G1P0A0 21 Tahun Hamil 38 Minggu 5 Hari dengan Ketuban Pecah Dini 6 Jam”
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN KLINIK
Disusun Oleh:
Tanggal:……………………………………………….
Mengesahkan:
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan, penggunaan medikamentosa,
dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap manajemen ekspektatif, karena masih
banyaknya variasi mengenai manajemen KPD, khususnya KPD preterm. Dengan
adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti ataupun
konsensus maka diharapkan luaran persalinan yang lebih baik.1
4
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 21 Tahun
Alamat : Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Masuk RS : 23 November 2021
No. RM : 6200XX
Biaya Pengobatan : PMKS Non Kartu
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 November 2021
pada pukul 19.15 di PONEK.
Keluhan utama: Hamil dengan keluar cairan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan keluar cairan
dari jalan lahir tiba-tiba sejak 6 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna
bening dan tidak berbau pesing. Cairan tidak disertai lendir darah. Awalnya
cairan keluar sedikit demi sedikit setiap kali pasien berdiri maupun berjalan
dan lama-lama cairan bertambah banyak hingga pasien berganti celana
dalam sebanyak 4x.
Pasien mengeluh perut kenceng sejak 4 jam SMRS. Keluhan dirasakan
1x tiap 10 menit dan pasien tidak menghitung durasinya. Gerakan janin
masih dirasakan oleh pasien.
Riwayat Haid
1. Menarche : 13 tahun
5
2. Siklus : 28 hari
3. Lama Haid : 7 hari
4. HPHT : 25 Februari 2021
5. HPL : 2 Desember 2021
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
Riwayat Obstetri
G1P0A0 21 tahun hamil 38 minggu 5 hari
Riwayat KB
Riwayat menggunakan kontrasepsi disangkal
Riwayat ANC
Pasien periksa ke Bidan sebulan 1x pada trimester 1-2 dan sebulan 2x pada
trimester 3.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
6. Riwayat Alergi : Disangkal
7. Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : (+) pada Ayah
6
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
5. Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Pribadi
1. Riwayat konsumsi Alkohol : Disangkal
2. Riwayat Rokok : Disangkal
3. Riwayat konsumsi obat-obatan : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang narapidana di Lapas. Biaya pengobatan pasien
ditanggung oleh pihak lapas menggunakan PMKS Non Kartu.
7
3. Hidung : Deformitas (-), Nafas cuping hidung -/-,
Sekret -/-
4. Mulut : Sianosis (-), Mulut kering (-)
5. Telinga : Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-,
Sekret -/-
7. Thoraks
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Pulmo :
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
8
f. Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar:
Inspeksi :
Perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas SC (-)
Palpasi :
Pemeriksaan leopold
2. Pemeriksaan Dalam
VT: Ø 1 cm, kk (+), effacement 30%, bagian bawah janin turun di H1,
presentasi belakang kepala, POD ubun ubun kecil
9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Hematologi (23 November 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Darah Rutin
MPV 9,1 FL
PLCR 18,0 %
Diff Count
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan keluar cairan dari
jalan lahir tiba-tiba sejak 6 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna bening dan
tidak berbau pesing. Cairan tidak disertai lendirdarah. Awalnya cairan keluar
sedikit demi sedikit setiap kali pasien berdiri maupun berjalan dan lama-lama
cairan bertambah banyak hingga pasien berganti celana dalam sebanyak 4x.
11
Pasien mengeluh perut kenceng sejak 4 jam SMRS. Keluhan dirasakan 1x tiap 10
menit dan pasien tidak menghitung durasinya. Gerakan janin masih dirasakan
oleh pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, compos mentis. TD 110/80x
mmHg, Nadi: 84x/menit, pernafasan: 22x/menit, suhu 36,3oC. Status internus
dalam batas normal. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan: Inspeksi perut
membuncit (+), striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas SC (-). Genitalia
eksterna: air ketuban (+), lendir darah (-). Palpasi: Pemeriksaan leopold
I. Teraba bulat, besar, lunak (kesan bokong)
TFU 34 cm TBJ : 3565 gram.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan
ekstremitas). DJJ 142 x/menit
III. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
His: (+) 2x dalam 10 menit durasi 20-40 detik
IV. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
VT: Ø 1 cm, kk (+), effacement 30%, bagian bawah janin turun di H1,
presentasi belakang kepala, POD ubun ubun kecil.
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan kesan
leukositosis, diff count terdapat kesan shift to the left, pada pemeriksaan
menggunakan kertas lakmus didapatkan perubahan warna kertas dari merah
menjadi biru (Nitrazine test (+)) dan pada pemeriksaan USG tedapat kesan
tampak janin 1 hidup intrauterine,letak kepala punggung kiri. Plasenta implantasi
di fundus meluas ke posterior grd 2 tidak menutupi OUI. Air ketuban kesan
cukup tidak keruh.
12
Janin 1 hidup intauterine
Presentasi kepala sudah masuk PAP
Punggung kiri
Inpartu kala I
Ketuban pecah dini (6 jam)
13
VIII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
23-11-2021 Keluar cairan dari KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul 19.15 jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
kenceng-kenceng, TD: 110/80 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
gerakan janin masih HR: 84x/menit intrauterine, letak evaluasi 6 jam
terasa RR:22x/menit kepala sudah Pengawasan 10
T: 36,3oC masuk pintu atas Monitoring
panggul, chorioamnionitis
Status internus punggung kiri,
dalam batas normal Ketuban Pecah
Dini 6 jam
His: 2x/10 menit
(20-40 detik)
PPV: lendir darah
(-), air ketuban (+)
DJJ: 142x/menit
14
24-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul 7.30 dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
Kenceng- kenceng TD: 118/60 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
HR: 91x/menit intrauterine, letak evaluasi 4 jam
RR:22x/menit kepala sudah Eritromisin tab 500
T: 36,7oC masuk pintu atas mg / 6 jam
panggul, Pengawasan 10
His: 3x/10 menit (40 punggung kiri, Monitoring
detik) Ketuban Pecah chorioamnionitis
PPV: lendir darah Dini 6 jam
(+), air ketuban (+)
DJJ: 140x/menit
DJJ: 142x/menit
15
PPV: lendir darah
(+), air ketuban (+)
DJJ: 155x/menit
DJJ: 154x/menit
Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI
26-11-21 Post SC KU: baik, compos P2A0 21 tahun Tx:
16
Pukul 07.00 mentis Post SC Cefadroxil tab 300
TD: 125/70 mmHg mg / 8 jam
HR: 87x/menit Asam mefenamat
RR:20x/menit 500 mg tab 3x1
T: 36oC Vit C 50 mg 2x1
Vit B Complex 2x1
Tablet penambah
darah 2x1
Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI
27-11-21 Post SC KU: baik, compos P2A0 21 tahun Tx:
Pukul 07.00 mentis Post SC Cefadroxil tab 300
TD: 110/80 mmHg mg / 8 jam
HR: 80x/menit Asam mefenamat
RR:20x/menit 500 mg tab 3x1
T: 37oC Vit C 50 mg 2x1
Vit B Complex 2x1
Tablet penambah
darah 2x1
Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI
Acc pulang
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
X. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre-Operatif :
G1P0A0 21 tahun hamil 38 minggu 5 hari, janin 1 hidup intrauterine, presentais
kepala sudah masuk PAP, partus tak maju, ketuban pecah dini
17
Diagnosis Post-Operatif :
P1A2 21 tahun post Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda a.i partus tak
maju, riwayat Ketuban Pecah Dini
Nama/ Macam operasi: Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Tanggal operasi: 24 November 2021
Jam operasi dimulai : 17.15 WIB
Jam operasi selesai : 18.20 WIB
Lama operasi: 1 jam 5 menit
Langkah-langkah operasi:
1. Posisi pasien : tidur terlentang pengaruh anestesi
2. Area desinfeksi : daerah tindakan dan sekitar, pasang duk
3. Insisi pfannenstiel, perdalam lapis demi lapis
4. Buka cavum abdomen, identifikasi uterus
5. Insisi semilunar pada SBR, pecah KK - ketuban keruh kehijauan
6. Dengan mekiksir kepala melahirkan janin, kemudian melahirkan plasenta
7. Jahit SBR secara double layer
8. Eksplorasi perdarahan (-), alat dan kassa lengkap
9. Tutup kembalidinding abdomen lapis demi lapis
10. Tindakan selesai
18
Pulmo : SDV +/+, suara tambahan -/-, retaksi -/-
Cor : BJ I dan II normal, reguler, suara tambahan –
Abdomen : Datar, super, bising usus normal
Genitalia : Epispadia (-), hipospadia (-), anus (+)
Ekstremitas : Jumlah lengkap, kuku tampak panjang
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko
adalah pasien dengan status sosioekonomi rendah, perokok, mempunyai
riwayat infeksi menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur,
riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, perdarahan
pervaginam, atau distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan multipel
dan polihidramnion). Prosedur yang dapat berakibat pada kejadian KPD
aterm antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi
tunggal yang menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga
dapat menyebabkan KPD preterm. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD preterm.3
21
Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung
terjadi Ketuban Pecah Dini.5
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban
ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban
Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.2
22
prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi bukan kepala); menilai
dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan sampel dan
mendiagnosis KPD aterm secara visual.
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus
diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis,
ambil dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai
dengan pewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan di medium
transport untuk dikultur.6
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks
posterior vagina. Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion, pasien
tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat
kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan
kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan
digital vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps tali
pusat.7
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis
untuk menilai indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan
amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin
terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar,
walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan
diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran
berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital
janin.1
Pemeriksaan laboratorium
23
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk
menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/
perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah
menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat
dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor
binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm,
kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah.8 Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi
dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi
infeksi neonatus pada KPD preterm.9
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta
air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm 3. Janin
yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterine.2
24
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam
kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban
Pecah Dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini
yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
Penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.10
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu
manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan
dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan
klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan.1
Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari). Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, belum inpartu, tidak ada tes busa negatif beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi, dan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.10
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg-50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi
dan persalinan diakhiri.10
25
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
Antibiotik AMPICILLIN
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4
dosis diikuti dengan
AMOXICILLIN
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika
alergi ringan dengan penisilin, dapat digunakan:
CEFAZOLIN
1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan :
CEPHALEXIN
500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama hari
Jika alergi berat penisilin, dapat diberikan
VANCOMYCIN 1 gram IV setiap 12 jam
selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan
CLINDAMYCIN
300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari
26
Gambar 3.1 Algoritma Manajemen Ketuban Pecah Dini
27
mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum
luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui
secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus
dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta, 4% perlu mendapatkan transfusi
darah karena kehilangan darah secara signifikan. Tidak ada kasus terlapor
mengenai kematian ibu ataupun morbiditas dalam waktu lama.3
Komplikasi Janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan
lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput
amnion sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik
dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah
studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan
mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis
terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan
sebanyak 22 persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi
sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti
malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom
distress pernapasan.,3
28
dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak
adanya penurunan janin dalam 1 jam.10
2.2. Etiologi
Faktor predisposisi11
Bayi
o Kepala janin yang besar
o Hidrosefalus
o Presentasi wajah, bahu, alis
o Malposisi persisten
o Kembar yang terkunci (terkunci pada daerah leher)
o Kembar siam
Jalan lahir
o Panggul kecil karena malnutrisi
o Deformitas panggul karena trauma atau polio
o Tumor daerah panggul
o Infeksi virus di perut atau uterus
o Jaringan parut (dari sirkumsisi wanita)
2.3. Diagnosis
Tabel 3.2 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama
atau Persalinan Macet10
29
Persalinan Macet (Arrest Dissorders)
30
o Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio
sesarea) untuk gangguan Passenger dan/atau Passage, serta
untuk gangguan Power yang tidak dapat diatasi oleh
augmentasi persalinan.
o Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah
seksio sesarea.
Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan
gentamisin 5 mg/kgBB tiap 24 jam) jika ditemukan:
o Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau),
ATAU
o Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
o Usia kehamilan < 37 minggu
Pantau tanda-tanda gawat janin.
Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu
jelaskan pada ibu dan keluarga hasil analisis serta rencana tindakan
selanjutnya
Tabel 3.3 Ikhtisar Kriteria Diagnostik dan Penatalaksanaan Persalinan Lama
31
DAFTAR PUSTAKA
4. Mercer BM, Crocker LG, Pierce WF, Sibai BM. Clinical characteristics and
outcome of twin gestation complicated by preterm premature rupture of the
membranes. Am J Obstet Gynecol. 2010 May;168(5):1467-73.
32
8. Vogel I, Grønbaek H, Thorsen P, Flyvbjerg A. Insulin-like growth factor
binding protein 117 IGFBP-1) in vaginal fluid in pregnancy. In Vivo. 2010 Jan-
Feb;18(1):37-41.
9. Torbé AI, Kowalski K. Maternal serum and vaginal fluid C-reactive protein
levels do not17 predict early-onset neonatal infection in preterm premature
rupture of membranes. J Perinatol. 2010 Oct;30(10):655-9. doi:
10.1038/jp.2010.22. Epub 2010 Mar 4.
11. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
33