Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

G5P3A1, USIA 36 TAHUN, HAMIL 10 MINGGU DENGAN


BLIGHTED OVUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang

Dokter Pembimbing:
dr. A. Hardiyanto, Sp.OG

Disusun oleh:
Eva Jannati
H2A014047

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING KLINIK

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS
G5P3A1, 36 TAHUN, HAMIL 10 MINGGU DENGAN BLIGHTED OVUM

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Eva Jannati
H2A014047

Telah disetujui oleh pembimbing:


Tanggal: Juni 2019

Pembimbing Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. A. Hardiyanto, Sp.OG

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap tahunnya sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.


Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian
lebih dari setengah juta ibu setiap tahun.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%), biasanya
perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),
partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain
(8%). Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu (secara
global 13%).
Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup
tinggi sekitar 15-40%. Di Indonesia, diperkirakan ada 500.000-750.000 kejadian
abortus. Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan
bahwa kasus ini adalah Blighted Ovum, yang mana embrionya mengalami
degenerasi atau tidak ada. Prevalensi angka kejadian blighted ovum menurut
WHO (2012) di ASEAN adalah 51% dan di indonesia mencapai 37% dari 100
kehamilan. Blighted ovum merupakan salah satu perdarahan pada kehamilan
muda. Abortus spontan kemungkinan akan terjadi pada kehamilan blighted ovum
pada usia kehamilan 14-16 minggu.
Blighted ovum merupakan kehamilan tanpa janin (anembrionik
pregnancy) jadi hanya ada kantong gestasi atau kantong kehamilan dan air
ketuban saja. Kehamilan anembrionik mengacu pada kehamilan dimana kantong
kehamilan berkembang di dalam rahim namun kantong kosong dan tidak
mengandung embrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio
berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal.

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 36 tahun
Tanggal lahir : 20 Oktober 1982
Alamat : Mijen, Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Masuk RS : 31 Mei 2019
No RM : 457xxx

Nama Suami : Tn. S


Umur : 38 Tahun
Alamat : Mijen, Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 31 Mei 2019
pukul 17.00 WIB di Bangsal Bougenvile RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir. Keluhan timbul pada jam 13.30. Darah
berwarna merah segar disertai lendir, tidak terdapat gumpalan maupun
prongkolan. Awalnya darah yang keluar dalam jumlah banyak sekitar
2/3 pembalut, kemudian berkurang dan menyisakan flek-flek. Keluhan
disertai dengan nyeri perut bagian bawah (+), sedikit mual (+). Tidak

2
terdapat keluhan muntah, demam, pusing, riwayat jatuh dan
melakukan aktivitas berat sebelumnya. Pasien mengaku memiliki
riwayat keguguran 1x pada tahun 2014 dan sudah dikuret.
 RIWAYAT HAID
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lama Haid : 7 hari
d. Banyaknya Haid : 2-3 x sehari ganti pembalut
e. Hari Pertama Haid Terakhir : 21 Maret 2019
f. Hari Perkiraan Lahir : 28 Desember 2019
 RIWAYAT PERKAWINAN
Pernikahan pertama dan sudah menikah sekitar 15 tahun.
 RIWAYAT OBSTETRI
G5P3A1 hamil 10 minggu
Tabel 1. Riwayat Obstetri Pasien
Umur Keadaaan
Tahun Tempat Umur Jenis BB
No Penolong Penyulit Saat anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan Lahir
Ini sekarang
Praktik
1 2005 40 minggu Spontan Bidan - 2900 14 th Sehat
Bidan
Praktik
2 2007 40 minggu Spontan Bidan - 3000 12 th Sehat
Bidan
Ab
Rumah
3 2014 Inkomplit, Kuretase Dokter
Sakit
12 minggu
Rumah
4 2016 40 minggu Spontan Bidan - 3400 3 th Sehat
Sakit
Hamil
5
ini
 RIWAYAT KB
Metode alamiah  kalender
 RIWAYAT ANC
Periksa ke bidan 2 kali (6 minggu dan 8 minggu)
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal

3
d. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f. Riwayat Alergi : Disangkal
g. Riwayat Kejang : Disangkal
h. Riwayat Tiroid : Disangkal
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Jantung : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
f. Riwayat Tiroid : Disangkal
 RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan suami merupakan
seorang pekerja wiraswasta. Keduanya memiliki pendidikan terakhir
SMA. Biaya pengobatan menggunakan BPJS Non PBI.
Kesan ekonomi : cukup.
 RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
Riwayat Konsumsi Obat-obatan : Disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 31 Mei 2019 pukul 17.10 WIB
di Bangsal Bougenvile RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. GCS : 15 (E4M6V5)

4
4. Vital Sign
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit, reguler,isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 20 x/menit, teratur
- Suhu : 36,7 0C
5. Status Gizi
- Tinggi Badan : 153 cm
- Berat Badan : 62 kg
- BMI : 26,48 kg/m2
STATUS INTERNUS
1. Kepala : Mesosephal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
3. Hidung : Septum deviasi (-), Nafas cuping hidung -/-, Sekret -/-
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Telinga : Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-, Sekret -/-
6. Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/-, Retraksi otot bantu nafas
(-), Pembesaran kelenjar tiroid (-).
7. Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Pulsus sternal lift : (-)
Pulsus epigastrium : (-)
Pulsus parasternal : (-)
Thrill : (-)
 Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Kiri bawah jantung : ICS V Linea 2 cm medial
midclavicula sinistra
Kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis dextra
 Auskultasi : Bunyi jantung I& II normal & murni, bising (-), gallop(-)

5
8. Paru :
KIRI KANAN
Inspeksi Pergerakan pernafasan simetris Pergerakan pernafasan simetris
Palpasi Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafas Vesikuler Suara nafas vesikuler
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)

9. Ekstremitas :
Pemeriksaan Superior Inferior
Akral hangat (+) (+)
Edema (-) (-)
Sianosis (-) (-)
Gerak (+) (+)
CRT < 2 detik < 2 detik

STATUS GINEKOLOGI
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi:
Abdomen (suprapubik): tampak cembung
Genitalia Eksterna: Lendir (+) bercak – bercak darah (+)
Palpasi:
Abdomen (suprapubik): nyeri tekan (+), teraba massa (-)
b. Pemeriksaan Dalam
Flx (+), fluor (-)
Vulva : Massa (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Uretra : Dalam batas normal
Vagina : Rugae (+) licin, massa (-), introitus sempit (-)
Portio : Licin, bulat, konsistensi kenyal, nyeri goyang (-),
nyeri tekan (-)
OUE : Pembukaan 1 cm
Cavum uteri : Sebesar telur angsa
Adneksa parametrium : Massa (-), nyeri tekan (-)
Cavum douglas : Penonjolan (-)

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (31 Mei 2019 pukul 19.32)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 6,50 103/uL 3,6-11
Eritrosit 4,55 106/uL 3,8-5,2
Hemoglobin L 11,10 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit L 32,50 % 35-47
MCV L 71,40 fl 80-100
MCH L 24,40 pg 26-34
MCHC 34,20 g/dl 32-36
Trombosit 265 103/uL 150-440
RDW 14,40 % 11,5-14-5
PLCR 11,0 %
Diff Count
-Eosinofil Absolute 0,10 103/uL 0,045-0,44
-Basofil Absolute 0,01 103/uL 0-0,2
-Netrofil Absolute 4,06 103/uL 1,8-8
-Limfosit Absolute 1,93 103/uL 0,9-5,2
-Monosit Absolute 0,40 103/uL 0,16-1
-Eosinofil L 1,50 % 2-4
-Basofil 0,20 % 0-1
-Netrofil 62,40 % 50-70
-Limfosit 29,70 % 25-40
-Monosit 6,20 % 2-8
Golongan darah B Rh (+)
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 90 mg/dl < 125
Sero-imun
HbSAg Non reaktif (-) Non reaktif (-)

7
2. USG (31 Mei 2019)
Tampak 1 GS intrauterine 3,11 cm.
Janin (-).
CRC 7,11 cm . Umur kehamilan 8w2d.
Kesan: Blighted Ovum

V. RESUME
Pasien dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir. Darah
berwarna merah segar disertai lendir, tidak terdapat gumpalan maupun
prongkolan. Keluhan disertai dengan nyeri perut bagian bawah (+),
sedikit mual (+). Tidak terdapat keluhan muntah, demam, pusing,
riwayat jatuh dan melakukan aktivitas berat sebelumnya. Tidak
terdapat riwayat hipertensi, kencing manis, asma, alergi dari pasien
maupun keluarga. Namun terdapat riwayat keguguran tahun 2014 pada
kehamilan ketiga usia 12 minggu dan sudah dilakukan kuret.
Dari pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dan status internus dalam
batas normal. Pemeriksaan status ginekologi ditemukan Flx (+), Flr (-)
V/U/V, portio dalam batas normal, pembukaan 1 cm pada OUE,
cavum uteri sebesar telur angsa, A/C dalam batas normal.
Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG didapat hasil usia
kehamilan 8 minggu, terdapat GS namun tanpa janin, kesan Blighted
Ovum. Tidak didapatkan hasil yang bermakna dari pemeriksaan
laboratorium.

IV. DIAGNOSA KERJA


G5P3A1, 36 tahun, hamil 10 minggu
Blighted Ovum
Grandemultigravida
Usia tua

8
Riwayat reproduksi kurang baik (abortus 1x)

V. INITIAL PLAN
a. Ip Dx
 -
b. Ip Tx
 Medikamentosa: Inj. Ceftriaxone 1 gr (pramedikasi kuretase)
 Non medikamentosa: Pro kuretase

c. Ip Mx
 Monitoring KU, TTV, PPV
d. Ip Ex
 Menjelaskan kondisi kehamilan pasien.
 Menjelaskan tatalaksana yang akan dilakukan.

VI. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

VII. LAPORAN OPERASI


Diagnosis Pre Operatif : G5P3A1, 36 tahun, hamil 10 minggu
Blighted Ovum
Diagnosis Post operatif : P3A2, 36 tahun
Pasca kuretase a.i Blighted Ovum
Jaringan yang diexisi / insisi : Uterus
Nama/Macam operasi : Kuretase
Tanggal Operasi : Minggu, 2 Juni 2019
Lama Operasi : ± 10 menit
Langkah-langkah operasi :
1. Penderita tidur dengan posisi lithotomi dengan anestesi

9
2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan
3. Pasang duk steril kecuali pada daerah tindakan
4. Pasang spekulum sims anterior dan sims posterior
5. Jepit portio dengan tenakulum pada arah jam 12
6. Dilakukan sondase uterus ± 10 cm
7. Dilakukan kuretase dengan sendok kuretase secara sistematis searah
jarum jam
8. Keluar jaringan ± 30 cc
9. Lepas spekulum dan tenakulum
10. Rawat perdarahan
11. Hitung alat lengkap
12. Tindakan selesai

VIII. LAPORAN FOLLOW UP

Tanggal Waktu Keterangan


31/05/19 17.00 S : Flek-flek, nyeri perut

O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,80C
Status internus : dalam batas normal
PPV : flek –flek (+)
VT : Flx (+), flr (-)
v/u/v : dalam batas normal
Portio licin, OUE terbuka 1 cm
Cut sebesar telur angsa
AP/CD : dalam batas normal

A: G5P3A1, 36 tahun, hamil 10 minggu


Blighted Ovum
Grandemultigravida
Usia tua
Riwayat reproduksi kurang baik (abortus 1x)

P : Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV

1/06/19 06.00 S : Flek-flek, nyeri perut berkurang

O : KU baik, composmentis
TD 110/70 mmHg RR 20x/menit

10
HR 83x/menit T 36,50C
PPV : flek –flek (+)

A: G5P3A1, 36 tahun, hamil 10 minggu


Blighted Ovum
Grandemultigravida
Usia tua
Riwayat reproduksi kurang baik (abortus 1x)

P : Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV

2/06/19 06.00 S : Flek-flek, nyeri perut berkurang

O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,80C
PPV : flek –flek (+)

A: G5P3A1, 36 tahun, hamil 10 minggu


Blighted Ovum
Grandemultigravida
Usia tua
Riwayat reproduksi kurang baik (abortus 1x)

P : Inj. Ceftriaxon 1 gr
Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV
2/06/19 12.00 S : nyeri post kuret

O : KU baik, composmentis
TD 130/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,50C
PPV : (-)

A: P3A2, 36 tahun
Post Kuretase H0 a/i Blighted Ovum

P : PO Cefadroxil 500 mg/12jam


PO Asam Mefenamat 500 mg/12 jam
PO Vitamin BC/C/SF 1 tab/12 jam
Pengawasan KU, TTV, PPV
3/06/19 06.00 S : Tidak ada keluhan

O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 86x/menit T 36,50C
PPV : (-)

11
A: P3A2, 36 tahun
Post Kuretase H1 a/i Blighted Ovum

P : BLPL
PO Cefadroxil 500 mg/12jam
PO Asam Mefenamat 500 mg/8 jam
PO Vitamin BC/C/SF 1 tab/12 jam
Pengawasan KU, TTV, PPV

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. Perdarahan Kehamilan Muda


a) Pengertian1
Setiap kehamilan memungkinkan terjadi perdarahan. Abortus, misscarriage,
early pregnancy loss dikaitkan dengan kehamilan muda. Perdarahan di
kehamilan muda diidentifikasi menggunakan istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing.

b) Klasifikasi Perdarahan Kehamilan Muda1


1) Abortus
Pengeluaran atau ancaman hasil konsepsi keluar dari dalam rahim
sebelum dapat bertahan hidup di luar rahim. Disebut abortus jika berat
janin kurang 500 gram dan usia kehamilan kurang dari 20 minggu.

2) Blighted ovum (Kehamilan anembrionik)1,2


Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan hasil fertilisasi
ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan).
Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.

12
Blighted ovum merupakan kegagalan perkembangan embrio, hasil
pemeriksaan penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio
dalam kantung kehamilan.

3) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik terjadi karena hasil dari pembuahan sel telur dan sel
sperma tidak menempel di endometrium. Kehamilan ektopik lebih dari
95% terjadi di tuba falopii. Abortus atau pecahnya tempat implantasi
dapat terjadi pada kehamilan ektopik terganggu.

4) Mola Hidatidosa3,4
Kehamilan mola ditandai dengan proliferasi trofoblastis dengan derajat
yang berbeda-beda. Kehamilan mola dapat terjadi di ovarium, tuba
falopii atau di rongga uterus. Untuk mengklasifikasi kehamilan mola
perlu dilihat ada tidaknya janin di dalam mudigah. Pada pemeriksaan
ditemukan perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 6-16 minggu.

II. Blighted Ovum


a) Pengertian
Blighted ovum (anembryonic pregnancy) adalah kehamilan tanpa
ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan.
Kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk dan embrio mengalami
kegagalan berkembang masa awal kehamilan. Blighted ovum terjadi 6-7
minggu usia kehamilan.

b) Etiologi5
Blighted ovum belum diketahui penyebab secara pasti, blighted ovum
terjadi masa awal kehamilan. Beberapa faktor dapat mengakibatkan
terjadi blighted ovum:
1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma.

13
2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada
masa awal kehamilan berhenti.
3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol
4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada
pasangan suami istri dan semakin banyak seorang istri pernah hamil
memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, kelainan imunologi,
serta penyakit diabetes

c) Patofisiologi5,6

14
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi
penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi
blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
hormon kehamilan termasuk hormone hCG. Pemeriksaan tes kehamilan
positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted
ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational
sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini
disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca
fertilisasi. Blighted ovum dapat terjadi pengeluaran darah dari vagina.

d) Keluhan Subjektif
Kehamilan dengan blighted ovum ditemukan perdarahan melalui vagina dan
terkadang disertai nyeri dibagian perut.

e) Diagnosa Blighted Ovum6,7


Ada kemungkinan bagi seseorang yang mengalami blighted
ovum pada tahap awal kehamilan merasa bahwa dirinya sedang mengalami
kehamilan secara normal. Hal ini dikarenakan blighted ovum memiliki
gejala yang sama dengan kehamilan, seperti haid yang terlambat disertai
hasil tes kehamilan yang positif. Pasien dapat terus merasa dalam keadaan
hamil hingga terjadi pendarahan dari vagina. Waspadai gejala selain
pendarahan yang dapat menjadi tandatanda keguguran, yaitu volume
menstruasi yang lebih banyak dari biasanya, kram pada daerah perut serta
munculnya flek.
Dokter biasanya akan mencari tahu level hormon hCG (human
chorionic gonadotropin) utnuk memastikan adanya kehamilan. Hormon ini
dihasilkan oleh plasenta dan levelnya dapat terus bertambah hingga
beberapa waktu. Dokter juga akan melakukan tes USG untuk memastikan

15
kantong kehamilan yang telah terbentuk, berisi embrio atau tidak. Biasanya
dokter akan melakukan USG kembali sepuluh hari setelah tes USG pertama
untuk memantau perkembangan embrio dan kondisi kehamilan.
Untuk memastikan diagnosis blighted ovum, kantong kehamilan
dan embrio harus memenuhi beberapa kriteria ukuran, yaitu diameter 25
mm atau lebih untuk kantong kehamilan dan tidak memiliki kantung yolk
sac (ovum) atau embrio. Gambaran lainnya adalah ketika embrio memiliki
panjang lebih dari 15 mm namun tidak memiliki aktivitas jantung yang
sehat.
Ditegakkan saat usia kehamilan 7 - 8 minggu bila pada
pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada
diameter 2,5 cm yang tidak disertai gambaran mudigah maka evaluasi 2
minggu kemudian tapi bila tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong
kuning telur dan diameter gestasi sudah mencapai 25 mm, maka dinyatakan
sebagai kehamilan anembrionik atau blighted ovum.

f) Penatalaksanaan Blighted Ovum6,7

16
1) Terminasi kehamilan blighted ovum
Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi
dilatasi dan kuretase secara elektif. Dilatasi dilakukan menggunakan
dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh sendok kuret.
Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum
uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis
melakukan kerokan pada dinding Rahim.

2) Persiapan tindakan terminasi


a) Persiapan pasien

17
Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling dan
persetujuan tindakan medis. Melakukan pemeriksaan umum meliputi:
tekanan darah, nadi serta melakukan pemeriksaan darah lengkap,
pemasangan infus.
b) Persiapan alat
Persiapan alat meliputi: 2 spekulum sim’s, sonde uterus, dilatator
berbagai ukuran, sendok kuret berbagai ukuran, cunam abortus, pinset,
klem, kain steril dan 2 sarung tangan steril. Alat-alat tersebut dalam
keadaan yang steril dan diletakkan dalam bak alat steril. Instrumen lain
yang dibutuhkan meliputi: lampu, mangkok kecil logam serta penampung
darah dan jaringan.
c) Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong
Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi: menggunakan baju
tindakan, pelindung kaki (alas kaki terbuat dari karet), kaca mata
pelindung, masker, dan sarung tangan steril.
d) Persiapan obat yang akan di gunakan untuk tindakan kuretase
1) Misoprostol. Penggunaan misoprostol 100 mg efektif digunakan untuk
dilatasi serviks. Umumnya pada kasus blighted ovum dilatasi akan
berhasil setelah pemberian dosis ke-2. Jika pemberian misoprostol
tidak berhasil dilatasi serviks dilakukan dengan hegar.
2) Pra anastetik. Berfungsi mengurangi rasa cemas sebelum tindakan dan
memperlancar induksi anastesi, tindakan pra anastetik dapat dilakukan
menggunakan golongan benzodiazepin (diazepam, lorazepam dan
midazolam).
3) Anastetika yang digunakan menggunakan ketamin dengan dosis 0,5
mg/kgBB. Pemilihan ketamin memiliki sifat anastetik dan analgetik
serta memiliki batas keamanan yang luas, cara pemberian dilakukan
induksi per IV. Pada penggunaan ketamin akan menimbulkan efek
emergence phenomenon.
4) Uterotonika metergin 0,2 mg per IM atau oksitosin 10 IU per IV untuk
meningkatkan kontraksi uterus.

18
3) Tindakan kuretase
a) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi. Bagian bawah perut dan
lipatan paha dibersihkan menggunakan air dan sabun.
b) Pemberian anastesi
c) Pasang spekulum sim’s sampai serviks terlihat. Memberikan cairan
antiseptik pada vagina dan serviks.
d) Memberikan oksitosin 10 IU IV atau metergin 0,2 mg secara IM untuk
mencegah perforasi uterus dan meningkatkan kontraksi uterus.
e) Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui bukaan
serviks, besar, arah, dan resiko terjadi perforasi.
f) Serviks dilakukan penjepitan diarah jam 11.00 dan 13.00
menggunakan tenakulum. Setelah terpasang dengan baik keluarkan
spekulum atas.
g) Dilatasi dilakukan dengan menggunakan dilatator sampai dapat dilalui
oleh sendok kuret. Sendok kuret dimasukkan melalui kanalis
servikalis.
h) Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan sonde uterus.
i) Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara sistematis
searah jarum jam sampai bersih dengan tanda seperti menyentuh
bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual dilakukan kembali untuk
mengetahui besar dan konsistensi uterus. Jaringan di keluarkan dan
membersihkan darah mengenai lumen vagina. Kemudian melepaskan
tenakulum dan spekulum bawah

4) Penatalaksannaan post kuretase

19
a) Pemberian analgetik (Paracetamol 500 mg) untuk mengurangi nyeri
jika diperlukan. Pemberian Paracetamol bertujuan untuk mengurangi
kadar nyeri (ringan-sedang) pasca tindakan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik terapeutik. Diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan 2
kombinasi antibiotik.
Pemberiaan antibiotik Metronidazole berfungsi untuk mencegah
infeksi bakteri gram negatif (–) dan anaerob pasca kuretase dengan
dosis 500 mg dan waktu paruh 8-10 jam. Pemberian Metronidazole
dapat diberikan bersama Amoksisilin yang merupakan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi: jumlah perdarahan pervaginam untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda Infeksi.

5) Komplikasi terminasi kehamilan buatan


a) Perforasi uterus, terjadi karena penggunaan sonde uterus. Penanganan
dilakukan dengan menghentikan tindakan kuretase dan melakukan
kolaborasi dengan dokter bedah untuk dilakukan laparatomi.
b) Robekan serviks, disebabkan penggunaan tenakulum. Penanganan
serviks yang robek dilakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
c) Perdarahan, timbul karena atonia atau sisa hasil konsepsi di dalam
uterus. Pencegahan atonia dilakukan dengan pemberian metergin 0,2
mg IM atau 10 IU oksitosin secara IV sebelum dilakukan kuretase
untuk meningkatkan kontraksi uterus.
d) Penanganan sisa hasil konsepsi dengan pemberian profilaksis dan
uterotonika untuk dilakukan kuretase ulang.
e) Infeksi, pencegahan infeksi dilakukan pemberian antibiotik.

6) Pencegahan Blighted Ovum8

20
Blighted ovum biasanya terjadi satu kali pada sebagian besar
perempuan.Sayangnya pada sebagian besar kasus, kondisi ini tidak dapat
dicegah. Bagi sebagian perempuan yang pernah mengalami blighted ovum
dapat tetap memiliki kandungan yang sehat pada kehamilan selanjutnya.
Pencegahan yang harus dilakukan adalah
a) Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi,
ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
tempat tinggalnya.
b) Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu
pastikan bahwa calon ibu benar - benar sehat saat akan merencanakan
kehamilannya.
c) Melakukan pemeriksaan kromosom.
d) Tak hanya pada calon ibu, calon ayahpun disarankan untuk
menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat
konsepsi.
e) Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehilam kosong
jarang terdeteksi saat usia kandungan masih dibawah delapan bulan.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus ini membahas mengenai seorang ibu G5P3A1 usia 36 tahun, hamil
10 minggu. Dari anamnesis pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir tanpa
jaringan, pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabtes mellitus namun
memiliki riwayat abortus 1 x pada kehamilan ketiga. Dari pemeriksaan fisik
ginekologi ditemukan Pemeriksaan status ginekologi ditemukan Flx (+), Flr (-)
V/U/V, portio dalam batas normal, pembukaan 1 cm pada OUE, cavum uteri
sebesar telur angsa, A/C dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang yaitu
USG terdapat GS namun tanpa janin sehingga ditegakkan diagnose sebagai
Blighted Ovum.
Blighted ovum atau anembrionik pregnancy atau kehamilan kosong
merupakan kehamilan tanpa ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan. Ada
kemungkinan bagi seseorang yang mengalami blighted ovum pada tahap awal
kehamilan merasa bahwa dirinya sedang mengalami kehamilan secara normal.
Hal ini dikarenakan blighted ovum memiliki gejala yang sama dengan kehamilan,
seperti haid yang terlambat disertai hasil tes kehamilan yang positif. Pasien dapat
terus merasa dalam keadaan hamil hingga terjadi pendarahan dari vagina.
Untuk memastikan diagnosis blighted ovum, kantong kehamilan dan embrio
harus memenuhi beberapa kriteria ukuran, yaitu diameter 25 mm atau lebih untuk
kantong kehamilan dan tidak memiliki kantung yolk sac (ovum) atau embrio.
Gambaran lainnya adalah ketika embrio memiliki panjang lebih dari 15 mm
namun tidak memiliki aktivitas jantung yang sehat.
Ditegakkan saat usia kehamilan 7 - 8 minggu bila pada pemeriksaan USG
didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang
tidak disertai gambaran mudigah maka evaluasi 2 minggu kemudian tapi bila
tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter gestasi
sudah mencapai 25 mm, maka dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik atau
blighted ovum.

22
Penyebab blighted ovum belum diketahui secara pasti namun beberapa hal
dapat menjadi penyebabnya, yaitu dapat terjadi karena kelainan (kromosom) pada
sel telur dan sel sperma, faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Semakin tua
maka semakin berkurangnya kualitas ovum maupn sperma dari seseorang
yamngakibatkan tidak terbentuknya embrio. Kemudian infeksi TORCH, kelainan
imunologi atau karena kebiasaan merokok atau minum alcohol.
Tatalaksana pada kasus ini adalah dilakukan tindakan kuretase. Sebelum
tindakan dapat diberikan obat dilatasi serviks terlebih dahulu, namun karena
sudah tedapat pembukaan 1 cm maka obat sudah tidak diperlukan. Kuretase
dilakukan untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang terbentuk. Setelah tindakan
selesai, pasien diberikan obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri berupa asam
mefenamat 500 mg/8 jam, antibiotik sebagai pencegahan infeksi berupa
cefadroxyl 500 mg/12 jam dan vitamin serta tablet Fe/12 jam. Pasien dibolehkan
pulang 1 hari pasca tindakan dan tidak ada keluhan serta melakukan kontrol ke
Poli Obsgyn.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. DeCherney. 2007. Operative delivery. In : Current Diagnosis and Treatment
Obstetrics & Gynecologist.10thedition. New York : McGraw Hill Companies
3. Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
4. Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
5. Manuaba, I. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta:
EGC.
6. Kazuo, M. & Kurjak, 2014. A. Diagnostic Ultrasound Safety. Donald School J
Ultrasound in Obstet Gynecol. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi
7. Wiknjosastro. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
8. Sukarni, I. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

24

Anda mungkin juga menyukai