pyelolithiasis Dextra
Oleh:
Elfani Lisa Alvionita Ifada
1110312080
Preseptor:
dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B, Sp.U
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi dan Fisiologi Tractus Urinarius
1.1.1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berjumlah sepasang
(masing-masing satu disebelah kanan dan kiri vertebrae) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan posisinya lebih rendah dari pada ginjal kiri (kurang
lebih 1 cm) dikarenakan adanya lobus hepatis dextra yang besar. Bila diafraghma
berkontraksi saat respirasi, kedua ginjal ikut turun secara vertikal sejauh 1 inchi
(2,5 cm)1,2. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebrae T12),
sedangkan sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga
12. Kutub bawah ginjal kiri adalah procesus transversus vertebrae lumbal 2 (kirakira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah
pertengahan vertebrae lumbal 3 3.
Ginjal memiliki selubung sebagai berikut 1:
a.
Capsula fibrosa : meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal
b.
Capsula adiposa : meliputi capsula fibrosa.
c.
Fasia renalis : kondensasi jaringan ikat yang terletak diluar capsula adiposa
serta meliputi ginjal ddan glandula suprarenalis. Di lateral facia ini
d.
dalam
jumlah
yang
besar
membentuk
sebagian
lemak
retroperitonium
Secara umum, struktur ginjal dapat dikelompokan menjadi tiga area 1,2 :
Cortex renalis : terletak dibagian luar, berwarna coklat gelap, terdiri dari
korpuskulus renalis dan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal.
Medula renalis : terletak dibagian dalam yang berwarna coklat lebih terang.
Didalamnya terdiri dari piramida renalis yang memiliki basis yang menghadap
korteks renalis dan bagian apeks renalis yang menonjol kearah medial.
Pelvis renalis : merupakan sebuah cavitas di dalam hilum renalis berisi
pelebaran ke atas dari ureter. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renales
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renales minores.
1,
.
Ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta nefron, setiap nefron terdiri
2,3,4
(terdiri dari cabang desenden dan asenden) yang masuk pada medula renalis. Pada
ujung dari bagian tebal ansa henle terdapat bagian pendek yang dikenal sebagai
makula densa, setelah itu cairan akan masuk pada tubulus distal yang terletak pada
korteks renal. Tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus renalis arkuatus
dan tubulus koligentes. Tubulus koligentes kemudian bergabung menjadi lebih
besar secara progresif yang akhirnya menuju pelvis renalis 2,3,4.
1.1.2. Ureter
Seperti ginjal ureter terletak retroperitonium. Panjangnya kurang lebih 25 cm
(10 inchi), dimulai dari pelvis renalis dan berakhir masuk pada vesika urinaria.
Diameternya kurang lebih 1,0 cm (0,4 inchi) dan menyerupai esofagus karena
mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya (1) ditempat pertemuan
pelvis renalis dengan ureter (2) di tempat ureter melengkung pada saat menyilang
apertura pelvis superior, dan (3) di tempat ureter menembus dinding vesica
urinaria 1,2,3.
Ureter keluar dari hilum renale dan berjalan vertikal kebawah dibelakang
peritonium parietale pada muskulus psoas mayor. Ureter masuk pada cavitas
pelvis dengan menyilang bifurcatio arteria iliaca1,3. Ureter kemudian berjalan
kebawah pada dinding lateral pelvis menuju spina ischiadica dan berbelok ke
depan untuk masuk ke angulus lateralis vesika urinaria 1.
Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan:(1) bagian dalam terdiri dari lapisan
mukosa dengan epitel transisional, lapisan ini menghasilkan sekret mukus yang
memiliki fungsi protektif pada ureter (2) lapisan tengah disebut lapisan
muskularis, yang tersusun longtudinal pada bagian dalam dan sirkular pada
lapisan luar. Gerakan peristaltik dari otot akan mendorong urin menuju vasika
urinaria, dan (3) lapisan terluar disebut dengan lapisan adventisia yang terdiri dari
jaringan ikat sehingga melindungi jaringan dibawahnya3.
Ujung atas ureter didarahi oleh arteri renalis, bagian tengan oleh arteri
testicularis atau arteri ovarika dan didalam pelvis didarahi oleh arteri vesikalis
superior1.
Gambar 1.2. gambaran potongan coronal pada vesika urinaria dan uretra 3
Vesika urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex , basis dan
facies superior. Apex vesika mengarah kedepan dan terletak di belakang pinggir
atas simfisis pubis dan dihubungkan dengan umbilikus oleh ligamentum
umbilicale medianum. Basis vesika menghadap posterior dan berbentuk segitiga,
sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter dan sudut inferior
merupakan tempat asal uretra. Facies superior vesika diliputi peritonium dan
berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoid. Bila vesika terisi,
bentuknya lonjung, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas, kedalam
cavitas abdominalis. Collum vesika depertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum pubprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubo vesivale pada
perempuan 1.
Dinding vesika urinaria terdiri dari empat lapis (1) lapisan mukosa
merupakan lapisan terdalam vesika urinaria, terdiri dari epitel transisional yang
menipis saat vesika urinaria penuh dan sel-selnya menjadi tergang. Ketika telah
kembali seperti semula mukosa akan melipa sihingga disebut rugae (2) lapisan
kedua disebut submukosa, yang berfungsi sebagai pendukung mukosa (3) lapisan
muskularis, yaitu muskulus detrusor yang pada leher dari vesika urinaria berubah
menjadi sfinger uretra superior (4) lapisa adventisia merupakan lapisan terluar
dari vesika urinaria3.
1.1.4. Uretra1,2,3
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter)
dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung
kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.
bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis.
Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
5
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara
pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.
spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak
seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
1.2. Batu Saluran kemih (Urolitiasis)
1.2.1. Definisi
Urolitiasis merupakan terbentuknya batu pada saluran kemih Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (nephrolith) maupun di dalam kandung kemih
(vesicolith). Proses pembentukan batu ini disebut urolithiasis5.
1.2.2. Etiopatogenesis
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabilik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang belum diketahui. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih6.
Faktor intrinsik
- Herediter 6,7,8 : seseorang dengan keluarga utama yang memiliki batu
saluran kemih memiliki risiko dua kali lipat dibanding orang tanpa riwayat
perempuan5,6,7.
Faktor ekstrinsik
- Geografi : ada daerah endemik batu sehingga disebut stone belt (sabuk
batu), dan ada daerah yang sama sekali tidak ditemukan batu saluran
-
kemih6.
Iklim dan temperatur
6,8
Asupan air : kurangnya asuppan air dan tingginya kadar mineral kalsium
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostat benigna, stiktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu6,8.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik
maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar6,8.
Klasifikasi Batu Saluran Kemih
1) Batu kalsium
Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70%-80%). Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat
atau campuran. Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam
urine atau darah dan akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan kelenjar
paratiroid, kanker, penyakit ginjal 6,8. Batu kalsium terdiri dari dua tipe :
Hiperkalsiuri :
Intake kalsium normal adalah berkisara antara 900-1000 mg/hari, dan 150200 mg dieksresikan dalam urin 8. kenaikan kadar kalsium urin > 250300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbs kalsium melalui usus
(teeutama jejunum), gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan
peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor
paratiroid6,8.
Hiperoksaluri : peningkatan ekskresi oksalat > 40 gram/ hari, banyak
diderita oleh penderita yang mengalami kelainan usus karena post operasi,
diet kaya oksalat, (teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk,
arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi.
Disebabkan faktor keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi
karena urine sangat jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya,
individu yang statis karena imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim
xantin oksidase), triamteren, silikat
1.2.3. Manifestasi Klinis
Batu pada ureter menyebabkan nyeri sebagai respon untuk mengeluarkan
batu8. Beberapa gejala yang sering muncul pada batu saluran kemih:
a. Nyeri
Nyeri pada baru saluran kemih dikelompokkan menjadi kolik renal dan
nonkolik renal, manifestasi ini disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Kolik
renal biasanya disebabkan karena peregangan dari sistem pengumpul dan ureter,
sedangkan non kolik renal disebabkan karena peregangan dari kapsula renalis.
Gejala ini dapat tumpang tindih sehingga menyulitkan proses diagnosis8.
Mekanisme lokal seperti inflamasi, edema, hiperperistaltik, dan iritasi
mukosa dapat berperan pada proses nyeri. Pada ureter, nyeri lokal biasanya
menjalar pada nervus ilioinguinal dan cabang dari nervus genitofemoral, sehingga
nyeri dari obstruksi menjalar pada organ yang sama seperti batu pada sistem
pengumpul. Nyeri pada mayoritas batu saluran kemih muncul dengan onset akut
akibat dari obstruksi akut dan distensi traktus urinarius bagian atas. Nyeri pada
kolik renal tergantung pada lokasi dari batu;
Renal calyx 6,8
Batu atau benda pada kaliks divertikel dapat menyebabkan obstruksi dan kolik
renal. Secara umum, batu kecil akan memunculkan gejala nyeri periodik
karena pendorongan batu oleh peristaltik otot, sampai kemudian menyebabkan
obstruksi yang intermitten. Nyeri dirasakan dalam dan tumpul di sekitar atau
belakang pinggang yang intensitasnya bervariasi dari sedang hingga berat.
Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal dapat memberikan
10
sampai kaki.
Batu Uretra
Keluhan tersering adalah miksi yang tiba-tiba terhenti yang awalnya mungkin
didahului oleh nyeri.
b. Hematuria 8
Urinalisa membatu untuk memastikan diagnosis dari batu saluran kemih,
dengan menemukan hematuria dan kristaluria dan menilai pH urin. Pasien dengan
batu saluran kemih dapat memunculkan gejala gross hematuria atau terkadang
warna urin pekat seperti teh, atau beberapa pasien hanya memunculkan
microhematuria.
c. Infection 8
Batu struvit sering dihubungkan dengan kejadian infeksi. Keadaan ini
dihubungkan dengan proteus, pseudomonas, providencia, klebsiela, dan
staphilococus infections. Tetapi adanya batu sendiri secara umum, dapat berisiko
11
Radioopasitas
12
Kalsium
Opak
MAP
Semiopak
Urat/Sistin
Non opak
13
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas,
namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Pilihan terapi antara lain :
1. Terapi Konservatif 8
Kebanyakan batu uretra tidap perlu intercensi karena dapat keluar spontan
tergantung ukuran, bentuk, lokasi dan adanya edema uretra. Batu dengan ukuran
<5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, berupa:
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi7,8.
2. Dissolution Agents
Efektifitas penggunaan agen penghancur batu tergantung pada permukaan
baru, jenis batu, dan metode untuk pengeluaran batu. Agen alkalisasi oral yang
berisi natrium atau kalium bikarbonat dan kalium sitrat dapat digunakan. Batu
sistin dapat larut dengan variasi dari thiol yang mengandung D- fenilsilamine
(0,5%), N-asetilsistein (2-5%) dan alfa-mercaptopropiomigliserin (5%). Batu
struit dapat larut dengan subys G Solution dan hemiacidirin
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat
penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan
gelombang kejut untuk memecahkan batunya
terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu lokasi ginjal
sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di ruang operasi akan
bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu
14
ginjal. Batu ginjal yang sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya
pasien tidak perlu dirawat dan dapat langsung pulang.
Pembangkit (generator) gelombang kejut dalam ESWL ada tiga jenis yaitu
elektrohidrolik, piezoelektrik dan elektromagnetik. Masing-masing generator
mempunyai cara kerja yang berbeda, tapi sama-sama menggunakan air atau
gelatin sebagai medium untuk merambatkan gelombang kejut. Air dan gelatin
mempunyai sifat akustik paling mendekati sifat akustik tubuh sehingga tidak akan
menimbulkan rasa sakit pada saat gelombang kejut masuk tubuh.
ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal dengan menggunakan
gelombang
kejut
antara
15-22
kilowatt.
ESWL
hanya
sesuai
untuk
menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal
atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh
tulang panggul). Batu yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit
pecah dan perlu beberapa kali tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh
penderita darah tinggi, kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi
ginjal, wanita hamil dan anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas).
Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak
juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan
batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a. PCNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Keuntungan dari
PNL, bila batu kelihatan, hampir pasti dapat diambil atau dihancurkan;
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
15
Prosesnya berlangsung cepat dan dengan segera dapat diketahui berhasil atau
tidak. Kelemahannya adalah PNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
b. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
c. ureteroskopi atau uretero-renoskopi. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah
batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis
pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing operator
dan ketersediaan alat tersebut.
d. ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia).
4.
Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
atau infeksi yang menahun.
5. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi,
pemakaian stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
1.2.7. Prognosis9
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya.
Letak
batu
yang
dapat
menyebabkan
obstruksi
dapat
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan
bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada
sisa fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan
PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula
oleh pengalaman operator.
17
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. N
: 50 th
Pekerjaan
: petani
Agama
: Islam
Alamat
: Solok
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pinggang kanan sejak 9 bulan sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
tidak berdarah.
Keluhan demam, mual, muntah, dan pusing disangkal
Riwayat minum obat rutin di sangkal pasien
BAB lancar konsistensi lunak
Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir disangkal
18
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 2 tahun yang lalu, saat itu
nyeri dirasakan pada perut kanan bawah dan kemudian berapa saat setelah
keluarga disangkal.
Keluarga ada yang mengalami hal yang sama seperti ini (adik kandung
pasien).
Riwayat Kebiasaan
-
Pasien seorang perokok aktif sejak usia 15 tahun, 3 bungkus rokok perhari
Pasien jarang berolahraga dan minum air putih dua gelas aqua berukuran
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 59 kali/menit
Respirasi
: 22 kali/menit
Suhu
: 36,20C
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
: tidak terlihat ictus cordis, tidak ada lesi kulit atau bekas
operasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Alat kelamin
Pria
20
Benjolan (-), ulkus (-), fisura (-), darah (-), lendir (-)
RT
Status Lokalis
Ginjal pada region costovertebral
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
22
BNO supine :
10
kontras
tampak batu radioopaque di paravertebral kanan setinggi L2
dengan ukuran 9 x 8 cm dan tampak batu radioopaque di
paravertebral kanan setinggi L3 dengan ukuran 2 x 6 cm
23
20
30
60
buli tampak reguler, tidak ada indentasi, filling defect (-), additional defect (-)
Post void
Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
Leukosit
17.6*
ribu/l
3.8 10.6
Eritrosit
5.5
Juta/ l
4.4 5.9
Hemoglobin
16.3
g/dl
13.2 17.3
Hematokrit
48
40 52
Trombosit
375
ribu/l
150 440
LED
72*
mm/jam
0 20
Basofil
01
Eosinofil
24
Netrofil batang
1*
35
Netrofil segmen
72*
50 70
Limfosit
16*
25 - 40
Monosit
28
Kontrol
13.10
Detik
Pasien
16.7
Detik
Hematologi Lengkap
Hitung Jenis
Faal hemostasis
Protorombin Time (PT)
24
12-14
Kontrol
33.1
Detik
Pasien
37.6
Detik
20-40
SGOT
21
mu/dl
<33
SGPT
30
mu/dl
<50
Albumin
4.2
g/dl
3.5-5.2
GDS
99
mg/dL
<110
GD 2 jam PP
133
mg/dl
100-140
Ureum
24
mg/dL
13 43
Kreatinin
1.30*
mg/dL
<1.2
Asam urat
4.8
mg/dL
<7
Natrium (Na)
144
Mmol/L
135-155
Kalium (K)
4.0
Mmol/L
3.6-5.5
Klorida (Cl)
105
Mmol/L
98-109
Kimia Klinik
Hati
Metabolisme karbohidrat
Ginjal
Elektrolit Serum
Urinalisis
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Agak keruh *
Jernih
Glukosa
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Ph
6.0
4.6 8
Berat jenis
<=1.005
1005 1030
Albumin urine
Negatif
Negatif
Urobilinogen
0.2 E U. /Dl
0.1 1
Nitrit
Negatif
Negatif
Darah
1+ *
Negatif
25
Esterase Leukosit
1+ *
Negatif
Leukosit
6-8 / LPB *
<5
Eritrosit
1-3 / LPB
<2
Epitel
+ /LPB
Positif
Silinder
Negatif /LPK
Negatif
Kristal
Negatif
Negatif
Bakteri
Negatif
Negatif
Jamur
Negatif /LPB
Negatif
Sedimen urin
DIAGNOSIS KERJA
Pielolithiasis dextra
PENATALAKSANAAN
-
26
BAB 3
PEMBAHASAN
bertambah
sehingga
menyulitkan
pasien
untuk
melaksanakan
aktifitasnya, nyeri tidak menjalar, pasien tidak mengalami keringat dingin dan
menggigil saat nyeri timbul.
Secara umum nyeri dikelompokkan menjadi nyeri visceral dan nyeri parietal
(somatik)4,5. Nyeri somatik biasanya muncul akibat dari perangsangan pada organ
yang disarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritonium parietalis dan
luka pada dinging perut 5. Nyeri viseral disebabkan oleh setiap stimulus yang
merangsang ujung serabut nyeri di daerah viseral yang luas, beberapa diantaranya
adalah 4,5 :
a. Iskemia : karena terbentuknya hasil metabolisme yang bersifat asam
atau hasil produk jaringan degeneratif yang kemudian merangsang
reseptor nyeri.
b. Stimulus kimia : bila didapatkan suatu bahan yang rusak masuk ke
rongga peritonium (contoh asam proteolitik dari asam lambung), getah
ini akan menyebabkan tercemarnya peritonium visceral sehingga akan
menyebabkan tercemarnya peritonium viseral sehingga menyebabkan
nyeri yang luas
c. Spasme vaskus yang berongga : spasme pada bagian usus, kandung
empedu,
saluran
empedu,
ureter,
yang
mungkin
disebabkan
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Companies; 2001.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi
5.
6.
EGC : Jakarta.
Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto:
7.
Jakarta
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai
8.
29