. Konsultasi
yang aman keluarga dengan
4. Beritahu dalam fisioterapi
keluarga dalaam melakukan
melakukan teknik teknik
berpindah yang berpindah
aman yang aman
5. Konsultasi 4. Konsultasi
dengan dengan
fisioterapi fisioterapi
Dx 3 S: S: S:
Klien mengatakan cemas Klien mengatakan Klien mengatakan akan
akan operasi yang akan di cemas akan operasi pindah ruang dan siap
jalaninya mulai berkurang, yang akan di jalaninya untuk operasi besuk,
takut jika di tinggal sendiri, berkurang, klien klien mengatakan masih
tidak puas akan tidurnya mengatakan bisa tidur belum tahu pasti
dan bangun terasa lesu. Klien namun tidak puas, klien kronologi kejadian saat
masih tidak ingat kecelakaan, nyeri pada
89

mengatakan tidak ingat kronologi kecelakaan, berkurang, tampak klien p


kronologi saat kecelakaan nyeri pada paha kiri tidak terlalu sedih a
terjadi sampai di bawa ke masih terasa tertusuk- O
H
Rumah Sakit, Klien tusuk a
mengatakan sedih akan
kondisinya sekarang, Klien O: Klien tampak lebih
mengatakan nyeri pada paha segar, tidak keluar
kiri dan terasa tertusuk-tusuk keringat dingin, tampak
di daerah paha kiri rileks dan tegang
O: seperti kemarin, skor Nadi: 76x/menit, irama
Gelisah berkurang, HRS-A 14 (Cemas teraturt, kekuatan atau isi
berkeringat dan mulut Ringan), Hasil tanda- kuat
kering, klien tampak pucat tanda vital: RR : 18x/menit, irama
dan muka tegang, skala TD:130/90 mmHg, normal
HRS-A 18 (Cemas Ringan), Nadi:80x/menit, irama Suhu : 36.80 C,
Hasil tanda- tanda vital: cepat, kekuatan atau isi A. masalah teratasi
TD : 140/90 mmHg, Nadi : kuat
80x/menit, irama cepat, RR: 20x/menit, irama P. hentikan
kekuatan atau isi kuat normal intervensi
RR : 21x/menit, irama Suhu : 36.70 C.
normal
Suhu : 37.10 C. A. masalah teratasi
sebagian
A. masalah teratasi
sebagian P. lanjutkan
intervensi
P. lanjutkan intervensi 1. Kaji tanda
1. Kaji tanda verbal dan
verbal dan nonverbal
nonverbal kecemasan
kecemasan 2. Instruksikan
2. Bina hubungan menggunakan
saling percaya teknik relaksasi
3. Instruksikan nafas dalam
menggunakan teknik
relaksasi nafas
dalam
4. Jelaskan
prosedur tindakan
yang akan di
lakukan
5. Dorong keluarga
mendampingi
klien

Klien 2
Dx 1 S. S. S.
P:Klien mengatakn nyeri P:Klien mengatakan P:Klien mengatakan
saat paha kanan nyeri saat paha kanan nyeri saat paha kanan
mengalami pergerakan mengalami mengalami
90

Q:Klien mengatakan nyerti pergerakan Q:Klien pergerakan Q:Klien


terasa tertusuk- tusuk mengatakan nyerti mengatakan nyerti
R:Klien mengatakan nyeri terasa tertusuk-tusuk terasa tertusuk-tusuk
dibagian paha kanan R:Klien mengatakan R:Klien mengatakan
S:Klien menunjukkan nyeri dibagian paha nyeri dibagian paha
nyeri skala 6 kanan kanan
T. Klien mengatakan S:Klien menunjukkan S:Klien menunjukkan
nyeri hilang timbul, saat nyeri skala 5 nyeri skala 5
nyeri mucul sekitar 15 T. Klien T. Klien
menit. mengatakan nyeri mengatakan nyeri
hilang timbul, saat hilang timbul, saat
nyeri mucul nyeri mucul
O: Klien tampak meringis 4. sekitar 10 menit.
kesakitan dan memegangi Kolaborasi
daerah paha kanan saat O:
pemberian
nyeri muncul, klien tampak Klien tampak
analgetik pereda meringis
cemas saat nyeri muncul. kesakitan
nyeri (Metamizole dan
Tanda – tanda vital: TD: memegangi
1g/8jam) daerah paha
140/80 mmHg, Nadi: kanan saat nyeri
Frekuensi 90 x/menit, irama muncul, klien tampak
cepat, kekuatan atau isi kuat cemas saat nyeri
RR: Frekuensi 22 x/menit, muncul.
irama normal Suhu: 37,20 C Tanda – tanda vital: TD:
Klien terpasang bidai di 120/80 mmHg, Nadi:
kaki kanan dan cairan infus Frekuensi 80 x/menit,
NaCl 0,9% di tangan kanan irama cepat, kekuatan
atau isi kuat RR:
A. masalah belum Frekuensi 21x/menit,
teratasi irama normal
Suhu: 36.50 C Klien
P. lanjutkan intervensi terpasang bidai di kaki
1. Kaji skala nyeri kanan dengan cairan
secara infus NaCl 0,9% di
komprehensif tangan kanan
2. Beri kesempatan
istirahat dan tidur A. masalah
yang adekuat. teratasi sebagian
3. Beri informasi
pada keluarga P. lanjutkan
dalam memberi intervensi
dukungan klien saat 1. Kaji skala
nyeri muncul nyeri secara
91
Dx 2 S: S: S:
Klien mengatakan nyeri Klien mengatakan Klien mengatakan
pada paha kanan nyeri di paha kanan dapat berpindah po
O: saat bergerak dengan hati-hati di
Klien tampak bedrest O: bantu keluarga
total, klien tampak Klien tampak terpasang O:
memegangi daerah paha terpasang bidai di kaki Keluarga tampak
kanan, terpasang bidai di kanan, terpasang infus membantu klien
kaki kanan, terpasang NaCl 0,9% di tangan berpindah posisi d
infus NaCl 0,9% di kanan, kekuatan otot tempat tidur denga
tangan kanan, kekuatan ekstremitas bawah 2/5, pelan-pelan, terpasa
otot ekstremitas bawah hasil rontgen radiologi bidai di kaki kana
2/5, hasil rontgen menunjukkan fraktur terpasang infus Na
radiologi menunjukkan femur di os femur ⅓ 0,9% di tangan kana
fraktur femur di os femur tengah kanan kekuatan otot
⅓ tengah kanan A: masalah teratasi ekstremitas bawah 2
A: masalah belum teratasi sebagian hasil rontgen radio
P: lanjutkan intervensi P: lanjutkan intervensi menunjukkan frakt
1. Kaji 1. Kaji femur di os femur
kemampuan kemampuan tengah kanan
mobilisasi mobilisasi A: masalah teratas
2. Latih dalam 2. Latih dalam sebagian
pemenuhan pemenuhan P: lanjutkan interve
ADL secara ADL secara 1. Kaji
mandiri sesuai mandiri sesuai kemampua
kemampuan kemampuan mobilisasi
3. Ajarkan 3. Konsultasi 2. Latih dalam
merubah posisi dengan pemenuhan
yang aman fisioterapi ADL seca
4. Beritahu mandiri ses
keluarga dalam kemampua
melakukan 3. Konsultasi
teknik berpindah dengan
yang aman fisioterapi
5. Konsultasi
dengan
fisioterapi

Dx 3 S: S: S:
Klien mengatakan cemas Klien mengatakan Klien mengatakan
berkurang, tidak dapat cemas muncul saat cemas berkurang, ti
beristirahat dengan nyeri datang, tidak terkejut. Klien
tenang, mudah terkejut. dapat beristirahat mengatakan takut
Klien mengatakan takut dengan tenang, mudah tinggal sendiri ,klie
di tinggal sendiri dan terkejut. Klien mengatakan segar
banyak orang, klien mengatakan takut di bangun tidur, klien
mengatakan lesu saat tinggal sendiri dan mengatakan nyeri
bangun tidur, klien tidak banyak orang, klien paha kanan dan te
berminat apa-apa dan mengatakan lesu saat tertusuk-tusuk
merasa sedih, klien bangun tidur, klien O:
mengatakan nyeri di paha merasa sedih saat Klien tampak gelis
kanan dan terasa cemas akan nyeri di berkurang dan muk
tertusuk-tusuk, klien kakinya, klien sedikit merah, skal
mengatakan merasa mengatakan nyeri di HRS-A 10 (Tidak
lemas, saat nyeri muncul paha kanan dan terasa
92

klien merasa berdebar- debar tertusuk-tusuk, klien cemas)


dan tercekik, klien merasa mengatakan merasa
pusing saat nyeri muncul lemas, saat nyeri muncul A. masalah
klien merasa berdebar- teratasi
O. Klien tampak tegang, debar
lesu, mudah menangis, P. hentikan
berkeringat, tampak gelisah, O: intervensi
kening berkerut dan muka Klien tampak mudah
merah, skor HRS-A 25 menangis, berkeringat,
(Cemas Sedang) tampak gelisah, kening
berkerut dan muka
A. masalah teratasi merah, skala HRS-A 15
sebagian (Cemas Sedang)
P. lanjutkan intervensi A. masalah teratasi
1. Kaji tanda sebagian
verbal dan nonverbal
kecemasan P. lanjutkan
2. Bina hubungan intervensi
saling percaya 1. Kaji tanda
3. Instruksikan verbal dan
menggunakan teknik nonverbal
relaksasi nafas dalam kecemasan
4. Jelaskan 2. Instruksikan
prosedur tindakan menggunakan
yang akan di lakukan teknik relaksasi
5. Dorong keluarga nafas dalam
mendampingi 3. Jelaskan
klien prosedur
tindakan yang
akan di lakukan
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami close fraktur femur pra operatif dengan masalah kecemasan di ruang

ROI RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Pembahasan pada bab ini berisi tentang

perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang di sajikan

untuk membahas tujuan khusus pada Tn.Y dan Nn.M. Setiap temuan perbedaan di

uraikan dengan konsep. Isi pembahsan sesuai tujuan khusus yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana tindakan , tindakan keperawatan dan evaluasi.

5.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Di sini semua

data di kumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien

saat ini. Pengkajian harus di lakukan secara komprehensif terkait dengan

aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien. Tujuan

pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar

klien ( Asmadi, 2008)

Pengkajian asuhan keperawatan pra operatif terhadap Tn.Y dan Nn.M

yang mengalami close fraktur femur dengan kecemasan menggunakan

metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Autoanamnesis adalah anamnesis

terhadap pasien itu sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah anamnesis

terhadap keluarga/relasi terdekat yang membawa pasien tersebut kerumah

sakit (Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).

93
94

Berdasarkan fakta dan teori di atas terdapat kesamaan di mana Tn.Y dan Nn.m

dalam pengambilan data pengkajian menggunakan metode alloanamnesa

dan autoanamnesa.

Diagnosa medis pada Tn.Y dan Nn.M yaitu close fraktur femur. Fraktur

femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya

kontinuitas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit yang dapat di

sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi

tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang

menyebabkan fraktur patologis (Helmi Noor Z, 2012). Berdasarkan fakta dan

teori di atas pada kondisi Tn.Y dan Nn.M sama-sama mengalami fraktur femur

tanpa disertai kerusakan jaringan kulit pada tulang paha.

Hasil pengkajian dari klien Tn.Y dan Nn.M mengalami kecemasan

sebelum di lakukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan merupakan

salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan stressor terhadap

integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan reaksi stress baik

fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas.

Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari klien yang akan menjalani

pembedahan mengalami kecemasan (Bondan, 2008 dalam Sari Febria Syafyu,

2017). Pada kondisi Tn.Y dan Nn.M sebelum di lakukan operasi

menunjukkan respon cemas akibat stressor, sehingga terdapat kesamaan

antara fakta dan teori.

Pada tanggal 27 Mei 2017 di dapatkan pengkajian HRS-A pada Tn.Y

menunjukkan skor 20 (cemas ringan) sedangkan pada Nn.M menunjukkan

skor 27 (cemas sedang). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang di


95

tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masa utuh,

perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006 dalam

Sari Febria Syafu, 2017). Berdasarkan fakta dan teori antar Tn.Y dan Nn.M di

atas adanya persamaan yaitu munculnya rasa cemas akan operasi yang akan di

jalani di mana masing-masing menunjukkan skor HRS-A tingkatan

kecemasan.

Pada pola fungsional Gordon mekanisme koping Tn. Y mengatakan cemas

akan operasinya dengan skor HRS-A 20. Sedangkan pada Sdr. M mengatakan

cemas saat nyeri muncul dan takut akan operasi yang akan di jalaninya

dengan skor HRS-A 27.Kecemasan mempengaruhi seseorang dan eksistensi di

ketahui bila seseorang pernah mengalaminya, alat ukur kecemasan

menggunakan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety) (Sari Febria

Syafu, 2017). Berdasarkan fakta dan teori antara Tn..Y dan Nn.M kecemasan

klien dapat di ukur dengan alat ukur yaitu HRS-A.

Pemeriksaan hasil tanda-tanda vital pada Tn Y menunjukkan tekanan

darah 140/90 mmHg, sedangkan pada Nn.M menunjukkan tekanan darah

140/80 mmHg. Menurut Muttaqin (2014) hipertensi merupakan suatu

keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekana

diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi merupakan suatu penyakit yang

dapat menyebabkan pasien mengalami kecemasan (Ilham, 2016).

Berdasarkan fakta dan teori di atas tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat

menyebabkan klien mengalami kecemasan.


96 Hasil pemeriksaan radiologi pada Tn. Y menunjukkan fraktur di os

femur

? tengah kiri dan Nn. M menunjukkan fraktur di os femur ⅓ tengah kanan.

Sebagai penunjang diagnosis fraktur, pemeriksaan yang penting adalah

menggunakan sinar rontgen (X-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3

dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2

proyeksi yaitu AP atau PA dan leteral. Dalam keadaan tertentu diperlukan

proyeksi tambahan (khusus) adanya indikasi untuk memperlihatkan patologi

yang dicari karena adanya superposisi. Perlu di sadari bahwa permintaan X-

ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya di

baca sesuai dengan permintaan (Helmi,2012). Berdasarkan hasil radiologi dari

AP/Lat dari klien Tn.Y dan Nn.M menunjukkan adanya fraktur femur.

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon klien,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang aktual atau potensial. Tahap diagnosa keperawatan memungkinkan

perawat untuk menganalisis data yang telah di kelompokkan dan di

cantumkan di bawah pola kesehatan dan divisi diagnosa disfungsional

(Asmadi, 2008)

Pada Tn.Y dan Nn.M menunjukkan diagnosa keperawatan kecemasan.

Tn.Y menunjukkan skor kecemasan HRS-A 20 (cemas ringan) sedangkan pada

Nn.M menunjukkan skor 27 (cemas sedang). Kecemasan adalah gangguan

alam perasaan yang di tandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam
97

batas normal (Hawari, 2006 dalam Sari Febria Syafu, 2017). Berdasarkan

fakta dari Tn.Y dan Nn.M dengan teori menunjukkan sama-sama adanya

gangguan kecemasan.

Hasil pengkajian pada Tn.Y dan Nn.M bahwa klein mengalami kecemasan di

karenakan stressor. Stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa

sebagai sesuatu yang mengancam ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku

(Richard, 2010). Berdasarkan faktor dan teori di atas, Tn. Y dan Nn. M

mengalami kecemasan berhubungan dengan stressor akibat tindakan pra

operatif yang akan di jalani sehingga klien merasa tindakan pra operatif

dianggap mengancam ataupun membahayakan.

5.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi atau rencana tindakan adalah desain spesifik yang membantu

mencapai kriteria hasil atau suatu aktifitas yang di perlukan untuk membatasi

faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan (Efendi & Makhfudli,

2009). Intervensi keperawatan dituliskan sesuai rencana dan kriteria hasil

berdasarkan NIC ( Nurshing Intrvention Classification) dan NOC ( Nurshing

Outcome Classification). Intervensi Keperawatan disesuaikan dengan

kondisis klen dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan dapat

diselesaikan dengan spesifik (jelas dan khusus).

Dalam kasus ini penulis melakukan intervensi sesuai dengan rumusan masalah

diatas selama 3x24 jam dengan tujuan Tn.M dan Nn.M tidak merasa

cemas.Tujuan dari intervensi adalah suatu sasaran atau maksud yang

menggambarkan perubahan yang diinginkan pada setiap kondisi atau perilaku


98

klien dengan kriteria hasil yang diharapkan perawat. Kriteria hasil

keperawatan mengacu pada perilaku yang terukur atau persepsi yang

ditunjukkan oleh seorang individu terhadap tindakan keperawatan. Penulisan

tujuan dan hasil berdasarkan “SMART” meliputi specifik yaitu di mana tujuan

keperawatan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, measurable

dapat di ukur khususnya tentang perilaku klien, achievable artinya tujuan

harus di capai, reasonable di mana tujuan harus dapat di pertanggung

jawabkan dan time yaitu tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktu

tertentu (Darmawan, 2012)

Berdasarkan fokus diagnosa keperawatan yang akan dibahas dan dibuat

perbandingan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu cemas, maka penulis menyusun

rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam klien tidak cemas dengan kriteria hasil a) Klien tidak merasa

cemas b)Klien tidak merasa c) Klien tidak merasa ketakutan dan dapat

menghilangkan penyebab takut d)Klien dapat menggunakan strategi koping

yang efektif e) Skala HARS bisa turun menjadi <14 (tidak cemas). Intervensi

yang di lakukan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu kaji tanda verbal dan nonverbal

kecemasan dengan tujuan membantu mengevaluasi derajat nyeri dan

perubahannya , bina hubungan saling percaya dengan tujuan meningkatkan

kenyamanan pasien yang bisa meminimalkan kecemasan, jelaskan prosedur

tindakan yang akan di lakukan dengan tujuan meningkatkan sikap kooperatif

dan mengurangi kecemasan dengan melibatkan pasien, dorong keluarga

mendampingi klien dengan tujuan agar klien merasa lebih nyaman dengan
99

adanya anggota keluarga, instruksikan menggunakan teknik relaksasi nafas

dalam dengan tujuan meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kecemasan.

5.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah

rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk

membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana

tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah

membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Efendi & makhfudli, 2009).

Implementasi hari pertama pada Tn.Y dilakukan pada tanggal 27 Mei 2017

yaitu melakukan bina hubungan saling percaya dan menginstruksikan teknik

relaksasi nafas dalam. Pada hari kedua tanggal 28 Mei 2017 yaitu mengkaji

tanda verbal dan non verbal kecemasan, relaksasi nafas dalam dan mendorong

peran keluarga dalam mendampingi klien. Pada hari ketiga pada tanggal 29

Mei 2017 telah di lakukan menjelaskan prosedur tindakan sebelum di lakukan

tindakan dan menginstruksikan relaksasi nafas dalam.

Implementasi hari pertama pada Nn.M yang di lakukan pada tanggal 27 Mei

2017 yaitu dengan membina hubungan saling percaya dan relaksasi nafas

dalam. Hari kedua pada tanggal 28 Mei 2017 telah di lakukan tindakan

pemberian penjelasan prosedur tindakan sebelum di lakukan tindakan dan

melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Pada hari ketiga tanggal 29 Mei
100

2017 mendorong peran keluarga dalam mendampingi klien, menginstruksikan

relaksasi nafas dalam dan mengkaji tanda verbal dan non verbal dari

kecemasan.

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress

karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif klien. Teknik

relaksasi membuat klien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak

nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Beberapa penelitian

telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam

menurunkan kecemasan dan nyeri (Novariski, 2010 dalam Sari Febria Syafyu,

2017). Berdasarkan fakta dan teori di atas membuktikan bahwa adanya

pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan

klien yang akan melakukan pembedahan (Sari Febria Syafyu, 2017).

5.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan

implementasinya sudah berhasil di capai. Tujuan evaluasi adalah melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di laksanakan dengan

mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap

tindakan keperawatan yang di berikan, sehingga perawat dapat mengambil

keputusan. Proses evaluasi terdiri atas dua tahap yaitu mengukur pencapaian

tujuan klien yang baik kognitif, afektif, psikomotor dan perubahan fungsi

tubuh serta gejalanya serta membandingkan data yang terkumpul dengan

tujuan dan pencapaian tujuan ( Efendi & Makhfudli, 2009).


101

Pada Tn.Y pada hari pertama menunjukkan skor HRS-A 20 setelah di lakukan

relaksasi nafas dalam menjadi 18, hari kedua menunjukkan skor 14 dan hari

ketiga turun menjadi 8. Sedangkan pada Nn.M menunjukkan skor HRS-A 25,

hari kedua menjadi 15 dan hari ketiga turun menjadi 10 setelah setiap hari di

lakukan teknik relaksasi nafas dalam. Pada Tn.Y dan Nn.M telah melakukan

teknik relaksasi dengan baik dan dapat di lihat bahwa terdapat penurunan

skor cemas pada masing-masing klien. Tn.Y dan Nn.M tidak merasakan cemas

dengan skor HRS-A <14. Teknik relaksasi membuat klien dapat mengontrol

diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada

nyeri (Brunner & Suddart, 2001 dalam Novarizki, 2010) Relaksasi cukup

efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks,

di mana gelombang otak mulai melambat yang akhirnya akan membuat

seseorang dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini terjadi ketika individu

mempersiapkan diri dan mengikuti instruksi relaksasi yaitu pada tahap

pengendoran otot dari bagian kepala hingga kaki. Selanjutnya dalam keadaan

rileks mulai memejamkan mata, saat itu frekuensi gelombang otak yang

muncul mulai melambat dan lebih teratur. Pada tahap ini individu merasa

rileks dan mengikuti secara pasif keadaan tersebut hingga menekan perasaan

tegang yang ada dalam tubuh (Datak, 2008 dalam Sari Febria Syafyu, 2017).

Berdasarkan fakta dan teori di atas penulis dapat mengambil opini bahwa

teknik relaksasi menunjukkan adanya keuntungan untuk mengurangi stress

baik fisik maupun emosional, menurunkan nyeri dan kecemasan. Relaksasi

nafas adalam cukup efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks

sehingga klien dapat merasa tenang dan cemas berkurang.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dalam proses keperawatan penulis melakukan pengkajian, penentuan

diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada asuhan

keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang mengalami close

fraktur femur dengan kecemasan di Ruang Observasi Intensif (ROI)

RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama 3x24 jam dengan menerapkan

tindakan relaksasi nafas dalam terhadap kecemasan kesimpulan:

6.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian fokus pada Tn.Y di dapatkan skor kecemasan HRS-A

20 (cemas ringan) sedangkan pada Nn.M di dapatkan skor kecemasan

27 (cemas sedang)

6.1.2 Diagnosa Keperawatan

Penulis merumuskan diagnosa pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur yaitu ansietas berhubungan dengan

stressor.

6.1.3 Rencana Keperawatan

Intervensi yang di lakukan pada Tn.Y dan Nn.M yaitu kaji tanda verbal

dan nonverbal kecemasan, bina hubungan saling percaya, jelaskan

prosedur tindakan yang akan di lakukan, dorong keluarga mendampingi

klien, instruksikan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam

102
103

6.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan pra operatif pada Tn.Y dan Nn.M yang

mengalami close fraktur femur dengan cemas di Ruang Observasi

Intensif (ROI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta telah sesuai dengan

intervensi yang penulis rumuskan. Penulis telah memberikan tindakan

keperawatan kepada Tn.Y dan Nn.M yaitu mengkaji tanda verbal dan

nonverbal kecemasan, membina hubungan saling percaya, menjelaskan

prosedur tindakan yang akan di lakukan, mendorong keluarga

mendampingi klien, menginstruksikan menggunakan teknik relaksasi

nafas dalam. Penulis menekankan pemberian teknik relaksasi nafas

dalam.

6.1.5 Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada

Tn.Y dan Nn.M sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan

keperawatan serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Hasil

evaluasi yang di dapatkan setalah melakukan teknik relaksasi dengan

baik dan dapat di lihat bahwa terdapat penurunan skor cemas pada

masing-masing klien. Klien Tn.Y menunjukkan skor HRS-A terakhir

yaitu 8 dan Nn.M menunjukkan skor HRS-A terakhir yaitu 10, ke dua

klien menunjukkan tidak merasakan cemas dengan skor HRS-A <14.


104

6.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

pneumonia, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain:

6.2.1 Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Diharapkan

Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan

maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khusunya

pada klien yang akan menghadapi operasi.

6.2.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Hendaknya para

perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang baik dan

selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien khususnya klien yang akan menjalani operasi,

keluarga, perawatan dan tim kesehatan lain mampu membantu dalam

kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan dasarnya.

6.2.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga tercipta perawat profesional,

terampil dan berkompenen yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara komperhensif.


105

6.2.4 Bagi penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami kecemasan sebelum operasi di harapkan penulis dapat

lebih mengetahui cara penanganan pada kecemasan yang di alami

klien dan dapat menambah wawasan dalam menangani masalah

keperawatan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, N.S.R., Joyo Minardo dan Maksum. 2015 . Pengelolaan Nyeri


Akut Pada Sdr G Dengan Post Orif (Open Reduction Internal
Fixation) Indikasi Fraktur Cruris ⅓ Sinistra Di Ruang Melati
RSUD Ambarawa. Di lihat 8 Maret 2017
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4620

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).


6th Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd.

Darmawan, Deden. 2012 . Proses keperawatan penerapan konsep dan


kerangka kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Digiulio, M., Donna Jackson dan Jim Keogh. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing

Dinkes Kesehatan Jawa Tengah. 2007. Buku Profil Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah Tahun 2007 di lihat 8 Maret 2017.
http://www.Dinkes Jateng Prov.Go.Id

Efendi F dan Makhfudli. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Fadlani, Y.M., dan Harahap. 2012. Terapi Perilaku Kognitif Distraksi


Terhadap Nyeri Pasien Dengan Fraktur Femur Yang Terpasang
Traksi. Di lihat 8 Maret 2017.
http://jurnalusu.ac.id/index.php/jkk.article/view/333

Grace, Piece A dan Neil R Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah .Edk 5.
Jakarta: Erlangga

Hawari. 2013. Stress, depresi dan cemas. Jakarta :EGC

Helmi, Z.N. 2012. Buku saku kedaruratan di bidang bedah ortopedi .


Jakarta :Salemba Medika

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Ganguan Muskuloskeletal . Jakarta: Salemba


Medika

Herman, et al. 2015. Nanda internasional nursing diagnosis, definition


and clasification 2015-2017. Jakarta: EGC

Ilham, Muhammad. 2016. The relationship between family support and


anxiety level on patient with hipertension in inpatient rooms at
Surakarta regional public hospital. http://www.01-gdl-
muhammadil-1444-1-muhammad_pdf

Jaelani, A.Y dan Ramadhian M Ricky. 2016. Reposisi Fraktur Malunion


Os Femur Dekstra ⅓ distal . Medical Journal Of Lampung
University. Vol 5 No.2

Korlantas Polri. 2015. Data Analisa Dan Evaluasi Tingkat Kecelakaan


Selama Operasi zebra 2015. Jakarta: NTMC Polri

Makmuri, Handoyo, Ridlwan Kamaludin. 2007. The Correlation between


education levels toward anxiety level of fracture femur pre-
operated patient at Prof Dr.Margono Soekarjo Hospital of
Purwokerto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol 3 No 2.
http://www.digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/

Moorhead, S., et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th


Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Bedah Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif. 2014. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan


gangguan sistem kardiovaskuler. Jakarta : Salemba medika.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Defisiensi Dan Klasifikasi 2015-


2017. Edk 10. Jakarta: EGC

Nayduch, Donna. 2014. Nurse To Nurse. Jakarta : Salemba Medika

Ningsih, L. N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Nanda NIC-NOC. Edk revisi. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Nuha Medika

Pedoman rekam medis. 2009. Pedoman rekam medis berorientasi


masalah. Jakarta :FKUI

Permana O, Sofiana Nurchayati, Herlina. 2015. Pengaruh Range Of


Motion (ROM) Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah . JOM Vol.2 No.2.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=385168&val=
6447&title=PENGARUH%20RANGE%20OF%20MOTION%20(
ROM)%20TERHADAP%20EKSTREMITAS%20p

POLRI. 2013. Pada 2013, 23.385 Tewas kecelakaan Lalu Lintas

Priliana, W.K. dan Ni Ketut Kardiyudiani. 2014. Pengaruh Pemberian


Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Op Fraktur Femur. Jurnal Keperawatan Notokusumo.
Vol.11 No 1

Purwanti, R dan Wahyu Purwaningsih. 2013. Pengaruh Latihan Range Of


Motion (ROM) Aktif Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Humerus Di RSUD Dr.Moewardi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Gaster. Vol.10 No.2

Qomariyah, S.I.N.A., Maharani, Dwi Puji W. 2016. Asuhan Keperawatan


Pada Sdr E Dengan Nyeri Akut Pada Closed Fraktur Shaft Femur
Dextra ⅓ Proksimal (Laporan Kasus Di Ruang Asoka RSUD
Jombang). Nursing Journal Of STIKes Insan Cendekia Media
Jombang. Vol 11 No.1

Rasjad, Chairuddin. 2015. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi . Jakarta: PT


Yarsif Watampone.

Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2014. Jumlah Pasien


fraktur. Surakarta: RSUD Dr.Moewardi. Tidak Di Publikasikan

Richard L .2010. Era baru manajemen. Edisi 9. Jakarta : Salemba empat.

Riset kesehatan Dasar. 2011. Jakarta : Badan Penelitian Dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia

Sari, Syafu Febria. 2017. Pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan


tingkat kecemasan pasien pra operatif. Menara Ilmu Vol XI Jilid 1
No 75. http://joernal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/

Sarkamo. 2008 . Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien


di ruang Asther RSUD Dr.Hardjono Ponorogo. Digitaly library
Universitas Muhammadiyah Ponorogo. http://digilib.impo.ac.id

Stuart, Gail W. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

Suratun, H., Manuriung Santa, Raenah Een. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Syaiful, Yunita dan Sigit Hendro Rachmawan. 2014. Efektifitas relaksasi


nafas dalam dan distraksi baca menurunkan nyeri pasca operasi
pasien fraktur femur. Journals of Ners Community Vol 5 No 2.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/

Triono, P dan Murinto. 2015. Aplikasi Pengelolaan Citra Untuk


Mendeteksi Fraktur Tulang Dengan Metode Deteksi Tepi Canny.
Jurnal Informatika. Vol. 9 No. 2

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa . Jakarta :EGC

Wahid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media

Widiyastuti, Yuli. 2015. Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi


Fraktur Femur Di RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta .
PROFESI Vol.12 No.2.
http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/90
Lampiran 1

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P14006
JUDUL KTI
: ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF
PADA Tn.Y DAN Nn.M YANG MENGALAMI
CLOSE FRAKTUR FEMUR DENGAN
KECEMASAN DI RUANG OBSERVASI INTENSIF
(ROI) RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ARDIAN VISTA WIDYAWATI

Tempat, Tanggal Lahir: Karanganyar, 08 April 1996


Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Tempel Rt 02/VI Popongan, Karanganyar

Riwayat Pendidikan : TK Bustanul Athfal Aisyiyah Karanganyar

SD N 03 Popongan Karanganyar

SMP N 04 Karanganyar

SMA N 02 Karanganyar

Riwayat Organisasi : Dewan Kerja Guru (DKG) SMP N 04 Karanganyar

Karangtaruna Dwi Manunggal Desa Tempel

KSR PMI Surakarta Unit STIKes Kusuma Husada

Surakarta
Lampiran 3

LEMBAR AUDIENCE UJI SIDANG PROPOSAL KTI

Nama Mahasiswa : ARDIAN VISTA WIDYAWATI


NIM : P 14006
Lampiran 5

MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April


2017

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIF

Febria Syafyu Sari

Akper Nabila Padang Panjang


Email : febrina_250288@yahoo.com

ABSTRACT
Results of the study 56 countries in 2014 is estimated to number around 234
million surgical procedures per year, estimated complication rates following
surgery (3-16%) and mortality (0,4-0,8%). The purpose of this study was to
determine the effect of relaxation techniques to decrease the level of patient
preoperative anxiety in surgical wards Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
This research uses experimental research design to study design quasi
experimental design. The study was conducted Bangsal Surgical Hospital Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi. Populasi in this study amounted to 68 people. The
sampling technique is purposive sampling, with a sample of 12 people.
Computerized data processing is done using
SPSS(Statistical Package for the Social Sciences) with univariate and bivariate analysis,
statistical test used was paired t-test. Hasil univariate analysis showed that 6
respondents did relaxation breath In, 3 respondents have mild anxiety level (50%).
Statistical test results obtained p value = 0,001 so it can be concluded that there is
a significant correlation between the influence of deep breathing relaxation
techniques to decrease anxiety levels of patients praoperatif. It is expected that
health care institutions to improve the program of relaxation techniques breath In.
Keywords : Anxiety Level, Relaxation Technique ABSTRAK
Hasil penelitian 56 negara pada tahun 2014 diperkirakan jumlah tindakan
pembedahan sekitar 234 juta per tahun, angka komplikasi tindakan pembedahan
diperkirakan (3-16%) dengan kematian (0,4-0,8%). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahuipengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat
kecemasan Pasien praoperatif di bangsal bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental
dengan desain studi quasi experimental design. Penelitian dilakukan diBangsal
Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 68 orang.Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling,
dengan sampel sebanyak 12 orang. Pengolahan data dilakukan secara
komputerisasi menggunakan program
SPSS(statistical package for the social sciences) dengan analisa univariat dan bivariat, uji
statistik yang dipakai adalah paired t-test. Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa 6 orang responden melakukan Relaksasi Nafas Dalam, 3 orang responden
mempunyai tingkat kecemasan ringan (50%). Hasil uji statistic didapatkan p value
= 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan
pasien praoperatif. Maka dari itu diharapkan kepada instansi pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan program tentang teknik relaksasi nafas dalam.

Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Teknik Relaksasi

PENDAHULUAN

Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang akan


mendatangkan stressor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan
membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Salah satu respon
psikologis adalah cemas. Suatu penelitian

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 13


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu
menyebutkan bahwa (80%) dari pasien yang akan menjalani pembedahan mengalami
kecemasan(Bondan, 2008).
Pasien praoperatif biasanya akan mengalami kecemasan karena takut terhadap hal yang belum
diketahuinya, takut kehilangan kontrol/kendali dan ketergantungan pada orang lain, takut
kecacatan dan perubahan dalam citra tubuh normal. Respon psikologis dari pasien yang
menjalani operasi mayor berupa kecemasan, beberapa ketakutan yang menimbulkan
kecemasan menjelang operasi adalah hal yang individual, dimana ada pasien yang tidak bisa
mengidentifikasikan penyebabnya, sementara pasien lainnya ada yang bisa menjelaskan
ketakutan dan kecemasannya(Shelly, Tailor, dkk, 2009).
Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai stresor. Pembedahan yang
ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang
menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada
orang lain, dan mungkin kematian(Syamsuhidajat, 2010).
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat
mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien.Teknik relaksasi membuat pasien dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
menurunkan kecemasan dan nyeri paska operasi (Brunner &Suddart, 2001dalam
Novarizki, 2010)
Kecemasan pada pasien praoperasi harus diatasi, karena dapat menimbulkanperubahan-
perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi (Smeltzer & bare,
2013). Menurut Efendy (2008), mengungkapkan bahwa dalam keadaan cemas, tubuh akan
memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang akan berakibat meningkatkan tekanan
darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil. Akibat dari kecemasan pasien praoperasi yang sangat
hebat maka ada kemungkinanoperasi tidak bisa dilaksanakan, karena pada pasien yang
mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan seperti tekanan darah yang
meningkat, sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan dapat mengakibatkan penyulit
terutama dalam menghentikan perdarahan, dan bahkan setelah operasi pun akan mengganggu
proses penyembuhan. Penanganan kecemasan pada pasien praoperasi telah banyak dilakukan
oleh perawat, salah satunya dengan tindakan tehnik relaksasi berupa nafas dalam. Perubahan
akibat teknik relaksasi yaitu menurunkan tekanan darah, menurunkan frekuensi jantung,
mengurangi disritmia jantung, mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen,
mengurangi ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan gelombang alfa otak,
yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian, dan rileks, meningkatkan rasa
kebugaran, meningkatkan konsentrasi, memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stresor.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heru Suwardianto (2011) yang
berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri”,
hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Novarizki Galuh Ayudianningsih (2010),
menunjukan bahwa sebelum dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok
eksperimen terdapat sebagian besar kecemasan berat yaitu sebanyak 12 responden (60%)
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar juga mengalami kecemasan berat yaitu
sebanyak 14 responden (70%). Dan setelah dilakukan relaksasi nafas dalam terjadi perbedaan
tingkat kecemasan pada kedua kelompok penelitian.Pada kelompok eksperimen sebagian besar
responden mengalami kecemasan pada tingkat kecemasan ringan dan sedang, sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri hebat yaitu sebanyak 9
responden (45%).
Hasil penelitian 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar
234 juta per tahun, hampir dua kali lipat melebihi angka kelahiran per tahun. Studi pada negara-
negara industri, angka komplikasi tindakan pembedahan diperkirakan (3-16%) dengan
LPPM UMSB ISSN 1693-2617
14
E-ISSN 2528-7613
kematian (0,4-0,8%). Tingginya angka komplikasi dan kematian akibat pembedahan
menyebabkan tindakan pembedahan seharusnya menjadi perhatian kesehatan global. Dengan
asumsi angka komplikasi (3%) dan angka kematian (0,5%), hampir tujuh juta pasien
mengalami komplikasi mayor termasuk satu juta orang yang meninggal selama atau setelah
tindakan pembedahan per tahun (Smeltzer & bare, 2013).
Studi di Inggris mencatat dari 5940 kasus dalam tindakan pembedahan, 2217 adalah kasus salah
sisi pada pembedahan dan 3723 kasus salah perawatan atau prosedur pembedahan dalam
13tahun. Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Amerika Serikat
adalah dari 1.000 orang, 5 orang meninggal dan lumpuh 100 orang, sedangkan di Indonesia dari
1.000 pasien yang meninggal 6orang dan yang lumpuh 90 orang. Setelah dipresentasikan di
dunia internasional, standart Indonesia tidak beda jauh dari Amerika Serikat negara maju.
Prevalensi gangguan kecemasan di Amerika Serikat, lebih dari 23 juta penduduk (kira- kira satu
dari 4 individu) terkena kecemasan. Kurang dari (25%) penduduk yang mengalami gangguan
panik mencari bantuan terutama karena mereka tidak menyadari bahwa gejala fisik yang mereka
alami (misal: palpitasi jantung, nyeri dada, sesak nafas) disebabkan oleh masalah kecemasan.
Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka ( 6-7%) dari populasi umum
(perempuan lebih banyak dibandingkan prevalensi laki-laki).Olivia Remes, sang peneliti,
mengatakan kepada BBC bahwa perbedaan itu disebabkan karena kemistri otak (brain
chemistry), fluktuasi hormonal pada pria yang berbeda dibandingkan perempuan. Selain itu
perempuan juga secara umum lebih mudah stres dari pada lelaki atau karena secara tradisional
perempuan berperan sebagai penjaga anak-anak
Hasil dari data jumlah pasien praoperatif Di rumah sakit Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi
jumlah klien yang dilakukan operasi pada tahun 2015 terdapat perbulanannya 68 orang pasien
praoperasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 5 responden pasien praoperasi pada
tanggal 23 Januari 2016 di ruang bedah Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi menyatakan bahwa
dia cemas karena takut terjadi kecacatan pada bagian tubuhnya dan belum mengerti tentang
operasi yang akan dilakukan, untuk apa dilakukan puasa sebelum operasi, takut dengan situasi
di ruang operasi, serta bagaimana nanti perawatan setelah operasi. Berdasarkan uraian diatas
dan informasi-informasi yang telah didapatkan sebelumnya terkait dengan pasien praoperasi
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, menunjukan bahwa pasien praoperasi
memerlukan tekhnik relaksasi untuk menurunkan rasa cemas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah
“Apakah ada Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Praoperatif ?”.

Tujuan Penelitian
Diketahui pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
praoperatif di ruang bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittingg i

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan desain studi Quasi
Experimental Design yaitu dengan menggunakan kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Quasi-experimental design , digunakan karena pada kenyataannya
sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. (Siswanto, Susila, &
Suyanto 2014)
Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan bentuk Non equivalent Control
Group Design, dimana design ini hampir mirip dengan pretest-postestcontrol group design ,
tetapi pada design ini kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dipilih secara random.
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 15
E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu
Dalam design ini penelitian ini dipilih satu kelompok responden, yang sebagian diberi
perlakuan dengan teknik relaksasi nafas dalam karena kecemasan dan yang sebagian lagi tidak
diberikan perlakuan. (Siswanto, Susila, & Suyanto 2014)
Penelitian ini dilakukan di ruang bangsal Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada
bulan September 2016, Karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan
penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008).Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien
praoperasi di RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi padasebanyak 68 orang.Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Dengan jenis pengambilan
sampelnya yaitu, purposive sampling dimana peneliti memilih responden berdasarkan
pertimbangan subyektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang
memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2008).
Dari rumus sampel diatas, maka jumlah responden adalah 6 orang kelompok intervensi dan
6 orang kelompok kontrol. Kriteria sampel yang akan di ambil yaitu sebagai berikut :
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien praoperatif H-1
2. Pasien praoperatif yang bersedia sebagai responden;
3. Pasien praoperatif yang tidak memiliki gangguan pendengaran.
Pengambilan data dengan cara wawancara langsung sambil menyebarkan kuesioner kepada
responden dan melihat daftar buku status pasien yang akan melakukan pembedahan. Setelah
mendapatkan izin dari pihak rumah sakit (dari bangsal bedah), peneliti memberikan
informasi kepada semua responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan setiap
responden berhak untuk menolak atau bersedia sebagai sampel penelitian. Bagi
mereka yang bersedia menjadi sampel diminta untuk menandatangani Informed Consent
sebagai bukti kesediaan menjadi sampel kemudian menjelaskan secara singkat tentang maksud
peneliti dan manfaat teknik relaksasi nafas dalam. Setelah itu peneliti mulai melakukan pretest
pengukuran skala kecemasan untuk dijadikan data skala kecemasan sebelum diberi
perlakuan.Selanjutnya peneliti melakukan teknik relaksasi nafas dalam terhadap responden
secara berkelompok sebagai terapi untuk menurunkan skala kecemasan selama 15 menit
selama kecemasan pada klien dan dilakukan secara langsung. Dan setelah dilakukan teknik
relaksasi pada klien saat akan melakukan pembedahan, peneliti melakukan pengukuran skala
kecemasan kembali, kemudian dilakukan pencatatan. Setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan perhitungan dengan komputerisasi.
Data yang telah dikumpulkan diperiksa apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian, serta
pemeriksaan apakah kuesioner telah diisi dengan benar dan semua item telah dijawab oleh
responden selanjutnya proses koding
Teknik relaksasidiberikan kode sebagai berikut:
0 : Dilakukan teknik relaksasi
1 : Tidak dilakukan teknik relaksasi
Skala kecemasan pasien praoperatif diberikan kode sebagai berikut:
1. Cemasi ringan (14-20)
2. Cemas sedang (21-27)
3. Cemas berat (28-41)
4. Cemas sangat berat (42-56)
Memasukkan data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data kuesioner ke dalam
master tabel. Hasil dari setiap item dinilai sesuai dengan kategori penilaian dari masing- masing
variabel. Kecemasan adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistsensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Alat ukur kecemasan
menggunakan HRS-A(Hamilaton Ratting Scale For Anxiety ), masing-masing kelompok diberi
penilaian antara 0 - 100 dengan penilaian sebasgai berikut :
Nilai 14-20 : kecemasan ringan
16 LPPM E S
UMSB N

1
6
9
3-2617
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017
Nilai 21-27 : kecemasan sedang Nilai
28-41 : kecemasan berat Nilai 42-56 :
kecemasan panik
Teknik relaksasimerupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2008) .
Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
1. Usahakan rileks dan tenang.
2. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3, kemudian tahan sekitar
5-10 detik.
3. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
4. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi melalui mulut secara
perlahan-lahan.
5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga kecemasan
6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat
kecemasan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menguji beda mean
dependent yakni dengan uji dependent t-test, setelah dilakukan uji kenormalan data dilakukan
secara komputerisasi dengan program SPSS. Berdasarkan hasil uji t test tersebut akan
diketahui bahwa hipotesis penelitian (Ha) diterima bila nilai p lebih kecil dari nilai tabel <0,05.
Sebaliknya jika nilai p lebih besar dari nilai tabel, maka hipotesis penilaian (Ho) ditolak >
0,05.
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan
etik.Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus terlindungi. Menurut
Hidayat (2007), dalam melakukan penelitian harus memperhatikan etika penelitian yaitu :
1. Informed concent (Lembar persetujuan penelitian)
2. Anonimity (Tanpa nama)
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian setelah dilakukannya proses analisa adalah sebagai berikut :
1. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tabel 1Distribusi Frekuensi Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
No Pretest Postest Pretest Posttest
1 6 6 6 6

2 0 0 0 0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 12 orang pasien praoperatif 6 di antaranya
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam (50%)

2. Kecemasan Pasien Praoperatif Sebelum Teknik Relaksasi Nafas Dalam Kelompok


Intervensi
Tabel 2Distribusi Frekuensi Skala Kecemasan Sebelum Teknik Relaksasi Nafas Dalam
No Tingkat Kecemasan f %
1 Ringan 0 0

2 Sedang 2 33,3
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 17
E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu
3 Berat 3 50
4 Panik 1 16,7
Total 6 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien pre test intervensi diantaranya
yang belum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat separuh 3 orang (50%) yang
mengalami kecemasan berat.

3. Kecemasan Pasien Praoperatif Sesudah Teknik Relaksasi Kelompok Intervensi


Tabel 3Distribusi Frekuensi Kecemasan Praoperatif Sesudah Teknik Relaksasi
No Skala Kecemasan f %
2 Sedang 2 33,3
3 Berat 1 16,7
4 Panik 0 0
Total 6 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok intervensi
sesudahdiberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil separuh responden memiliki
skala kecemasan ringan 3 orang (50%)

4. Kecemasan Pasien Praoperatif Pada Kelompok Kontrol


Tabel 4Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Kelompok Kontrol
No Tingkat f %
1 Kecemasan
Ringan 0 0
2 Sedang 1 16,7
3 Berat 5 83,3
4 Panik 0 0
Total 6 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok kontrol
yang tidak diberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil sebagian besar responden
memiliki skala kecemasan yang berat 5 orang(83,3%).

5. Kecemasan Pada Kelompok Kontrol Setelah Di Ukur Kembali Selama 30 Menit


Tabel 5Distribusi Frekuensi Kecemasan Pada Kelompok Kontrol Setelah Diukur
Kembali Selama 30 Menit
No Tingkat Kecemasan f %
2 Sedang 1 16,7
3 Berat 3 50
4 Panik 2 33,3
Total 6 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 6 pasien praoperatif kelompok kontrol
yang akan dilakukan observasi diperoleh hasil separuh 3 orang (50%) responden memiliki skala
kecemasan berat.
Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi terhadap
penurunan skala kecemasan pada pasien praoperatif
18 LPPM E S
UMSB N

1
6
9
3
-
2
6
1
7
Perbedaan Skala Kecemasan Responden Praoperatif Sebelum (Pretest) Dan Sesudah
(Postest) Diberi Intervensi Teknik Relaksasi Dan Tidak Diberikan Teknik Relaksasi Pada
Kelompok Kontrol

Tabel 6 Perbedaan Kecemasan Sebelum (Pretest) Dan Sesudah (Postest) Diberi


Intervensi Teknik Relaksasi Dantidak Diberikan Teknik Relaksasi Pada Kelompok
Kontrol
Skala Mea C I 95% P
Nyeri n SD SE Value
Lower Upper
intervensi 1,16 0,40 0,1 Postest 0,738 1,595
intervensi
Postest

kontrol 0,33 0,51 0,2 0,209 0,875 0,175


postes 3 6 11
kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui rerata kecemasan sebelum diberikan teknik relaksasi
dan sesudah diberikannya teknik relaksasi pada kelompok intervensi adalah sebesar
1.167 dengan standar deviasi 0.408 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.001.
sedangkan rerata kecemasan pada kelompok kontrol sewaktu diobservasi adalah sebesar 0,333
dengan standar deviasi 0,516 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.175 artinya
ada perbedaan yang signifikan antara cemas sebelum diberikan teknik relaksasi dengan
sesudah diberikanya teknik relaksasi kepada kelompok intervensi dan tidak signifikan antara
cemas sebelum dan sesudah dilakukannya observasi ulang pada kelompok kontol, sehingga
dapat disimpulan bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat
kecemasan.

PEMBAHASAN
Teknik Relaksasi
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 6 orang pasien praoperatif kelompok intervensi
sebelum diberikan teknik relaksasi diperoleh hasil separuh pasien praoperatif pada kelompok
intervensi memiliki skala kecemasan yang berat 3(tiga) orang (50%) dan dari tabel 5.3 dapat
diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien praoperatif kelompok intervensi sesudah diberikan
teknik relaksasi diperoleh hasil yaitu 3(tiga) orang (50%) responden memiliki skala kecemasan
yang ringan.
Hasil penelitian yang dilakukan Suprapto, Utami, & Supriati (2012), dengan judul “pengaruh
pemberian relaksasi nafas dalam terhadap penurunan kecemasan klien pre operasi”
menunjukkan bahwa intervensi keperawatan mandiri tentang teknik relaksasi nafas dalam yang
diberikan empat jam sebelum pasien menjalani pre operasi rata-rata mengalami
kecemasan yang berat dari (72,5%) yang belum diberikan teknik relasasi setelah diberikan
teknik relaksasi menjadi (22,5%) berat dan dari (27,5%) kecemasan sedang setelah
diberikannya teknik relaksasi menjadi kecemasan ringan yaitu (77,5%)
Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu teknik relaksasi dengan cara melakukan nafas dalam,
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas secara perlahan,
dengan melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah (daerah perut). Teknik ini dapat
meningkatkan oksigenasi dalam darah. Tujuan dari teknik ini untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru, meningkatkan efisiensi
batuk, mengurangi stres baik (National Safety Council,2007).

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 19


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu
Sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Kushariyadi, Smeltzer & Bare (2007), bahwa teknik
relaksasi nafas dalam dalam memiliki kelebihan untuk mengurangi stres baik fisik maupun
emosional, menghilangkan nyeri, insomnia, dan kecemasan. Relaksasi nafas dalam cukup
efektif untuk memunculkan keadaan tenang dan rileks, dimana gelombang otak mulai
melambat yang akhirnya akan membuat seseorang dapat beristirahat dengan tenang.
Hal ini terjadi ketika individu mulai mempersiapkan diri dan mengikuti instruksi
relaksasi, yaitu pada tahap pengendoran otot dari bagian kepala hingga bagian
kaki.Selanjutnya dalam keadaan rileks mulai untuk memejamkan mata, saat itu frekuensi
gelombang otak yang muncul mulai melambat dan menjadi lebih teratur.Pada tahap ini
individu mulai merasakan rileks dan mengikuti secara pasif keadaan tersebut sehingga
menekan perasaan tegang yang ada di dalam tubuh (Datak, 2008).
Menurut analisa peneliti bahwa teknik relaksasi yang diberikan kepada responden dengan
mengatur suatu intervensi untuk mengajarkan nafas dalam dan lambat kepada responden
dengan tujuan agar responden merasa rilek dan nyaman sehingga responden tersebut
merasakan ketenangan dalam dirinya, mengurangi stress, dan kekakuan yang dirasakan pada
diri responden pada fase akan dilakukannya operasi tersebut, dan dari tanggapan responden
tentang teknik relaksasi ini mengatakan terapi yang diberikannya kepada klien ini sangatlah
bermanfaat untuk mengatur pernafasannya dan klien merasakan rilek sehingga klien
merasakan tenang dan nyaman dan klien bisa memfokuskan fikirannya yang lebih tenang untuk
menghadapi operasi yang akan dihadapinya.

Skala Kecemasan
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien praoperatif kelompok intervensi
sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil separuh pasien memiliki skala
kecemasan berat 3 (tiga) orang (50%) dan dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam)
pasien praoperatif kelompok intervensi sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam
diperoleh hasil separuh responden memsiliki skala kecemasan ringan (50%).
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 6 orang pasien praoperatif kelompok kontrol yang akan
dilakukan observasi diperoleh hasil yaitu 3 (tiga) responden memiliki skala kecemasan
berat (50%) dan dari table5 dapat diketahui bahwa dari 6 (enam) orang pasien praoperatif
kelompok kontrol yang tidak diberikan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh hasil sebagian
besar responden memiliki skala kecemasan yang berat (83%).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Makmur (2007), dengan judul “pengaruh
pemberian teknik relaksasi terhadap penurunan skala kecemasan pasien peri operatif”
dengan hasil tentang tingkat kecemasan pre operasi, bahwa dari 40 orang responden dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 7 (tujuh) orang (17,5%), 16 orang (40%) tingkat kecemasan
sedang, 15 orang (37,5%) tingkat kecemasan ringan, dan 2 (dua) orang (5%) tidak mengalami
kecemasan. Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Wijayanti (2009, dalam Nataliza 2011),
ditemukan 20 (64,5%) pasien mengalami kecemasan ringan dan 11 (35,5%) mengalami
kecemasan berat.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan
kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masa utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal
(Hawari, 2006).
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan
yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, juga merupakan
pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta
merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha
memelihara keseimbangan hidup.Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap
harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu.Cemas dapat dikomunikasikan
secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan
20 LPPM E S
UMSB N

1
6
9
3
-2617
peringatan yang berharga dan penting untuk memelihara keseimbangan diri dan perlindungan
diri (Suliswati,2007).
Setiap orang mempunyai beberapa kecemasan, baik sekarang maupun nanti. Tetapi ketika
cemas itu tinggi, maka mungkin memiliki efek terhadap pada kecemasan sedang terjadi reaksi
yang dipengaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan
tekanan darah dan frekuensi jantung.pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus
meninggi sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat
tekanan darah meninggi dan itu akan menyebabkan semakin menonjolnya tingkat kecemasan
seseorang dan akan mengalami resiko terhadap klien pasca operasi (Salan,2008).
Menurut asumsi penelitikecemasan yang terjadi kepada responden karena beberapa faktor
pemicu, yang salah satunya semakin dekatnya waktu responden tersebut yang akan
menjalankan operasi semakin tingginya tingkat kecemasan responden tersebut, dengan hasil
penelitian rata-rata skala kecemasan sebelum diberikan intervensi kepada 6 (enam) orang
responden separuh responden memiliki tingkat kecemasan berat 3 (tiga) orang (50%),
sedangkan rata-rata sesudah diberikan intervensi kepada 6 (enam) orang responden separuh dari
mereka 3 (tiga) orang (50%) memiliki tingkat kecemasan ringan. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata skala kecemasan pada sebelum dan sesudah diberikan perlakuan intervensi
dan, kepada kelompok kontrol dari 6 (enam) orang responden terdapat sebagian besar 5 (lima)
orang (83,3%) responden memiliki tingkat kecemasan berat, setelah di ukur tiga puluh menit
kemudian responden yang akan melakukan pembedahan responden mengalami peningkatan
kecemasan 2 (dua) orang dari 6 (enam) orang responden memiliki tingkat kecemasan panik.

Perbedaan skala kecemasan responden praoperatif sebelum (Pretest) dan sesudah


(Postest) diberi intervensi teknik relaksasi dan tidak diberikan teknik relaksasi pada
kelompok kontrol.
Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa sebelum diberikannya intervensi
relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan berat dengan jumlah 3
(tiga) orang (50%), sedangkan setelah diberikannya intervensi relaksasi nafas dalam tingkat
kecemasan terbesar berada pada kecemasan ringan yaitu dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%),
Pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam dapat dilihat dari hasil analisa uji
bivariat dengan metode uji Paired Ttest diperoleh nilai t sebesar 7,000 dengan nilai p sebesar
0.001 dimana p< 0.05.
Selisih rerata (mean) tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah diberikannya
relaksasi nafas dalam diperoleh perbedaan sebesar 0,834 dengan hasil tersebut dapat diartikan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan setelah
diberikannya relaksasi nafas dalam.
Pada kelompok kontrol sewaktu diobservasi menunjukan bahwa tingkat kecemasan terbesar
berada pada kecemasan berat dengan jumlah 5 (lima) orang ( 83,3%) dan , sedangkan setelah
dilakukan observasi ulang selama 30 menit tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan
berat yaitu dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), dan terjadinya peningkatan kecemasan
panik adalah 2 (dua) orang (33,3%), responden dari tidak adanya sebelumnya
tingkat kecemasan panik. Dilihat dari hasil analisa uji bivariat dengan metode uji Paired Ttest
diperoleh nilai t sebesar 1,581 dengan nilai p sebesar 0,175 dimana p< 0.05, sehingga dapat
disimpulkan tidak signifikannya terhadap penurunan tingkat kecemasan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Indah Mutiara (2012), dengan judul
“pengaruh teknik relaksasi terhadap penurunan tingkat kecemasan klien praoperatif”
dengan analisanya setelah diberikan relaksasi nafas dalam kepada 33 responden menunjukan
(90,9%) mengalami penurunan tingkat kecemasan dengan analisa uji marginal
homogenity dengan nilai p sebesar 0.000 dimana p< 0.05, hal ini dapat diartikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran kecemasan pasien pre operasi
sebelum dan sesudah diberikannya relaksasi nafas dalam.

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 21


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu

Relaksasi merupakan suatu metode dan cara yang dapat digunakan dan diberikan kepada
pasien pre operasi sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dengan relaksasi pasien
dapat melepaskan rasa ketegangan, dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
relaksasi, pasien akan mengalihkan rasa cemasnya. Pernyataan ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Potter & Perry (2006), menyatakan bahwa teknik nafas dalam juga dapat
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stres fisik
dan emosi yang disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu
yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat.Pelaksanaan teknik relaksasi
bisa berhasil jika pasien kooperatif.
Rasa ketidak nyamanan jika tidak diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu
sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan/terapi farmakologis atau non
farmakologis. Teknik non farmakologi antara lain pengaturan posisi, teknik relaksasi,
manajemen sentuhan, manajemen lingkungan, massase, latihan fisik, tidur tidak cukup,
hipnoterapi, distorsi seperti mendengarkan musik serta relaksasi seperti yoga dan nafas dalam,
dukungan perilaku, imajinasi, kompres dan pemberian ramuan herbal (Smertzer & Bare,
2006).
Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien praoperatif dengan hasil penelitian sebelum
diberikannya intervensi relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada
kecemasan berat dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), sedangkan setelah diberikannya
intervensi relaksasi nafas dalam tingkat kecemasan terbesar berada pada kecemasan ringan
yaitu dengan jumlah 3 (tiga) orang (50%), Pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam dapat
dilihat dari hasil analisa yaitunya dari 6 (enam) orang klien intervensi terdapat 1 (satu) orang
(16,7%) responden mengalami kecemasan panik terdapat penurunan yaitu menjadi 1 orang
(16,7%) responden cemas berat, dan dari 3 (tiga) orang (50%) responden kecemasan berat
setelah diberikan perlakuan terdapat penurunan kecemasan 2 (dua) orang (33,3%) responden
cemas sedang dan 1 (satu) orang responden menjadi cemas ringan, dan dari kecemasan sedang
2 (dua) orang (33,3%) responden terjadi penurunan kecemasan menjadi cemas ringan, jadi
terdapat 3 (tiga) orang (50%) responden yang mengalami cemas ringan.
Sedangkan pada kelompok kontrol dari 6 (enam) orang responden yang hanya di observasi
terdapat 5 (lima) orang (83,3%) respoden yang mengalami tingkat kecemasan berat,1 (satu)
orang (16,7%) responden memiliki kecemasan sedang, dan dari hasil pemantauan ulang setelah
tiga puluh menit terdapat peningkatan tingkat kecemasan yaitunya 2 (dua) orang (33,3%)
responden memiliki tingkat kecemasan panik, 3 (tiga) orang (50%) cemas berat dan 1 (satu)
orang (16,7%) kecemasan sedang.Ini membuktikan bahwa adanya pengaruh teknik relaksasi
terhadap penurunan tingkat kecemasan klien yang akan melakukan pembedahan dari tidak
adanya kecemasan panik menjadi ada.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Ns.Ridhayalla Afnuhazi,
M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada
penulis melakukan penyusunan artikel ini

SIMPULAN
Ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan tingkat kecemasan sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik
relaksasi terhadap skala kecemasan pada pasien praoperatif

Saran
Diharapkan pada peneliti selanjutnya meneliti dengan variabel yang berbeda atau menambah
variabel penelitian dan melakukan teknik relaksasi otot progresifdengan penurunan tingkat
kecemasan.
22 LPPM E S
UMSB N

1
6
9
3-2617
Alimul, Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi2, Jakarta :
Salemba Medika
Ayudianningsih, Novarizki. (2010). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur Di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta .Jurnal. FIK UMS
(http://download.portalgaruda.org/article.ph p?article diakses pada tanggal 29
Agustus 2016 pukul 13.45 wib)
Baradero, P. L. (2008). Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan .Leskonfi : Jabar
Bruner & Sudarth.(2002). Keperawatan Medical Bedah.Edisi ke VIII.Jakarta : EGC
Colombia Asia Medikal Center.(2006). Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Pada pasien perioperatif I Di Pondok Bersalin Ngudi Saras
Trikilan Kali Jambe Sragen.Jurnal. Universitas Airlangga
Cutler.(2004). Psikologi Perkembangan Remaja . Jakarta : Ghalia Indonesia
Datak.Gad. (2008). Penurunan Nyeri Pasca Bedah Pasien TUR Prostat melalui
RelaksasiBenson(http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/viewFile/2405/1853
diperoleh tanggal 29 agustus 2016)
Depkes, RI. (2009). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular.Jakarta : Salemba Medika
Efendy.(2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Edisi 2.Jakarta :
Salemba Medika
Fauziah fitri & Julianty Widuri.(2007). Statistik Kesehatan . Jakarta : Rajawali Pers
Handerson.(2005). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek .
Jakarta : Rineka Cipta
Hidayat, A, A. (2007).Pengantar konsep dasar keperawatan .Jakarta:Salemba medika
Makmur.(2007). Asuhan Keperawatan Perioperatif – Pre Operasi.Jakarta : TIM
Mutiara Siti Indah. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Pernafasan Diafragma Terhadap
Perubahan Kecemasan Pasien Pre Operasi di Bangsal Bedah RSUP.Dr.M. Djamil
Padang Tahun 2012 .Penelitian. Universitas Andalas Padang
(http://repository.unand.ac.id/17863/1/ isi.pdf diakses pada tanggal 29 Agustus 2016
pukul 16.56 wib)
Muttaqin.(2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif.Jakarta : Salemba Medika
National Safety Council.(2007) . Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Klien. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Potter & Perry.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Volume 1.Jakarta : EGC
Ramaiah, S. (2005). Pengaruh Pelayanan Kebutuhan Spiritual Oleh Perawat Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat RSI Siti Rahmah Padang .
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Shelly, Tailor, dkk.(2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 .Jakarta : EGC
Soetjiningsih.(2004). Tumbung Kembang Remaja dan Permasalahannya . Jakarta : Salemba
Medika
Smertzer & Bare.(2013)Manual for the Depression Anxiety & Stress Scales (Second edition).
Psychology Foundation.Diakses dari www.Serene. Me.Uk.diakses pada tanggal 29
Agustus 2016 pukul 16.56 wib)
Smertzer & Bare.(2008)tinjauan tentang relaksasi. Media ilmu: Yokyakarta
Sugiyono.(2014). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rapika Aditama
Suliswati.( 2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.(2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi III . Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.(2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi IV. Jakarta : EGC

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 23


E-ISSN 2528-7613
Vol. XI Jilid 1 No.75 April 2017 MENARA Ilmu
Suprapto, Utami, & Supriati.(2012). Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Persiapan
Operasi dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Jurnal Kebidanan. Volume
IV. Poltekes Kemenkes Semarang (http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jke
b/article/viewdi akses pada tanggal 29 Agustus 2016 pukul 09.46 wib)

Syamsuhidajat.(2010). Penanganan Psikologik Pada tingkat stres.Jakarta : Salemba Medika


Wiramihardja, S. (2005). Seri Buku Kecil Terapi Alternatif. Yogyakarta : Yayasan Spritia

LPPM UMSB ISSN 1693-2617


24
E-ISSN 2528-7613
Lampiran 6

Tabel 2.4 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)

1 Perasaan cemas
e. Cemas √
f. Firasat buruk
g. Takut akan pikiran sendiri
h. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
h. Merasa tegang
i. Lesu
j. Tidak bisa istirahat tenang
k. Mudah terkejut
l. Mudah menangis
m. Gemetar
n. Gelisah √
3 Ketakutan
e. Pada gelap
f. Pada orang lain atau asing
g. Di tinggal sendiri √
h. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
f. Sukar tidur
g. Terbangun malam hari
h. Tidur tidak nyenyak √
i. Bangun dengan lesu √
j. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
d. Sukar konsentrasi
e. Daya ingat menurun √
f. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
e. Hilangnya minat
f. Sedih √
g. Berkurangnya kesenangan pada hoby
h. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
f. Sakit dan nyeri di otot √
g. Kaku
h. Kedutan otot
i. Gigi gemerutuk
j. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
e. Perasaan di tusuk-tusuk √
f. Penglihatan kabur
g. Muka merah atau pucat √
h. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
f. Takikardia
g. Berdebar-debar
h. Nyeri di dada
i. Denyut nadi mengeras
j. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
e. Rasa tertekan atau sempit dada
f. Rasa tercekik h.
g. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
h. Sulit menelan
i. BB menurun
j. Mual
k. Muntah
l. Nyeri sebelum dan sesudah makan
m. Rasa panas di perut
n. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
e. Sering BAK
f. Tidak dapat menahan air seni
g. Aminorea
h. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
f. Mulut kering √
g. Muka merah
h. Mudah berkeringat √
i. Kepala terasa berat
j. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
g. Gelisah √
h. Tidak tenang
i. Jari gemetar
j. Kerut kening
k. Muka tegang √
l. Otot tegang atau mengaras
Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2017

Jam : 15.10 WIB


Nilai Skor HRS-A : 20 ( Cemas Ringan)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y

Hari & Tanggal : Sabtu, 27 Mei 2017

Jam : 15.20 WIB


Nilai Skor HRS-A : 18 ( Cemas Ringan)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y


Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017
Jam : 11.15 WIB
Nilai Skor HRS-A : 14 ( Cemas Ringan)
1 Perasaan cemas
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun √
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Tn.Y


Hari & Tanggal : Senin, 29 Mei 2017
Jam : 15.20 WIB
Nilai Skor HRS-A : 8 (Tidak Cemas)
Tabel 2.4 Alat ukur kecemasan HRS-A (Hamilton Ratting Scale For Anxiety)

1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang √
d. Mudah terkejut √
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat √
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar √
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d. √
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat √
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang √
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M


Hari & Tanggal : Senin, 27 Mei 2017
Jam : 17.20 WIB
Nilai Skor HRS-A : 27 ( Cemas Sedang)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang √
d. Mudah terkejut √
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar √
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat √
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang √
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M


Hari & Tanggal : Senin, 27 Mei 2017
Jam : 17.25 WIB
Nilai Skor HRS-A : 25 ( Cemas Sedang)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing √
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih √
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat √
d. Merasa lemah √
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening √
e. Muka tegang √
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M


Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017
Jam : 14.00 WIB
Nilai Skor HRS-A : 20 ( Cemas Ringan)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu √
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis √
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak √
d. Bangun dengan lesu √
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M


Hari & Tanggal : Minggu, 28 Mei 2017
Jam : 14.20 WIB
Nilai Skor HRS-A : 15 ( Cemas Ringan)
1 Perasaan cemas
a. Cemas √
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah √
3 Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain atau asing
c. Di tinggal sendiri √
d. Takut pada binatang besar
4 Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)
5 Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi (murung)
a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Berkurangnya kesenangan pada hoby
d. Perasaan berubah-ubah
7 Gejala somatik atau fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot √
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8 Gejala sensorik
a. Perasaan di tusuk-tusuk √
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)
a. Takikardia
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
10 Gejala respiratory
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik d.
c. Sering menarik nafas pendek atau sesak
11 Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. BB menurun
c. Mual
d. Muntah
e. Nyeri sebelum dan sesudah makan
f. Rasa panas di perut
g. BAB lembek atau konstipasi
12 Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering BAK
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Aminorea
d. Ereksi lemah atau impotensi
13 Gejala autonomy
a. Mulut kering √
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat √
d. Kepala terasa berat
e. Bulu roma berdiri
14 Perilaku sewaktu wawancara
a. Gelisah √
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang atau mengaras

Nama Klien : Nn.M


Hari & Tanggal : Senin, 29 Mei 2017
Jam : 17.20 WIB
Nilai Skor HRS-A : 10 ( Tidak Cemas)
Lampiran 7

PENDELEGASIAN KLIEN

1. Identitas klien
Tn.Y 21 Agustus 1997 Angkatan Kidul Rt
02/3 Tambakromo,
Pati

Nn.M 13 Oktober 1993


Ngampih Rt 01/2
Seblongan, Wonogiri

2. Masalah yang di temukan

Tn.Y

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

c. Ansietas berhubungan dengan stressor

Nn.M

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

c. Ansietas berhubungan dengan stressor

3. Tindakan yang di lakukan

Tn.Y

a. Menginstruksikan teknik relaksasi nafas dalam


b. Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

c. Membina hubungan saling percaya

d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan

e. Mendorong keluarga mendampingi klien

f. Mengkaji nyeri secara komprehensif

g. Kolaborasi pemberian analgetik

h. Melatih dalam pemenuhan ADL secara mandiri

Nn.M

a. Menginstruksikan teknik relaksasi nafas dalam

b. Mengkaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

c. Membina hubungan saling percaya

d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan di lakukan

e. Mendorong keluarga mendampingi klien

f. Mengkaji nyeri secara komprehensif

g. Kolaborasi pemberian analgetik

h. Melatih dalam pemenuhan ADL secara mandiri

4. Masalah yang sudah teratasi

Tn.Y

a. Ansietas berhubungan dengan stressor

Nn.M

a. Ansietas berhubungan dengan stressor

5. Masalah yang belum teratasi

Tn.Y

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)


b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

Nn.M

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot

6. Kodisi klien saat di operkan


Status kesadaran composmentis composmentis

Status respirasi 22x/menit 24x/menit

Status sirkulasi TD : 140/90mmHg TD : 140/80mmHg


Nadi : 82x/menit Nadi : 90x/menit

Status nutrisi dan Cukup nutrisi dan Cukup nutrisi dan


cairan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
Status perkemihan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

7. Rencana selanjutnya

Tn.Y

a. Mengkaji nyeri

b. Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c. Kolaborasi pemberian analgetik

d. Melatih kemampuan ADL mandiri

Nn.M

a. Mengkaji nyeri
b. Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c. Kolaborasi pemberian analgetik

d. Melatih kemampuan ADL mandiri

Nn.M

a. Mengkaji nyeri

b. Memberi kesempatan tidur dan istirahat

c. Kolaborasi pemberian analgetik

d. Melatih kemampuan ADL mandiri

Surakarta. 3 Juni 2017

Nama perawat Nama mahasiswa


yang menerima delegasi yang mendelegasi

Anda mungkin juga menyukai