Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

“G1P0A0 Usia 26 Tahun Hamil 5 Minggu


dengan Abortus Imminens”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Diajukan Kepada :
Pembimbing:
dr. Jenny Jusuf, M.Si.Med, Sp.OG

Disusun Oleh:
Qorry Aina
H3A021069

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS

“G1P0A0 Usia 26 Tahun Hamil 5 Minggu dengan


Abortus Imminens”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Qorry Aina
H3A021069

Telah disetujui oleh pembimbing:


Tanggal: 10 januari 2023
Pembimbing Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. Jenny Jusuf, M.Si.Med, Sp.OG

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan suatu kondisi yang dapat menjadi ancaman atau


pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Batasan
abortus adalah usia kehamilan sebelum 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Jumlah kejadian abortus yang dialami oleh wanita setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sebagai konsekuensinya jumlah
kematian ibu mengalami peningkatan akibat komplikasi dari abortus yaitu
perdarahan terus-menerus serta infeksi pada jalan lahir.1,2
Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab abortus adalah faktor
ibu yaitu usia ibu, paritas, usia kehamilan, penyakit medis, status gizi ibu dan
riwayat abortus. Abortus dibagi menjadi dua yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu, abortus
imminens, abortus insipien, abortus komplet, abortus inklomplet, missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksius, dan abortus septik.1,3
Komplikasi yang seringkali terjadi pada awal kehamilan yaitu abortus
imminens yang ditandai dengan adanya perdarahan dari uterus sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang disertai kontraksi dimana hasil konsepsi masih utuh di
dalam uterus dan ostium uteri eksternum tertutup. Untuk mengetahui terjadinya
abortus imminens maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaaan
laboratorium, pemeriksaan panggul, dan USG untuk mengetahui adanya kelainan
yang mempengaruhi perkembangan kehamilan.4
Berdasarkan data dan informasi World Health Organization (2020), terdapat
4.7 – 13.2% yang mengalami kasus abortus. Menurut data dan informasi profil
kesehatan Indonesia (2019) jumlah kejadian abortus di Indonesia berkisar 1.280 ibu
hamil. Deteksi dini terjadinya abortus imminens pada masa kehamilan yaitu dengan
mengenali tanda dan gejala terjadinya abortus imminens seperti keluarnya darah
dari jalan lahir yang disertai dengan nyeri perut ringan seperti pada saat menstruasi.
Adapun upaya pencegahan terjadinya abortus imminens yaitu dengan menjaga pola
makan, tidak melakukan aktivitas berat, menghindari stress, membuat program
kehamilan serta rutin melakukan ANC.5,6

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. M
Umur : 26 tahun
Alamat : Tlogoharjo raya, RT 09/06, Kota Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan terakhir : SLTA
Masuk RS : 4 Januari 2023
No RM : 63-97-30
Biaya Pengobatan : BPJS

2.2 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 4 Januari
2023 pukul 18.30 WIB di IGD RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan Utama : hamil dengan keluar darah dari jalan lahir.
1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Ny. M usia 26 tahun hamil 5 minggu datang ke IGD RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 4 Januari 2023 pukul 14.30 WIB dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak selasa
malam pada tanggal 3 Januari 2023 dengan frekuensi terus menerus dengan jumlah
yang keluar sedikit sedikit dengan warna kecoklatan, keluhan diperberat saat
tanggal 4 Januari 2023 pukul 07.30 WIB keluhan disertai nyeri perut
bagian bawah yanghilang timbul. Riwayat trauma dan hubungan seksual
sebelumnya disangkal. Pasien mengaku lima hari yang lalu merasa
kelelahan dan pusing setelah perjalanan dari luar kota. Buang air besar
dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Pasien sudah periksa ke dokter Sp.OG 1 kali dan dokter umum 1 kali
setelah dinyatakan hamil. Riwayat trauma disangkal, Riwayat koitus

2
disangkal, Buang air besar dan kecil dalam batas normal.
2. RIWAYAT HAID
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama Haid : 7 hari
d. Nyeri Haid : diakui
e. Hari Pertama Haid Terakhir : 20 November 2022
f. Hari Perkiraan Lahir : 27 Agustus 2023
3. RIWAYAT PERNIKAHAN
Merupakan pernikahan pertama dan sudah menikah selama 1,5 tahun.
4. RIWAYAT OBSTETRI
G1P0A0

Usia Tempat Jenis BB Keadaan


No Tahun Partus Penolong
Kehamilan Partus Persalinan Lahir sekarang

1. Hamil saat ini

5. RIWAYAT KB
Tidak menggunakkan KB
6. RIWAYAT ANC
ANC ke dokter Sp.OG 1 kali dan bidan 1 kali setelah dinyatakanhamil.
7. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Gastritis : Diakui sejak 2018
d. Riwayat Asma : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
f. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
g. Riwayat Alergi : Disangkal
8. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal

3
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Jantung : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
f. Riwayat Abortus : Disangkal
g. Riwayat kembar : Disangkal
9. RIWAYAT OPERASI
Disangkal
10. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien seorang karyawan swasta dengan pendidikan terakhir SLTA.
Suami pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya pengobatan
menggunakan BPJS non PBI.
Kesan ekonomi: cukup.
11. RIWAYAT PRIBADI
a. Riwayat Merokok : Disangkal
b. Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
c. Riwayat Konsumsi Obat-obatan : Disangkal

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 januari 2023 pukul 18.35 WIB di
Ruang Bougenville RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Glasgow Coma Score : 15 (E 4, V 5, M 6)
4. Vital Sign
a. Tekanan Darah : 119/74 mmHg
b. Nadi : 89x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernapasan : 20x/menit, teratur
d. Suhu : 36.7 0C
e. SP02 : 99%
5. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 157 cm
b. Berat Badan : 46 kg
c. IMT : 18,66 kg/m2 (normoweight)

4
6. Status Generalisata
a. Kepala : Mesochepal
b. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung-/-
c. Hidung : Septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-, sekret -/-
d. Mulut : Sianosis (-)
e. Telinga : Warna aurikula dalam batas normal, nyeri tarik aurikula
-/-, sekret -/-
f. Leher : Pembesaran kelenjar tiroid -/-, pembesaran kelenjar limfe
-/-, retraksi otot bantu nafas (-)
g. Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan
Paru-paru:
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

h. Abdomen : tampak sedikit cembung, striae gravidarum (-),


bekas SC (-), nyeri tekan (-)

i. Ekstremitas :

Pemeriksaan Superior Inferior


Akral hangat (+) (+)
Edema (-) (-)
Sianosis (-) (-)
CRT < 2 detik < 2 detik

7. Status Ginekologi
a. Genitalia Eksterna

1) Vulva : fluksus (+), fluor (-)


5
2) Labia mayor

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

3) Labia minor

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

4) Klitoris

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

5) Ostium uretra eksternum

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

6) Introitus vagina

a) Inspeksi : fluksus (+), fluor (-), hiperemis (-), lesi (-), massa

(-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

7) Glandula bartholini

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

8) Glandula skene

c) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

d) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

9) Perineum

a) Inspeksi : hiperemis (-), lesi (-), massa (-)

b) Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)

b. Inspekulo : tidak dilakukan

6
c. VT

1) Vulva : tidak ada kelainan

2) Uretra : tidak ada kelainan

3) Vagina : tidak ada kelainan

4) Portio : lunak, licin, sebesar jempol tangan

5) OUE : tertutup

6) Corpus uteri : sebesar telur bebek

7) Adneksa / parametrium : tidak ada kelainan

8) Cavum douglas : tidak ada kelainan

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (4 Januari 2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Darah Rutin

Leukosit H 17.94 10^3/µL 3.6 - 11


Eritrosit 4.54 10^6/µL 3.8 - 5.2
Hemoglobin 13.7 g/Dl 11.7 - 15.5
Hematokrit 39.7 % 35 - 47
MCV 87.4 fL 80 - 100
MCH 30.2 pG 26 - 34
MCHC 34.5 g/dL 32 - 36
Trombosit 284 10^3µL 150 - 440
RDW 13.0 % 11.5 - 14.5
MPV 8.6 fL 7.0 - 11.0
PLCR 14.0 %
Diff Count
Eosinofil Absolute 0.17 10^3µL 0.045 - 0.44
Basofil Absolute 0.01 10^3µL 0 – 0.2
Neutrofil Absolute H 11.42 10^3µL 1.8 – 8
Limfosit Absolute H 5.43 10^3µL 0.9 – 5.2
Monosit Absolute 0.41 10^3µL 0.16 – 1
Eosinofil L 0.3 % 2–4

7
Basofil 0.2 % 0–1
Neutrofil H 70.7 % 50 – 70
Limfosit L 21.9 % 25 - 40
Monosit 6.9
Neutrofil Limfosit
H 3.22 < 3.13
Ratio
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 82 Mg/dL < 125
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

2. Pemeriksaan USG (4 Januari 2023)

Kesan:
Janin 1 intrauterine.
Crown Rump Lenght : 2,52 cm sesuai usia kehamilan 5 minggu 5
hari. Fetal Plate (+) posisi ditengah
Fetal Heart Movement (+).

2.5 RESUME
Ny. M usia 26 tahun hamil 5 minggu datang ke IGD RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 4 Januari 2023 pukul 14.30 WIB dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak selasa
malam pada tanggal 3 Januari 2023 dengan frekuensi terus menerus dengan jumlah yang
keluar sedikit sedikit dengan warna kecoklatan, keluhan diperberat saat tanggal 4
8
Januari 2023 pukul 07.30 WIB keluhan disertai nyeri perut bagian bawah yang
hilang timbul. Riwayat trauma dan hubungan seksual sebelumnya disangkal.
Pasien mengaku lima hari yang lalu merasa kelelahan dan pusing setelah
perjalanan dari luar kota. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
keluhan.
Pasien sudah periksa ke dokter Sp.OG 1 kali dan bidan 1 kalisetelah
dinyatakan hamil. Riwayat trauma disangkal, Riwayat koitus disangkal,
Buang air besar dan kecil dalam batas normal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, composmentis.
Tekanan darah 119/74 mmHg, nadi 89 x / menit, laju nafas 20 x / menit, suhu
36.7 0C, sp02 99 %. Status internus pada abdomen didapatkan perut sedikit
cembung, striae gravidarum (-), bekas SC (-), nyeri tekan (-). Genitalia
eksterna : fluksus (+). Inspekulo tidak dilakukan. Pemeriksaan VT : fluksus
(+), portio: lunak, licin, sebesar jempol tangan, cavum uteri sebesar telur
bebek, ostium uteri eksternum tertutup. Pada hasil pemeriksaan laboratorium
darah lengkap didapatkan leukosit 17.940 (meningkat), neutrofil absolute
11.42% (meningkat), limfosit absolute 5.43 % (meningkat), eosinofil 0.9%
(menurun). USG didapatkan janin 1 intrauterine, Crown Rump Lenght : 2,52
cm sesuai usia kehamilan 5 minggu 5 hari, Fetal Plate(+) posisi ditengah, Fetal
Heart Movement (+).

2.6 DIAGNOSA KERJA


G1P0A0 usia 26 tahun hamil 5 minggu
Abortus Imminens

2.7 INITIAL PLAN

1. Initial plan diagnosis

Tidak ada

2. Initial plan tatalaksana

a. Konservatif

b. Bed Rest

c. Medikamentosa :

1) Sefadroxil 3 x 500 mg
9
2) Mikrogest 2 x 1 tablet

3) Asam folat 1 x 1 gram

4) Emineton 2 x 1 tablet

3. Initial plan monitoring

Monitoring keadaan umum, tanda-tanda vital, dan pengeluaran


pervaginam.
4. Initial plan edukasi

a. Menjelaskan kondisi kehamilan pasien

b. Menjelaskan tatalaksana yang akan dilakukan

c. Menjelaskan kepada pasien tentang risiko berulangnya kejadian


abortus pada kehamilan berikutnya.

2.8 PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam


Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

10
2.9 LAPORAN FOLLOW UP

Tanggal S O A P

04-01-2023 Hamil 5 KU: baik, composmentis G1P0A0 usia 26 - Bed rest


Pukul 17.07 minggu TD: 119/74 mmHg tahun hamil 5 - Pengawasan
WIB dengan keluar HR: 89x/menit minggu, abortus keadaan umum,
darah dari RR: 20x/menit imminens tanda-tanda vital,
jalan lahir. T: 36.7oC pengeluaran
Sp02 : 99 % pervaginam
BB : 46 kg - Infus Ringer
TB : 157 cm Laktat 18 tetes
permenit
Status internus: dalam - Sefadroxil 3 x
batas normal 500 mg
- Mikrogest 2 x 1
Pengeluaran pervaginam: tab
fluksus (+)
- Asam folat 1 x1
gram
VT : : fluksus (+), portio:
- Emineton 2 x 1
lunak, licin, sebesar jempol tab
tangan, cavum uteri sebesar
telur bebek, ostium uteri
eksternum tertutup

11
Laboratorium 4/1/2023:
- leukosit 17.940
(meningkat)
- neutrofil absolute
11.42% (meningkat),
- limfosit absolute 5.43
% (meningkat),
- eosinofil 0.9%
(menurun)

USG 4/1/2023: janin 1


intrauterine, Crown Rump
Lenght : 2,52 cm sesuai
dengan usia kehamilan 5
minggu 5 hari,fetal plate
(+) posisi di tengah, fetal
heart
movement (+)

05-1-2023 Tidak keluar KU: baik, composmentis G1P0A0 usia 26 - Bed rest
Pukul 06.30 darah dari TD: 110/70 mmHg tahun hamil 5 - Pengawasan
WIB jalan lahir HR: 80x/menit minggu, abortus keadaan umum,
RR: 20x/menit imminens tanda-tanda vital,
o
T: 36.6 C pengeluaran
pervaginam
Status internus dalam batas - Infus Ringer
normal Laktat 18 tetes
permenit
Pengeluaran pervaginam: - Sefadroxil 3 x
fluksus (-) 500 mg
- Mikrogest 2 x 1
Laboratorium 4/1/2023: tab
- leukosit 17.940 - Asam folat 1 x1
(meningkat) gram
- neutrofil absolute
11.42% (meningkat),
- limfosit absolute 5.43
% (meningkat),

12
- eosinofil 0.9%
(menurun)

USG 4/1/2023: janin 1


intrauterine, Croen Rump
Lenght : 2,52 cm sesuai
dengan usia kehamilan 5
minggu 5 hari,fetal plate
(+) posisi di tengah, fetal
heart
movement (+)

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI ABORTUS


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mampu hidup luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sedang menurut
WHO / FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat janin
tidak diketahui.8

3.2 KLASIFIKASI ABORTUS


Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah.

1. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih baik dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan dari:

a. Perdarahan pervaginam melalui ostium uteri eksternum dalam


jumlah sedikit

b. Nyeri perut dirasakan sedikit atau tidak sama sekali

c. Ostium uteri masih tertutup, besar uterus masih sesuai usia


kehmailan

d. Tes kehamilan masih positif.8

14
Gambar 1. Abortus imminens
2. Abortus Insipien

Abortus yang sedang berlangsung. Dalam hal ini rasa nyeri menjadi
lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah, serviks telah mendatar dan
ostium uteri eksternum telah terbuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Diagnosis abortus
insipien ditentukan dari:

a. Perdarahanbertambah sesuai dengan pembukaan serviks uteri dan usia


kehamilan

b. Nyeri perut karena kontraksi yang sering dan kuat

c. Serviks membuka

d. Besar uterus masih sesuai usia kehamila

e. Tes kehamilan masih positif.8

Gambar 2. Abortus insipiens

15
3. Abortus Inkomplet

Abortus inkomplet yaitu ketika sebagian hasil konsepsi telah keluar


darikavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Perdarahan abortus ini
dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi
dikeluarkan. Diagnosis abortus inkomplit ditentukan dari:

a. Jumlah perdarahan bergantung pada jaringan yang tersisa dan disertai


kontraksi

b. Canalis servikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri


atau menonjol pada ostium uteri eksternum

c. Uterus lebih kecil dari usia kehamilan.8

Gambar 3. Abortus Inkomplet

4. Abortus Komplet

Abortus kompletus terjadi jika keseluruhan hasil konsepsi telah keluar


dari kavum uteri. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium
uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
Diagnosis abortus komplit ditentukan dari:
a. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan

b. Ostium uteri telah menutup

c. Uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit, besar uterus tidak


sesuai dengan usia kehamilan
d. Pemeriksaan urin biasanya masih positif 7-10 hari setelah abortus.7
16
Gambar 4. Abortus Komplet
5. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal


dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Tidak ada keluhan apa pun
kecuali merasapertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila usia kehamilan lebih dari 14 minggu sampai 20 minggu, penderita
justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda
kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Missed abortion
juga diawali dengan abortus imminens yang kemudian merasa sembuh
tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pemeriksaan urin tes kehamilan
biasanya negatif setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan.8

Gambar 5. Missed Abortion


6. Abortus Septik dan Abortus Infeksious
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi pada
alat genitalia. Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran

17
infeksi pada peredaran darah dalam tubuh atau peritoneum.
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang
disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardi,
perdarahan pervaginam yang lama atau bercak perdarahan, discharge
vagina atau serviks yang berbau busuk, uterus lembek, nyeri perut dan
pelvis serta leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit
berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan
darah.8
7. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah jika abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih secara berturut-turun. Penderita abortus habitualis umumnya tidak
sulit untuk hamil kembali, namun kehamilannya berakhir dengan abortus
secara berturut-turut. Penyebab abortus habitualis selain faktoranatomis
antara lain adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, kelainan
kromosom, dan inkompetensi serviks.8

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan


memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
1. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena indikasi medis dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan kesehatan ibu
(berdasarkan indikasi medis).
2. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.8

3.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO ABORTUS


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah:
b. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan kromosom lainnya.
18
c. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada
hasil konsepsi terganggu.
d. Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Misalnya end arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin,
bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus.
Anemia juga dapat menyebabkan terjadinya abortus. Kelelahan fisik dan
tekanan psikis pada ibu hamil juga beresiko terjadi abortus.
4. Kelainan traktus genitalia
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.8

3.4 PATOGENESIS
Saat ini penyebab abortus terancam yang diketahui meliputi perubahan
kadar sitokin dan membran plasenta, disfungsi imun ibu, dan kelainan
endokrin.
1. Profil sitokin abnormal
Patofisiologi keguguran yang mengancam dalam hal sitokin
melibatkan perubahan keseimbangan T helper (Th) 1/Th2 akibat
peningkatan sitokin proinflamasi tipe Th1 uterus dan/atau defisiensi
sitokin tipe Th2/3, yang menyebabkan peningkatan interleukin serum ibu.
(IL)-2 reseptor dan tingkat tumor necrosis factor (TNF)-α. Perubahan

19
kadar sitokin ini dapat membantu memprediksi hasil.
2. Disfungsi imunologi
Pengenalan imunologis kehamilan sangat penting untuk pemeliharaan
kehamilan. Dan pengenalan antigen janin yang tidak memadai dapat
menyebabkan aborsi. Kehadiran antibodi Anti-b2-glikoprotein I dikaitkan
dengan peningkatan risiko keguguran pada wanita dengan ancaman aborsi
pada trimester pertama. Tingkat sirkulasi kemokin yang merupakan
protein yang terlibat dalam regulasi peradangan dan respons imun
dikaitkan dengan peningkatan risiko keguguran yang mengancam dan
mungkin memiliki fungsi regulasi pada kehamilan. Peningkatan level
neutrophilactivating protein-78 (ENA-78) yang diturunkan dari sel epitel,
protein yang terlibat dalam regulasi angiogenesis dan rekrutmen leukosit,
dikaitkan dengan peningkatan interval risiko keguguran saat hasil
pengumpulan meningkat. Dalam kasus RPL, Satu gangguan autoimun
spesifik, APS, memerlukan perhatian khusus karena telah jelas terkait
dengan banyak hasil obstetrik yang buruk, termasuk RPL.
3. Stres oksidatif
Peroksidasi lipid dan variasi aktivitas enzim antioksidan mungkin
pentingdalam patogenesis keguguran]. Radikal bebas O2 dihasilkan dalam
kondisihipoksia dan dikonfirmasi sebagai ancaman teratogenik potensial
terhadap jaringan janin dan diketahui terkait dengan patofisiologi
gangguan kehamilan manusia yang umum, termasuk keguguran.
4. Gangguan endokrin
Faktor endokrinologi yang paling umum adalah sindrom ovarium
polikistik (PCOS) dan obesitas. Selain cacat janin, ini termasuk ovarium
polikistik anatomis, obesitas, cacat endometrium, trombosis plasenta, dan
kelainan hormonal seperti resistensi insulin atau sekresi androgen
berlebih.9

20
3.5 PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Didapatkan tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20
minggu, mual muntah, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan
positif, perdarahan pervaginam yang dapat disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi. Nyeri perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta
suhu badan normal atau meningkat.
b. Pemeriksaan ginekologis
1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium / tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta
ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) VT : porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak
nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Darah Lengkap
a) Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik
b) LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
2) Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG
secara prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan
abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan
ektopik).
b. Ultrasonografi
1) USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
21
minggu
2) Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 - 6 minggu)
3) Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,
pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah
kehamilan viabel atau non-viabel.8

3.6 PENATALAKSANAAN

Penderita diminta tirah baring sampai perdarahan berhanti. Bisa


diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan
hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
Penderita boleh dipulangkan jika sudah tidak terjadi perdarahan dengan pesan
khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai kurang lebih 2 minggu.
Pasien harus diberikan tindakan pencegahan kembali yang ketat mengenai
perdarahan vagina yang berlebihan, sakit perut, atau demam danpasien harus
diedukasi tentang pentingnya tindak lanjut. Analgesia dapatdiberikan untuk
membantu meringankan ketidaknyamanan akibat kram.NSAID harus
dihindari dalam pengaturan abortus iminens, karena kehamilandapat terus
berlanjut hingga viabilitas. Tindak lanjut dianjurkan dengan USGtransvaginal
serial sampai kehamilan intrauterin yang layak dikonfirmasi atau sampai
perkembangan aborsi tipe lain terjadi.8

Dokter dapat mempertimbangkan pengujian beta hCG kuantitatif serial


seperti yang direkomendasikan untuk kehamilan yang tidak diketahui asalnya
untuk terus memantau kelangsungan hidup kehamilan, terutama dalam
pengaturan di mana kehamilan intrauterin dengan aktivitas jantung belum
dikonfirmasi oleh USG. Dalam kasus ini, ada kemungkinan bahwa kehamilan
belum mencapai usia kehamilan di mana aktivitas jantung diharapkan pada
USG atau ada kemungkinan bahwa kehamilan tidak akan layak.8

Pasien harus diberi konseling tentang kemungkinan aborsi spontan pada


kehamilan, serta kemungkinan bahwa kehamilan dapat berlanjut menuju
kelangsungan hidup. Beberapa percobaan telah menunjukkan bahwa
suplementasi progesteron tidak meningkatkan hasil untuk pasien dengan
aborsi terancam dan progesteron saat ini tidak direkomendasikan sebagai

22
pengobatan atau pencegahan untuk pasien dengan abortus iminens. Beberapa
provider lebih memilih untuk menasihati pasien untuk menghindari aktivitas
berat dan untuk mempertahankan istirahat panggul setidaknya sampai
penghentian pendarahan vagina. Dokter harus merekomendasikan agar pasien
memulai atau melanjutkan konsumsi vitamin prenatal dengan suplementasi
asam folat.8

3.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterusdalam
posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-
amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

23
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).8

3.8 PROGNOSIS ABORTUS IMMINENS

Penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 20% wanita mengalami


pendarahan vagina sebelum 20 minggu kehamilan. Selanjutnya, sekitar 50%
dari pasien yang mengalami ancaman aborsi berkembang menjadi keguguran.
Penelitian telah menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko hasil
yang merugikan di kemudian hari jika ada perdarahan vagina selama trimester
pertama kehamilan itu. Misalnya, mungkin ada risiko yang lebih besar dari
plasenta previa, solusio plasenta, kebutuhan untuk penghapusan manual
plasenta setelah melahirkan, kelahiran sesar, ketuban pecah dini prematur,
kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah, pembatasan pertumbuhan janin,
dan janin atau kematian neonatus.8

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. M usia 26 tahun hamil 5 minggu datang ke IGD RSUD Tugurejo


Semarang pada tanggal 4 Januari 2023 pukul 14.30 WIB dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak selasa
malam pada tanggal 3 Januari 2023 dengan frekuensi terus menerus dengan jumlah yang
keluar sedikit sedikit dengan warna kecoklatan, keluhan diperberat saat tanggal 4
Januari 2023 pukul 07.30 WIB keluhan disertai nyeri perut bagian bawah yang
hilang timbul. Riwayat trauma dan hubungan seksual sebelumnya disangkal.
Pasien mengaku lima hari yang lalu merasa kelelahan dan pusing setelah
perjalanan dari luar kota. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada
keluhan.
Pasien sudah periksa ke dokter Sp.OG 1 kali dan bidan 1 kali setelah
dinyatakan hamil. Riwayat trauma disangkal, Riwayat koitus disangkal,
Buang air besar dan kecil dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum baik, composmentis. Tekanan darah 119/74
mmHg, nadi 89 x / menit, laju nafas 20 x / menit, suhu 36.7 0C, sp02 99 %.
Status internus pada abdomen didapatkan perut sedikit cembung, striae
gravidarum (-), bekas SC (-), nyeri tekan (-). Genitalia eksterna : fluksus (+).
Inspekulo tidak dilakukan. Pemeriksaan VT : fluksus (+), portio: lunak, licin,
sebesar jempol tangan, cavum uteri sebesar telur bebek, ostium uteri
eksternum tertutup. Pada hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
didapatkan leukosit 17.940 (meningkat), neutrofil absolute 11.42%
(meningkat), limfosit absolute 5.43 % (meningkat),eosinofil 0.9% (menurun).
USG didapatkan janin 1 intrauterine, Crown Rump Lenght : 2,52 cm sesuai
usia kehamilan 5 minggu 5 hari, Fetal Plate(+) posisi ditengah, Fetal Heart
Movement (+).
Hasil konsepsi masih utuh berada dalam cavum uteri. Oleh karena itu,
diagnosis yang sesuai untukkondisi pasien ini addalah abortus imminens
sesuai dengan teori bahwa hal ini merupakan ancaman pengeluaran hasil
konsepsi. Kehamilan pasien masih dapatdipertahan dengan tatalaksana yang
tepat. Tatalaksana yang dapat dilakukan yaitu, konservatif, bed rest,
pengawasan tanda-tanda vital perdarahan pervaginam. Pemberian obat-

25
obatan juga dapat dilakukan untuk menunjang kondisi ibu, seperti pemberian
asam folat, spasmolitika agar uterus tidak berkontraksi atau diberitambahan
hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.8
Pasien dan keluarga juga perlu diberikan edukasi tentang kemungkinan
aborsi spontan pada kehamilan, serta kemungkinan bahwa kehamilan dapat
berlanjut menujukelangsungan hidup. Pasien diminta untuk menghindari
aktivitasberat dan faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya abortus
spontan serta pasien dapat mengistirahatkan panggul setidaknya sampai
penghentian pendarahan vagina.8

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Dartiwen, Yati N. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Andi


Publisher; 2019.

2. Sari, Wulan Citra. Hubungan antara Umur dan Paritas dengan Kejadian
Abortus Imminens di RS.AR Bunda Kota Prabumulih Tahun 2019. Jurnal
Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan
Budi Mulia Palembang; 2020: vol. 1, no. 10.

3. Novita G, R. Oktaviance S, Aprilita BS. Gambaran Deteksi Dini tentang


Abortus Imminens pada Ibu Hamil di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahi Medan Marelan Tahun 2021. Journal of Healthcare Technology and
Medicine; 2021: vol.7, no.2.

4. Rangkuti, L. F., Sanusi, S. R., & Lutan, D. (2019). Penyakit Ibu Terhadap
Kejadian Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padangsidimpuan. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, 3(1), 29. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v3i1.1793.

5. Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019.


Kementrian Kesehatan RI, 8(9), 1–58.

6. Pratiwi, D. (2019). Karakteristik Ibu Hamil Dengan Abortus Imminens Di


Rumah Sakit Umum Mitra Medikamedan Tahun 2017. Gaster, 17(1), 1.
https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.329.

7. Riza PA, Ririn R, Nur Hidayati. Studi Kasus Kehamilan dengan Masalah
Kecemasan, Anemia dan Riwayat Abortus di Praktik Mandiri Bidan Lilis S.,
S.ST. Health Science Journa; 2019: vol. 3, no.2.

8. Ratna DPS, Arif YP. Perdarahan pada Kehamilan Trimester 1. Lampung; 2018.

9. C. W. Ku, Z. W Tan, M. K. Lim, et al. Spontaneous Miscarriage In First


Trimester Pregnancy Is Associated With Altered Urinary Metabolite Profile.
2017,8, 48-55. https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.bbacli.2017.07.003.

27
10. Yollin NS, Esitra H, Intan MP. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Abortus
Spontan pada Ibu Hamil di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2017–2018.
Jurnal Sehat Mandiri; 2022: vol.17, no 1.

28

Anda mungkin juga menyukai