Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Vesikolithiasis
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Stase Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Shofia Agung, Sp.B, M,Si.Med

Disusun Oleh :
Farah Nida Adillah (H2A012066)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
2017
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU BEDAH

1
Presentasi Laporan Kasus dengan judul :

Vesikolithiasis

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Stase Ilmu Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Farah Nida Adillah (H2A012066)

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

dr. Shofia Agung, Sp.B, M,Si.Med ............................. .............................

Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah

dr. Shofia Agung, Sp.B, M,Si.Med

BAB I

2
PENDAHULUAN

Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah


terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi.
Kasus batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat sekitar
5% dan terutama diderita oleh pria, sedangkan pada anak-anak insidensinya
sekitar 2-3%. Beberapa faktor risiko terjadinya batu kandung kemih : obstruksi
infravesika, neurogenic bladder, infeksi saluran kemih (urea- splitting bacteria),
adanya benda asing, divertikei kandung kemih.
Di Indonesia diperkirakan insidensinya lebih tinggi dikarenakan adanya
beberapa daerah yang termasuk daerah stone belt dan masih banyaknya kasus batu
endemik yang disebabkan diet rendah protein, tinggi karbohidrat dan dehidrasi
kronik.
Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari :
batu infeksi (struvit), ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Batu kandung
kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala
obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan
keluhan disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air.1

BAB II

3
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. Amadi
2. Tanggal Lahir : 05-07-1930
3. Agama : Islam
4. Alamat : Rembes Bringin 1/4 Kab. Semarang
5. Pekerjaan : Tidak Bekerja
6. Status : Menikah
7. No RM : 131723-2017
8. Tanggal masuk RS : 08 September 2017
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di Bangsal Melati RSUD Ambarawa pada tanggal 10
September 2017 pukul 08.00 WIB secara autoanamnesis.
1. Keluhan Utama
Tidak bisa buang air kecil
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan tidak bisa
buang air kecil dan nyeri di perut bawah sejak 1 hari SMRS.
a. Lokasi : perut bagian bawah
b. Onset : 1 hari yang lalu SMRS
c. Kronologis : Tiga bulan sebelum MRS, pasien mulai merasakan
nyeri saat BAK dimana nyeri tersebut sampai ke ujung kemaluan.
Pada awal mau kencing, pasien mengeluh rasa sakit dan saat buang air
kecil tiba-tiba terputus, kemudian lancar kembali setelah pasien
berubah posisi dari berdiri kemudian jongkok. Pasien mengaku perlu
mengedan saat BAK, sehingga ada waktu antara proses mengedan dan
keluarnya air kencing. Pada saat buang air kecil awalnya lancar
kemudian pancaran menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir
buang air kecil pasien merasa tidak puas, masih ada yang tersisa.
Pasien mengaku tidak pernah mengeluarkan butiran pasir saat
kencing, tidak pernah merasa mengeluarkan darah saat kencing dan
tidak merasa adanya rasa terbakar pada alat kelamin sewaktu
berkemih. Pasien mengaku jarang sekali minum air putih.
d. Kuantitas : nyeri bertambah berat dan terus menerus hingga
pasien tidak dapat beraktivitas dan sulit untuk tidur.
e. Kualitas : Nyeri hebat di bagian perut bawah
f. Faktor pengubah : Memburuk saat mengedan dan beraktivitas.

4
g. Gejala penyerta : Buang air besar lancar dan tidak ada keluhan.
Pasien juga tidak mengeluh nyeri saat buang air besar, tidak
mengeluarkan darah saat buang air besar, tidak merasakan demam,
mual, muntah dan pusing.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat penyakit yang sama : Disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : Diakui
c. Riwayat sakit gula : Disangkal
d. Riwayat sakit jantung : Disangkal
e. Riwayat sakit asma : Disangkal
f. Riwayat sakit ginjal : Diakui, batu ginjal 1tahun
yang lalu
g. Riwayat operasi :Diakui,operasi batu
ginjal 1tahun yang lalu
h. Riwayat alergi : Disangkal
i. Riwayat rawat inap : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal
b. Riwayat sakit gula : Disangkal
c. Riwayat kolesterol tinggi : Disangkal
d. Riwayat asma : Disangkal
e. Riwayat sakit jantung : Disangkal
5. Riwayat Pribadi
a. Kebiasaan merokok : Disangkal
b. Kebiasaan minum alkohol : Disangkal
c. Riwayat minum obat-obatan : Disangkal
d. Riwayat aktifitas berat : Disangkal
e. Kebiasaan minum air putih : Disangkal,jarang konsumsi air putih
f. Kebiasaan minuman soda : Disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan anak dan menantunya, pasien sudah tidak bekerja
selama 4 tahun, dan biaya pengobatan pasien ditanggung BPJS

5
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital Sign
a. TD : 170/90 mmHg
b. Nadi : 86x/menit
c. RR : 22x/menit
d. Suhu : 36,5 oC
e. Status Gizi : Cukup
4. Pemeriksaan generalisata
a. Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Normal ke segala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, central, reguler, isokor

b. Telinga:
Pendengaran : tidak ada kelainan
Nyeri tekan mastoid : (-)
Nyeri tekan tragus : (-)
Serumen : (+)
c. Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Nafas cuping hidung : (-)
Deformitas : (-)
d. Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-), sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (+)

6
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
e. Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeritekan (-), benjolan (-)
f. Cor
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat, ICS tidak melebar dan tidak
menyempit, sudut arcus costa 90 derajat
Palpasi : nyeri tekan (-), sternal lift tidak ada getaran, pulsus
epigastrium tidak ada getaran, pulsus parasternal tidak ada getaran,
thrill tidak ada getaran
Perkusi : batas jantung kanan ICS V linea sternalis kanan, batas atas
jantung ICS II linea parasternal kiri, batas pinggang ICS III linea
parasternal kiri, batas kiri bawah jantung ICS V 2cm kea rah medial
linea midclavikularis
Auskultasi : irama jantung reguler, tidak ditemukan suara
tambahan jantung
g. Pulmo

Dextra Sinistra
Depan :
a. Inspeksi Normal Normal
b. Palpasi Taktil fremitus Taktil fremitus
normal normal
c. Perkusi Sonor Sonor
d. Auskultasi Vesikular Vesikular
Belakang :
a. Inspeksi Normal Normal
b. Palpasi Taktil fremitus Taktil fremitus
normal normal
c. Perkusi Sonor Sonor
d. Auskultasi Vesikular Vesikular

h. Abdomen
Inspeksi : permukaan dinding perut distensi (-), massa (-), warna
kulit sama dengan sekitarnya
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit (-)

7
Perkusi : tympani di seluruh lapang abdomen, asites (-),NKCV (-/-)
Palpasi : Supel, kembung (-), defense muscular (-), nyeri tekan (+)
di regio suprapubik

i. Ekstremitas :

Pemeriksaan Superior Inferior


Akral hangat (-) (-)
Oedem (-) (-)
Sianosis (-) (-)
Gerak Tidak terbatas Tidak terbatas
CRT < 2 < 2

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
Tanggal: 09-09-2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Normal

Leukosit 12,4(H) 10^3/ul 3,8 10,6

Eritrosit 5,14 10^3/ul 4,4 5,9

Hemoglobin 13,1(L) g/dl 13,2 17,3

Hematokrit 37,3(L) % 40 52

MCV 87,0 Fl 80 100

MCH 29,5 Pg 26 34

MCHC 33,90 g/dl 32 36

Trombosit 163 10^3/ul 150 400

RDW 15,6 % 10-16

Limfosit 1,1 10^3/ul 1,0 4,5


absolute

Monosit 0,4 10^3/ul 0,2 1


absolute

Limfosit 7,7 (L) % 25 40

8
Monosit 7,10 % 28

2. Kimia Klinik (Serum)


Pemeriksaan Hasil Satuan Harga
normal

GDS 92 Mg/dL 74-106

Ureum 46,0 Mg/dL 10,00 50,00

Kreatinin 1,67 Mg/dL 0,70 1,10

SGOT 18 U/L 0 35

SGPT 10 U/L 0 35

3. USG Abdomen

9
- Ginjal kanan : ginjal kanan mulai mengecil, ekogenitas normal, tampak lesi
iperekoik ukuran 0,75cm, tampak lesi anekoik ukuran 2,39 cm x 2,31 cm
- Ginjal kiri : ukuran normal, ekogenitas normal, tampak lesi hiperekoik ukuran
0,78 cm, tampak lesi ukuran anekoik ukuran 1,28cm x 2,00 cm
- Vesikaurinaria : sulit dinilai karena belum terisi urin, tampak batu ukuran
2,19 cm x 2,53 cm

10
- Prostat : terdapat perbesaran prostat dengan volume 31,929 cm
Kesan : - Suspek nefrolitiasis kanan dan kiri, Vesikolithiasis
- Hipertrofi prostat secara sonografi
E. Resume
Seorang laki-laki berusia 87 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan
keluhan tidak bisa buang air kecil dan nyeri perut di perut bagian bawah sejak satu
hari yang lalu. Tiga bulan sebelum MRS, pasien mulai merasakan nyeri saat BAK
dimana nyeri tersebut sampai ke ujung kemaluan. Pada awal mau kencing, pasien
mengeluh rasa sakit dan saat buang air kecil tiba-tiba terputus, kemudian lancar
kembali setelah pasien berubah posisi dari berdiri kemudian jongkok. Pasien
mengaku perlu mengedan saat BAK, sehingga ada waktu antara proses mengedan
dan keluarnya air kencing. Pada saat buang air kecil awalnya lancar kemudian
pancaran menjadi lemah dan terputus-putus. Pada akhir buang air kecil pasien
merasa tidak puas, masih ada yang tersisa. Pasien mengaku tidak pernah
mengeluarkan butiran pasir saat kencing, tidak pernah merasa mengeluarkan
darah saat kencing dan tidak merasa adanya rasa terbakar pada alat kelamin
sewaktu berkemih. Pasien mengaku jarang sekali minum air putih. Buang air
besar lancar dan tidak ada keluhan. Pasien juga tidak mengeluh nyeri saat buang
air besar, tidak mengeluarkan darah saat buang air besar, tidak merasakan demam,
mual, muntah dan pusing.
Dari hasil pemeriksaaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD: 170/90
mmHg, nadi: 86x/menit, RR: 22x/menit dan suhu :36,4 oC. Terdapat abnormalitas
pada bagian abdomen berupa nyeri tekan regio suprapubik (+),. Hasil pemeriksaan
penunjang jumlah leukosit 12,4 x 103 sel/ L. Pada pemeriksaan USG didapatkan
kesan vesikolithiasis dan benigna hyperplasia prostat.

F. Daftar Masalah

No. Masalah Aktif No. Masalah Pasif


1. Vesikolithiasis 1. Riwayat Hipertensi
2. Benigna Prostat Hyperthropy

G. Assessment

11
1. Diagnosis : Vesikolithiasis
2. Faktor Risiko : Hiperkalsiuria, Hipositraturia, Hiperurikosuria, Penurunan
jumlah air kemih, Jenis cairan yang diminum banyak mengandung soda
seperti soft drink, Hiperoksalouria
3. Komplikasi : Hidronefrosis, Uremia, Pyelonefritis, gagal ginjal akut dan
kronis, perforasi kandung kemih, hematuria, infeksi saluran ureter.

H. Initial plan
1. Diagnosis Kerja : Vesikolithiasis
2. Differential Diagnosis: Ureterolithiasis, Nefrolitiasis
3. Terapi:
a. Tirah baring, rawat inap
b. Infuse RL 20 tpm
c. Antibiotik cefotaxim inj 2 x 1 gr
d. Pasang DC
e. Rencana Vesikolitotomi/ sectio alta
4. Monitoring: Tanda-tanda vital, Keadaan umum, Nyeri perut, monitoring
urin output, monitoring drainase setelah operasi.
5. Edukasi:
a. Istirahat, tirah baring
b. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien,
diagnosa kerja, pemeriksaan yang akan dilakukan beserta tindakan
operatif dan prognosisnya
c. Memberikan penjelasan untuk hindari kebiasaan menahan buang air
kecil, buang air kecil normalnya setiap 4 jam atau 6 kali per hari.
d. Memberikan edukasi untuk minum air putih yang banyak lebih dari 8
gelas ukuran sedang per hari, serta teratur meminum obat
e. Memberi penjelasan untuk kurangi konsumsi teh dan kopi serta
aktivitas yang cukup dan olahraga teratur
f. Memberikan edukasi post operasi untuk merawat luka post operasi
dan kontrol rutin penyakitnya.
I. Prognosis
1. Quo ad vitam: dubia ad bonam
2. Quo ad sanam: dubia ad bonam
3. Quo ad fungsionam: dubia ad bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Fisiologi

13
Gambar 1 : Vesica Urinaria
a. Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,
merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui
ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis
(pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri
atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga
permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi
(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri
dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae
pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan
suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan
collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae
walaupun dalam keadaan kosong.Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis
superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh
a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis

14
dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n. splanchnicus minor,n.
splanchnicus imus, dan n. splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan
parasimpatis melalui n. splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai
sensorik dan motorik.1
b. Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke paha,
abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan pada
banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan
aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama mengandung
kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat
lainnya. Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat. 2
c. Epidemiologi
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah
sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan
pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara, dapat
disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu
saluran kemih bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak.
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif
rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih
bagian atas. Di negara yang telah berkembang, terdapat banyak batu saluran
kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa.

d. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis

15
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.Salah satu penyebab batu
ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG
menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan
HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolik1.
Riwayat BSK bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu
keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan BSK antara lain:
a. Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D
sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,
proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya
mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
b. Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih
rendah hiperkalsi uria dan nefrokalsinosis.
2. Umur
BSK banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Hasil penelitian
yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi selama lima tahun
(1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade empat sampai dengan enam.
3. Jenis Kelamin
Kejadian BSK berbedaan tara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian BSK
yang sesungguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat
170.000 kasus baru pertahun10.
Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen
oleh hati. Rendahnya serum test osteron pada wanita dan anak-anak
menyebabkan rendahnya kejadian batu saluran kemih pada wanita dan anak-
anak.1
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemihyang

16
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerahstone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan Temperatur
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun
ditemukan tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi.
Selama musim panas banyak ditemukan BSK. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi
air kemih yang meningkatakan pembentukan kristal air kemih. Pada orang
yang mempunyai kadar asamurat tinggi akan lebih berisiko terhadap BSK
3. Asupan Air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas atau sedentary life.
5. Kegemukan(Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak
tubuh baik diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat
ditentukan dengan pengukuran antropometri seperti IMT, distribusi lemak
tubuh/persen lemak tubuh melalui pengukurang tebal lemak bawah kulit.
Dikatakan obese jika IMT 25kg/m2. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Pada laki-laki
yang berat badannya naik 15,9 kg dari berat badan waktu umur 21 tahun
mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat badannya naik 15,9 kg dari
berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini disebabkan pada orang yang
gemuk pH air kemih turun, kadar asamurat, oksalat dan kalsium naik.
9. Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK
yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis
batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi

17
pengendapan kristal1.
10. Tinggi rendahnya pH Air Kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air
kemih (pH 5,2 pada batu kalsium oksalat).

e. Patogenesis Pembentukan Batu Saluran Kemih


Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan super saturasi
dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu dijumpai dalam air kemih
normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitorsitrat dan glikoprotein. Beberapa
promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu
pembentukan batu kalsium oksalat. Aksi inhibitor dan reaktan belum diketahui
sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau
nukleasikristal, progresikristal atau agregasi kristal. Penambahan sitrat dalam
kompleks kalsium dapat mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregasi kristal dalam saluran kemih.10
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis.
Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks
seputar, seperti pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu
bervariasi, kira-kira 3/2bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan
custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah dan
juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan sarang
untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan lapisan urine
yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
Teori menurut Nursalam( 2006) antara lain :
a. Teori matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adnay substansia organic sebagai
inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan memepermudah
kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi

18
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu
saluran kencing.
f. Jenis-Jenis Batu Pada Saluran Kemih
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih
dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui
adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan
sistin.
1. Batu Kalsium Oksalat
Kalsium oksalat adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran
kemih(70 75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, laki-laki 2 kali lebih sering dari
pada wanita. Angka kejadian tertinggi usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat
terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan gangguan metabolik sering
sebagai faktor penyebab. Dua bentuk yang berbeda yaitu:
a. Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan
konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (CaOx Dihidrat):batu
berwarna kuning, mudah hancur dari pada whewellite, namun tipe ini
memiliki angka residif yang tinggi.
Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Sering terjadi
gangguan metabolis mekalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau
keduanya (normal>2,5mmol/l). Gangguan metabolis meurat merupakan tanda
pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam
urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50%
pasien dengan batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan
pembentukan batu rekuren. Sitrat dan magnesium merupakan unsur penting yang
dapat menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari sitrat akan
meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat32.

19
2. Batu Asam Urat
Lebih dari 15% batu saluran kemih dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia 60 tahun. Pada pasien berusia lebih muda biasanya juga
menderita kegemukan. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Batu asam urat
dibentuk hanya oleh asam urat. Diet menjadi risiko penting terjadinya batu
tersebut. Diet dengan tinggi protein dan purin serta minuman beralkohol
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Sebanyak 20-40% pasien pada Goutakan membentuk batu, oleh karena itu
tingginya asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat asam
urat >380mol/dl (6,4mg/100ml), pH air kemih 5,8.

3.Batu Kalsium
Fosfat Dua macam batu kalsium fosfat terjadi tergantung suasana pH air
kemih. Karbonat apatite (dahllite) terbentuk pada pH > 6,8 dengan konsentrasi
kalsium yang tinggi dan sitrat rendah. Seperti pada batu kalsium oksalat, batu
kalsium fosfat juga merupakan batu campuran. Terjadi pada suasana air kemih
yang alkali atau terinfeksi. Terjadi bersama dengan CaOx atau struvit. Brushite
(kalsium hydrogen fosfat) terbentuk pada pH air kemih 6,5-6,8 dengan
konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Batu ini mempunyai sifat keras dan
sulit dipecah dengan lithotripsy, cepat terbentuk dengan angka kekambuhan yang

20
tinggi. Sebanyak 1,5% monomineral,0,5% campuran bersama dengan CaOx.
Analisa darah dan air kemih menunjukkan hiperkalsemia (> 2-2,5
mmol/l). Penyebab terbentuknya batu kalsium oksalat renal tubular asidosis dan
infeksi saluran kemih. Kalsium dalam air kemih >2,5 mmol/liter dan pH air
kemih > 6,8)
4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan karena infeksi saluran kemih oleh bakteri yang memproduksi
urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Frekuensi 4-6%, batu
struvit lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Infeksi saluran kemih
terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada
kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit
dan kristalisasi karbonapatite, sehingga batu struvit sering terjadi bersamaan
dengan batu karbonat apatite. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak
sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat.
Di samping pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih
menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan.

5. Batu Cystine
Batu Cystine terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
ginjal. Frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, cystine, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun
manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan faktor keturunan
dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino cystine,
lysin, arginin dan ornithine. Memerlukan pengobatan seumur hidup. Diet
mungkin menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi cystine dalam air
kemih. Penting apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkali inisasi air
kemih dengan meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan
ekskresi cystine dengan tiopron dan asam askorbat.
Analisis darah dan air kemih menunjukkan cystein darah dalam batas
normal, cystine air kemih 0,8 mmol/hari. Kalsium, oksalat dan urat meningkat.
Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah:

21
Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Komposisi Laboratorium
Batu kalsium oksalat pH air kemih normal atau rendah, kalsium air
kemih tinggi, asam sitrat air kemih rendah, asam
urat dan asam oksalatair kemih tinggi,
magnesium air kemih rendah
Batu asam urat pH air kemih kurang dari 6, asam urat air kemih
tinggi, serum asam urat tinggi
Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat air kemih tinggi, pH air
kemih per hari tidak pernah kurang dari 5, 8,
RTA, infeksi, Kalsium serum tinggi
Batu struvit pH air kemih lebih dari 7,ammonium air
kemih tinggi, Asam sitrata ir kemih rendah
Batu cystine Cystine air kemih tinggi
Batu xanthine Asam urat serum rendah
Batu ammonium urat pH air kemih 6.7-7 (infeksi), urat ammonium
tinggi, fosfat air kemih rendah
g. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala BSK antara lain:
1. Hematuria
Pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter.
2. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan stasis diproksimal dari sumbatan. Keadaan yang cukup berat
terjadi apabila terjadi pus yang berlanjut menjadi fistularenokutan.
3. Demam
Adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis.
4. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan muntah,
dapat juga disebabkan oleh uremia sekunder.

22
h. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu
dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,dan
menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan renogram berguna untuk
menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah
pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua
jenis batu, menentuka nruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan
untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertingggalnya batu.

i. Diagnosis Banding
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan
apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa
batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor
yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada
batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.

j. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan
rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen Pembuatan foto polos abdomen
bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-
batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering

23
dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio
lusen).Urutan radio opasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak
Tabel :. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih.
1. Pielografi Intra Vena (PIV) batu nonopak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran
kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah
pemeriksaan pielografiretrograd.
2. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
3. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.
4. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungs
iginjal.
5. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
6. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
7. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali
serum.

k. Terapi Batu Saluran Kemih


Pada saat ini ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menangani kasus
batu kandung kemih. Diantaranya : vesikolitolapaksi, vesikolitotripsi dengan
berbagai sumber energi (elektrohidrolik, gelombang suara, laser, pneumatik),
vesikolitotomi perkutan, vesikolitotomi terbuka dan ESWL.1,2,3,4

Vesikolitolapaksi:
Merupakan salah satu jenis tindakan yang telah lama dipergunakan dalam
menangani kasus batu kandung kemih selain operasi terbuka. Indikasi
kontra untuk tindakan ini adalah kapasitas kandung kemih yang kecil, batu

24
multiple, batu ukuran lebih dari 20mm, batu keras, batu kandung kemih
pada anak dan akses uretra yang tidak memungkinkan. Teknik ini dapat
dipergunakan bersamaan dengan tindakan TUR-P, dengan tidak menambah
risiko seperti halnya sebagai tindakan tunggal. Penyulit: 9-25%, berupa
cedera pada kandung kemih.

Vesikolitotripsi:
a. Elektrohidrolik (EHL);
Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk
menghancurkan batu kandung kemih. Dapat digunakan bersamaan
dengan TUR-P.

Masalah timbul bila batu keras maka akan memerlukan waktu yang
lebih lama dan fragmentasinya inkomplit. EHL tidak dianjurkan pada
kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu: 63-92%. Penyulit:
sekitar 8%, kasus ruptur kandung kemih 1,8%.Waktu yang dibutuhkan:
26 menit.

b. Ul trasound;
Litotripsi ultrasound cukup aman digunakan pada kasus batu kandung
kemih, dapat digunakan pada batu besar, dapat menghindarkan dari
tindakan ulangan dan biaya tidak tinggi.Angka bebas batu : 88%
(ukuran batu 12-50 mm). Penyulit: minimal (2 kasus di konversi).
Waktu yang dibutuhkan : 56 menit.

c. Laser;
Yang digunakan adalah Holmium YAG. Hasilnya sangat baik pada
kasus batu besar, tidak tergantung jenis batu. Kelebihan yang lain
adalah masa rawat singkat dan tidak ada penyulit. Angka bebas batu :
100%. Penyulit: tidak ada. Waktu yang dibutuhkan : 57 menit.

d. Pneumatik;
Litotripsi pneumatik hasilnya cukup baik digunakan sebagai terapi
batu kandung kemih. Lebih efisien dibandingkan litotripsi ultrasound

25
dan EHL pada kasus batu besar dan keras. Angka bebas batu: 85%.
Penyulit: tidak ada. Waktu yang dibutuhkan: 57 menit.

Vesikolitotomi perkutan:
Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak atau pada
penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu besar atau batu
multipel. Tindakan ini indikasi kontra pada adanya riwayat keganasan
kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis, radioterapi, infeksi aktif
pada saluran kemih atau dinding abdomen. Angka bebas batu: 85-100%.
Penyulit :tidak ada. Waktu yang dibutuhkan: 40-100 menit.

Vesikolitotomi terbuka:
Diindikasikan pada batu dengan stone burden besar, batu keras,
kesulitan akses melalui uretra, tindakan bersamaan dengan
prostatektomi atau divertikelektomi.

ESWL:
Merupakan salah satu pilihan pada penderita yang tidak memungkinkan
untuk operasi. Masalah yang dihadapi adalah migrasi batu saat tindakan.
Adanya obstruksi infravesikal serta residu urin pasca miksi akan
menurunkan angka keberhasilan dan membutuhkan tindakan tambahan per
endoskopi sekitar 10% kasus untuk mengeluarkan pecahan batu. Dari
kepustakaan, tindakan ESWL umumnya dikerjakan lebih dari satu kali
untuk terapi batu kandung kemih.

Angka bebas batu : elektromagnetik; 66% pada kasus dengan obstruksi


dan 96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan piezoelektrik
didapatkan hanya 50% yang berhasil.

A. Pedoman pilihan terapi :


Dari sekian banyak pilihan untuk terapi batu kandung kemih yang
dikerjakan oleh para ahli di luar negeri maka di Indonesia hanya beberapa
tindakan saja yang bisa dikerjakan, dengan alasan masalah ketersediaan alat
dan sumber daya manusia.1,2,3,4

26
Penggunaan istilah 'standar', 'rekomendasi' dan opsional digunakan
berdasarkan fleksibilitas yang akan digunakan sebagai kebijakan dalam
penanganan penderita.
Pedoman untuk batu ukuran kurang dari 20 mm.
1. Litotripsiendoskopik
2. Operasi terbuka
Pedoman untuk batu ukuran lebih dari 20 mm.
1. Operasi terbuka
2. Litotripsiendoskopik
Pedoman untuk batu buli-buli pada anak.
1. Operasi terbuka
2. Litotripsiendoskopik

l. Komplikasi Vesikolithiasis
Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi adalah sebagai berikut:
1.Sistem Pernafasan : Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak
adekuat karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat
menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik
dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
2.Sistem Sirkulasi : Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan
perdarahan karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat
insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi
karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis,
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh
darah.
3.Sistem Gastrointestinal : Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik
usus menurun sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual
dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik
usus.

27
4.Sistem Genitourinaria : Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran
urin involunter karena hilangnya tonus otot.
5.Sistem Integumen : Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat
menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan
dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan
internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula
surgical mump (parotitis).
6.Sistem Saraf : Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz BF, Stoller ML.: The vesical calculus. Ural Clin North Am
2000;27(2):333-346.
2. Jenkin AD. Childhood uroiithiasis. In : Gillenwater JY, Grayhack JT, Howards
SS., eds. Adult and pediatric urology. Philadelphia: Lippincott. 2002:383.
3. Razvi HA, SongTY, Denstedt JD: Management of vesical calculi: Comparison
of lithotripsy devices. J Endourol 1996;10:559-563.
4. Bhatia V, Biyani VG: Vesical lithiasis: Open surgery vs. cystolithotripsy vs.
extracorporeal shock wave lithotripsy. J Urol 1994;151:660-662.
5. Bulow H, Frohmuller HGW: Electrohydraulic lithotripsy with aspiration of
fragments under vision-304 consecutive cases. J Urol 1981; 126:454-456.
6. Schulze H, Haupt G, Piergiovanni M, et al: The Swiss lithoclast: A new device
for endoscopic stone disintegration. J Urol 1993;149:15-18.

7. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA :


Informa healthcare, 2009. 1-6.

8. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta. 2006.

9. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto,


2009. 57-68.

10. Reilly, R.F. 2000. The Patient with Renal Stones in Schrier, R.W., (eds).
Manual of Nephrology. 5th ed., Lippincolt, William and Willkins, Philadelphia,
pp : 81-90.

28
11. Sherwood, Lauralee. 2001. Human Physiology:From Cells to System. Penerbit
buku Kedokteran EGC. Cetakan I. Jakarta.

12. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta : EGC,
2000. 588-589.

13. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi, ( Jakarta:2003)

14. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi V. Hal: 1025

29

Anda mungkin juga menyukai