Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

“G3P2A0 Usia 33 Tahun Hamil 38 Minggu


Dengan Ketuban Pecah Dini”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan


Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Diajukan Kepada :
Pembimbing :
dr. Jenny Jusuf, M.Si,Med, Sp.OG

Disusun Oleh:
Ana Ainun Naimah
H3A021035

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO
2022
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS
G3P2A0 33 TAHUN HAMIL 38 MINGGU
DENGAN KETUBAN PECAH
DINI
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan
Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Ana Ainun Na’imah
H2A021035

Telah disetujui oleh pembimbing:


Tanggal : 27 September 2022

Pembimbing Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. Jenny Jusuf, M.Si,Med, Sp.OG

3
BAB I
PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah
usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of
membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau
preterm premature rupture of membranes (PPROM).¹
Masalah KPD memerlukan perhatian yang lebih besar, karena prevalensinya
yang cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm 2 dan PPROM terjadi pada terjadi pada
sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar.
PPROM merupakan komplikasi pada sekitar 1/3 dari semua kelahiran.²
prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 1981. Sekitar
1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami infeksi yang
berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan
mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga 47,9%
bayi mengalami kematian. Persalinan prematur dengan potensi masalah yang
muncul, infeksi perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi
yang umum terjadi.³

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Umur : 33 tahun
Alamat : Permata Ngaliyan 1/23 RT10/03, Kota Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : Sarjana
Masuk RS : 08-09-2022
No RM : 59-50-XX
Biaya Pengobatan : BPJS

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit


Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8
September 2022 pukul 17.00 WIB di Kamar Bersalin RSUD Dr. Adhyatma
MPH Semarang.
Keluhan utama : Hamil dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir
● Riwayat Penyakit Sekarang:
Ny. R usia 33 tahun hamil 38 minggu datang ke IGD RSUD
Adhyatma tanggal 8 September 2022 pukul 14.34 WIB dengan keluhan
keluar cairan dari jalan lahir. Keluhan dirasakan sejak kemarin pagi dan
baru datang ke rumah sakit pada pukul 14.34 WIB. Cairan keluar
berwarna jernih merembes lumayan banyak. Cairan keluar secara tiba-
tiba dan disertai lendir darah. Pasien sedang hamil anak ketiga dengan
usia kandungan 38 minggu. Keluhan dirasakan hilang timbul dan
sampai mengganggu aktivitas. Keluhan semakin berat saat beraktivitas.
Tidak ada faktor yang dapat memperingan keluhan. Keluhan kenceng-
kenceng diakui, riwayat jatuh sebelumnya disangkal, keputihan diakui,

2
nyeri abdomen diakui, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Gerak janin
masih aktif.
● Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lama haid : 3-4 hari
d. Hari Pertama Haid Terakhir : 15 Desember 2021
e. Hari Perkiraan Lahir : 22 September 2022
f. Nyeri haid : Tidak ada
● Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama dan sudah menikah
selama 6 tahun.
● Riwayat Obstetri
G3P2A0 33 tahun
Keadaaan
Tahun Jenis Tempat Umur Enis BB Umur
No Penolong anak
Partus Keelamin Partus Kehamilan Persalinan Lahir Saat Ini
sekarang
Spontan/ 2500
1 2016 Perempuan RS Aterm Dokter 6 tahun Hidup
KPD gram
2800
2 2020 Perempuan RS Aterm Spontan Dokter 2 Tahun Hidup
gram
3 Hamil ini

● Riwayat Antenatal Care


Riwayat Antenatal Care rutin setiap bulan di Bidan
● Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan KB.
● Riwayat Penyakit Dahulu
a Riwayat Hipertensi : Disangkal
b Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
c Riwayat Asma : Disangkal
d Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f Riwayat Alergi : Disangkal

3
g Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
● Riwayat Penyakit Keluarga
a Riwayat Hipertensi : Disangkal
b Riwayat Diabetes Mellitus : Disangkal
c Riwayat Asma : Disangkal
d Riwayat Jantung : Disangkal
e Riwayat Alergi : Disangkal
● Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan
terakhir Sarjana. Suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Biaya
pengobatan menggunakan biaya BPJS.
Kesan ekonomi : cukup
● Riwayat Pribadi
a. Riwayat Merokok : Disangkal
b. Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
c. Riwayat Mengkonsumsi obat-obatan : Disangkal

2.3. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign
a. Tekanan Darah : 119 /80 mmHg
b. Nadi : 83x / menit, reguler,isi dan tegangan cukup
c. Pernapasan : 20x / menit, teratur
d. Suhu : 36,50C
4. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 160 cm
b. Berat Badan : 60 kg
c. IMT : 23,4375 kg/m2( overweight )

4
5. Status Internus
a. Kepala : mesochephal, Rambut hitam
b. Mata : pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-)
c. Hidung : sekret (-), deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-)
d. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
e. Telinga : sekret (-), perdarahan (-)
f. Leher : pembesaran tiroid (-) dan KGB (-/-), penggunaan otot
bantu nafas (-)
g. Thorax
Paru-paru (Pulmo)
● Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada
saat statis dan dinamis
● Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
● Perkusi : sonor (+/ +)
● Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung (Cor)
● Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
● Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial
dari linea midclavicularis sinistra
● Perkusi : dalam batas normal
● Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar suara
tambahan
h. Abdomen :
● Inspeksi : Permukaan abdomen cembung, linea nigra (+),
striae gravidarum (+), luka bekas operasi (+).
● Auskultasi : Bunyi peristaltik (+)
● Perkusi : Dalam batas normal
● Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)

5
i. Ekstremitas
Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
CRT <2 detik <2detik

6. Status Obstetri:
a. Pemeriksaan luar :
Abdomen
1) Inspeksi : Permukaan abdomen cembung, linea nigra
(+), strae gravidarum (+), luka bekas oprasi
(-)
2) Palpasi : Leopold
LI : Teraba 1 bagian bulat, lunak. Kesan bokong
LII : Teraba 1 tahanan memanjang di sisi kiri. Kesan punggung kiri
LIII : Teraba 1 bagian bulat, keras. Kesan kepala
LIV : Divergen, kepala sudah masuk PAP
His : 2x/10 menit (30”)

b. Pemeriksaan dalam ( Vaginal Toucher)


a) Pembukaan : 2 cm
b) KK : telah pecah dan tidak teraba
c) Efficement : 25%
d) Bagian bawah : kepala
e) Bidang Hodge I
f) UUK
g) Keluar lendir darah

6
1) Penilaian Bishop Score
Score bishop = 9
Faktor Nilai
0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 ≥5
serviks
0-30 40-50 60-70 ≥ 80
Pendataran
serviks (%)
Penurunan -3 -2 -1,0 +1,+2
kepala
diukur dari
bidang HIII
(cm)
Konsistensi Keras Sedang Lunak -
serviks
Posisi Kebelakang Searah Kedepan -
serviks sumbu
jalan lahir

7
2.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap (08/09/2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Darah Rutin

Leukosit 10.18 103/uL 3,6-11

Eritrosit 4.26 106/uL 3,8-5,2

Hemoglobin L 11.1 g/Cl 11,7-15,5

Hematokrit L 34.8 % 35-47

MCV 81,7 Fl 80-100

MCH 26.1 Pg 26-34

MCHC 31,9 g/Cl 32-36

Trombosit 358 103/uL 150-440

RDW H 17.0 % 11,5-14-5

MPV 10,0 FL

PLCR 24,3 %

Diff Count

Eosinofil Absolute 0.18 103/uL 0,045-0,44

Basofil Absolute 0.01 103/uL 0-0,2

Netrofil Absolute 7.71 103/uL 1,8-8

Limfosit Absolute 1.56 103/uL 0,9-5,2

Monosit Absolute 0.72 103/uL 0.16-1


Eosinofil L 1,8 % 2-4
Basofil 0,1 % 0-1
Netrofil H 75.7 % 50-70
Limfosit L 15.3 % 25-40
Monosit 7.1 % 2-8
Netrofil limfosit
H 4.94 <3,13
Ratio

8
2. USG (08/09/2022)

Tampak janin I intrauterine, presentasi kepala, punggung kiri, sesuai


usia kehamilan 36 minggu 2 hari. Estimated fetal weight 2177 gram.
Plasenta di corpus posterior, tidak menutupi OUI. Saat ini tak tampak
kelainan kongenital mayor janin.

2.5. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Adhyatma tanggal 8 September 2022
pukul 14.34 WIB. Pasien mengeluhkan keluar cairan dari jalan lahir. Cairan
keluar berwarna jernih merembes lumayan banyak. Keluhan dirasakan sejak
kemarin pagi dan baru datang ke rumah sakit pada pukul 14.34 WIB. Cairan
keluar secara tiba-tiba. Pasien sedang hamil anak ketga dengan usia
kandungan 38 minggu. Keluhan dirasakan hilang timbul dan sampai
mengganggu aktivitas. Keluhan semakin berat saat beraktivitas. Tidak ada
faktor yang dapat memperingan keluhan. Keluhan kenceng-kenceng (+),
riwayat jatuh sebelumnya (-) , keputihan (+), nyeri abdomen (-), BAB dan
BAK tidak ada keluhan, lendir darah (-). Gerak janin masih aktif dirasakan.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu 101/59 mmHg, nadi
87x/menit, reguler,isi dan tegangan cukup, frekuensi pernapasan 20 x/menit,
teratur, suhu 36, status internus dalam batas normal. Pemeriksaan Obstetri
didapatkan permukaan abdomen cembung, linea nigra (+), striae
gravidarum (+), luka bekas operasi (-), fundus uteri setinggi 2 jari diatas
umbilicus, nyeri tekan (+). Pemeriksaan genitalia eksterna : fluor (+),

9
fluksus (+), lendir darah (+), Pada pemeriksaan VT : terdapat pembukaan 2
cm, KK telah pecah dan tidak teraba, Effacement 25%, portio letak posterior
konsistensi kenyal, bagian bawah janin presentasi Ʉ turun dibidang Hodge
I, point of direction ubun-ubun kecil kiri depan, lendir darah (+), Tes
lakmus (+) biru.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan hemoglobin, hematokrit,
eosinofil, dan limfosit menurun sedangkan neutrofil, dan netrofil limfosit
ratio meningkat. Hasil pemeriksaan USG didapatkan usia kehamilan 38
minggu, letak kepala, punggung kiri TBJ 735 gram, plasenta di corpus
posterior, tidak menutupi OUI. Saat ini tak tampak kelainan kongenital
mayor janin.

2.6. Diagnosis Kerja


G3P2A0 33 tahun hamil 38 minggu,
Janin I hidup intrauterin
Letak Ʉ puki
Inpartu kala I
Dengan ketuban pecah dini.

2.7. Initial Plan


1. Ip Dx
-
2. Ip Tx
● Bed rest
● Infus RL+5 IU Oksitosin naik bertahap mula 8 tpm sampai His
adekuat atau maksimal 20 tpm mulai jam 18.00
● Injeksi bactesyn IV 1,5 gr/24 jam IV dilanjutkan sefadroksil 500
mg/12 jam peroral
3. Ip Mx
a. Monitoring keadaan umum
b. Monitoring tanda-tanda vital
c. Monitoring ASI, PPV

10
4. Ip Ex
a. Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai diagnosis ibu dan
janin
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tindakan dan tatalaksana
yang akan dilakukan
c. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai komplikasi yang
mungkin terjadi
5. Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
6. Follow Up
Tgl S O A P
08-09- Pasien Ku : baik kesadaran : G3P2A01 hamil 38 ● Rencana partus
2022 mengeluh compos mentis minggu janin 1 pervaginam
kenceng – TD : 127/80 hidup Intrauterine, pimpin mengejan
Pukul kenceng dan N : 80X/ menit Presentasi Ʉ puki jika ada His
14.34 keluar air RR : 20X/ menit Inpartu kala I ● Kosongkan VU
22 dari jalan Suhu : afebris Ketuban ● Pengawasan 10,
lahir sejak Status Internus : dalam Pecah Dini 7 Jam tanda
kemarin batas normal karioamnionitis
pagi. Status Obstetri : ● Injeksi
Janin 1 hidup Sultamicilin 1,5
intrauterine, presentasi gr/8 jam IV
U puki ● Infus RL+5 IU
PPV : air ketuban Oksitosin naik
rembes. bertahap mula 8
VT : 2 cm. tpm sampai His
KK : pecah dan tidak adekuat atau
terabah. maksimal 20 tpm
bagian bawah janin mulai jam 18.00
kepala turun di H.I ● Tunggu dan
His: 2x/10/30 evaluasi 8 jam
DJJ : 146 x/ menit

Pasca KU: baik, G3P3A0 33 tahun ● Infus RL + 10 IU


melahirkan compos mentis post partum oksitosin 20 tpm
08-09- pada pukul TD: 119/80 mmHg spontan ● Cefadroksil 500
2022 20.05 HR: 80x/menit mg/ 12 jam
RR:20x/menit ● Asam mefenamat
Pukul Suhu: 36,8oC 500 mg/8 jam

11
Tgl S O A P
20.17 ● Fe 1 tab/ 12 jam
WIB Status obstetri : ● Vitamin A
TFU : 2 jari dibawah 200.000 IU/24 jam
pusat, kontraksi kuat (2 hari)
PPV : lochea rubra ● Lactamor 1 tablet/
ASI : Belum keluar 12 jam
● Monitoring KU,
Lahir bayi TTV, PPV, ASI,
perempuan BBL TFU, BAB, BAK
2.760 gr
AS 8-9-10 pada
pukul 20.05
Plasenta lahir
spontan, Kotiledon
lengkap,
Infark (-)
Hematom (-)
Laserasi Perineum
grade II, dilakukan
penjahitan simple
interupted.

09-09- Nyeri luka KU : baik G3P3A0 33 tahun ● Cefadroksil


2022 jalan lahir, Kesadaran : Compos post partum 500 mg/12 jam
BAK mentis spontan
Pukul spontan, ASI TD : 114/74 mmhg
● Asam
06.19 sudah keluar HR : 84x/menit mefenamat 500
RR : 20x/menit mg/8 jam
Suhu : 36,8oC ● Fe 1 tablet/12
jam
Status internus : dalam
batas normal
● Vitamin A
Status obstetri : 200.000 IU/24
TFU : dua jari jam (2 hari)
dibawah pusat, ● Pelancar ASI
kontraksi kuat tab/12 jam
PPV : lochea rubra ● Monitoring KU,
ASI : sudah keluar TTV, PPV, ASI,
BAB : Spontan TFU, BAB, BAK
BAK : Spontan ● Rawat jalan,
kontrol 1 minggu

12
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ketuban Pecah Dini


1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi
pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau
premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37
minggu disebut KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM).1
2. Klasifikasi
a. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau
IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD
sangat preterm adalah pecah ketuban saat. umur kehamilan ibu
antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm
saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37
minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah
persalinan kurang dari 37 minggu.1
b. KPD Aterm
Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes
( PROM ) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti
dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+)
pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.1
3. Faktor Risiko
Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya pada
kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih

14
tinggi bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga
berisiko adalah pasien dengan status sosioekonomi rendah, perokok,
mempunyai riwayat infeksi menular seksual, memiliki riwayat
persalinan prematur, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan
sebelumnya, perdarahan pervaginam, atau distensi uterus (misalnya
pasien dengan kehamilan multipel dan polihidramnion). Prosedur yang
dapat berakibat pada kejadian KPD aterm antara lain sirklase dan
amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal yang
menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga dapat
menyebabkan KPD preterm. Penurunan jumlah kolagen dari membran
amnion juga diduga merupakan faktor predisposisi KPD preterm1
4. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik
dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan
antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari
matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivasi degradasi proteolitik
ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di
mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim,
dan gerakan janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada

15
selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm adalah hal
yang fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, dan solusio plasenta.4
5. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD
aterm harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia
gestasi dan presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan
fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai
penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan
dibahas mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang tidak
cukup bukti untuk perlu dilakukan.1
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan
spekulum)
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien
dan visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang
keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm
sebelumnya, dan faktor risikonya. Pemeriksaan digital vagina yang
terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal ini
akan meningkatkan risiko infeksi neonatus. Spekulum yang
digunakan dilubrikasi terlebih dahulu dengan lubrikan yang
dilarutkan dengan cairan steril dan sebaiknya tidak menyentuh
serviks. Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai
adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah
janin (pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan
pendataran serviks, mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD
aterm secara visual. Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps
tali pusat harus diperhatikan dengan baik. Jika terdapat kecurigaan
adanya sepsis, ambil dua swab dari serviks (satu sediaan

16
dikeringkan untuk diwarnai dengan pewarnaan gram, bahan lainnya
diletakkan di medium transport untuk dikultur. Jika cairan amnion
jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi
pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika
diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya ~ 7.1-7.3 sedangkan
sekret vagina ~ 4.5 - 6) dan cari arborization of fluid dari forniks
posterior vagina. Jika tidak terlihat adanya aliran cairan amnion,
pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika
terdapat kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi
bukan kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan
pemeriksaan digital vagina untuk menyingkirkan kemungkinaan
adanya prolaps tali pusat.
b. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis
untuk menilai indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan
amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya
abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin
terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah
besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak
menyingkirkan diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk
menilai taksiran berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan
kelainan kongenital janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pada beberapa kasus, diperlukan tes laboratorium untuk
menyingkirkan kemungkinan lain keluarnya cairan/ duh dari
vagina/ perineum. Jika diagnosis KPD aterm masih belum jelas
setelah menjalani pemeriksaan fisik, tes nitrazin dan tes fern, dapat
dipertimbangkan. Pemeriksaan seperti insulin-like growth factor
binding protein 1(IGFBP-1) sebagai penanda dari persalinan
preterm, kebocoran cairan amnion, atau infeksi vagina terbukti

17
memiliki sensitivitas yang rendah. Penanda tersebut juga dapat
dipengaruhi dengan konsumsi alkohol. Selain itu, pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan darah ibu dan CRP pada cairan vagina tidak
memprediksi infeksi neonatus pada KPD preterm.
6. Tatalaksana
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu
manajemen aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah
penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara
manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi
persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada KPD
berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan.1
a. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu
Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD
preterm didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti
hiperbilirubinemia dan takipnea transien lebih besar apabila ibu
melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok usia lahir
36 minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan
dan perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda
(level of evidence III). Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa
mempertahankan kehamilan adalah pilihan yang lebih baik.
b. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 – 34 minggu
Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada usia
kehamilan antara 24-34 minggu, persalinan lebih baik daripada
mempertahankan kehamilan dalam menurunkan insiden
korioamnionitis secara signifikan (p<0.05, level of evidence Ib).
Tetapi tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan morbiditas
neonatus. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa persalinan
lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan
c. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan
kehamilan akan meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis

18
( level of evidence Ib). Tidak ada perbedaan signifikan terhadap
kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini, penelitian
menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk
dibanding melakukan persalinan.
7. Komplikasi1
a. Komplikasi Ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi
intrauterin. Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun
korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian,
didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami
endomyometritis purpural, 1,2% mengalami sepsis, namun tidak ada
yang meninggal dunia. Diketahui bahwa yang mengalami sepsis
pada penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas, dan
sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui
secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD
harus dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta,, 4% perlu
mendapatkan transfusi darah karena kehilangan darah secara
signifikan. Tidak ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun
morbiditas dalam waktu lama19.
b. Komplikasi Janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah
persalinan lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari
pecahnya selaput amnion sampai persalinan secara umum bersifat
proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD
terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah studi besar pada pasien aterm
menunjukkan bahwa 95 % pasien akan mengalami persalinan dalam
1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis terhadap studi yang
mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak 22
persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi sangat
cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti
malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing

19
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan
sindrom distress pernapasan
8. Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi
serta adanya infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda,
midtrimester (13-26 minggu) memiliki prognosis yang buruk.
Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan saat diagnosis
(dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila
didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi
prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan
memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi setelah usia
masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila tidak
terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan
induksi untuk membantu persalinan.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSUD Adhyatma tanggal 8 September 2022 pukul


14.34 WIB. Pasien mengeluhkan keluar cairan dari jalan lahir. Cairan keluar
berwarna jernih merembes lumayan banyak. Keluhan dirasakan sejak kemarin
pagi dan baru datang ke rumah sakit pada pukul 14.34 WIB. Cairan keluar secara
tiba-tiba. Pasien sedang hamil anak ketiga dengan usia kandungan 38 minggu.
Keluhan dirasakan hilang timbul dan sampai mengganggu aktivitas. Keluhan
semakin berat saat beraktivitas. Tidak ada faktor yang dapat memperingan
keluhan. Keluhan kenceng-kenceng diakui, riwayat jatuh sebelumnya disangkal,
keputihan diakui, nyeri abdomen diakui, BAB dan BAK tidak ada keluhan, lendir
darah diakui. Gerak janin masih aktif dirasakan.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu 116/68 mmHg, nadi
87x/menit, reguler,isi dan tegangan cukup, frekuensi pernapasan 20 x/menit,
teratur, suhu 36, status internus dalam batas normal. Pemeriksaan Obstetri
didapatkan permukaan abdomen cembung, linea nigra (+), striae gravidarum (+),
luka bekas operasi (-), fundus uteri setinggi 2 jari diatas umbilicus, nyeri tekan
(+). Pada pemeriksaan VT terdapat pembukaan 2 cm, KK sudah pecah dan tidak
teraba, efficement 25%, portio letak posterior konsistensi kenyal, bagian bawah
janin presentasi kepala dibidang Hodge I. Tes lakmus (+) biru.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan eritrosit, hemoglobin, hematokrit,
eosinofil, dan limfosit menurun sedangkan monosit dan netrofil limfosit ratio
meningkat. Hasil pemeriksaan USG didapatkan usia kehamilan 38 minggu, letak
kepala, punggung kiri TBJ 735 gram, plasenta di corpus posterior, tidak menutupi
OUI. Saat ini tak tampak kelainan kongenital mayor janin. Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa sebagai
Ketuban Pecah Dini. Diberikan tatalaksana konservatif berupa injeksi Infus RL+5
IU Oksitosin naik bertahap mula 8 tpm sampai His adekuat atau maksimal 20 tpm
mulai jam 18.00 dan Injeksi bactesyn IV 1,5 gr/24 jam IV dilanjutkan sefadroksil

21
500 mg/12 jam peroral.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto


Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini.
2016;
2. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4th ed.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.
3. Oxorn H, Wiliam R F. Ilmu kebidanan, Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta, editor. Yayasan Essentia Medika (YEM); 2010.
4. Garry, F, Cuningham D. Obstetri William. Jakarta: EGC; 2005.
5. Kurniati ID, Setiawan R, Rohmani A, Lahdji A, Tajally A, Ratnaningrum K
et al. Pedoman nasional asuhan pasca keguguran yang komprehensif.
Kementeri Kesehat Republik Indones. 2020;11 – 5.

23

Anda mungkin juga menyukai