Anda di halaman 1dari 30

Grand Case

pyelolithiasis Dextra

Oleh:
Elfani Lisa Alvionita Ifada
1110312080

Preseptor:
dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B, Sp.U

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2016

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi dan Fisiologi Tractus Urinarius
1.1.1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berjumlah sepasang
(masing-masing satu disebelah kanan dan kiri vertebrae) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan posisinya lebih rendah dari pada ginjal kiri (kurang
lebih 1 cm) dikarenakan adanya lobus hepatis dextra yang besar. Bila diafraghma
berkontraksi saat respirasi, kedua ginjal ikut turun secara vertikal sejauh 1 inchi
(2,5 cm)1,2. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebrae T12),
sedangkan sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga
12. Kutub bawah ginjal kiri adalah procesus transversus vertebrae lumbal 2 (kirakira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebrae lumbal 3 3.
Ginjal memiliki selubung sebagai berikut 1:
a.
Capsula fibrosa : meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal
b.
Capsula adiposa : meliputi capsula fibrosa.
c.
Fasia renalis : kondensasi jaringan ikat yang terletak diluar capsula adiposa
serta meliputi ginjal ddan glandula suprarenalis. Di lateral facia ini
d.

melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.


Corpus adiposum pararenale : terletak di luar Fasia renalis dan sering
didapatkan

dalam

jumlah

yang

besar

membentuk

sebagian

lemak

retroperitonium
Secara umum, struktur ginjal dapat dikelompokan menjadi tiga area 1,2 :

Cortex renalis : terletak dibagian luar, berwarna coklat gelap, terdiri dari
korpuskulus renalis dan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus

distal.
Medula renalis : terletak dibagian dalam yang berwarna coklat lebih terang.
Didalamnya terdiri dari piramida renalis yang memiliki basis yang menghadap

korteks renalis dan bagian apeks renalis yang menonjol kearah medial.
Pelvis renalis : merupakan sebuah cavitas di dalam hilum renalis berisi
pelebaran ke atas dari ureter. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renales

majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renales minores.

Gambar 2.1. Struktur internal ginjal dan perdarahan pada ginjal 2


Perdarahan pada ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan
percabangan dari aorta setinggi vertebrae lumbalis II. Arteri renalis biasanya
bercabang menjadi lima arteria segmentalis yang masuk kedalam ginjal melalui
hilum renale, empat di depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteri
segmentalis kemudian bercabang menjadi arteri interlobaris yang kemudian
berjalan pada perbatasan antara corteks dan medula dan bercabang menjadi arteri
arcuatae yang melengkung di atas basis piramida renalis. Vena renalis keluar dari
hilum renalis didepan arteri renalis dan mengalirkan darah ke vena cava inferior
2, 3

1,

.
Ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta nefron, setiap nefron terdiri

dari : (1) glomerolus, dan (2) tubulus

. Korpuskulus renalis terdiri dari

glomerolus yang berada didalam kapsula bowman. Kapiler pada glomerolus


didapatkan dari arteriol aferen dan keluar pada arteriol eferen. Diameter arteriol
eferen lebih kecil daripada arteriol aferen yang membantu untuk mengatur
tekanan darah yang cukup tinggi (kira-kira 60 mmHg) pada glomerolus 2,3,4. Cairan
yang di filtrasi di kapiler glomerolus mengalir kedalam kapsula bowman dan
kemudian masuk ke tubulus proksimal 4.
Tubulus renalis terdiri dari tubulus proximal, lengkung henle dan tubulus
distal

2,3,4

. Cairan dari tubulus proksimal kemudian mengalir pada ansa henle

(terdiri dari cabang desenden dan asenden) yang masuk pada medula renalis. Pada

ujung dari bagian tebal ansa henle terdapat bagian pendek yang dikenal sebagai
makula densa, setelah itu cairan akan masuk pada tubulus distal yang terletak pada
korteks renal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus renalis arkuatus
dan tubulus koligentes. Tubulus koligentes kemudian bergabung menjadi lebih
besar secara progresif yang akhirnya menuju pelvis renalis 2,3,4.
1.1.2. Ureter
Seperti ginjal ureter terletak retroperitonium. Panjangnya kurang lebih 25 cm
(10 inchi), dimulai dari pelvis renalis dan berakhir masuk pada vesika urinaria.
Diameternya kurang lebih 1,0 cm (0,4 inchi) dan menyerupai esofagus karena
mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya (1) ditempat pertemuan
pelvis renalis dengan ureter (2) di tempat ureter melengkung pada saat menyilang
apertura pelvis superior, dan (3) di tempat ureter menembus dinding vesica
urinaria 1,2,3.
Ureter keluar dari hilum renale dan berjalan vertikal kebawah dibelakang
peritonium parietale pada muskulus psoas mayor. Ureter masuk pada cavitas
pelvis dengan menyilang bifurcatio arteria iliaca1,3. Ureter kemudian berjalan
kebawah pada dinding lateral pelvis menuju spina ischiadica dan berbelok ke
depan untuk masuk ke angulus lateralis vesika urinaria 1.
Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan:(1) bagian dalam terdiri dari lapisan
mukosa dengan epitel transisional, lapisan ini menghasilkan sekret mukus yang
memiliki fungsi protektif pada ureter (2) lapisan tengah disebut lapisan
muskularis, yang tersusun longtudinal pada bagian dalam dan sirkular pada
lapisan luar. Gerakan peristaltik dari otot akan mendorong urin menuju vasika
urinaria, dan (3) lapisan terluar disebut dengan lapisan adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat sehingga melindungi jaringan dibawahnya3.
Ujung atas ureter didarahi oleh arteri renalis, bagian tengan oleh arteri
testicularis atau arteri ovarika dan didalam pelvis didarahi oleh arteri vesikalis
superior1.

1.1.3. Vesika Urinaria


Vesika urinaria merupakan organ untuk mengumpulkan urin dengan
kapasitas maksimum pada orang dewasa kurang lebih 500 ml 3. Terletak dibelakan
simpisis pubis, didalam cavitas pubis 1,2, 3. Pada laki-laki terletak diatas prostat dan
pada wanita terletak dibawh dari uterus 2. Vesika urinaria kosong pada orang
dewasa seluruhnya terletak pada pelvis, bila vesika urinaria terisi penuh dinding
atasnya terangkat sampai masuk regio hipogastrium 1,3.

Gambar 1.2. gambaran potongan coronal pada vesika urinaria dan uretra 3
Vesika urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex , basis dan
facies superior. Apex vesika mengarah kedepan dan terletak di belakang pinggir
atas simfisis pubis dan dihubungkan dengan umbilikus oleh ligamentum
umbilicale medianum. Basis vesika menghadap posterior dan berbentuk segitiga,
sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter dan sudut inferior
merupakan tempat asal uretra. Facies superior vesika diliputi peritonium dan
berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoid. Bila vesika terisi,
bentuknya lonjung, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas, kedalam
cavitas abdominalis. Collum vesika depertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum pubprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubo vesivale pada
perempuan 1.

Dinding vesika urinaria terdiri dari empat lapis (1) lapisan mukosa
merupakan lapisan terdalam vesika urinaria, terdiri dari epitel transisional yang
menipis saat vesika urinaria penuh dan sel-selnya menjadi tergang. Ketika telah
kembali seperti semula mukosa akan melipa sihingga disebut rugae (2) lapisan
kedua disebut submukosa, yang berfungsi sebagai pendukung mukosa (3) lapisan
muskularis, yaitu muskulus detrusor yang pada leher dari vesika urinaria berubah
menjadi sfinger uretra superior (4) lapisa adventisia merupakan lapisan terluar
dari vesika urinaria3.
1.1.4. Uretra1,2,3
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter)
dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung
kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.

Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.


Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding

bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter

(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis.
Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
5

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara
pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.
spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak
seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
1.2. Batu Saluran kemih (Urolitiasis)
1.2.1. Definisi
Urolitiasis merupakan terbentuknya batu pada saluran kemih Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (nephrolith) maupun di dalam kandung kemih
(vesicolith). Proses pembentukan batu ini disebut urolithiasis5.
1.2.2. Etiopatogenesis
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabilik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang belum diketahui. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih6.
Faktor intrinsik
- Herediter 6,7,8 : seseorang dengan keluarga utama yang memiliki batu
saluran kemih memiliki risiko dua kali lipat dibanding orang tanpa riwayat

keluarg dengan saluran kemih8.


Umur : paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun5,6,8
Jenis kelamin : laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan

perempuan5,6,7.
Faktor ekstrinsik
- Geografi : ada daerah endemik batu sehingga disebut stone belt (sabuk
batu), dan ada daerah yang sama sekali tidak ditemukan batu saluran
-

kemih6.
Iklim dan temperatur

6,8

: seseorang dengan paparan temperatur tinggi

dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi zat terlarut dikarenakan


dehidrasi, sehingga dapat meningkatkan insidens terbentuknya batu. Orang
yang tinggal pada iklim yang panas akan memudahkan terjadinya
dehidrasi yang mengakibatkan peningkatan insiden batu saluran kemih.
Panas menyebabkan peningkatan penggunaan air, kehilangan cairan
sehingga menyebabkan rendahnya volume cairan. Peningkatan eksresi
kalsium dan oksalat dihubungkan dengan pajanan matahari yang lama 8.

Asupan air : kurangnya asuppan air dan tingginya kadar mineral kalsium

dapan meningkatkan risiko batu saluran kemih6.


Diet : diet memiliki pengaruh besar pada insidens dari batu saluran kemih,
seiring dengan peningkatan pendapatan perkapita maka terjadi perubahan
dari diet, dengan peningkatan konsumsi lemak jenuh dan tak jenuh,
peningkatan konsumsi protein hewani dan glukosa dan penurunan
konsumse serat dan protein nabati8. Fakta ini menunjukkan dimana diat
rendah lemak dan protein menurunkan insidens batu saluran kemih,
sementara itu diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih 6,8. Tingginya konsumsi natrium ini
dihubungkan dengan peningkatan kadar natrium, kalsium urin dan dengan
penurunan dari natrium, kalsium utin akan menurunkan eksresi dari sitrat.
Peningkatan kadar natrium ini menyebabkan kristalisasi garam kalsium

disebabkan tingginya kadar monosodium urat dan calsium fosfat8.


Pekerjaan : sering ditemukan pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas. Aktifitas fisik dapat mengganggu aliran urin dan
pembentukan agregat kristal6,8.
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada

tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu6,8.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar6,8.
Klasifikasi Batu Saluran Kemih
1) Batu kalsium

Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70%-80%). Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat
atau campuran. Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam
urine atau darah dan akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan kelenjar
paratiroid, kanker, penyakit ginjal 6,8. Batu kalsium terdiri dari dua tipe :

Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat tinggi pada


air kemih.

Kombinasi kalsium - magnesium menjadi weddllite (dehidrat): kuning,


mudah hancur

Faktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi berikut6,8:

Hiperkalsiuri :
Intake kalsium normal adalah berkisara antara 900-1000 mg/hari, dan 150200 mg dieksresikan dalam urin 8. kenaikan kadar kalsium urin > 250300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbs kalsium melalui usus
(teeutama jejunum), gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan
peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor

paratiroid6,8.
Hiperoksaluri : peningkatan ekskresi oksalat > 40 gram/ hari, banyak
diderita oleh penderita yang mengalami kelainan usus karena post operasi,
diet kaya oksalat, (teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk,

sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam)6,8.


Hiperurikosuri : biasanya terjadi karena tingginya konsumsi purin atau
tingginya produksi asam urat sehingga akan meningkatkan kadar
monosodium urat pada urin. kadar asam urat urin > 6000mg/ 24 jam pada
wanita dan >750 mg/24 jam pada laki-laki serta peningkata pH >5,5. Asam
urat urin yang berlebihan bertindak sebagai inti batu terhadap

pembentukan batu kalsium oksalat6,8.


Hipositraturia : sitrat berikatan dengan kalsium di dalam urin sehingga
calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat, karenanya
merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat mudah
larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin6,8.

Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya


sitrat. Penyebab tersering hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus
diikuti gangguan malabsorbsi6.

2) Batu asam urat


Terjadi pada 5-10% penderita dengan komposisi asam urat. biasanya
berusia > 60 tahun, dan lebih sering pada laki-laki 8. Batu asam urat dibentuk
hanya oleh asam urat. Gout arthritis, mieloproliferative, penggunaan kemoterapi,
obat urikosurik sulfinpirazone, thiazide, salisilat.pasien obesitas, alkoholik, diet
tinggi protein, hiperurikosurik dan dehidrasi berpeluang besar menderita batu
saluran kemih ini, karena meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah (pH urin <5,5). Ukuran batu bervariasi dari kecil, besar hingga
membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah batu yang dapat
dipecah dengan obat. 90% berhasil dengan kemolisis6,8.
3) Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Batu struvit terdiri dari magnesium, amonium, dan fostat (MAP). Sering
ditemukan pada wanita, yang sering muncul sebagai batu staghorn pada pelvis
renalis dan infundibulum renal terkadan akan menyebabkan penyumbatan pada
uretra8. Batu struvit disebut juga batu infeksi, terbentuknya batu ini disebabkan
adanya ISK. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea
atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang
termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada
penderita BSK ditandai dengan kadar amoniak urin tinggi, sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat6,8.
4) Batu Sistin
Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan
metabolism sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu
yang jarang dijumpai dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin,

arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi.
Disebabkan faktor keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi
karena urine sangat jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya,
individu yang statis karena imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim
xantin oksidase), triamteren, silikat
1.2.3. Manifestasi Klinis
Batu pada ureter menyebabkan nyeri sebagai respon untuk mengeluarkan
batu8. Beberapa gejala yang sering muncul pada batu saluran kemih:
a. Nyeri
Nyeri pada baru saluran kemih dikelompokkan menjadi kolik renal dan
nonkolik renal, manifestasi ini disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Kolik
renal biasanya disebabkan karena peregangan dari sistem pengumpul dan ureter,
sedangkan non kolik renal disebabkan karena peregangan dari kapsula renalis.
Gejala ini dapat tumpang tindih sehingga menyulitkan proses diagnosis8.
Mekanisme lokal seperti inflamasi, edema, hiperperistaltik, dan iritasi
mukosa dapat berperan pada proses nyeri. Pada ureter, nyeri lokal biasanya
menjalar pada nervus ilioinguinal dan cabang dari nervus genitofemoral, sehingga
nyeri dari obstruksi menjalar pada organ yang sama seperti batu pada sistem
pengumpul. Nyeri pada mayoritas batu saluran kemih muncul dengan onset akut
akibat dari obstruksi akut dan distensi traktus urinarius bagian atas. Nyeri pada
kolik renal tergantung pada lokasi dari batu;
Renal calyx 6,8
Batu atau benda pada kaliks divertikel dapat menyebabkan obstruksi dan kolik
renal. Secara umum, batu kecil akan memunculkan gejala nyeri periodik
karena pendorongan batu oleh peristaltik otot, sampai kemudian menyebabkan
obstruksi yang intermitten. Nyeri dirasakan dalam dan tumpul di sekitar atau
belakang pinggang yang intensitasnya bervariasi dari sedang hingga berat.
Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal dapat memberikan

gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn.


Pelvis Ginjal5,6,8
Batu pada pelvis ginjal dengan diameter lebih dari 1 cm dapat menyebabkan
obstruksi pada daerah ureteropelvic junction, yang menyebabkan nyeri hebat
pada costovertebrae angle. Nyeri pada pinggang dapat dalam bentuk pegal
hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya

10

pielonefritis. Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak ditemukan kelainan atau

dapat ditemukan ginjal yang teraba akibat adanya hidronefrosis.


Batu Ureter 8
Batu atau benda pada ureter sering menyebabkan nyeri hebat pada costo
vertebrae angle atau flank pain. Nyeri dapat makin hebat dan intermitten jika
batu bergerak kebawah ureter dan menyebabkan obstruksi yang intermitten.
Batu dapat menutupi sebagian saja, keadaan ini menimbulkan nyeri yang
minimal. Nyeri biasanya dihubungkan dengan daerah dermatom dan daerah
inervasi dari akar medula spinalis. Nyeri pada batu bagian atas uretra akan
menjalarkan nyeri pada daerah lubal dan panggul. Batu pada mid ureter akan
menimbulkan nyeri pada bagian tengah dan bawah abdomen. Nyeri ini dapat
mirip dengan gejala apendisitis akut jika terletak pada bagian kanan atau
divertikulitis jika terletak pada bagian kiri, tetapi keadaan ini menimbulkan
manifestasi pada sistem gastro intestinal.
Pada bagian distal ureter akan menyebabkan nyeri yang menjalar ke testis
(pada laki-laki) dan labia mayora (pada perempuan). Penjalaran ini biasanya

melalui daerah ileoinguinal atau cabang genital dari nervus genitofemoral.


Batu Vesica Urinaria6
Gejala khas dari batu vesika urinaria adalah gejala iritasi yaitu : nyeri kencing/
disuria hingga stranguria, perasan tidak enak saat kending dan kencing tibatiba terhenti. Nyeri sering menjalar pada penis, skrotum, perineum, pinggang,

sampai kaki.
Batu Uretra
Keluhan tersering adalah miksi yang tiba-tiba terhenti yang awalnya mungkin
didahului oleh nyeri.
b. Hematuria 8
Urinalisa membatu untuk memastikan diagnosis dari batu saluran kemih,

dengan menemukan hematuria dan kristaluria dan menilai pH urin. Pasien dengan
batu saluran kemih dapat memunculkan gejala gross hematuria atau terkadang
warna urin pekat seperti teh, atau beberapa pasien hanya memunculkan
microhematuria.
c. Infection 8
Batu struvit sering dihubungkan dengan kejadian infeksi. Keadaan ini
dihubungkan dengan proteus, pseudomonas, providencia, klebsiela, dan
staphilococus infections. Tetapi adanya batu sendiri secara umum, dapat berisiko

11

menimbulkan infeksi dikarenakan obstruksi dan stasis dari bagian proximal


sumbatan.
d. Demam 8
pasien dengan batu saluran kemih yang diiringi demam adalah keadaan
kegawatdaruratan relatif. Gejala sepsis meliputi demam, takikardia, hipotensi dan
cutaneous vasodilatation.
1.2.4. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu
dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup
sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan
lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama
tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.
1.2.5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan
diagnosis dan rencana terapi antara lain:
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara
batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen). Urutan
radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Jenis Batu

Radioopasitas

12

Kalsium

Opak

MAP

Semiopak

Urat/Sistin

Non opak

Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih


2. Intraveous Pyelography (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain
itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.
5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi
ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase
alkali serum.
1.2.6. Tatalaksana
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi
sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan.

13

Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Pilihan terapi antara lain :
1. Terapi Konservatif 8
Kebanyakan batu uretra tidap perlu intercensi karena dapat keluar spontan
tergantung ukuran, bentuk, lokasi dan adanya edema uretra. Batu dengan ukuran
<5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa:
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi7,8.
2. Dissolution Agents
Efektifitas penggunaan agen penghancur batu tergantung pada permukaan
baru, jenis batu, dan metode untuk pengeluaran batu. Agen alkalisasi oral yang
berisi natrium atau kalium bikarbonat dan kalium sitrat dapat digunakan. Batu
sistin dapat larut dengan variasi dari thiol yang mengandung D- fenilsilamine
(0,5%), N-asetilsistein (2-5%) dan alfa-mercaptopropiomigliserin (5%). Batu
struit dapat larut dengan subys G Solution dan hemiacidirin
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut untuk memecahkan batunya

Bahkan pada ESWL generasi

terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan
bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu

14

ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing generator
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin
mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang

kejut

antara

15-22

kilowatt.

ESWL

hanya

sesuai

untuk

menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal
atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh
tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit
pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh
penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi
ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak
juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a. PCNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Keuntungan dari
PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau dihancurkan;
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
15

Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau
tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah
batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis
pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator
dan ketersediaan alat tersebut.
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia).
4.
Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
atau infeksi yang menahun.
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi,
pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
1.2.7. Prognosis9
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya.

Letak

batu

yang

dapat

menyebabkan

obstruksi

dapat

mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya


infeksi karena faktor obstru6ksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal
16

Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan
bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada
sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan
PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula
oleh pengalaman operator.

17

BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama

: Tn. N

Jenis Kelamin : laki-laki


Umur

: 50 th

Pekerjaan

: petani

Agama

: Islam

Alamat

: Solok

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pinggang kanan sejak 9 bulan sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-

Nyeri pinggang kanan sejak 9 bulan sebelum masuk rumah sakit.Nyeri


dirasakan hilang timbul, nyeri timbul sewaktu-waktu bisa pada saat tidur
ataupun sedang duduk. Nyeri dari 9 bulan lalu sampai sekarang dirasakan
pasien semakin bertambah, sehingga menyulitkan pasien untuk melakukan
pekerjaannya. Nyeri juga diperberat saat pasien melakukan aktivitas
seperti berjalan dan nyeri tersebut hanya pada satu tempat saja/ tidak
menjalar. Pasien tidak ada mengalami keringat dingin ataupun menggigil

saat nyeri timbul


Pasien sering terbangun pada malam hari karena ingin kencing
BAK sering, frekuensi kurang lebih 20 x/ hari, tetapi urin sedikit, dan
terasa tidak puas setelah berkemih. aliran urine pada saat berkemih lancar,
tidak terhambat ditengah-tengah, tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada
urine menetes saat berkemih, sejak 9 bulan yang lalu tidak pernah
mengeluarkan batu kecil ataupun pasir saat BAK, Warna urin agak keruh,

tidak berdarah.
Keluhan demam, mual, muntah, dan pusing disangkal
Riwayat minum obat rutin di sangkal pasien
BAB lancar konsistensi lunak
Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu :

18

Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 2 tahun yang lalu, saat itu
nyeri dirasakan pada perut kanan bawah dan kemudian berapa saat setelah

nyeri keluar batu dari kemaluannya dengan spontan.


Riwayat infeksi saluran kemih disangkal
riwayat penyakit sendi dan asam urat disangkal
riwayat operasi sebelumnya disangkal
riwayat darah tinggi, kencing manis dan asma juga disangkal
riwayat alergi obat disangkal pasien

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, sakit magh, keganasan, pada

keluarga disangkal.
Keluarga ada yang mengalami hal yang sama seperti ini (adik kandung
pasien).

Riwayat Kebiasaan
-

Pasien seorang perokok aktif sejak usia 15 tahun, 3 bungkus rokok perhari
Pasien jarang berolahraga dan minum air putih dua gelas aqua berukuran

sedang perhari sebelum merasakan gejala seperti ini.


Pasien sehari-hari jarang mengkonsumsi buah dan sayur, sering

mengkonsumsi kacang tanah sebagai cemilan disela-sela bekerja.


Pasien sering berdiri lama sehari-hari di bawah terik matahari.
Riwayat minum alkoho dan narkotika disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis, GCS: E4 M6 V5

Tanda-tanda vital

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 59 kali/menit

Respirasi

: 22 kali/menit

Suhu

: 36,20C

Kepala

: normocephali, distribusi rambut merata

Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor


diameter 3 mm/3mm, refleks cahaya +/+
19

Telinga

: normotia, tidak ada darah atau pus

Hidung

: normosepta, tidak ada deviasi, tidak ada darah, pus, atau


sekret

Tenggorokan

: T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis

Leher

: tidak ada pembesaran KGB dan tiroid

Thoraks
Paru
Inspeksi

: pergerakan dada saat pernapasan simetris. Tidak terlihat


adanya benjolan/lesi/bekas operasi

Palpasi

: nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris

Perkusi

: sonor di kedua lapang paru

Auskultasi

: suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: tidak terlihat ictus cordis, tidak ada lesi kulit atau bekas
operasi

Palpasi

: iktus cordis tidak teraba, tidak teraba massa, tidak ada


nyeri tekan

Perkusi

: terdengar redup, batas jantung tidak dilakukan

Auskultasi

: bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Normal, datar, simetris, buncit (-),warna kulit sawo


matang, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), kemerahan (-),
spider navy (-), keriput (-), dilatasi vena (-), gerak dinding
perut simetris

Palpasi

: Supel, massa (-), turgor normal, retraksi (-), defence


muskular (-), rigiditas (-), NT (-), NL (-), hepar, lien,
vesica vellea normal, undulasi (-), ginjal ballotement (-)

Perkusi

: 4 kuadran abdomen timpani, batas atas dan bawah hepar


normal, shifting dullnes (-), nyeri ketok CVA (+)

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Alat kelamin
Pria

Penis : tidak ada lesi, ulkus, atrofi

20

Skrotum : tidak ada lesi, ulkus, atau atrofi


Testis : tidak ada lesi, ulkus, atau atrofi
Anus
Inspeksi

Benjolan (-), ulkus (-), fisura (-), darah (-), lendir (-)

Tonus sfingter ani baik


Mukosa licin, lapang, benjolan (-), polip (-)
Prostat tidak teraba pembesaran
Tidak ada nyeri tekan
Di sarung tangan tidak ada sisa feses, darah (-), lendir (-)

RT

Status Lokalis
Ginjal pada region costovertebral
Inspeksi

: dalam batas normal

Palpasi

: ballotement (-); nyeri tekan (+)

Perkusi

: nyeri ketuk (+)

Ureter pada region suprapubik


Palpasi

: nyeri tekan (-)

Vesica urinaria pada region suprapubik


Inspeksi

: dalam batas normal

Palpasi

: tidak teraba buli, nyeri tekan (-)

Perkusi

: nyeri ketuk (-)

Uretra/OUE pada region genitalia eksterna


Inspeksi

: tanda radang (-);


nanah/darah/ektropion pada OUE (-)

21

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ginjal : Besar, bentuk normal


Tampak batu di medula dextra 8.5 mm
Pelviocalices dextra sedikit dilatasi
Buli-buli: Besar, bentuk dan dinding normal
Tak tampak batu/ massa
Kesan: Pelviocaliectasis dextra ringan
Nefrolitiasis dextra

22

Foto BNO & BNO IVP

BNO supine :

tampak batu radioopaque di paravertebral kanan setinggi

L2 dengan ukuran 9 x 8 cm dan tampak batu radioopaque di paravertebral kanan


setinggi L3 dengan ukuran 2 x 6 cm
BNO IVP
5

: kontur ginjal tidak terlihat


tampak batu radioopaque di paravertebral kanan setinggi L2
dengan ukuran 9 x 8 cm dan tampak batu radioopaque di
paravertebral kanan setinggi L3 dengan ukuran 2 x 6 cm

10

: calyx renalis dextra dan sinistra mulai terlihat terisi dengan

kontras
tampak batu radioopaque di paravertebral kanan setinggi L2
dengan ukuran 9 x 8 cm dan tampak batu radioopaque di
paravertebral kanan setinggi L3 dengan ukuran 2 x 6 cm

23

20

: calyx renalis dextra sudah penuh terisi kontras


ureter proximal dextra sudah tampak sebagian terisi kontras

30

: vesika urinaria sudah terlihat terisi kontras

60

: vesika urinaria sudah terisi penuh dengan kontras, batas dinding

buli tampak reguler, tidak ada indentasi, filling defect (-), additional defect (-)
Post void

: pengosongan kontras sebagian di vesika urinaria

Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai normal

Leukosit

17.6*

ribu/l

3.8 10.6

Eritrosit

5.5

Juta/ l

4.4 5.9

Hemoglobin

16.3

g/dl

13.2 17.3

Hematokrit

48

40 52

Trombosit

375

ribu/l

150 440

LED

72*

mm/jam

0 20

Basofil

01

Eosinofil

24

Netrofil batang

1*

35

Netrofil segmen

72*

50 70

Limfosit

16*

25 - 40

Monosit

28

Kontrol

13.10

Detik

Pasien

16.7

Detik

Hematologi Lengkap

Hitung Jenis

Faal hemostasis
Protorombin Time (PT)

Masa Tromboplastin (APTT)

24

12-14

Kontrol

33.1

Detik

Pasien

37.6

Detik

20-40

SGOT

21

mu/dl

<33

SGPT

30

mu/dl

<50

Albumin

4.2

g/dl

3.5-5.2

GDS

99

mg/dL

<110

GD 2 jam PP

133

mg/dl

100-140

Ureum

24

mg/dL

13 43

Kreatinin

1.30*

mg/dL

<1.2

Asam urat

4.8

mg/dL

<7

Natrium (Na)

144

Mmol/L

135-155

Kalium (K)

4.0

Mmol/L

3.6-5.5

Klorida (Cl)

105

Mmol/L

98-109

Kimia Klinik
Hati

Metabolisme karbohidrat

Ginjal

Elektrolit Serum

Urinalisis
Warna

Kuning

Kuning

Kejernihan

Agak keruh *

Jernih

Glukosa

Negatif

Negatif

Bilirubin

Negatif

Negatif

Keton

Negatif

Negatif

Ph

6.0

4.6 8

Berat jenis

<=1.005

1005 1030

Albumin urine

Negatif

Negatif

Urobilinogen

0.2 E U. /Dl

0.1 1

Nitrit

Negatif

Negatif

Darah

1+ *

Negatif

25

Esterase Leukosit

1+ *

Negatif

Leukosit

6-8 / LPB *

<5

Eritrosit

1-3 / LPB

<2

Epitel

+ /LPB

Positif

Silinder

Negatif /LPK

Negatif

Kristal

Negatif

Negatif

Bakteri

Negatif

Negatif

Jamur

Negatif /LPB

Negatif

Sedimen urin

DIAGNOSIS KERJA
Pielolithiasis dextra
PENATALAKSANAAN
-

extended pyelolithotomy + pasang dj stent


Cefoperazone 1 G pre op

26

BAB 3
PEMBAHASAN

Seorang perempuan datang dengan Keluhan Utama nyeri pada pinggang


kanan sejak 9 bulan sebelum masuk rumah sakit, nyeri hilang timbul dan bisa
timbul sewaktu-waktu baik saat tidur maupun sedang duduk. Nyeri dirasakan
semakin

bertambah

sehingga

menyulitkan

pasien

untuk

melaksanakan

aktifitasnya, nyeri tidak menjalar, pasien tidak mengalami keringat dingin dan
menggigil saat nyeri timbul.
Secara umum nyeri dikelompokkan menjadi nyeri visceral dan nyeri parietal
(somatik)4,5. Nyeri somatik biasanya muncul akibat dari perangsangan pada organ
yang disarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritonium parietalis dan
luka pada dinging perut 5. Nyeri viseral disebabkan oleh setiap stimulus yang
merangsang ujung serabut nyeri di daerah viseral yang luas, beberapa diantaranya
adalah 4,5 :
a. Iskemia : karena terbentuknya hasil metabolisme yang bersifat asam
atau hasil produk jaringan degeneratif yang kemudian merangsang
reseptor nyeri.
b. Stimulus kimia : bila didapatkan suatu bahan yang rusak masuk ke
rongga peritonium (contoh asam proteolitik dari asam lambung), getah
ini akan menyebabkan tercemarnya peritonium visceral sehingga akan
menyebabkan tercemarnya peritonium viseral sehingga menyebabkan
nyeri yang luas
c. Spasme vaskus yang berongga : spasme pada bagian usus, kandung
empedu,

saluran

empedu,

ureter,

yang

mungkin

disebabkan

perangsangan reseptor nyeri secara mekanis, atau mungkin disebabkan


karena berkurangnya aliran darah keotot dibarengi dengan naiknya
kebutuhan nutrisi otot untuk proses metabolisme sehingga menimbulkan
nyeri yang hebat.

Nyeri sering muncul sebagai rasa kram, yang

menghebat dan kemudian hilang, terjadi berulang setiap beberapa menit

27

sekali, keadaan ini disebabkan oleh pengulanga dari kontraksi otot


polos.
Pada pasien ini didapatkan nyeri viseral yang sifatnya hilang timbul dan
dapat bertambah seiring dengan perjalanan waktu. Seperti yang sudah dijelaskann
sebelumnya nyeri seperti ini biasa disebabkan karena Spasme vaskus yang
berongga, dimana pada pinggang bagian kanan kita dapat menemukan beberapa
organ yaitu organ pencernaan (kolon asenden, saluran empedu, kandung empedu)
dan saluran kemih (ginjal dan ureter).
Dari anamnesis tidak ditemukan manifestasi obstruksi pada saluran
gastrointestinal seperti mual, muntah dan gangguan BAB. Pasien mengeluhkan
gangguan pada sistem urinarius yaitu BAK yang sering, frekuensi kurang lebih
20 x/ hari, tetapi urin sedikit, dan terasa tidak puas setelah berkemih. aliran urine
pada saat berkemih lancar, tidak terhambat ditengah-tengah, tidak ada nyeri saat
berkemih, tidak ada urine menetes saat berkemih, sejak 9 bulan yang lalu tidak
pernah mengeluarkan batu kecil ataupun pasir saat BAK, Warna urin kuning
kecoklatan seperti teh pekat, tidak berdarah. Tanda-tanda keganasan seperti
penurunan berat badan pun disangkal.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri ketok CVA, yang patognomonis
pada kelainan-kelainan di pielum seperti pielonefritis. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis yang biasanya terjadi karena adanya suatu
proses infeksi akut, LED yang memanjang juga menguatkan terjadinya infeksi
akut. Pada urinalisa didapatkan hasil urin yang agak keruh dan darah +1.
Dari pemeriksaan Ultrasonografi didapatkan kesan pelviokaliektasis dekstra
ringgan dan adanya nefrolitiasis dekstra. Dan dari pemeriksaaan IVP pada menit
ke 5 tampak adanya batu radioopaque di paravertebral kanan setinggi L2.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka ditegakkan diagnosis pielolitiasis dekstra, dengan rencana extended
pyelolythotomi. Extended pyelolythotomi dilakukan dengan insisi pada kaliks
sehingga mengurangi insisi pada daerah parenkim ginjal yang dapat mencederai
ginjal, operasi jenis ini dapat mengangat batu saghorm secara menyeluruh.

28

DAFTAR PUSTAKA

1.

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran;

2.

alih bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.


Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed.

3.

US: FA Davis Company; 2007.


Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill

4.

Companies; 2001.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi

5.

II. EGC: Jakarta


Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034.

6.

EGC : Jakarta.
Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto:

7.

Jakarta
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai

8.

Penerbit FKUI : Jakarta


Tanagho, E.A., and McAninch, J.W. 2013. 16th ed. Smiths General
Urology : North America

29

Anda mungkin juga menyukai