Anda di halaman 1dari 33

DOPS

G1P0A0 21 Tahun Hamil 38 Minggu 5 Hari dengan Ketuban Pecah Dini 6 Jam”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. Jenny Jusuf, Sp.OG, M.Si. Med

Disusun Oleh:

Henas Deliara H3A020014

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN KLINIK

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

DOPS dengan judul :

“G1P0A0 21 Tahun Hamil 38 Minggu 5 Hari dengan Ketuban Pecah Dini 6


Jam”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Disusun Oleh:

Henas Deliara H3A020014

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal:……………………………………………….

Mengesahkan:

Pembimbing Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. Jenny Jusuf, Sp.OG, M.Si. Med

2
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia
gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes
(PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm
premature rupture of membranes (PPROM).1
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada sekitar
6,46-15,6% kehamilan aterm2 dan PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari
semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.3 PPROM merupakan
komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran prematur, yang telah meningkat
sebanyak 38% sejak tahun 1981.4 Dapat diprediksi bahwa ahli obstetri akan pernah
menemukan dan melakukan penanganan kasus KPD dalam karir kliniknya.1
Kejadian KPD preterm berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami
KPD preterm akan mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus
akan berada pada risiko morbiditas dan mortalitas terkait KPD preterm yang lebih
besar dibanding ibunya, hingga 47,9% bayi mengalami kematian. Persalinan
prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi perinatal, dan kompresi tali
pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi. KPD preterm berhubungan
dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika Serikat.1
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen
bergantung pada pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif
persalinan preterm versus manajemen ekspektatif. Seiring dengan berkembangnya
pengetahuan dan bertambah pemahaman mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor
yang mempengaruhi, diharapkan ada suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan

3
KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan, penggunaan medikamentosa,
dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap manajemen ekspektatif, karena masih
banyaknya variasi mengenai manajemen KPD, khususnya KPD preterm. Dengan
adanya pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti ataupun
konsensus maka diharapkan luaran persalinan yang lebih baik.1

4
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 21 Tahun
Alamat : Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Masuk RS : 23 November 2021
No. RM : 6200XX
Biaya Pengobatan : PMKS Non Kartu

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 23 November 2021
pada pukul 19.15 di PONEK.
 Keluhan utama: Hamil dengan keluar cairan dari jalan lahir
 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan keluar cairan
dari jalan lahir tiba-tiba sejak 6 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna
bening dan tidak berbau pesing. Cairan tidak disertai lendir darah. Awalnya
cairan keluar sedikit demi sedikit setiap kali pasien berdiri maupun berjalan
dan lama-lama cairan bertambah banyak hingga pasien berganti celana
dalam sebanyak 4x.
Pasien mengeluh perut kenceng sejak 4 jam SMRS. Keluhan dirasakan
1x tiap 10 menit dan pasien tidak menghitung durasinya. Gerakan janin
masih dirasakan oleh pasien.
 Riwayat Haid
1. Menarche : 13 tahun

5
2. Siklus : 28 hari
3. Lama Haid : 7 hari
4. HPHT : 25 Februari 2021
5. HPL : 2 Desember 2021
 Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
 Riwayat Obstetri
G1P0A0 21 tahun hamil 38 minggu 5 hari

No Tahu Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Keadaan


n Kehamilan Persalinan Lahir Anak
1 Hamil
ini

 Riwayat KB
Riwayat menggunakan kontrasepsi disangkal
 Riwayat ANC
Pasien periksa ke Bidan sebulan 1x pada trimester 1-2 dan sebulan 2x pada
trimester 3.
 Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
6. Riwayat Alergi : Disangkal
7. Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Asma : (+) pada Ayah

6
4. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
5. Riwayat Alergi : Disangkal
 Riwayat Pribadi
1. Riwayat konsumsi Alkohol : Disangkal
2. Riwayat Rokok : Disangkal
3. Riwayat konsumsi obat-obatan : Disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang narapidana di Lapas. Biaya pengobatan pasien
ditanggung oleh pihak lapas menggunakan PMKS Non Kartu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 November 2021 pada pukul 19.30
di PONEK.
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
c. Vital Sign
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Nadi : 84x / menit, reguler,isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 22 x / menit, teratur
Suhu : 36,3 0C
SpO2 : 97%
d. Status Gizi
Berat Badan : 83 kg
Tinggi Badan : 154 cm
IMT : 34,99 kg/m2 (Obesitas)
e. Status Generalis
1. Kepala : Mesosephal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
Mata cekung -/-, pupil isokor Ø 3mm, refleks
cahaya (+/+)

7
3. Hidung : Deformitas (-), Nafas cuping hidung -/-,
Sekret -/-
4. Mulut : Sianosis (-), Mulut kering (-)
5. Telinga : Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-,
Sekret -/-

6. Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/- Retraksi otot bantu


nafas(-), Pembesaran kelenjar tiroid (-).

7. Thoraks
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis


sinistra

Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : Normal, tidak ada suara tambahan

Pulmo :
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

8. Abdomen : Sesuai status obstetri


9. Ekstremitas :
Superior Inferior

Oedema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

CRT <2 detik < 2 detik

8
f. Status Obstetri
1. Pemeriksaan Luar:
 Inspeksi :

Perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas SC (-)

Genitalia Eksterna : air ketuban (+), Lendir darah (-)

 Palpasi :

Pemeriksaan leopold

I. Teraba bulat, besar, lunak (kesan bokong)


TFU 34 cm  TBJ : 3565 gram.

II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan


punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan
ekstremitas). DJJ 142 x/menit
III. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
His: (+) 2x dalam 10 menit durasi 20-40 detik
IV. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
 Auskultasi :

Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri dengan


frekuensi 142x/menit

2. Pemeriksaan Dalam
VT: Ø 1 cm, kk (+), effacement 30%, bagian bawah janin turun di H1,
presentasi belakang kepala, POD ubun ubun kecil

9
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Hematologi (23 November 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Darah Rutin

Leukosit H 31,38 103/uL 3,6-11

Eritrosit 4,28 106/uL 3,8-5,2

Hemoglobin 12,60 g/dL 11,7-15,5

Hematokrit 37,20 % 35-47

MCV 86,90 Fl 80-100

MCH 29,40 Pg 26-34

MCHC 33,90 g/dl 32-36

Trombosit 357 103/uL 150-440

RDW 14,20 % 11,5-14-5

MPV 9,1 FL

PLCR 18,0 %

Diff Count

-Eosinofil Absolute L 0,01 103/uL 0,045-0,44

-Basofil Absolute 0,07 103/uL 0-0,2

-Netrofil Absolute H 27,73 103/uL 1,8-8

-Limfosit Absolute 1,63 103/uL 0,9-5,2

-Monosit Absolute H 1,94 103/uL 0,16-1

-Eosinofil L 0,00 % 2-4

-Basofil 0,20 % 0-1

-Netrofil H 71.20 % 50-70

-Limfosit L 5,20 % 25-40

-Monosit 6,20 % 2-8

-Netrofil Limfosit Ratio H 17,00 <3,13

Golongan Darah O Rh (+)

KIMIA KLINIK (SERUM)

Glukosa Sewaktu LL 48 Mg/dl <125


10
SERO-IMUN (SERUM) B

HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)


2. Tes Lakmus (Nitrazin Test)
Dilakukan pemeriksaan cairan ketuban dengan kertas lakmus warna merah
terjadi perubahan warna menjadi biru.  Nitrazine test (+)
3. USG (23 November 2021)

Kesan: Tampak janin 1 hidup intrauterine,letak kepala punggung kiri. Plasenta


implantasi di fundus meluas ke posterior grd 2 tidak menutupi OUI. Air ketuban
kesan cukup tidak keruh.

V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan keluar cairan dari
jalan lahir tiba-tiba sejak 6 jam SMRS. Cairan yang keluar berwarna bening dan
tidak berbau pesing. Cairan tidak disertai lendirdarah. Awalnya cairan keluar
sedikit demi sedikit setiap kali pasien berdiri maupun berjalan dan lama-lama
cairan bertambah banyak hingga pasien berganti celana dalam sebanyak 4x.

11
Pasien mengeluh perut kenceng sejak 4 jam SMRS. Keluhan dirasakan 1x tiap 10
menit dan pasien tidak menghitung durasinya. Gerakan janin masih dirasakan
oleh pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU baik, compos mentis. TD 110/80x
mmHg, Nadi: 84x/menit, pernafasan: 22x/menit, suhu 36,3oC. Status internus
dalam batas normal. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan: Inspeksi perut
membuncit (+), striae gravidarum (+), linea nigra (+), bekas SC (-). Genitalia
eksterna: air ketuban (+), lendir darah (-). Palpasi: Pemeriksaan leopold
I. Teraba bulat, besar, lunak (kesan bokong)
TFU 34 cm  TBJ : 3565 gram.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan
punggung), teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan
ekstremitas). DJJ 142 x/menit
III. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
His: (+) 2x dalam 10 menit durasi 20-40 detik
IV. Teraba bagian janin bulat, besar, keras (kesan kepala), bagian
bawah sudah masuk pintu atas panggul.
VT: Ø 1 cm, kk (+), effacement 30%, bagian bawah janin turun di H1,
presentasi belakang kepala, POD ubun ubun kecil.
Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan kesan
leukositosis, diff count terdapat kesan shift to the left, pada pemeriksaan
menggunakan kertas lakmus didapatkan perubahan warna kertas dari merah
menjadi biru (Nitrazine test (+)) dan pada pemeriksaan USG tedapat kesan
tampak janin 1 hidup intrauterine,letak kepala punggung kiri. Plasenta implantasi
di fundus meluas ke posterior grd 2 tidak menutupi OUI. Air ketuban kesan
cukup tidak keruh.

VI. DIAGNOSIS KERJA


G1P0A0 21 trahun hamil 38 minggu 5 hari

12
Janin 1 hidup intauterine
Presentasi kepala sudah masuk PAP
Punggung kiri
Inpartu kala I
Ketuban pecah dini (6 jam)

VII. INITIAL PLAN


Ip Dx
G1P0A0 21 tahun hamil 38 minggu 5 hari
Janin 1 hidup intauterine
Letak kepala punggung kiri
Inpartu kala I
Ketuban pecah dini (6 jam)
Ip Tx
 Rencana partus spontan pervaginam
 Tunggu dan evaluasi 6 jam
 Inj. Antibiotik Cefotaksim 2 gr lanjut Eritromisin 500 mg/ 6 jam
Ip Mx
 Pengawasan 10: KU, TD, Nadi, RR, Suhu, his, DJJ, PPV, tanda inpartu,
bundle ring
 Monitoring korioamnionitis
Ip Ex
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kondisi kehamilan yaitu ketuban
pecah dini
 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

 Monitoring pemberian terapi medikamentosa


 Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang dapat dialami oleh ibu maupun
bayinya

13
VIII. FOLLOW UP

Tanggal S O A P

23-11-2021 Keluar cairan dari KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul 19.15 jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
kenceng-kenceng, TD: 110/80 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
gerakan janin masih HR: 84x/menit intrauterine, letak evaluasi 6 jam
terasa RR:22x/menit kepala sudah Pengawasan 10
T: 36,3oC masuk pintu atas Monitoring
panggul, chorioamnionitis
Status internus punggung kiri,
dalam batas normal Ketuban Pecah
Dini 6 jam
His: 2x/10 menit
(20-40 detik)
PPV: lendir darah
(-), air ketuban (+)
DJJ: 142x/menit

VT: ɸ 1 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 30%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil
23-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul 21.45 dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
Kenceng- kenceng TD: 125/65 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
HR: 109x/menit intrauterine, letak evaluasi 4 jam
RR:20x/menit kepala sudah Inj Antibiotik
T: 36,5oC masuk pintu atas Cefotaksim 2 gr
panggul, lanjut eritromisin
Status internus punggung kiri, tab 500 mg / 6 jam
dalam batas normal Ketuban Pecah Pengawasan 10
Dini 6 jam Monitoring
His: 2x/10 menit chorioamnionitis
(20-40 detik)
PPV: lendir darah
(-), air ketuban (+)
DJJ: 135x/menit

VT: ɸ 1 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 30%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil

14
24-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul 7.30 dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
Kenceng- kenceng TD: 118/60 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
HR: 91x/menit intrauterine, letak evaluasi 4 jam
RR:22x/menit kepala sudah Eritromisin tab 500
T: 36,7oC masuk pintu atas mg / 6 jam
panggul, Pengawasan 10
His: 3x/10 menit (40 punggung kiri, Monitoring
detik) Ketuban Pecah chorioamnionitis
PPV: lendir darah Dini 6 jam
(+), air ketuban (+)

DJJ: 140x/menit

VT: ɸ 4 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 40%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil
24-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
11.30 Kenceng- kenceng TD: 118/60 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
HR: 91x/menit intrauterine, letak evaluasi 4 jam
RR:22x/menit kepala sudah Eritromisin tab 500
T: 36,7oC masuk pintu atas mg / 6 jam
panggul, punggung Pengawasan 10
His: 3x/10 menit (40 kiri, Ketuban Monitoring
detik) Pecah Dini 6 jam chorioamnionitis
PPV: lendir darah
(+), air ketuban (+)

DJJ: 142x/menit

VT: ɸ 5 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 50%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil
24-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Rencana partus
Pukul dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 spontan pervaginam
14.00 Kenceng- kenceng TD: 120/60 mmHg hari, janin 1 hidup Tunggu dan
HR: 90x/menit intrauterine, letak evaluasi 4 jam
RR:22x/menit kepala sudah Eritromisin tab 500
T: 36oC masuk pintu atas mg / 6 jam
panggul, punggung Pengawasan 10
His: 3x/10 menit (40 kiri, Ketuban Monitoring
detik) Pecah Dini 6 jam chorioamnionitis

15
PPV: lendir darah
(+), air ketuban (+)

DJJ: 155x/menit

VT: ɸ 6 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 60%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil
24-11-21 Cairan masih keluar KU: baik, compos G1P0A0 21 tahun Akhiri kehamilan
Pukul dari jalan lahir, mentis hamil 38 minggu 5 dengan SC
16.00 Kenceng- kenceng TD: 110/60 mmHg hari, janin 1 hidup
HR: 84x/menit intrauterine, letak
RR:24x/menit kepala sudah
T: 37oC masuk pintu atas
panggul, punggung
His: 3x/10 menit (40 kiri, Ketuban
detik) Pecah Dini 6 jam,
PPV: lendir darah Partus tak maju
(+), air ketuban (+)

DJJ: 154x/menit

VT: ɸ 6 cm, kulit


ketuban (+),
effacement 60%,
bagian bawah janin
turun di H1,
presentasi belakang
kepala, POD ubun-
ubun kecil
25-11-21 Post SC KU: baik, compos P2A0 21 tahun Tx:
Pukul 07.00 mentis Post SC Infus Paracetamol
TD: 126/72 mmHg 100 ml
HR: 90x/menit Inj ketorolac 30
RR:20x/menit mg / 8 jam
T: 36,7oC Cefadroxil tab 300
mg / 8 jam
Vit A 100.000 IU
2x1
Vit C 50 mg 2x1
Vit B Complex 2x1
Tablet penambah
darah 2x1

Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI
26-11-21 Post SC KU: baik, compos P2A0 21 tahun Tx:

16
Pukul 07.00 mentis Post SC Cefadroxil tab 300
TD: 125/70 mmHg mg / 8 jam
HR: 87x/menit Asam mefenamat
RR:20x/menit 500 mg tab 3x1
T: 36oC Vit C 50 mg 2x1
Vit B Complex 2x1
Tablet penambah
darah 2x1

Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI
27-11-21 Post SC KU: baik, compos P2A0 21 tahun Tx:
Pukul 07.00 mentis Post SC Cefadroxil tab 300
TD: 110/80 mmHg mg / 8 jam
HR: 80x/menit Asam mefenamat
RR:20x/menit 500 mg tab 3x1
T: 37oC Vit C 50 mg 2x1
Vit B Complex 2x1
Tablet penambah
darah 2x1

Mx:
KU, TTV, PPV,
BAB, BAK, ASI

Acc pulang

IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

X. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre-Operatif :
G1P0A0 21 tahun hamil 38 minggu 5 hari, janin 1 hidup intrauterine, presentais
kepala sudah masuk PAP, partus tak maju, ketuban pecah dini

17
Diagnosis Post-Operatif :
P1A2 21 tahun post Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda a.i partus tak
maju, riwayat Ketuban Pecah Dini
Nama/ Macam operasi: Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Tanggal operasi: 24 November 2021
Jam operasi dimulai : 17.15 WIB
Jam operasi selesai : 18.20 WIB
Lama operasi: 1 jam 5 menit

Langkah-langkah operasi:
1. Posisi pasien : tidur terlentang pengaruh anestesi
2. Area desinfeksi : daerah tindakan dan sekitar, pasang duk
3. Insisi pfannenstiel, perdalam lapis demi lapis
4. Buka cavum abdomen, identifikasi uterus
5. Insisi semilunar pada SBR, pecah KK - ketuban keruh kehijauan
6. Dengan mekiksir kepala melahirkan janin, kemudian melahirkan plasenta
7. Jahit SBR secara double layer
8. Eksplorasi perdarahan (-), alat dan kassa lengkap
9. Tutup kembalidinding abdomen lapis demi lapis
10. Tindakan selesai

XI. LAPORAN PERSALINAN


Rabu, 24 November 2021 pukul 17.35 WIB
Lahir bayi laki-laki berat badan bayi 3205 gram, panjang badan 49 cm. Lingkar
kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm, APGAR Score 7-8-9
KU : Bayi menangis kuat, bergerak aktif, warna kulit kemerahan
Kepala : Mesocephal, ubun-ubun datar
Kulit : Warna kemerahan. Verniks kaseosa (+)
Mata : Sklera ikterik -/-, sekret -/-
Hidung : Nafas cuping hidung -/-

18
Pulmo : SDV +/+, suara tambahan -/-, retaksi -/-
Cor : BJ I dan II normal, reguler, suara tambahan –
Abdomen : Datar, super, bising usus normal
Genitalia : Epispadia (-), hipospadia (-), anus (+)
Ekstremitas : Jumlah lengkap, kuku tampak panjang

19
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Ketuban Pecah Dini (KPD)


1.1. Definisi Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).1

1.2. Klasifikasi Ketuban Pecah Dini


KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti
dengan vaginal pooling, test nitrazin dan test fern atau IGFBP-1 (+) pada usia
<37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecah
ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu,
sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 sampai kurang
dari 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan
kurang dari 37 minggu.2
KPD pada Kehamilan Aterm
Ketuban pecah dini/premature rupture of membranes (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling,
tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.1

1.3. Faktor Resiko Ketuban Pecah Dini


Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya pada
kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi

20
bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko
adalah pasien dengan status sosioekonomi rendah, perokok, mempunyai
riwayat infeksi menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur,
riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, perdarahan
pervaginam, atau distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan multipel
dan polihidramnion). Prosedur yang dapat berakibat pada kejadian KPD
aterm antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi
tunggal yang menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga
dapat menyebabkan KPD preterm. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD preterm.3

1.4. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu teriadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.4
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
 Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-I
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.

21
Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung
terjadi Ketuban Pecah Dini.5
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban
ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban
Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.2

1.5. Diagnosis Ketuban Pecah Dini


Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm
harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan
dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan
yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu
dilakukan.
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan spekulum)
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan
visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar,
usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya,
dan faktor risikonya. Pemeriksaan digital vagina yang terlalu sering
dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini akan
meningkatkan risiko infeksi dilarutkan dengan cairan steril dan
sebaiknya tidak menyentuh serviks. Pemeriksaan spekulum steril
digunakan untuk menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau

22
prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi bukan kepala); menilai
dilatasi dan pendataran serviks, mendapatkan sampel dan
mendiagnosis KPD aterm secara visual.
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus
diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis,
ambil dua swab dari serviks (satu sediaan dikeringkan untuk diwarnai
dengan pewarnaan gram, bahan lainnya diletakkan di medium
transport untuk dikultur.6
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks
posterior vagina. Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion, pasien
tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika terdapat
kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan
kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan
digital vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan adanya prolaps tali
pusat.7
 Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis
untuk menilai indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan
amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin
terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar,
walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan
diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran
berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital
janin.1
 Pemeriksaan laboratorium

23
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk
menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari vagina/
perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas setelah
menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat
dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor
binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan preterm,
kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti memiliki
sensitivitas yang rendah.8 Penanda tersebut juga dapat dipengaruhi
dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain seperti
pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak memprediksi
infeksi neonatus pada KPD preterm.9
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta
air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm 3. Janin
yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterine.2

1.6. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina
yang kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat
adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina
perempuan hamil sekitar 4,5; ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3.
Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.10
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya Ketuban Pecah Dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal
agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks.10
Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti

24
keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam
kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban
Pecah Dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Dini
yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
Penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.10
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu
manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan
dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan
klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan.1
Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau
eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari). Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, belum inpartu, tidak ada tes busa negatif beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi, dan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.10
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg-50 µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi
dan persalinan diakhiri.10

25
 Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
 Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

Tabel 3.1 Medikamentosa yang Digunakan pada KPD1


Magnesium MAGNESIUM SULFAT IV:
Untuk efek neuroproteksi pada PPROM Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus 2 gram/
< 31 minggu bila persalinan jam untuk dosis pemeliharaan sampai persalinan atau
diperkirakan dalam waktu 24 jam sampai 12 jam terapi
Kortikosteroid BETAMETHASONE:
untuk menurunkan risiko sindrom 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis
distress pernapasan Jika Betamethasone tidak tersedia, gunakan
deksamethason 6 mg IM setiap 12 jam

Antibiotik AMPICILLIN
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam, dikali 4
dosis diikuti dengan
AMOXICILLIN
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika
alergi ringan dengan penisilin, dapat digunakan:
CEFAZOLIN
1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan :
CEPHALEXIN
500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan
ERYTHROMYCIN
333 mg PO setiap 8 jam selama hari
Jika alergi berat penisilin, dapat diberikan
VANCOMYCIN 1 gram IV setiap 12 jam
selama 48 jam dan
ERYTHROMYCIN
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti
dengan
CLINDAMYCIN
300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari

26
Gambar 3.1 Algoritma Manajemen Ketuban Pecah Dini

1.7. Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Komplikasi Ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin.
Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis
yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu
hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural, 1,2% mengalami
sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia. Diketahui bahwa yang

27
mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum
luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui
secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus
dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta, 4% perlu mendapatkan transfusi
darah karena kehilangan darah secara signifikan. Tidak ada kasus terlapor
mengenai kematian ibu ataupun morbiditas dalam waktu lama.3
Komplikasi Janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan
lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput
amnion sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik
dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah
studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan
mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis
terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan
sebanyak 22 persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi
sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti
malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom
distress pernapasan.,3

2. Fase Aktif Memanjang


2.1. Definisi
Friedman membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlaurt-larut) dan arrest (macet, tak maju). Ia mendefiniskan
protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, untuk
nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm per jam atau
penurunan kepala kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara protraksi
didefiniskan sebagai kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau
penurunan kepala kurang dari 2 cm per jam. Ia mendefiniskan sebagai
berhentinya secara total pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan
(arrest of dilatation) didefiniskan sebagai tidak adanya perubahan serviks

28
dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak
adanya penurunan janin dalam 1 jam.10

2.2. Etiologi
Faktor predisposisi11
 Bayi
o Kepala janin yang besar
o Hidrosefalus
o Presentasi wajah, bahu, alis
o Malposisi persisten
o Kembar yang terkunci (terkunci pada daerah leher)
o Kembar siam
 Jalan lahir
o Panggul kecil karena malnutrisi
o Deformitas panggul karena trauma atau polio
o Tumor daerah panggul
o Infeksi virus di perut atau uterus
o Jaringan parut (dari sirkumsisi wanita)

2.3. Diagnosis
Tabel 3.2 Kriteria Diagnostik Kelainan Persalinan Akibat Persalinan Lama
atau Persalinan Macet10

Pola Persalinan Nulipara Multipara

Persalinan Lama (protraction disorders)

Pembukaan <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam

Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm.jam

29
Persalinan Macet (Arrest Dissorders)

Tidak ada pembukaan >2 jam >2 jam

Tidak ada penurunan >1 jam >1jam

American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan bahwa


sebelum ditegakkan diagnosis kemacetan persalinan kala satu, kedua kriteria
ini harus dipenuhi:
1) Fase laten telah selesai, dengan serviks membuka 4 cm atau lebih
2) Sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan Montevideo
atau lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam tanpa perubahan pada
serviks.

2.4. Tata Laksana


Tata Laksana Umum11
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan sectio
caesarea.
Tata Laksana Khusus11
 Tentukan penyebab persalinan lama.
o Power: His tidak adekuat (his dengan frekuensi <3x/10 menit
dan durasi setiap kontraksinya < 40 detik)
o Passenger: malpresentasi, malposisi, janin besar (lihat bab
4.18)
o Passage: panggul sempit, kelainan serviks atau vagina, tumor
jalan lahir • Gabungan dari faktor-faktor di atas
 Sesuaikan tatalaksana dengan penyabab dan situasi. Prinsip umum:
o Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan/atau
amniotomi bila terdapat gangguan Power. Pastikan tidak ada
gangguan passenger atau passage.

30
o Lakukan tindakan operatif (forsep, vakum, atau seksio
sesarea) untuk gangguan Passenger dan/atau Passage, serta
untuk gangguan Power yang tidak dapat diatasi oleh
augmentasi persalinan.
o Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya adalah
seksio sesarea.
 Berikan antibiotika (kombinasi ampisilin 2 g IV tiap 6 jam dan
gentamisin 5 mg/kgBB tiap 24 jam) jika ditemukan:
o Tanda-tanda infeksi (demam, cairan pervaginam berbau),
ATAU
o Ketuban pecah lebih dari 18 jam, ATAU
o Usia kehamilan < 37 minggu
 Pantau tanda-tanda gawat janin.
 Catat hasil analisis dan seluruh tindakan dalam rekam medis lalu
jelaskan pada ibu dan keluarga hasil analisis serta rencana tindakan
selanjutnya
Tabel 3.3 Ikhtisar Kriteria Diagnostik dan Penatalaksanaan Persalinan Lama

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Obstetri Ginekologi (POGI) & Himpunan Kedokteran Feto


Maternal (HKFM). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK): Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM. 2016; 1-17/
http:/www.alumniobgynunpad.com

2. Royal Hospital for Women. Obstetric clinical guidelines group: preterm


premature rupture of membranes assessment and management guideline. 2009
Oktober. Diunduh dari seslhd.health.nsw.gov.au pada 24 Agustus.

3. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis


and Management. Am Fam Physician. 2006 Feb 15;73(4):659-664.

4. Mercer BM, Crocker LG, Pierce WF, Sibai BM. Clinical characteristics and
outcome of twin gestation complicated by preterm premature rupture of the
membranes. Am J Obstet Gynecol. 2010 May;168(5):1467-73.

5. Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. Contemporary diagnosis and


management of preterm premature rupture of membranes. Rev Obstet Gynecol.
2008 Winter;1(1):11-22.

6. Women and Newborn Health Service. King Edward Memorial Hospital.


Clinical Guidelines Obstetrics and Midwifery Guidelines. Septem ber 2008.
www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines/sectionb/
2/5172.pdf

7. Angelini DJ, Afontaine D. Obstetric triage and emergency care protocols.


Academic Emergency Medicine. Volume 20, Issue 4, page E10, April 2013.
New York, NY: Springer Publishing Co., 2013; 336

32
8. Vogel I, Grønbaek H, Thorsen P, Flyvbjerg A. Insulin-like growth factor
binding protein 117 IGFBP-1) in vaginal fluid in pregnancy. In Vivo. 2010 Jan-
Feb;18(1):37-41.

9. Torbé AI, Kowalski K. Maternal serum and vaginal fluid C-reactive protein
levels do not17 predict early-onset neonatal infection in preterm premature
rupture of membranes. J Perinatol. 2010 Oct;30(10):655-9. doi:
10.1038/jp.2010.22. Epub 2010 Mar 4.

10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.

11. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013

33

Anda mungkin juga menyukai