Anda di halaman 1dari 15

KONSELING DAN EDUKASI

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI


BERBASIS HUMANIS DENGAN SUNTIK KB 3 BULAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Stase VI


(Asuhan Keluarga Berencana)

Disusun oleh :
RIZKI AGIYATIN, S.Keb
2310503076

PRODI PROFESI BIDAN


MAJELIS DIKTILITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Kalitanjung Timur No. 14/18 A Kel./Kec. Harjamukti Kota Cirebon
45143
2022/2023
LEMBAR PENGKAJIAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

PENGKAJIAN
Tanggal : 16 Januari 2024.
Jam : 09.30 WIB

IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. R

2. Umur : 41 tahun 2. Umur : 42 tahun

3. Agama : Islam 3. Agama : Islam

4. Pendidikan : SLTA 4. Pendidikan : SLTA

5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta

6. Suku : Sunda 6. Suku : Sunda

Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia

7. Alamat : Joglo 2/5 7. Alamat : Joglo 2/5

Mekarjaya Mekarjaya

DATA SUBYEKTIF

1. ALASAN DATANG

Ibu datang dengan alasan ingin mengunakan KB pasca persalinan,

melahirkan anak ketiga 3 bulan yang lalu. Sudah haid sebanyak 1 kali dan

berencana menunda kehamilan.


KELUHAN UTAMA

Telah melahirkan anak dengan usia yang tua, ingin menggunakkan KB

untuk menunda kehamilannya.

YANG MENGANTAR

Ibu diantar oleh suaminya

2. RIWAYAT MENSTRUASI
a. Menarche : Usia 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5 hari
d. Banyak : 3 kali ganti pembalut dalam satu hari
e. Sifat Darah : Encer
f. Warna : Merah segar
g. HPHT :-

3. RIWAYAT PERKAWINAN
a. Kawin : Kawin
b. Lama Perkawinan : 20 tahun

4. RIWAYAT OBSTETRI YANG LALU


Riwayat Seluruh Kehamilan
a. Gravida 3
b. Partus 3
c. Abortus 0
d. Lahir Hidup 3
e. Lahir Mati 0
5. RIWAYAT PERSALINAN TERAKHIR
a. Tanggal Persalinan Terakhir : 11 Oktober 2023
b. Jenis Persalinan : Normal
c. Apakah sedang Menyusui : Ya

6. RIWAYAT KB SEBELUMNYA
Dalam dua tahun terakhir apakah memakai kontrasepsi : Ya
Lama Alasan Berhenti Metode
No Metode
Pemakaian Kontrasepsi
1 Suntik 5 tahun Hamil

7. RIWAYAT MEDIS SEBELUMNYA


a. Sedang mendapat pengobatan jangka Panjang : Tidak
b. Saat ini sedang menderita penyakit kronis : Tidak
8. RIWAYAT SOSIAL
a. Merokok : Tidak
b. Minuman Keras : Tidak

9. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Tumor Ginekologi : Tidak Ada
b. Operasi Ginekologi yang pernah dialami : Tidak Ada
c. Penyakit Kelamin : Tidak Ada
d. Perdarahan tanpa sebab yang jelas : Tidak Ada

DATA OBYEKTIF
1. STATUS GENERALIS
a. Keadaan Umum : Baik
b. Status Emosional : Stabil
c. Kesadaran : Composmentis
d. Tinggi Badan : 155 cm
e. Berat Badan : 67 kg
f. TD : 120/80 mmHg
g. Nadi : 80x/m
h. RR : 20x/m
i. Suhu : 36,5O

2. PEMERIKSAAN KHUSUS OBSTETRI


a. Payudara
1) Benjolan : Tidak Ada
2) Nyeri Tekan : Tidak Ada
3) Putting Susu : Menonjol
4) Sedang Menyusui : Ya
b. Abdomen
1) Pembesaran : Tidak Ada
2) Bekas Luka : Tidak ada luka bekas operasi
3) Nyeri Tekan : Tidak Ada
4) Peradangan : Tidak Ada
5) VT : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Tumor : Tidak Ada
d. Posisi Rahim :-
e. Bentuk :-
f. Inspekulo :-
g. Tanda-tanda Peradangan : Tidak Ada
h. Tanda-tanda Kehamilan : Tidak Ada
i. Perdarahan : Tidak Ada
j. Varises : Tidak Ada
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Planotes : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PSIKOLOGIS

1. Pengertian Ibu tentang efek samping alat kontrasepsi :

Ibu tidak mengetahui efek samping dari kontrasepsi

2. Pengaruh alat kontrasepsi dengan agama yang dianut :

Tidak ada pengaruh kontrasepsi dengan agama yang dianut karena ibu hanya

ingin menjarangkan kehamilan

3. Pengaruh alat kontrasepsi dengan hubungan suami / istri :

Ibu tidak mengetahui pengaruhnya jadi ibu menginginkan kontrasepsi yang

tidak terlalu berpengaruh ketika hubungan suami istri


ANALISA

Ny. A, 42 tahun P3A0 dengan pemasangan KB Suntik keadaan ibu baik

PENATALAKSANAAN

1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, terbina hubungan baik

dengan ibu dan keluarga.

2. Melakukan informed consent untuk pemeriksaan dan asuhan yang akan

dilakukan, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

3. Memberitahu hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan diberikan,

ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

4. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan. Ibu telah

memilih suntik KB 3 bulan

5. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik KB 3 bulan (Depo Progesteron)

secara IM dibagian bokong ibu. Ibu telah diberikan KB Suntik tiga bulan.

6. Menjelaskan tentang keuntungan penggunaakn KB suntik 3 bulan, KB in

sangat efektif sebagai pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak

berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen

sehinga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah.

7. Memberitahu kepada ibu tentang efek samping seperti perubahan pola haid

dan berat badan, sakit kepala/pusing, penurunan libido/hasrat seksual,

perdarahan/perdarahan bercak (spotting). Menjelaskan kepada ibu bahwa

pengunaan KB suntik tidak menjamin perlindungan terhadap penularan


IMS, Hepatitis B atau Infeksi Virus HIV. Ibu sudah mengetahui efek

sampingnya.

8. Menganjurkan ibu kembali apabila ada keluhan dan suntik ulang pada

tanggal. Ibu sudah mengerti dan bersedia datang kembali untuk

mendapatkan suntikan ulang.

9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.


PEMBAHASAN

A. Pembahasan Data Subjektif

Pengkajian subjektif pada Ny A tanggal 16 Januari 2024 pukul 09.30

WIB dengan pengkajian melalui data, pasien melahirkan 3 bulan yang lalu di

Puskesmas. Saat ini bayi mendapatkan ASI Eksklusif , dan belum pernah ber

KB sejak melahirkan, ibu sudah haid dengan hari pertama haid terakhir pada

tanggal 11 Januari 2024, saat ini setelah bersih dari haid belum pernah

berhubungan , Riwayat pemeriksaan lab HIV, Sifilis dan Hepatitis B Non

Reaktif , ibu mengatakan sudah ada pilihan rencana KB jangka panjang

mengingat 2 kehamilan sebelumnya terjadi dengan jarak kehamilan dekat,

namun ibu masih belum yakin, tidak ada Riwayat hipertensi, ibu tidak

memiliki Riwayat perdarahan dan keputihan .

Keputusan yang diambil oleh Ny.A untuk mendatangi Puskesmas

sebagai tempat Fasilitas Kesehatan untuk mendapatkan KB sudah tepat

dilakukan, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Marcelya (2018)

penggunaan KB dapat mengatasi risiko kesehatan reproduksi salah satunya

adalah kehamilan 4T, yaitu hamil dalam usia terlalu tua ( usia >35 tahun),

hamil dalam usia terlalu muda ( usia <20 tahun), terlalu sering atau terlalu

dekat jarak kehamilan (usia <2 tahun) dan terlalu banyak anak (>4 orang).

Metode kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan yang akan

berkorelasi jangka panjang untuk mengurangi risiko kematian ibu dan bayi

karena risiko kehamilan.


Hal ini juga sesuai dengan upaya yang dijelaskan oleh BKKBN (2018)

bahwa dalam menyukseskan program KB dengan memberikan edukasi

kepada masyarakat mengenai 4T. Jikalau masyarakat sudah mengerti

mengenai bahaya faktor risiko 4T, maka masyarakat akan lebih

memperhatikan usia, sebelum merencanakan memiliki momongan agar tidak

terlalu tua atau terlalu muda dan juga akan lebih memperhatikan jarak

kehamilan.

Tindakan Ny.A sesuai dengan tujuan KB menurut World Health

Organization (2016) yakni Keluarga Berencana (Family Planning) dapat

memungkinkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengantisipasi kelahiran,

mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan mengatur jarak serta waktu

kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan

tindakan infertilitas. Jadi, Keluarga Berencana (Family Planning) adalah

suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk

mewujudkan keluarga kecil, bahagia sejahtera.

Berdasarkan teori lama efektivitas, kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2

yaitu : (1) MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) yang termasuk dalam

kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD dan MOP (2) Non

MKJP(Non Metode Kontrasepi Jangka Panjang) yang termasuk dalam

kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode lain selain dari metode

MKJP (BKKBN, 2011).


Suntik KB 3 bulan adalah metode kontrasepsi hormonal yang

mengandung eterogen. Kontrasepsi ini bekerja dengan mencegah pengeluaran

sel telur sehinggah tidak akan terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Satu

suntikan di berikan setiap tiga bulan dan suntikan tersebut sangat efektif

apabila rutin di berikan secara tepat waktu (T. Yuniastuti, 2011).

Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus pada Ny.A yang akan

memilih alat kontrasepsi ini. Ibu dalam keadaan baik dan akan melakukan

pemasangan alat kontrasepsi. Berdasarkan pernyataan pasien bahwa pasien

menginginkan KB jangka Panjang dan tidak ada Riwayat tekanan darah

tinggi. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa pasien tidak berisiko

menggunakan KB suntik.

B. Pembahasan Data Objektif


Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal 16 Januari 2024 di Ruang

KIA Puskesmas Situ didapatkan hasil pemeriksaan keadaan ibu baik, tanda-

tanda vital dalam keadaan baik. Tidak mengalami tekanan darah tinggi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas bahwa kondisi pasien layak untuk

diberikan KB suntik 3 bulan. Menurut WHO (2014), angka penggunaan

kontrasepsi suntik DMPA sebesar 57,4% dari total pengguna kontrasepsi

didunia. Indonesia (2014) sebesar 49,67% dari total pengguna kontrasepsi di

indonesia.

Menurut Saroha Pinem (2014) yang boleh menggunakan KB suntik 3

bulan yaitu:

1. Usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak.


2. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas

tinggi.

3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

5. Setelah abortus.

6. Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi.

7. Perokok.

8. Tekanan darah 180/110mm/Hg, masalah gangguan pembekuan darah,

dan anemia bulan sabit.

9. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

untuk tuberkulosis (rifampisin).

10. Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.

11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

12. Mendekati usia menopausedan tidak mau atau tidak.

13. Anemia defesiensi besi.

Menurut Saroha Pinem (2014) yang tidak boleh menggunakan KB

suntik 3 bulan yaitu:

1. Hamil atau dicurigai hamil karena risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran.

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5. Diabetes mellitus disertai komplikasi.


6. Kanker pada traktus genitalia.

7. Waktu mulai penggunaan suntikan progestin.

8. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut diyakini tidak hamil,

mulai hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.

9. Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut hamil, suntikan pertama

dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

bersenggama.

10. Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntika. Bila kontrasepsi sebelumnya

dipakai dengan benar dan ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat

segera diberikan. Tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.

11. Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin menggantinya

dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang

akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang

sebelumnya.

12. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormmonal, suntikan pertama

kontrasepsi hormonal yaang akan diberikan dapat segera disuntikkan,

asal saja ibu tidak hamil. Pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, maka selama

tujuh hari setelah suntikan ibu tidak boleh bersenggama.

Antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan karena pada hasil

pemeriksaan Ny.A dalam keadaan baik, dan tidak termasuk kedalam kontra
indikasi syarat pemberian KB Suntik sehingga dapat dilakukan penyuntikan

KB 3 Bulan.

C. Pembahasan Analisa

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan obektif dan pembahasan

diatas dapat disimpulkan analisa pada kasus ini adalah pasien Ny.A Usia 41

Tahun dengan KB Suntik 3 Bulan di UPTD Puskesmas Situ Kabupaten

Sumedang.

D. Pembahasan Penatalaksanaan

Aryani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul "Peran Bidan dalam

Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA" menjelaskan bahwa tahapan

konseling pada KB Suntik adalah sebagai berikut :

1. Menyapa dan Mengucap Salam

2. Menanyakan Informasi Klien

3. Menguraikan Informasi Alat Kontrasepsi

4. Membantu Klien Menentukan Pilihan

5. Menjelaskan Alat Kontrasepsi Pilihan Klien

6. Menjelaskan Kunjungan Ulang

Pada kasus Ny.A ini ibu telah sesuai diberikan konseling mengenai Alat

Kontrasepsi dan ibu memilih untuk menggunakan KB Suntik 3 Bulan.

Setelah diberikan komunikasi informasi dan edukasi pasien yakin

memilih implan sebagai alat kontrasepsinya. Pasien tidak merasa khawatir

dengan efek samping yang dihadapi nanti, sesuai penelitian yang dilakukan
oleh Setyoningsih (2020) efek samping KB adalah dari 51 responden yang

mengalami efek samping gangguan haid berupa amenorea yaitu sebesar 31

responden (60,8%), gangguan haid berupa spotting yaitu sebesar 17

responden (33,3%), tidak ada yang mengalami efek samping gangguan haid

berupa menoragia (100%), mengalami keputihan yaitu sebesar 18 responden

(35,3%) , mengalami kenaikan berat badan yaitu sebesar 29 responden

(56,9%) , mengalami pusing/sakit kepala yaitu sebesar 18 responden (35,3%),

mual/muntah yaitu sebesar 16 responden (31,4%).

Berdasarkan riwayat kehamilan responden dan tujuan penggunaan

kontrasepsi, KB Suntik menjadi kontrasepsi yang dipilih sebagai metode yang

dipakai untuk menjarangkan kelahiran maupun mengakhiri kesuburan.

Meskipun jika dilihat dari usia yang >35 tahun sebaiknya Ny.A mendapatkan

kontrasepsi jangka panjang. Handayani & Rianti (2021) Pada penelitiannya

berasumsi, ibu yang berusia 20-35 tahun mempengaruhi pengguna alat

kontrasepsi suntik karena berada pada usia reproduksi sehat lebih aman dan

cocok memilih alat kontrasepsi suntik atau hormonal dibandingkan dengan

ibu yang berumur >35 tahun yang dianjurkan memilih alat kontrasepsi non

hormonal karena faktor resiko terjadi penyakit jantung, darah tinggi, dan

sebagainya. Maka jika dilihat dari penelitian ini tindakan Ny.A tidak sesuai

dengan teori namun Alat kontrasepsi digunakan agar kehamilan bisa diatur

sesuai perencanaan. Ibu dan pasangan perlu mempertimbangkannya sesuai

dengan kebutuhan dan kenyamanan.


DAFTAR PUSTAKA

Marcelya, S., & Salafas, E. (2018). Faktor Pengaruh Risiko Kehamilan 4T Pada
Ibu Hamil. Jurnal Of Midwivery, 1, 2.

BKKBN. 2018. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar.


Harapan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2011. Profil Hasil


Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta: BKKBN.

WHO (World Health Organization). 2016. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. www.pusdatin.kemenkes.go.id,

Yuniastuti T.A, (2011). Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Suntik Terhadap BB


KB di Puskesmas X, skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Sukarta.

Pinem, Saroha (2014). Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media.

Aryani, F. (2013). Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik


DMPA. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia)(Indonesian Journal of
Nursing and Midwifery), 1(3), 82-86.

Setyoningsih, F. Y. (2020). Efek Samping Akseptor Kb Suntik Depo Medroksi


Progesteron Asetat (Dmpa) Di Bpm Fitri Hayati. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 6(3), 298-304.

Handayani, S., & Rianti, I. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Penggunaan Kb Suntik. Jurnal'Aisyiyah Medika, 6(2).

Anda mungkin juga menyukai