Anda di halaman 1dari 39

REFLEKSI KASUS

G2P1A0 26 TAHUN HAMIL 32 MINGGU DENGAN


PARTUS PREMATURUS IMINEN, KETUBAN PECAH DINI,
DAN FETAL DISTRESS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik

Stase Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang

Diajukan Kepada :
dr. Hardianto, Sp.OG

Disusun oleh:
Farah Nida Adillah H2A012066

Kepaniteraan Klinik
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Refleksi Kasus

G2P1A0 26 TAHUN HAMIL 32 MINGGU DENGAN


PPI, KPD, fetal distress
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:

Winda Wahyu Ikaputri Sulistyaningrum

H2A011049

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal : ...........................................

Pembimbing Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. Hardianto, Sp.OG

BAB I
PENDAHULUAN

2
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda
inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana
mestinya. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala
I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks pada primigravida 3 cm
dan multigravida < 5 cm. Paling sering, ketuban pecah pada atau mendekati saat
persalinan; persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban
pecah dini dihubungkan dengan kehamilan preterm, ada risiko peningkatan
morbiditas dan mortalitas perinatal akibat imaturitas janin. Bila kelahiran tidak
terjadi dalam 24 jam, juga terjadi risiko peningkatan infeksi intrauterin.1,2,3
Dikemukakan bahwa kejadian ketuban pecah dini sekitar 5-8%. Lima persen
diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam 5-6 jam, sekitar 95% diikuti oleh
persalinan dalam 72 -95 jam, dan selebihnya memerlukan tindakan konservatif
atau aktif dengan menginduksi persalinan atau operatif.
Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu
ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda
persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-
37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi
neonatal lebih tinggi bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis
memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar dan risiko distres pernafasan/ gawat
janin.
Maka diperlukan pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu
sensitif terhadap perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin dimana gawat
janin dapat diduga bahkan bila janin dalam keadaan sehat dan hanya reaksi
terhadap stess dari kontraksi uterus selama persalianan.

BAB II
STATUS PASIEN

3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. FI
Umur : 26 Tahun
Alamat : Borobudur Utara RT09/RW03 Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SD
Masuk RS : 29/10/2016
No RM : 516375
Biaya Pengobatan : Umum

Nama Suami : Tn. IS


Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Buruh Swasta
Alamat : Borobudur Utara RT09/RW03 Semarang
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Oktober 2016
pukul 14.00 WIB di Bangsal VK RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan Utama : Rujukan bidan dengan keluar cairan bening dari
jalan lahir
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan rujukan bidan mengeluh keluar cairan dari
jalan lahir sejak pukul 6 pagi, ngepyok (+), tidak bisa ditahan, warna
bening, kenceng- kenceng (+) masih jarang, keluar lendir darah dari
jalan lahir (-), gerakan janin (+) masih dirasakan. Usia kehamilan saat
ini 32 minggu. Keluhan nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), mual
(-) muntah (-) bengkak pada kaki (-) nyeri epigastrium (-) kejang (-)
riwayat jatuh (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.

RIWAYAT HAID
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama Haid : 7 hari

4
d. Banyaknya Haid : 3 x sehari ganti pembalut
e. Nyeri Haid : (+) setiap kali hari pertama haid dan
tidak menggangu aktifitas
f. Hari Pertama Haid Terakhir : 19-03-2016
g. Taksiran Partus : 26-12-2016
RIWAYAT PERKAWINAN
Merupakan pernikahan pertama dan sudah menikah selama 5 tahun.
RIWAYAT OBSTETRI
G2P1A0
1. Anak I : 2006 tempat partus bidan, usia kehamilan 40 minggu, jenis
persalinan spontan, penolong bidan, berat lahir 2700 gram, sehat
2. Hamil ini
RIWAYAT KB
Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3 tahun.
RIWAYAT ANC
Periksa ke bidan praktek > 4 kali dan mendapat imunisasi TT 2 kali.
berat badan sebelum hamil 63 kg.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f. Riwayat Alergi : Disangkal
g. Riwayat Kejang sebelumnya : Disangkal
h. Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal, hanya
konsumsi vitamin dari bidan.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Diakui, ibu pasien sedang
dalam pengobatan.

5
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Jantung : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien seorang ibu rumah tangga, pekerjaan suami sebagai buruh
swasta dan biaya pengobatan menggunakan biaya umum.
Kesan ekonomi : cukup.
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
Riwayat Mengkonsumsi obat-obatan : Disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal tanggal 29 Oktober 2016 pukul
14.00 WIB di Bangsal VK RSUD Tugurejo Semarang
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 88 x / menit, reguler,isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 21 x / menit, teratur
- Suhu : 36,5 0C
Status Gizi

6
- Tinggi Badan : 159 cm
- Berat Badan : 85 kg
- BMI : 33,6 kg/m2
Penambahan BB selama kehamilan : 8 kg

STATUS INTERNUS
Kepala : Mesosephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Hidung : Septum deviasi (-), Nafas cuping hidung -/-, Sekret -/-
Mulut : Sianosis (-)
Telinga : Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-, Sekret -/-
Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/-, Retraksi otot bantu nafas
(-), Pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-

7
STATUS OBSTETRI
a. Pemeriksaan luar :
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (+), bekas SC (-)
Genitalia Eksterna : air ketuban (+), lendir darah (-)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
I. Teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.
TFU 27 cm TBJ : 2480 gram.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan
ekstremitas). DJJ 12-11-11 (139 x/menit)
III. Teraba bagian janin bulat, keras (kesan kepala).
IV. Kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas
panggul.
His (+) 1x10 10
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan bawah
umbilikus dengan frekuensi 12-11-11 (139 x/menit).
b. Pemeriksaan Dalam
VT : 1 cm, kulit ketuban (-), bagian bawah kepala Hodge I
effacement 20%, poin of direction sulit dinilai, cerviks lunak, medial
anterior, lendir darah (-), lakmus tes (+) berwarna biru.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


Laboratorium Hematologi : (29/10/2016)
Darah Rutin Nilai Nilai normal
(WB EDTA)
Leukosit 9,72.103/uL 3.6-11
Eritrosit 4.58 . 106/uL 3.8-5.2
Hb 11,90 g/dl 11,7-15,5
Ht 35,90 % 35-47%
Trombosit 221.103/uL 150-440
MCV (L) 78,40 fL 80-100
MCH 26.00 pg 26-24

8
MCHC 33.10 g/dL 32-36
RDW 14.00 % 11.5-14.5

Sero-Imun (Serum) Hasil Nilai normal


HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif

Kimia Klinik Hasil Nilai normal


GDS (H) 161 <125

USG
Usia kehamilan : 32 minggu 2 hari
Taksiran Persalinan : 26 Desember 2016
Letak Janin : Letak Kepala
Letak plasenta : Di fundus, tidak menutupi jalan lahir
TBJ : 2480 gram

Biometri fetal : BPD 8,4 cm, AC 31,9 cm, FL 5.86 cm


Perbandingan : FL/AC 23,71 % (Normal: 20-24 %, > 21 minggu)
FL/BPD 75,21 % (Normal: 71-87 %, > 23 minggu)
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG dalam batas normal.

V. RESUME
Pasien datang dengan rujukan bidan mengeluh keluar cairan dari jalan
lahir sejak pukul 6 pagi, ngepyok (+), tidak bisa ditahan, warna bening,
kenceng- kenceng (+) masih jarang, keluar lendir darah dari jalan lahir (-),
gerakan janin (+) masih dirasakan. Usia kehamilan saat ini 32 minggu.
Keluhan lainnya disangkal.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD : 140/80 mmHg, N : 88 x/ menit,
RR: 21 x / menit, T: 36,5 0C
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (+), bekas SC (-)
Genitalia Eksterna : air ketuban (+), lendir darah (-)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
I. Teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.
TFU 27 cm TBJ : 2480 gram.

9
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan
ekstremitas). DJJ 12-11-11 (139 x/menit)
III. Teraba bagian janin bulat, keras (kesan kepala).
IV. Kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas
panggul.
His (+) 1x10 10
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan bawah
umbilikus dengan frekuensi 12-11-11 (139 x/menit)
Pemeriksaan Dalam
VT : 1 cm, kulit ketuban (-), bagian bawah kepala Hodge I
effacement 10%, poin of direction sulit dinilai, cerviks lunak, medial
anterior, lendir darah (-), lakmus tes (+) berwarna biru.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium dalam batas
normal.
VI. DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 26 tahun, Hamil 32 minggu
Janin I hidup intra uterin
Presentasi kepala U belum masuk PAP, punggung kanan
KPD 8 jam
Partus Prematurus Iminen
Fetal Distress

VII. INITIAL PLAN


a. Ip Dx
G2P1A0 26 tahun, Hamil 32 minggu
Janin I hidup intra uteri
Presentasi kepala U belum masuk PAP, punggung kanan
KPD 8 jam
Partus Prematurus Iminen
Fetal Distress
b. Ip Tx
Tunggu dan evaluasi 4 jam

10
Infus RL 20 tpm
Canul O2 3 lpm
Antibiotik Inj. Cefazolin 1 gr
Tokolitik Nifedipin tab 3 x 10 mg
Kortikosteroid Inj. dexamethason 6 mg/12 jam IV selama 2hari
Preparat besi Sulfas ferossus tab 1 x 1
c. Ip Mx
Keadaan Umum
Monitoring tanda vital
Monitoring HIS, DJJ, PPV,Bundle ring, tanda-tanda inpartu
Akhiri kehamilan dengan SC jika terjadi fetal distress

d. Ip Ex
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Monitoring pemberian terapi medikamentosa
Informed Concent kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu
serta janin
Menjelaskan pengobatan dan komplikasi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

IX. LAPORAN KEMAJUAN PERSALINAN


Tgl Vital sign His DJJ Keterangan
Sabtu KU : Baik (+) 12-11-11 TFU : 27 cm, TBJ : 2480 gram
29/10/16 T: 120/70 mmHg 1x/10, 10 L I-IV : janin1 hidup intrauterine
13.50 wib N : 84 x/menit Pres kep. U puka
R : 24 x/ menit VT : 1 cm, kulit ketuban (-), bagian
S : 36,8o C bawah kepala Hodge I effacement
10%, poin of direction sulit dinilai,
cerviks lunak, medial anterior, lendir
darah (-).
Diagnosis:

11
G2P1A0, 26 tahun, Hamil 32 minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
KPD 8 jam
Partus Prematurus Iminens
Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Cefazolin 1 gr
- Inj. Dexametason 6mg/IV
- Nifedipin 3x 10mg
- Pro SC jika kenceng-kenceng
dan DJJ meningkat
Minggu KU : Baik (+) 12-11-11 Keluhan : kenceng-kenceng jarang
30/10/16 T: 120/80 mmHg 1x/10, 10 VT : 1 cm, kulit ketuban (-), lendir
06.00 wib N : 80 x/menit darah (-) presentasi kepala.
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S: 36,5o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
12.30 wib KU : Baik (+) 12-11-11 Keluhan : kenceng-kenceng jarang
T: 120/80 mmHg 1x/10, 10 VT : 1 cm, kulit ketuban (-), lendir
N : 80 x/menit darah (-) presentasi kepala.
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,5o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Inj. Dexametason 6mg/IV
20.00 wib KU : Baik (+) 12-11-11 Keluhan : -
T: 120/80 mmHg 1x/10, 10 VT : 1 cm, kulit ketuban (-), lendir
N : 84 x/menit darah (-) presentasi kepala.
R : 24 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,7o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
Senin KU : Baik (+) 11-12-11 Keluhan : kenceng-kenceng jarang
31/10/16 T : 120/80 mmHg 1x/10, 10 VT : 1 cm, kulit ketuban (-), lendir
06.00 wib P : 80 x/menit darah (-) presentasi kepala.
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,7o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
13.00 wib KU : Baik (+), 12-12-11 Keluhan : kenceng-kenceng jarang.
T : 110/70 mmHg 1x/10,10 VT : 1 cm, kulit ketuban (-), lendir
P : 80 x/menit darah (-) presentasi kepala.
R : 18 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,8o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Nifedipin 3x10mg
- Eritromysin 4x500mg
20.00 wib KU : Baik (+), 12-11-12 Keluhan : kenceng-kenceng jarang.
T : 110/70 mmHg 1x/10,10 VT : 1cm, kulit ketuban (-), lendir
P : 80 x/menit darah (-).

12
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,8o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam.
- Pengawasan 10
- Eritromysin 500mg
Selasa KU : Baik (-) 13-13-12 Keluhan : -
01/11/16 T : 120/75 mmHg VT : 1cm, kulit ketuban (-), lendir
06.00 wib P : 85 x/menit darah (-).
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,5o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Eritromysin 500mg
- Nifedipin 10mg
09.00 wib KU : Baik (-) 14-14-14 Keluhan : -
T : 110/80 mmHg VT : 1cm, kulit ketuban (-), lendir
P : 80 x/menit darah (-).
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,7o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Eritromysin 500mg

Rabu KU : Baik (+), 14-13-12 Keluhan : Kenceng-kenceng berkurang.


02/11/16 T : 120/80 mmHg 1x/10,10 VT : 1cm, kulit ketuban (-), lendir
06.00 wib P : 80 x/menit darah (-).
R : 20 x/ menit Diagnosis: idem
S : 36,7o C Sikap :
- Tunggu dan evaluasi 4 jam
- Pengawasan 10
- Eritromysin 500mg
- Nifedipin 10mg
- Ferofort 1tab
09.45 wib KU : Baik (+), 15-14-14 Keluhan : Kenceng-kenceng (-), djj
T : 110/70 mmHg 1x/10,10 ireguler.
P : 80 x/menit VT : 1cm, kulit ketuban (-), lendir
R : 20 x/ menit darah (-), PPV Ketuban (+).
S : 36,7o C Diagnosis:
G2P1A0, 26 tahun, Hamil 32 minggu
Janin I hidup intra uteri
Pres.kep U puka
KPD 8 jam
Partus Prematurus Iminens
Fetal Distress
Sikap :
- Akhiri kehamilan dengan SC
- Oksigenasi 3lpm

X. LAPORAN OPERASI
Nama Operator : dr. Taufiqy , Sp.OG (K)
Diagnosis Pre operatif : G2P1A0, 26 tahun, hamil 32 minggu
Janin 1 hidup intra uterine
Preskep U punggung kanan
KPD 3 hari

13
Partus Prematurus Iminens
Fetal Distress
Diagnosis Post operatif : P2H0, 26 tahun, Post SCTP a.i KPD 3 hari
Partus Prematurus Iminens, Fetal Distress
Nama/Macam operasi : Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Tanggal Operasi : 2 November 2016
Lama Operasi : 50 menit

Langkah-langkah operasi :
- Penderita tidur terlentang di meja operasi dalam pengaruh
spinal anestesi
- Asepsis dan antisepsis daerah tindakan
- Tutup dengan duk steril kecuali pada daerah tindakan
- Insisi dinding abdomen dengan teknik pfanenstil
- Insisi diperdalam sampai cavum abdomen terbuka
- Tampak uterus hamil 8 bulan (preterm)
- Insisi segmen bawah rahim secara sistematis diperluas
kekanan dan ke kiri secara tumpul, dengan meluksir kepala
bayi, lahir bayi laki-laki, berat badan lahir 2000 gram, panjang
badan 45 cm, AS 6-7-8, tanda prematur (+)
- Plasenta dilahirkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-)
- Bersihkan cavum uteri dari jendolan darah dan sisa kulit
ketuban
- Jahit uterus dengan benang PGA no. 1
- Eksplorasi : - kontraksi uterus kuat,
- kedua adnexa dalam batas normal
- perdarahan (-)
- Tutup dinding abdomen, jahit lapis demi lapis
- Tutup luka dengan kasa steril
- Operasi selesai

XI. LAPORAN KELAHIRAN


Pukul 13.15 wib, Lahir bayi laki-laki, berat janin 2000 gram, panjang
badan 45 cm, LK 33 cm, LD 32 cm, APGAR SKOR 6-7-8.
KU : Bayi menangis merintih, bergerak kurang aktif, warna kulit pucat
kebiruan, tanda prematur (+) HR: 130xm, RR: 28x/m, T: 37o
Kepala : Mesocephal, ubun ubun datar
Kulit : warna pucat kebiruan.
Mata : sklera ikterik -/- sekret -/-
Hidung : nafas cuping hidung +/+
Pulmo : SDV +/+ suara tambahan -/- retraksi +/+
Cor : BJ I dan II normal, reguler, suara tambahan -

14
Abdomen : Datar, supel, bising usus normal
Genitalia : Laki-laki, scrotum sudah turun, penis (+), anus (+)
Ekstremitas : Jumlah lengkap, akral hangat (-), pucat (+)

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini


1. Definisi KPD
Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the membrane
PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses
persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil
mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak
terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1

15
jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan
adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu
maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature
rupture of the membrane - preterm amniorrhexis. Pengertian KPD menurut WHO
yaitu Rupture of the membranes before the onset of labour. Hacker (2001)
mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada
setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003)
mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih
sebelum dimulainya persalinan. 6
2. Etiologi KPD
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah
kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah
dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, kuretase).
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya tumor, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi

16
5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas
perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.
7. Faktor lain yaitu:
Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C 1,2,6
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya.
3. Manifestasi KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5cm.
Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah saat usia
kehamilan belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 42 minggu. Arti klinis
ketuban pecah dini :
a. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka
kemungkinan terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi
besar
b. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian
terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda
adanya gangguan keseimbangan foto pelvik.
c. KPD sering diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat
memicu terjadinya persalinan preterm.
d. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of
membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.

17
e. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang
kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan
dan perkembangan janin.
4. Penegakan Diagnosis KPD
Penegakan diagnosis KPD adalah dari anamnesis : Penderita merasa basah
pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan
lahir, terus menerus atau tidak. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lendir darah. Dari pemeriksaan fisik : Periksa tanda-tanda vital pasien
yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu badan. Apakah ada
tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi cepat. Pemeriksaan inspeksi
alat genetalia akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah
dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. Pada
pemeriksaan akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE).
kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk,
megejan atau lakukan manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks
anterior/posterior. Pada pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan
selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.
Pada pemeriksaan penunjang dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina
dengan tes lakmus (tes Nitrazin) (+) yaitu kertas lakmus akan berubah menjadi
biru tua (basa). pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan
amniotik adalah 7-7,5. Atau pada pemeriksaan mikroskopik (tes pakis) dengan
cara meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan

18
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. Pada pemeriksaan USG akan
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidromnion. 6,7
5. Penanganan KPD
Penanganan KPD tergantung pada umur kehamilan ada tidaknya tanda-
tanda infeksi pada ibu. Bila kehamilan aterm (> 37 minggu), KPD kurang dari 6
jam, maka ditunggu sampai 6 jam dengan alasan penderita akan inpartu dengan
sendirinya. Bila lebih dari 6 jam, maka diberi injeksi antibiotik, dan induksi
persalinan segera dilakukan. Induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop
score jika bishop score > 5 induksi dapat dilakukan dengan pemberian oksitosin 5
unit dalam larutan RL 500 cc. Awalnya 8 tetes permenit. Evaluasi 30 menit. Bila
his tidak adekuat, maka dapat dinaikkan 4 tetes per menit. Maksimal 20 tetes per
menit, jika induksi tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria. 6,7
Bila kehamilan belum aterm (preterm < 37 minggu) tidak dijumpai tanda-
tanda infeksi pengelolaanya bersifat konservatif disertai pemberian antibiotik
yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di rumah sakit,
ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37
minggu, obat-obatan tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan. Selain itu juga perlu diberikan kortikosteroid agar tercapainya
pematangan paru. Sedian kortikosteroid yang dipakai terdiri atas betametason 2
dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-
masing 6 mg tiap 12 jam. jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi
persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha
agar persalinan mulai berlansung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata
dapat menimbulakan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasi-kompliksai yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri,
ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan
dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti
halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah sesar hendaknya

19
dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada
indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju,
dll.

6. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :


1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.

20
2. Terhadap ibu
Oleh karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa
lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian
dan angka morbiditas pada ibu.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi assenden.
Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
preterm dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
bayi atau janin dalam rahim. Tanda adanya infeksi bila suhu ibu 38oC, air
ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.
Penatalaksanaan KPD menurut ada tidaknya infeksi dan umur kehamilan. Bila ada
infeksi kehamilan segera diakhiri dengan induksi dan pemberian antibiotika tanpa
mempertimbangkan usia kehamilan. Bila tidak ada infeksi penatalaksanaan
ditentukan oleh usia kehamilan.
Oleh karena 80 hingga 90 persen pasien yang hamil aterm akan mengalami
partus spontan dalam waktu 24 jam, maka pada periode ini sebagian dokter
kebidanan lebih menyukai menunggu terjadinya persalinan spontan. Jika servik
sudah matang, penundaan persalinan tidak bermanfaat dan persalinan harus
diinduksi. Jika servik belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan
sebelum dilakukan induksi persalinan.
a) Kehamilan 34 hingga 36 minggu
Pada kelompok ini terdapat peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas
bayi akibat respiratory distress syndrome (RDS). Ada bukti-bukti bahwa apabila
ketuban sudah pecah lama, maka insidensi RDS menurun. Jadi, induksi partus
ditunda selama 16 hingga 24 jam untuk membiarkan paru-paru mencapai
maturitasnya dahulu.

21
b) Kehamilan kurang dari 34 minggu
Dilakukan tindakan konservatif selama tidak ada infeksi atau tanda tanda
gawat janin.

B. Partus prematurus iminens (PPI)


1. Definisi PPI
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Pada persalinan ini, seringkali
bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang organ-organ vital yang
menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar kandungan, sehingga
sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas bahkan
mortalitas yang tinggi.1,2
2. Faktor Risiko Prematuritas
a. Mayor
1) Kehamilan multipel
2) Hidramnion
3) Anomali uterus
4) Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5) Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32
minggu
6) Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7) Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8) Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9) Riwayat operasi konisasi
b. Minor
1) Penyakit yang disertai demam
2) Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3) Riwayat pielonefritis
4) Merokok lebih dari 10 batang perhari
5) Riwayat abortus pada trimester II
6) Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

22
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.

3. Kriteria Diagnosis
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259
hari
b. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
nyeri pinggang belakang
rasa tertekan pada perut bagian bawah
terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam
terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat
lendir bercampur darah.
Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:
a. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit
b. terjadi perubahan progresif serviks:
pembukaan lebih dari 1 cm
perlunakan sekitar 75-80%
penipisan serviks

4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah lekosit

23
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita
infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk
mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman
Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit
sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
b. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan
seviks < 3 cm (USG), dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm.
Sonografi serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari
manipulasi intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta
previa.

5. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm
dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani
seksama untuk meningkatkan keluaran neonatal.
a. Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im.
2 x selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4
dosis. Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar
tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen
inositol juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen
membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan.

b. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban Tidak ada - Tinggi/tidak - Rendah/pecah
pecah jelas
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -

24
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm

Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.


Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per
oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru.
c. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance).
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada
ibu dan bayi).

6. Kontraindikasi penundaan persalinan


Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.

Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.

7. Cara persalinan
a. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
b. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

25
Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam
tidak terpenuhi
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa,
dan sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C
( rawat intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian
anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat)
maka perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di
rumah sakit berkurang.

8. Komplikasi
a. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering
terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih
tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang
menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan
risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
b. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar
bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus
dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar
karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh
paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur
seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai,
sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis,
akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa

26
menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat
fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin
mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat
surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang
dihubungkan dengan trakea bayi).
Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan
gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya
perdarahan otak atau serangan apneu. Selain paru-paru yang belum
berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum
berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat
pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi
mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan. Jika
oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang
sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler) atau
cedera .
c. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian
susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya,
lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu
banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
d. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia
retrolental)
e. Displasia bronkopulmoner.
f. Penyakit jantung.
g. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang
normal untuk membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan
sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama

27
yang lahir prematur, memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang
bersifat sementara), yang dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang
dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih
belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan
menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
h. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna.
Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya
melewati plasenta. Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi
prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap
enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
i. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

C. Gawat Janin Intauterin (Fetal Distress)


1. Definisi

28
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat
gangguan oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali
pusat), sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi).
2. Etiologi
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun,
penyakit kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan,
malnutrisi, asidosis dan dehidrasi.
Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama,
degenerasi vaskuler.
Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
Tali pusat : kompresi tali pusat.
Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.
3. Pembagian gawat janin
1. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin
yang bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau
bayi sendiri yang sakit.
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam
pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus yang
lebih kecil daripada umur kehamilan yang diperkirakan memberi kesan
retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat dari satu
atau lebih faktor-faktor resiko tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan
prematur atau lahir mati dapat memberikan kesan suatu peningkatan resiko
gawat janin.
1. Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan lain-
lain.

29
2. Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin
sepanjang (a) denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai
dengan gerakan janin (c) tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya
kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan bukti dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin.
Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan volume cairan
ketuban memberikan penilaian tambahan kesekatan janin.
Oligihidramnion memberi kesan anomali janin atau retardasi
pertumbuhan.
Kadar estriol dalam darah atau urin ibu memberikan suatu
pengukuran fungsi janin dan plasenta, karena pembwentukan
estriol memerluakn aktifitas dari enzim-enzim dalam hati dan
kelenjar adrenal janin seperti dalam plasenta.
HPL (Human Placental Lactogen) dalam darah ibu : kadar 4
mcg/ml atau kurang setelah kehamilan 3 minggu member kesan
fungsi plasenta yang abnormal.
Amniosintesis : adanya mekonium di dalam cairan amnion masih
menimbulkan kontroversi. Banyak yang percaya bahwa mekonium
dalam cairan amnion menunjukkan stress patologis atau fisiologis,
sementara yang lain percaya bahwa fasase mekonium intrauterin
hanya menunjukkan stimulasi vagal temporer tanpa bahaya yang
mengancam. Penetapan rasio lesitin sfingomielin (rasio L/S)
memberikan suatu perkiraan maturitas janin.
4. Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin inutero dan
maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan janin yang
menurun pemantauan denyut jantung janin atau dimiringkan atau oksitosin
challenge test sering memberika ketenangan akan kesehatan janin. Jika
janin imatur dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan

30
untuk mengadakan observasi tambahan. Sekali janin matur, kejadian
insufisiensi plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan.
Persalinan dapat diinduksi jika servik dan presentasi janin
menguntungkan. Selama induksi denyut jantung janin harus dipantau
secara teliti. Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio sesaria
juga dipilih untuk kelahiran presentasi bokong atau jika pasien pernah
mengalami operasi uterus sebelumnya.
5. Gawat janin selama persalinan
Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas
dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH
janin yang menurun.
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat
janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif. Seringkali
indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut
jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas, atau
deselerasi lanjut).
Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi
uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat
menyebabkan asfiksia janin.
1).
Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
aktivitas uterus berlebihan.
hipotensi ibu.
solutio plasenta.
plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
penyakit hipertensi.
diabetes mellitus.

31
isoimunisasi Rh.
postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat
d. Anestesi blok paraservikal
6. Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin
yang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus
memberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu dalam
persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
1. Bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali
permenit.
2. Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang
memanjang (> 160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu
sekunder terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan
atropin juga dihubungkan dengan denyut jantung dasar yang
meningkat.
3. Variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang
berarti depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibui
(atropin, skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan
analgesik narkotik).
4. Pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia
janin yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental. Deselerasi
yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah
lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi sementara
waktu saja dari pembuluh darah umbilikus. Peringatan tentang
peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut, penurunan
atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan pola
gelombang sinus.
Contoh darah janin memberikan informasi objektif tentang status
asam basa janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi begitu

32
sensitif terhadapt perubahan-perubahan dalam denyut jantung janin
dimana gawat janin dapat diduga bahkan bila janin dalam keadaan sehat
dan hanya menber reaksi terhadap stess dari kontraksi uterus selama
persalianan. Contoh darah janin diindikasikan bila mana pola denyut
jantung janin abnormal atau kacau memerlukan penjelasan.
Mekonium dalam cairan ketuban : arti dari mekoneum dalam cairan
ketuban adalah tidak pasti dan kontroversial sementara beberapa ahli
berpendapat bahwa pasase mekoneum intrauterun adalah suatu tanda
gawat janin dan kemungkinan kegawatan, yang lainya merasakan bahwa
adanya mekoneum tanpa kejadian asfiksia janin lainnya tidak menunjukan
bahaya janin. Tetapi, kombinasi asfiksia janin dan mekoneum timbul untuk
mempertinggi potensi asfirasi mekoneum dan hasil neonatus yang buruk.

7. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. Perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat
obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. Posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
b. Oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal.
c. Oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah keruang intervilli.

33
d. Hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
e. Pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
f. Pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir
mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala
bayi lahir, hidung dan mulut dibersikan dari mekoneum dengan
kateter penghisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus
dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk
menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal

BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis pasien adalah G2P1A0 26 tahun, Hamil 32 minggu,Janin I hidup


intra uteri, Presentasi kepala U belum masuk PAP, punggung kanan, KPD 8 jam,
Partus Prematurus Iminen, Fetal Distress.
Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus

Anamnesa : - keluar cairan dari jalan lahir,


ngepyok (+), tidak bisa
- pecahnya selaput korioamniotik ditahan,sejak pukul 6 pagi.
sebelum terjadi proses warna bening,
persalinan - Usia kehamilan saat ini 32
minggu berdasarkan hpht.
- terjadi pada kehamilan < 37
- Terlihat bekas cairan
minggu maka peristiwa tersebut - Terdapat kontraksi tetapi masih
disebut KPD Preterm jarang dan denyut jantung janin
- Usia kehamilan PPI antara 20
semakin meningkat.
dan 37 minggu lengkap atau
antara 140 dan 259 hari

34
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik

- Pengamatan biasa akan tampak - Terlihat bekas cairan di sekitar


keluarnya cairan dari vagina. genitalia pasien.
- Terdapat kontraksi tetapi masih
- Pada pemeriksaan akan tampak jarang dan denyut jantung janin
keluar cairan dari orifisium uteri semakin meningkat.
- Tidak ada cairan lendir darah
eksternum (OUE).
- Pada PPI terdapat kontraksi
irreguler sejak sekitar 24-48 jam
- terdapat pembawa tanda seperti
bertambahnya cairan vagina
atau terdapat
- lendir bercampur darah.

Pemeriksaan Obstetri
- Menilai cairan yang keluar Pemeriksaan Obstetri
dengan bau dan PH dari cairan
tersebut. Inspeksi :
- Lakmus test berwarna biru Perut membuncit, membujur, striae
pH normal vagina selama
kehamilan adalah 4,5-5,5, pH gravidarum (+), bekas SC (-)
cairan amniotik adalah 7-7,5 Genitalia Eksterna : air ketuban (+),
lendir darah (-)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
Teraba bulat, besar, ballotement (-).
Kesan bokong.
TFU 27 cm TBJ : 2480 gram.
Teraba tahanan besar memanjang

35
sebelah kanan (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kiri
(kesan ekstremitas)
Teraba bagian janin bulat, keras (kesan
kepala).
Kesan konvergen, bagian bawah belum
masuk pintu atas panggul.
His (+) 1x10 10
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling
keras di sebelah kanan bawah
umbilikus dengan frekuensi 12-11-11
(139 x/menit)
- VT : 1 cm, kulit ketuban (-),
bagian bawah kepala Hodge I
effacement 10%, poin of direction
sulit dinilai, cerviks lunak, medial
anterior, lendir darah (-).
- lakmus tes (+) berwarna biru..

Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan penunjang :
- Proteinuria : negatif - Proteinuria negatif
- Darah rutin - Lakmus test : warna biru
- Pemeriksaan darah lengkap dan - USG
kultur dari urinalisa Usia kehamilan : 32 minggu 2 hr
- Tes pakis Letak Janin : Letak Kepala
- Tes lakmus Letak plasenta : Di fundus, tidak
- USG menutupi jalan lahir
- EKG - Pemeriksaan EKG dalam batas
normal.

36
Penatalaksaan
Teori Kasus

Penatalaksaan : Penatalaksaan :

- Bila kehamilan belum aterm - Tunggu dan evaluasi


(preterm < 37 minggu) tidak - Pengawasan 10
dijumpai tanda-tanda infeksi - Inj. Ceftriaxon 1gr
- Inj.Dexametason 6mg/12jam
pengelolaanya bersifat
- Nifedipin 3x10mg
konservatif disertai pemberian - Ferofort 1x1 tab
antibiotik yang adekuat - Terminasi kehamilan dengan sectio
sebagai profilaksis, obat- caesaria atas indikasi fetal distress.
obatan tokolitik agent
diberikan juga tujuan menunda
proses persalinan. Selain itu
juga perlu diberikan
kortikosteroid agar tercapainya
pematangan paru.. jika selama

37
menunggu atau melakukan
pengelolaan konservatif
tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan
induksi persalinan tanpa
memandang umur kehamilan.
Jika terdapat tanda-tanda
distress pernapasan pada janin
segera akhiri kehamilan.

Dari anamnesa,pemeriksaan fisik, penunjang dan tatalaksana pada kasus


sudah memenuhi kriteria ketuban pecah dini, partus prematurus iminen,
kehamilan pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan ,
persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang
dari 2500 gram. Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami
gangguan tumbuh kembang organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum
mampu untuk hidup di luar kandungan sehingga diagnosis berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik sudah mengarah ke ketuban pecah dini dan partus
pramaturus iminens.

38
DAFTAR PUSTAKA
1. Joseph HK. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri. Nuha
Medika:Yogjakarta. 2010
2. APN. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Institusi
DEPKES RI. 2008
3. Martaadisoebrata,Djamhoer. Obstetri Patologi.EGC;Jakarta. 2004.
4. Nugroho,Taufan. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha
Medika;Yogjakarta. 2010
5. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics.
23nd ed.McGraw- Hill.
6. Oepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology
Principle for Practise. McGraw-Hill
7. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine.
5th ed.Saunders.
8. JaffersonRompas.2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14511Persali
nanpreterm.pdf/145.30
9. Gibbs, RS et. al, 2008. Danforth's Obstetrics and Gynecology, Ed 10th ,
Lippincott Williams & Wilkins. New York.
10. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. 2006. Standar Pelayanan
Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia.
11. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
12. High Risk Pregnancy, Premature Rupture of The Membranes(PROM).
http//www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm
13. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008.

39

Anda mungkin juga menyukai