Dokter Pembimbing:
dr. A. Hardiyanto, Sp.OG
Disusun oleh:
Eva Jannati
H2A014047
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING KLINIK
LAPORAN KASUS
G5P3A1, 36 TAHUN, HAMIL 10 MINGGU DENGAN BLIGHTED OVUM
Disusun Oleh:
Eva Jannati
H2A014047
Pembimbing Klinik
Ilmu Obstetri dan Ginekologi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 36 tahun
Tanggal lahir : 20 Oktober 1982
Alamat : Mijen, Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Masuk RS : 31 Mei 2019
No RM : 457xxx
2
terdapat keluhan muntah, demam, pusing, riwayat jatuh dan
melakukan aktivitas berat sebelumnya. Pasien mengaku memiliki
riwayat keguguran 1x pada tahun 2014 dan sudah dikuret.
RIWAYAT HAID
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lama Haid : 7 hari
d. Banyaknya Haid : 2-3 x sehari ganti pembalut
e. Hari Pertama Haid Terakhir : 21 Maret 2019
f. Hari Perkiraan Lahir : 28 Desember 2019
RIWAYAT PERKAWINAN
Pernikahan pertama dan sudah menikah sekitar 15 tahun.
RIWAYAT OBSTETRI
G5P3A1 hamil 10 minggu
Tabel 1. Riwayat Obstetri Pasien
Umur Keadaaan
Tahun Tempat Umur Jenis BB
No Penolong Penyulit Saat anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan Lahir
Ini sekarang
Praktik
1 2005 40 minggu Spontan Bidan - 2900 14 th Sehat
Bidan
Praktik
2 2007 40 minggu Spontan Bidan - 3000 12 th Sehat
Bidan
Ab
Rumah
3 2014 Inkomplit, Kuretase Dokter
Sakit
12 minggu
Rumah
4 2016 40 minggu Spontan Bidan - 3400 3 th Sehat
Sakit
Hamil
5
ini
RIWAYAT KB
Metode alamiah kalender
RIWAYAT ANC
Periksa ke bidan 2 kali (6 minggu dan 8 minggu)
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
3
d. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f. Riwayat Alergi : Disangkal
g. Riwayat Kejang : Disangkal
h. Riwayat Tiroid : Disangkal
i. Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
a. Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
b. Riwayat Kencing Manis : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
d. Riwayat Jantung : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Disangkal
f. Riwayat Tiroid : Disangkal
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan suami merupakan
seorang pekerja wiraswasta. Keduanya memiliki pendidikan terakhir
SMA. Biaya pengobatan menggunakan BPJS Non PBI.
Kesan ekonomi : cukup.
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
Riwayat Konsumsi Obat-obatan : Disangkal
4
4. Vital Sign
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit, reguler,isi dan tegangan cukup
- Pernapasan : 20 x/menit, teratur
- Suhu : 36,7 0C
5. Status Gizi
- Tinggi Badan : 153 cm
- Berat Badan : 62 kg
- BMI : 26,48 kg/m2
STATUS INTERNUS
1. Kepala : Mesosephal
2. Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
3. Hidung : Septum deviasi (-), Nafas cuping hidung -/-, Sekret -/-
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Telinga : Warna aurikula dbn, Nyeri tarik aurikula -/-, Sekret -/-
6. Leher : Pembesaran kelenjar limfe -/-, Retraksi otot bantu nafas
(-), Pembesaran kelenjar tiroid (-).
7. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Pulsus sternal lift : (-)
Pulsus epigastrium : (-)
Pulsus parasternal : (-)
Thrill : (-)
Perkusi : Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Kiri bawah jantung : ICS V Linea 2 cm medial
midclavicula sinistra
Kanan bawah jantung: ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I& II normal & murni, bising (-), gallop(-)
5
8. Paru :
KIRI KANAN
Inspeksi Pergerakan pernafasan simetris Pergerakan pernafasan simetris
Palpasi Fremitus taktil simetris Fremitus taktil simetris
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara nafas Vesikuler Suara nafas vesikuler
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
9. Ekstremitas :
Pemeriksaan Superior Inferior
Akral hangat (+) (+)
Edema (-) (-)
Sianosis (-) (-)
Gerak (+) (+)
CRT < 2 detik < 2 detik
STATUS GINEKOLOGI
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi:
Abdomen (suprapubik): tampak cembung
Genitalia Eksterna: Lendir (+) bercak – bercak darah (+)
Palpasi:
Abdomen (suprapubik): nyeri tekan (+), teraba massa (-)
b. Pemeriksaan Dalam
Flx (+), fluor (-)
Vulva : Massa (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)
Uretra : Dalam batas normal
Vagina : Rugae (+) licin, massa (-), introitus sempit (-)
Portio : Licin, bulat, konsistensi kenyal, nyeri goyang (-),
nyeri tekan (-)
OUE : Pembukaan 1 cm
Cavum uteri : Sebesar telur angsa
Adneksa parametrium : Massa (-), nyeri tekan (-)
Cavum douglas : Penonjolan (-)
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (31 Mei 2019 pukul 19.32)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Darah Rutin
Leukosit 6,50 103/uL 3,6-11
Eritrosit 4,55 106/uL 3,8-5,2
Hemoglobin L 11,10 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit L 32,50 % 35-47
MCV L 71,40 fl 80-100
MCH L 24,40 pg 26-34
MCHC 34,20 g/dl 32-36
Trombosit 265 103/uL 150-440
RDW 14,40 % 11,5-14-5
PLCR 11,0 %
Diff Count
-Eosinofil Absolute 0,10 103/uL 0,045-0,44
-Basofil Absolute 0,01 103/uL 0-0,2
-Netrofil Absolute 4,06 103/uL 1,8-8
-Limfosit Absolute 1,93 103/uL 0,9-5,2
-Monosit Absolute 0,40 103/uL 0,16-1
-Eosinofil L 1,50 % 2-4
-Basofil 0,20 % 0-1
-Netrofil 62,40 % 50-70
-Limfosit 29,70 % 25-40
-Monosit 6,20 % 2-8
Golongan darah B Rh (+)
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 90 mg/dl < 125
Sero-imun
HbSAg Non reaktif (-) Non reaktif (-)
7
2. USG (31 Mei 2019)
Tampak 1 GS intrauterine 3,11 cm.
Janin (-).
CRC 7,11 cm . Umur kehamilan 8w2d.
Kesan: Blighted Ovum
V. RESUME
Pasien dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir. Darah
berwarna merah segar disertai lendir, tidak terdapat gumpalan maupun
prongkolan. Keluhan disertai dengan nyeri perut bagian bawah (+),
sedikit mual (+). Tidak terdapat keluhan muntah, demam, pusing,
riwayat jatuh dan melakukan aktivitas berat sebelumnya. Tidak
terdapat riwayat hipertensi, kencing manis, asma, alergi dari pasien
maupun keluarga. Namun terdapat riwayat keguguran tahun 2014 pada
kehamilan ketiga usia 12 minggu dan sudah dilakukan kuret.
Dari pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dan status internus dalam
batas normal. Pemeriksaan status ginekologi ditemukan Flx (+), Flr (-)
V/U/V, portio dalam batas normal, pembukaan 1 cm pada OUE,
cavum uteri sebesar telur angsa, A/C dalam batas normal.
Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG didapat hasil usia
kehamilan 8 minggu, terdapat GS namun tanpa janin, kesan Blighted
Ovum. Tidak didapatkan hasil yang bermakna dari pemeriksaan
laboratorium.
8
Riwayat reproduksi kurang baik (abortus 1x)
V. INITIAL PLAN
a. Ip Dx
-
b. Ip Tx
Medikamentosa: Inj. Ceftriaxone 1 gr (pramedikasi kuretase)
Non medikamentosa: Pro kuretase
c. Ip Mx
Monitoring KU, TTV, PPV
d. Ip Ex
Menjelaskan kondisi kehamilan pasien.
Menjelaskan tatalaksana yang akan dilakukan.
VI. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
9
2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan
3. Pasang duk steril kecuali pada daerah tindakan
4. Pasang spekulum sims anterior dan sims posterior
5. Jepit portio dengan tenakulum pada arah jam 12
6. Dilakukan sondase uterus ± 10 cm
7. Dilakukan kuretase dengan sendok kuretase secara sistematis searah
jarum jam
8. Keluar jaringan ± 30 cc
9. Lepas spekulum dan tenakulum
10. Rawat perdarahan
11. Hitung alat lengkap
12. Tindakan selesai
O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,80C
Status internus : dalam batas normal
PPV : flek –flek (+)
VT : Flx (+), flr (-)
v/u/v : dalam batas normal
Portio licin, OUE terbuka 1 cm
Cut sebesar telur angsa
AP/CD : dalam batas normal
P : Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV
O : KU baik, composmentis
TD 110/70 mmHg RR 20x/menit
10
HR 83x/menit T 36,50C
PPV : flek –flek (+)
P : Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV
O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,80C
PPV : flek –flek (+)
P : Inj. Ceftriaxon 1 gr
Pro Kuretase
Pengawasan KU, TTV, PPV
2/06/19 12.00 S : nyeri post kuret
O : KU baik, composmentis
TD 130/80 mmHg RR 20x/menit
HR 84x/menit T 36,50C
PPV : (-)
A: P3A2, 36 tahun
Post Kuretase H0 a/i Blighted Ovum
O : KU baik, composmentis
TD 120/80 mmHg RR 20x/menit
HR 86x/menit T 36,50C
PPV : (-)
11
A: P3A2, 36 tahun
Post Kuretase H1 a/i Blighted Ovum
P : BLPL
PO Cefadroxil 500 mg/12jam
PO Asam Mefenamat 500 mg/8 jam
PO Vitamin BC/C/SF 1 tab/12 jam
Pengawasan KU, TTV, PPV
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
Blighted ovum merupakan kegagalan perkembangan embrio, hasil
pemeriksaan penunjang ditemukan kantung kehamilan tanpa ada embrio
dalam kantung kehamilan.
3) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik terjadi karena hasil dari pembuahan sel telur dan sel
sperma tidak menempel di endometrium. Kehamilan ektopik lebih dari
95% terjadi di tuba falopii. Abortus atau pecahnya tempat implantasi
dapat terjadi pada kehamilan ektopik terganggu.
4) Mola Hidatidosa3,4
Kehamilan mola ditandai dengan proliferasi trofoblastis dengan derajat
yang berbeda-beda. Kehamilan mola dapat terjadi di ovarium, tuba
falopii atau di rongga uterus. Untuk mengklasifikasi kehamilan mola
perlu dilihat ada tidaknya janin di dalam mudigah. Pada pemeriksaan
ditemukan perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 6-16 minggu.
b) Etiologi5
Blighted ovum belum diketahui penyebab secara pasti, blighted ovum
terjadi masa awal kehamilan. Beberapa faktor dapat mengakibatkan
terjadi blighted ovum:
1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma.
13
2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada
masa awal kehamilan berhenti.
3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol
4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada
pasangan suami istri dan semakin banyak seorang istri pernah hamil
memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum.
5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, kelainan imunologi,
serta penyakit diabetes
c) Patofisiologi5,6
14
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi
penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi
blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-
hormon kehamilan termasuk hormone hCG. Pemeriksaan tes kehamilan
positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan blighted ovum terjadi
penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted
ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational
sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini
disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca
fertilisasi. Blighted ovum dapat terjadi pengeluaran darah dari vagina.
d) Keluhan Subjektif
Kehamilan dengan blighted ovum ditemukan perdarahan melalui vagina dan
terkadang disertai nyeri dibagian perut.
15
kantong kehamilan yang telah terbentuk, berisi embrio atau tidak. Biasanya
dokter akan melakukan USG kembali sepuluh hari setelah tes USG pertama
untuk memantau perkembangan embrio dan kondisi kehamilan.
Untuk memastikan diagnosis blighted ovum, kantong kehamilan
dan embrio harus memenuhi beberapa kriteria ukuran, yaitu diameter 25
mm atau lebih untuk kantong kehamilan dan tidak memiliki kantung yolk
sac (ovum) atau embrio. Gambaran lainnya adalah ketika embrio memiliki
panjang lebih dari 15 mm namun tidak memiliki aktivitas jantung yang
sehat.
Ditegakkan saat usia kehamilan 7 - 8 minggu bila pada
pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada
diameter 2,5 cm yang tidak disertai gambaran mudigah maka evaluasi 2
minggu kemudian tapi bila tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong
kuning telur dan diameter gestasi sudah mencapai 25 mm, maka dinyatakan
sebagai kehamilan anembrionik atau blighted ovum.
16
1) Terminasi kehamilan blighted ovum
Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi
dilatasi dan kuretase secara elektif. Dilatasi dilakukan menggunakan
dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh sendok kuret.
Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum
uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis
melakukan kerokan pada dinding Rahim.
17
Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling dan
persetujuan tindakan medis. Melakukan pemeriksaan umum meliputi:
tekanan darah, nadi serta melakukan pemeriksaan darah lengkap,
pemasangan infus.
b) Persiapan alat
Persiapan alat meliputi: 2 spekulum sim’s, sonde uterus, dilatator
berbagai ukuran, sendok kuret berbagai ukuran, cunam abortus, pinset,
klem, kain steril dan 2 sarung tangan steril. Alat-alat tersebut dalam
keadaan yang steril dan diletakkan dalam bak alat steril. Instrumen lain
yang dibutuhkan meliputi: lampu, mangkok kecil logam serta penampung
darah dan jaringan.
c) Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong
Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi: menggunakan baju
tindakan, pelindung kaki (alas kaki terbuat dari karet), kaca mata
pelindung, masker, dan sarung tangan steril.
d) Persiapan obat yang akan di gunakan untuk tindakan kuretase
1) Misoprostol. Penggunaan misoprostol 100 mg efektif digunakan untuk
dilatasi serviks. Umumnya pada kasus blighted ovum dilatasi akan
berhasil setelah pemberian dosis ke-2. Jika pemberian misoprostol
tidak berhasil dilatasi serviks dilakukan dengan hegar.
2) Pra anastetik. Berfungsi mengurangi rasa cemas sebelum tindakan dan
memperlancar induksi anastesi, tindakan pra anastetik dapat dilakukan
menggunakan golongan benzodiazepin (diazepam, lorazepam dan
midazolam).
3) Anastetika yang digunakan menggunakan ketamin dengan dosis 0,5
mg/kgBB. Pemilihan ketamin memiliki sifat anastetik dan analgetik
serta memiliki batas keamanan yang luas, cara pemberian dilakukan
induksi per IV. Pada penggunaan ketamin akan menimbulkan efek
emergence phenomenon.
4) Uterotonika metergin 0,2 mg per IM atau oksitosin 10 IU per IV untuk
meningkatkan kontraksi uterus.
18
3) Tindakan kuretase
a) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi. Bagian bawah perut dan
lipatan paha dibersihkan menggunakan air dan sabun.
b) Pemberian anastesi
c) Pasang spekulum sim’s sampai serviks terlihat. Memberikan cairan
antiseptik pada vagina dan serviks.
d) Memberikan oksitosin 10 IU IV atau metergin 0,2 mg secara IM untuk
mencegah perforasi uterus dan meningkatkan kontraksi uterus.
e) Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui bukaan
serviks, besar, arah, dan resiko terjadi perforasi.
f) Serviks dilakukan penjepitan diarah jam 11.00 dan 13.00
menggunakan tenakulum. Setelah terpasang dengan baik keluarkan
spekulum atas.
g) Dilatasi dilakukan dengan menggunakan dilatator sampai dapat dilalui
oleh sendok kuret. Sendok kuret dimasukkan melalui kanalis
servikalis.
h) Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan pemeriksaan
menggunakan sonde uterus.
i) Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara sistematis
searah jarum jam sampai bersih dengan tanda seperti menyentuh
bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual dilakukan kembali untuk
mengetahui besar dan konsistensi uterus. Jaringan di keluarkan dan
membersihkan darah mengenai lumen vagina. Kemudian melepaskan
tenakulum dan spekulum bawah
19
a) Pemberian analgetik (Paracetamol 500 mg) untuk mengurangi nyeri
jika diperlukan. Pemberian Paracetamol bertujuan untuk mengurangi
kadar nyeri (ringan-sedang) pasca tindakan.
b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri.
c) Memberikan antibiotik terapeutik. Diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan 2
kombinasi antibiotik.
Pemberiaan antibiotik Metronidazole berfungsi untuk mencegah
infeksi bakteri gram negatif (–) dan anaerob pasca kuretase dengan
dosis 500 mg dan waktu paruh 8-10 jam. Pemberian Metronidazole
dapat diberikan bersama Amoksisilin yang merupakan antibiotik
spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan.
d) Melakukan observasi meliputi: jumlah perdarahan pervaginam untuk
mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda Infeksi.
20
Blighted ovum biasanya terjadi satu kali pada sebagian besar
perempuan.Sayangnya pada sebagian besar kasus, kondisi ini tidak dapat
dicegah. Bagi sebagian perempuan yang pernah mengalami blighted ovum
dapat tetap memiliki kandungan yang sehat pada kehamilan selanjutnya.
Pencegahan yang harus dilakukan adalah
a) Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi,
ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
tempat tinggalnya.
b) Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu
pastikan bahwa calon ibu benar - benar sehat saat akan merencanakan
kehamilannya.
c) Melakukan pemeriksaan kromosom.
d) Tak hanya pada calon ibu, calon ayahpun disarankan untuk
menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat
konsepsi.
e) Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehilam kosong
jarang terdeteksi saat usia kandungan masih dibawah delapan bulan.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus ini membahas mengenai seorang ibu G5P3A1 usia 36 tahun, hamil
10 minggu. Dari anamnesis pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir tanpa
jaringan, pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabtes mellitus namun
memiliki riwayat abortus 1 x pada kehamilan ketiga. Dari pemeriksaan fisik
ginekologi ditemukan Pemeriksaan status ginekologi ditemukan Flx (+), Flr (-)
V/U/V, portio dalam batas normal, pembukaan 1 cm pada OUE, cavum uteri
sebesar telur angsa, A/C dalam batas normal. Dari pemeriksaan penunjang yaitu
USG terdapat GS namun tanpa janin sehingga ditegakkan diagnose sebagai
Blighted Ovum.
Blighted ovum atau anembrionik pregnancy atau kehamilan kosong
merupakan kehamilan tanpa ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan. Ada
kemungkinan bagi seseorang yang mengalami blighted ovum pada tahap awal
kehamilan merasa bahwa dirinya sedang mengalami kehamilan secara normal.
Hal ini dikarenakan blighted ovum memiliki gejala yang sama dengan kehamilan,
seperti haid yang terlambat disertai hasil tes kehamilan yang positif. Pasien dapat
terus merasa dalam keadaan hamil hingga terjadi pendarahan dari vagina.
Untuk memastikan diagnosis blighted ovum, kantong kehamilan dan embrio
harus memenuhi beberapa kriteria ukuran, yaitu diameter 25 mm atau lebih untuk
kantong kehamilan dan tidak memiliki kantung yolk sac (ovum) atau embrio.
Gambaran lainnya adalah ketika embrio memiliki panjang lebih dari 15 mm
namun tidak memiliki aktivitas jantung yang sehat.
Ditegakkan saat usia kehamilan 7 - 8 minggu bila pada pemeriksaan USG
didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang
tidak disertai gambaran mudigah maka evaluasi 2 minggu kemudian tapi bila
tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter gestasi
sudah mencapai 25 mm, maka dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik atau
blighted ovum.
22
Penyebab blighted ovum belum diketahui secara pasti namun beberapa hal
dapat menjadi penyebabnya, yaitu dapat terjadi karena kelainan (kromosom) pada
sel telur dan sel sperma, faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Semakin tua
maka semakin berkurangnya kualitas ovum maupn sperma dari seseorang
yamngakibatkan tidak terbentuknya embrio. Kemudian infeksi TORCH, kelainan
imunologi atau karena kebiasaan merokok atau minum alcohol.
Tatalaksana pada kasus ini adalah dilakukan tindakan kuretase. Sebelum
tindakan dapat diberikan obat dilatasi serviks terlebih dahulu, namun karena
sudah tedapat pembukaan 1 cm maka obat sudah tidak diperlukan. Kuretase
dilakukan untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang terbentuk. Setelah tindakan
selesai, pasien diberikan obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri berupa asam
mefenamat 500 mg/8 jam, antibiotik sebagai pencegahan infeksi berupa
cefadroxyl 500 mg/12 jam dan vitamin serta tablet Fe/12 jam. Pasien dibolehkan
pulang 1 hari pasca tindakan dan tidak ada keluhan serta melakukan kontrol ke
Poli Obsgyn.
23
DAFTAR PUSTAKA
24