Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S
USIA 36 TAHUN DENGAN KEADAAN BAIK

Disusun Oleh :

FERANISA RAMDANIA
P17324120512

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi oleh:


Nama : Feranisa Ramdania
NIM : P17324120512
Telah disahkan oleh tim pembimbing pada:
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Feranisa Ramdania
NIM. P17324120512

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan Praktik


Program Profesi Pendidikan Bidan Puskesmas Garuda

Yulidar Yanti, SST., M.Keb Bidan Euis, AMd.Keb


NIP. 197707112005012003 NIP. 197206131992023009

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................3
C. Manfaat.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
A. Prakonsepsi..................................................................................................4
B. Resiko tinggi kehamilan 5

BAB III TINJAUAN KASUS 16

BAB IV PEMBAHASAN 24

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, Angka Kematian
Ibu (AKI) dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas sebesar 210 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Kemudian, menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2017 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia masih tinggi yaitu 290 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup. Tetapi di Indonesia
sendiri sebenarnya mempunyai target 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
AKI dan AKB merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana di suatu Negara ( Manuaba, 2014).
World Health Organization (WHO) memperkirakan di Indonesia terdapat
126 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian ibu 6.400
pada tahun 2015. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI
menurun dari 359 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2012 menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2015 dan kembali menetap menjadi 305 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2018 . Sedangkan AKB menurun dari 34 per 1000 kelahiran
hidup tahun 2007 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 2012 dan kembali
turun menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup tahun 2017 (Profil Kesehatan, 2018).

Beberapa keadaan yang menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain
adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes,
hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua usia 37
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya ≥ 4 orang anak.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mencegah resiko pada kehamilan. Maka


dilakukan asuhan kebidanan prakonsepsi dan persiapan kehamilan pada Ny S Usia
36 tahun yang merencanakan anak ketiga dan pasca lepas kontrasepsi IUD dalam

3
laporan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S usia 36 tahun dengan
Keadaan Baik”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan pada prakonsepsi dengan usia >35 tahun
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan ibu tentang masa prakonsepsi dan perencanaan
kehamilan pada ibu usia lebih dari 35 tahun
b. Mengetahui kebutuhan ibu tentang masa prakonsepsi dan perencanaan
kehamilan pada ibu usia lebih dari 35 tahun
c. Mengetahui risiko yang akan terjadi untuk ibu yang hamil di usia lebih dari
35 tahun
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan kepada ibu yang sedang dalam masa prakonsepsi dan
perencanaan kehamilan di usia lebih dari 35 tahun
2. Memberikan informasi kepada ibu yang sedang dalam masa prakonsepsi dan
perencanaan kehamilan di usia lebih dari 35 tahun

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Prakonsepsi
1) Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi adalah perawatan sebelum terjadi kehamilan dengan rentang
waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum
konsepsi bagi seorang ibu. Sangatlah penting untuk mempersiapkan kehamilan,
khususnya pengetahuan calon ibu terkait nutrisi, kebiasaan yang dapat
menganggu kehamilan seperti merokok, minuman keras, polusi, lingkungan
sehari- hari, pekerjaan ibu, olahraga yang dilakukan, dan tingkat stress.
Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah
malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan pada saat hamil,
mencegah obesitas, mencegah risiko keguguran, persalinan premature, berat
bayi lahir rendah, menghindari stress, kematian janin mendadak, dan mencegah
efek dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat hamil (2).
Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang
mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,
lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang
wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui
pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan. Intervensi
prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk pencegahan anomali
kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru memeriksakan
kehamilannya pada trimester kedua ( > 13 minggu kehamilan, yaitu setelah
periode organogenesis utama (antara 3 dan 10 minggu kehamilan ) (3).
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan

5
masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa
atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi
pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia.
Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu
mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi yang
optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin,
kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses
melahirkan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa
prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan (2).
Perawatan prakonsepsi harus menjadi bagian penting dari perawatan primer
dan kedokteran pencegahan pada semua wanita usia subur yang memeriksaan
kesehatan dirinya. Masalah ini penting, karena meskipun ibu hamil
menginginkan hal terbaik untuk keturunannya di masa yang akan datang,
kenyataannya lebih dari 50% kehamilan tidak direncanakan dengan baik (3).
Idealnya, pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya,
merencanakan program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya dengan
baik sesuai kebutuhan dan keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin
hamil dievaluasi kesehatan alat reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu
yang belum ingin hamil tetap harus dijaga kesehatan reproduksinya dan ditawari
metode keluarga berencana yang sesuai (3).
Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. (Kemenkes RI, 2017:104)
Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan saat yang
tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak.

6
Menurut Kemenkes RI (2017:104) perencanaan kehamilan bertujuan
untuk mencegah:
a. Terlalu Muda (< 20 tahun)
b. Terlalu Tua (> 35 tahun)
c. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan (< 2 tahun)
d. Terlalu Sering Hamil (> 3 anak)

B. Dasar Teori Kehamilan Risiko Tinggi Usia ≥ 35


1) Definisi
Kehamilan di usia tua ialah kehamilan yang terjadi pada wanita
berusia lebih dari atau sama dengan 35 tahun, baik primi maupun
multigravida (Tukiran, 2014).
Penyebab kematian ibu secara tidak langsung dikarenakan
keterlambatan maupun kesalahan sewaktu pertolongan persalinan. Belum
memadainya pengawasan antenatal juga menyebabkan terjadinya penyulit
dan kehamilan resiko tinggi ataupun komplikasi kehamilan. Masih
banyaknya ibu dengan 4 T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat dan terlalu
banyak) (Manuaba, 2012).
Hamil di usia ≥35 tahun memiliki resiko kehamilan dan persalinan
sangat tinggi yang dapat merugikan kesehatan ibu dan bayi. Kematian
maternal pada usia lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20-34
tahun. Pada usia ≥35 terjadi penurunan fungsi pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Prawirohardjo, 2014)
2) Resiko pada Kehamilan Resiko Tinggi Usia ≥ 35 Tahun
i. Preeklamsi dan Eklamsia
Sehubungan dengan makin tingginya usia ibu, uterine semakin
mengalami degenerasi. Patofisiologi terjadinya preeklampsia sampai saat
ini pun belum diketahui dengan jelas. Banyak teori yang telah
dikemukakan mengenai terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Harrison

7
(2012) menyebutkan bahwa preeklampsia dapat terjadi akibat kelainan
implantasi plasenta, serta akibat perubahan pada ginjal dan sistem
vaskuler secara keseluruhan, dimana, akibat adanya disfungsi endotel,
faktor-faktor yang memungkinkan perkembangan pembuluh darah
menjadi berubah, menyebabkan menyebabkan timbulnya lesi yang khas
pada sel endotel glomerulus, yang ditandai dengan adanya mikroskopis
thrombus, sehingga mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal
(Rochdjati, 2014)
ii. Diabetes Gestasional
Resiko lainnya dari kehamilan di atas usia 35 tahun adalah ibu dapat
mengalami kemungkinan munculnya gejala diabetes gestasional.
Kondisi kehamilan ini dapat menyebabkan kurang terkontrolnya
produksi insulin di dalam tubuh. Apabila di kombinasi dengan asupan
gizi yang tidak teratur, akan menyebabkan gula darah sang ibu dapat
mengalami kenaikan (Rochdjati, 2014).
iii. Plasenta Previa
Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan plasenta yang
berimplantasi di atas atau sangat berdekatan dengan ostium uteri
internum. Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta
previa. Terdapat 1 insiden dalam 1500 kehamilan pada perempuan
kelompok usia ≤19 tahun dan sebesar 1 insiden dalam 100 kehamilan
pada perempuan kelompok usia >35 tahun. Penelitian FASTER juga
menyebutkan, mereka yang berusia >35 tahun memiliki risiko 1,1%
untuk mengalami plasenta previa dibandingkan dengan wanita yang
berusia <35 tahun yang hanya beresiko 0,5% (Rochdjati, 2014).
iv. Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Pecahnya ketuban pada kehamilan prematur pada
banyak kasus tidak diketahui sebabnya, namun infeksi intrauterin

8
asimptomatik merupakan penyebab tersering terjadinya KPD. Usia tua
merupakan faktor risiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada
kehamilan, hal ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua umumnya telah
terjadi beberapa kehamilan sebelumnya (multiparitas), dan multiparitas
adalah salah satu faktor risiko dari bekteriuria asimptomatik (Rochdjati,
2014).
v. Serotinus
Serotinus atau kehamilan lewat bulan adalah suatu kondisi kehamilan
dimana persalinan terjadi pada minggu ke 42 atau lebih. Pada studi yang
dilakukan Roos didapatkan 8,94% kehamilan lewat bulan, dimana
didapatkan peningkatan lebih dari 50% kehamilan lewat bulan pada ibu
usia ≥ 35 tahun dan primipara (Besari, 2013).
vi. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada
kehamilan relativ terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodilusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai
40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu
hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkung-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan
trimester ketiga (Sulistyawati, 2012).

9
C. Asuhan Kebidanan Prakonsepsi dengan Usia ≥35 Tahun (Kemenkes RI, 2015)
1) Berikan KIE tentang pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan pada usia
>35 tahun minimal 2x kunjungan.
2) Berikan KIE tentang ANC terpadu yang meliputi pemeriksaan labolatorium
urin dan darah, pemeriksaan gizi, gigi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
3) Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu skor untuk digunakan
sebagai alat screening atau deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
4) Berikan KIE senam hamil secara rutin untuk mengurangi dan mencegah
timbulnya gejala-gejala yang menggangu selama kehamilan dan mengurangi
ketegangan otot-otot sendi sehingga mempermudah proses kelahiran.
5) KIE tentang persiapan persalinan sesuai faktor resiko ibu hamil untuk
bersalin di fasilitas kesehatan atau rumah sakit dan di tolong oleh tenaga
kesehatan.
6) Libatkan keluarga untuk memberikn dukungan pada ibu.
7) Jelaskan tanda-tanda persalinan.
8) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 1 minggu atau
apabila ada keluhan.
D. Dasar Teori Multipara
1) Definisi
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu
kali. Kehamilan multipara termasuk kehamilan resiko tinggi (Prawirohardjo,
2009).
2) Resiko Kehamilan Multipara
a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin urang dari 500 gram
(Wiknjosastro, 2013).
b. Perdarahan Postpartum adalah Perdarahan pasca persalinan yang dapat
disebabkan oleh atonia uteri. Hal ini karena tonus otot uterus yang sering
diregangkan akibat kehamilan yang terlalu sering dan lebih dari 4 kali

10
sehingga dinding otot menipis dan kontraksinya menjadi lemah. Hingga
pada akhirnya terjadi perdarahan postpartum.
c. Solusio Placenta adalah komplikasi kehamilan dimana placenta terlepas
dari dinding uterus bagian dalam sebelu proses persalinan. Lepasnya
placenta ini dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen bayi
menurun dan dapat menyebabkan perdarahan antepartum.
E. Asuhan Kebidanan pada Multigravida
1. Melakukan pemantauan kondisi fisik dan monitoring vital sign
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
3. Menganjurkan ibu agar tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu
berat
4. Anjurkan ibu untuk pemeriksaan kehammilan 1 minggu lagi
7. Kartu Skor Poedji Rochjati
a. Definisi
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk
menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah
pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada
saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara
checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan system skor

Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana,


mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non
professional.

Fungsi dari KSPR anatara lain :

1) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi


2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan

11
3) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE)
4) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas
5) Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan,
persalinan, nifasdengan kondisi ibu dan bayinya
6) Audit Maternal Perinatal
b. Sistem Skor
Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat
ringannya faktor risiko kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga.
Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap faktor
risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kotak merupakan perkiraan besar
risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok risiko
dibagi menjadi 3

yaitu:

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2 (hijau)

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)

c. Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor risiko


pada penilaian KSPR
1) Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)
a) Primi muda adalah terlalu muda hamil, usia 16 tahun atau
kurang
b) Primi Tua adalah terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun
c) Primi Tua Sekunder adalah jarak anak terkecil >10 tahun
d) Anak terkecil < 2 tahun adalah terlalu cepat memiliki anak lagi

12
e) Grande multi adalah terlalu banyak memiliki anak ≥ 4
f) Umur ibu ≥ 35 tahun atau terlalu tua
g) Tinggi badan ≤ 145 cm terlalu pendek, belum pernah
melahirkan normal dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga
panggul sempit
h) Pernah gagal kehamilan
i) Persalinan yang lalu dengan tindakan
j) Bekas operasi sesar
2) Kelompok Faktor Risiko II
a) Penyakit ibu, seperti anemia, malaria, TBC paru, payah jantung,
dan penyakit lain.
b) Preeklampsia ringan
c) Hamil kembar
d) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak
e) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam kandungan
f) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum
melahirkan)
g) Letak sungsang & Letak Lintang
3) Kelompok Faktor Risiko III
a) Perdarahan Antepartum dapat berupa solusio plasenta, plasenta
previa
b) Preeklampsia berat/eklampsia

13
2.2 Tabel Kartu Skor Poedji

14
I II III IV

Triwulan
SKO
KEL Masalah / Faktor Resiko III III
NO. R I II
F.R .1 .2

Skor Awal Ibu Hamil 2 2

1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4

2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4

Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4

3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4

4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4

5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4


I
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4 4

7 Terlalu pendek ≥145 cm 4

8 Pernah gagal kehamilan 4 4

Pernah melahirkan dengan


4
a. Tarikan tang/vakum

9
b. Uri dirogoh 4

c. Diberi infus/transfuse 4 4

10 Pernah operasi sesar 8

II Penyakit pada ibu hamil

15
a. Kurang
Darah b. Malaria, 4
c. TBC Paru d. Payah Jantung
11

Kencing Manis (Diabetes) 4

Penyakit Menular Seksual 4

muka / tungkai dan


Bengkak pada tekanan darah
12 4
tinggi.

13 Hamil kembar 4

14 Hydramnion 4

15 Bayi mati dalam kandungan 4

Kehamilan lebih bulan


16 4

Letak
sungsang
17 8

Letak Lintang
18 8

III Perdarahan dalam kehamilan ini


19 8

20 Preeklampsia/kejang-kejang 8

JUMLAH SKOR 14

F. Kebutuhan Dasar Kehamilan

16
a. Oksigen Kebutuhan
Oksigen ibu meningkat 20%, sebagai respon dari kehamilan (Sunarsih,
2011: 128).
b. Nutrisi
Menurut Saifuddin (2010: 286) nutrisi yang perlu ditambahkan pada saat
kehamilan:
1) Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2500 kalori. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupakan faktor presdiposisi untuk terjadinya
preeclampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi
10-12 kg selama hamil.
2) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per
hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju,susu, telur). Defisiensi
protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia dan oedema.
3) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otak
dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,
yogurt, dan kalsium bikarbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalsia pada ibu.
4) Zat besi
Pemberian zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.tiap tablet mengandung
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg, minimal masing-
masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau
kopi, karena akan mengganggu penyerapan. Metabolisme yang tinggi

17
pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di
dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin
normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30
mg/hari terutama setelah trimester kedua. Sumber zat besi terdapat dalam
sayuran hijau, daging yang berwarna merah dan kacang-kacangan.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi.
5) Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil
adalah 400 mikrogram perhari. Sumber makanan yang mengandung asam
folat diantaranya produk sereal dan biji-bijian misalnya, sereal, roti, nasi
dan pasta. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil.
c. Eliminasi
1) Buang Air Kecil (BAK)
Peningkatan frekuensi berkemih pada TM III paling sering dialami
oleh wanita primigravida setelah lightening. Lightening menyebabkan
bagian presentasi (terendah) janin akan menurun masuk kedalam panggul
dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih (Marmi, 2014:
134).
2) Buang Air Besar (BAB)
Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltic yang disebabkan
relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan hormon
progesteron. Kontipasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari efek samping
penggunaan zat besi, hal ini akan memperberat masalah pada wanita
hamil (Marmi, 2014: 137).
d. Istirahat

18
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan. Wanita
hamil juga harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat
lama. Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap istirahat dan
tidur siang kurang lebih 1 jam (Marmi, 2014: 124-125).
e. Aktivitas
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga
dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal.
Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu. Beberapa
aktivitas yang dapat dianggap sebagai senam hamil yaitu jalan-jalan saat
hamil terutama pagi hari (Manuaba, 2012: 132-135). Jangan melakukan
pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat
menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin, 2010: 287).
f. Personal Hygiene
Personal hygiene sangat diperlukan selama kehamilan, karena kebersihan
badan mengurangkan kemungkinan infeksi. Kebersihan yang perlu
diperhatikan selama kehamilan meliputi:
1) Pakaian yang baik untuk wanita hamil ialah pakaian yang enak dipakai
tidak boleh menekan badan. Penggunaan bra yang dapat menopang
payudara agar mengurangi rasa tidak nyaman karena pembesaran
payudara. Sepatu atau sandal hak tinggi, akan menambah lordosis
sehingga sakit pinggang akan bertambah.
2) Perawatan gigi, ibu hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan
emesis, hiperemesis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan
timbunan kalsium di sekitar gigi. Pemeriksaan gigi saat hamil diperlukan
untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi penyebab infeksi.
g. Perawatan payudara
Mempersiapkan payudara untuk proses laktasi dapat dilakukan perawatan
payudara dengan cara membersihkan 2 kali sehari selama kehamilan. Apabila
putting susu masih tenggelam dilakukan pengurutan pada daerah areola

19
mengarah menjauhi putting susu untuk menonjolkan putting susu. (Marmi,
2014: 120-122).
h. Kebersihan genetalia
Kebersihan vulva harus dijaga betul-betul dengan lebih sering
membersihkannya, memakai celana yang selalu bersih, jangan berendam dan
lain-lain (Marmi, 2014: 120-122).
i. Hubungan seksual
Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila terdapat tanda infeksi
dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau ikan hubungan seksual
panas, terjadi perdarahan saat hubungan seksual, terdapat pengeluaran cairan
(air) yang mendadak, hentikan pada mereka yang sering mengalami
keguguran, persalinan sebelum waktunya, mengalami kematian dalam
kandungan, sekitar dua minggu menjelang persalinan (Manuaba, 2010: 120).
Pada umumnya koitus diperbolehkan. Pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan jika kepala sudah masuk
rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan (Saifuddin, 2009: 120).
j. Imunisasi
Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil yang terpenting adalah tetanus
toksoid. Imunisasi lain diberikan sesuai indikasi. Jadwal pemberian imunisasi
tetanus toksoid.

Tabel. 2.2 Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)


Jadwal Pemberian
Imunisasi TT Lama Perlindungan
Imunisasi TT
Langkah awal
pembentukan kekebalan
TT1 -
tubuh terhadap penyakit
tetanus

20
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
Sumber: Kemenkes RI, 2014

G. Perubahan fisiologis pada kehamilan pada usia >35 tahun

1) Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000

gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan

dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus

seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 40 minggu,

fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah

prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada

primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul (Ajeng.

2012).

Pada usia >35 tahun jaringan dan sel-sel sudah melemah serta

kendur sehingga dapat risiko terjadinya lemah kandungan atau juga

abortus. Pada saat persalinan dapat juga terjadinya inersia uteri

yang mengakibatkan kontraksi pada Rahim kurang maksimal.

21
2) Servik uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat

dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks

menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan

ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan

ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks

tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus

serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri

keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah.

Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak

menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu

diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang

memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan

melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu

kehamilan.

3) Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat

keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.

Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai

bersekresi.

22
Untuk usia >35 tahun dapat terjadi payudara lebih kendur dan

lebih membesar apabila ibu jarang melakukan olahraga atau

exercise untuk mengencangkan payudara.

5) Sirkulasi Darah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak

usia kehamilan 32 minggu. Meskipun ada peningkatan dalam

volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume

plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam

darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini

menurun menjadi ± 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanita hamil

mempunyai hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut

ketika tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih

meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung trombositnya.

Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung

akan meningkat ± 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan

peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh meningkatnya

isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ±

15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat

kecenderungan peningkatan tekanan darah.

23
6) Sistem Respirasi
Pernafasan diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena

pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30. Wanita hamil

bernafas lebih dalam, dengan meningkatkan volume tidal dan

kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan pencampuran gas

meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan

efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. Pada

kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan

mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga

menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan

penampilan badannya.

24
Bagan 2.3 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil usia >35 tahun

Perubahan Fisiologi Ibu Hamil usia >35 tahun

Sistem Sistem Sistem Sistem

Reproduksi Pernapasan Muskuloskeletal Pencernaan

Uterus Pembesaran Progesteron

membesar uterus meningkat


Uterus ovum Payudara

Desakan Lordosis Motilitas usus


Jumlah dan
kualitas
ovum
Jaringan menurun Estrogen
diafragma menurun
meningkat
Mregang dan oksigen

meningkat
Nyeri
Dan
melemah Terjadi
punggung
Kecacatan Perubahan Konstipasi

25
Pada jaringan
Bayi/
Uterus prematur mamae

Rentan
terjadi
komplika
si

26
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA USIA SUBUR


UMUR 36 TAHUN DENGAN KEADAAN BAIK

Tanggal : 10 Maret 2021


Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Garuda

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Maleber Utara 3/4

B. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin melepas KB IUD karena sudah 8 tahun dan ingin
merencanakan kehamilan anak ketiga.

27
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
Hamil Persalinan Nifas
ke Tahun Umur Jenis Komplikasi Jenis BB/ PB Penolong Laktasi Kelainan
Lahir Kehamilan Persalinan Ibu Bayi Kelamin
1 2010 9 Bulan Spontan Tidak Tidak Laki-laki 2900 Bidan Ya Tidak
ada ada gram/49 ada
cm
2 2012 9 Bulan spontan Tidak Tidak Perempuan 3000 Bidan Ya Tidak
ada ada gram / ada
50 cm

3. Riwayat Mentruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus Haid : 30 hari
c. Nyeri Haid : Tidak pernah
d. Banyak dan lama : 3-4 kali ganti pembalut per hari dan lamanya 6-7
hari
e. Teratur/Tidak Teratur : Teratur
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menular,
menurun dan menahun seperti jantung, DM, asma, hipertensi, hepatitis, TBC,
IMS dan HIV/AIDS. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami operasi
apapun dan tidak ada alergi obat.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang sedang dan pernah
menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti jantung, DM,
asma, hipertensi, hepatitis, TBC, IMS dan HIV/AIDS.
5. Riwayat Imunisasi
Imunisasi TT sudah dilakukan yaitu suntik TT3.

28
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Porsi : Sedang
Jenis Makanan : Nasi, lauk, sayur, buah
Makanan Pantangan : Tidak ada
b. Pola Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis Minum : Air mineral, kadang minum yang berasa
dan manis
c. Pola Istrirahat
Siang : Tidur siang tidak pernah
Malam : Tidur malam sekitar 7-8 jam

d. Pola Personal Hygiene


Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 2 hari sekali
Sikat Gigi : 2 kali sehari
Ganti Baju : 2 kali sehari
Ganti Celana Dalam : 2 kali sehari
e. Pola Eliminasi
BAK : 6-7 kali/hari, konsistensi cair, warna
kuning jernih
BAB : 1 hari sekali, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan
f. Pola Aktifitas. : Aktifitas membersihkan rumah, tidak
pernah olahraga
7. Riwayat Kebiasaan Yang Merugikan Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan kebiasaan yang merugikan kesehatan
seperti merokok, minuman beralkohol, obat-obatan, sex bebas.
8. Riwaayat Psikososial Spiritual
Ibu mengatakan siap merencenakan kehamilan dan memiliki anak ketiga, suami
adalah orang terdekat dalam keluarga. Suami dan keluarga selalu mendukung
selama proses kehamilan.
9. Identifikasi Karakter Diri
Ibu mengatakan harapannya ingin mempersiapkan kehamilan yang sehat.

29
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 81 x/m, R : 21 x/m S : 36,5 o
C
d. Berat badan : 50 kg
e. Tinggi Badan : 155 cm
f. IMT : 22,2 (Normal)
g. LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Hitam, lurus, bersih, tidak rontok
2) Hidung : Tidak ada pengeluaran
3) Mulut : Stomatitis tidak ada, tidak ada caries
b. Muka
1) Konjungtiva : Merah muda
2) Sklera : Putih
c. Leher
1) Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
2) Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
3) Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran
d. Dada dan Ketiak
1) Pembesaran kelenjar di ketiak : Tidak ada
2) Payudara : Tidak ada kelainan
e. Abdomen : Tidak ada kelainan, tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada luka bekas operasi

30
f. Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada kelainan, kuku tidak pucat, kuku
bersih pendek
g. Punggung : Tidak ada kelainan
h. Vagina dan Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. Analisis
Wanita usia subur umur 36 tahun dengan keadaan baik.

E. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Maret 2021
Jam : 09.20 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dengan keadaan baik. Pasien
mendengarkan.
2. Memberikan KIE kepada klien mengenai dampak hamil dengan usia lebih dari
35 tahun pada ibu antara lain mengalami perdarahan, menyebabkan risiko
abortus lebih besar, persalinan yang lama atau sulit. Dampak pada bayi antara
lain BBLR, premature, cacat bawaan, keracunan kehamilan dan kematian
bayi. Klien mendengarkan dan mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan KB lagi agar dapat menjarangkan
kehamilannya atau agar tidak hamil lagi karena faktor usia. Klien menolak
untuk dilakukan KB dan lebih memilih tidak ber-KB terlebih dahulu dan akan
mendiskusikan bersama suami.
4. Menjelaskan nutrisi penting yang di perhatikan dan dikonsumsi pada masa
prakonsepsi bagi suami dan istri adalah makanan yang bergizi seimbang
mengandung karbohidrat, protein, lemak sebagai sumber energi, vitamin A,
asam folat, vitamin D, kalsium, besi, serta yodium. Pasien mengerti dan akan
melakukannya.

31
5. Memberitahu persiapan kehamilan yang mempengaruhi psikologis/mental
seperti status sosial, support mental, respon negatif dari lingkungan karena ibu
hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan
menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Pasien mengerti.
6. Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dengan memeriksakan
organ kelamin secara teratur dan riwayat haid perlu diingat dan diketahui
dengan baik. Pasien mengerti dan akan melakukannya.
7. Memberitahu kesiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlah yang harus dipersiapkan untuk
mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan.
Pasien mengerti.
8. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan pendokumensian.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Ny. S dapat diambil beberapa
pembahasan sebagai berikut :

Pada kasus tersebut sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan melalui pemeriksaan


antropometri seperti mengukur tinggi badan, berat badan, dan pengukuran LILA. Dari
hasil pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu, tinggi badan 155cm, berat badan 50
kg dan LILA 26 cm. Nn. S mengatakan ingin merencanakan anak yang ketiga setelah
dilakukan pelepasan kontrasepsi IUD. Dalam kasus ini didapatkan analisis ibu dalam
kategori risiko tinggi dalam masa prakonsepsi atau dalam perencanaan kehamilan, dari
faktor usia, dalam anamnesis usia ibu lebih dari 35 tahun dan multipara dalam
keterangan anamnesis ibu sudah mempunyai dua anak. Sehingga pada kasus ini dikaji
melalui Kartu Skor Poedji Rochjati setelah pertemuan langsung bersama ibu.
Berdasarkan tinjauan teori diatas dijelaskan bahwa faktor risiko dapat dilihat dari usia
ibu yang lebih dari 35 tahun yaitu 36 tahun dan multipara yaitu sudah mempunya dua
orang anak.

Berdasarkan tinjauan teori diatas dijelaskan bahwa faktor risiko dapat dilihat dari
usia ibu yang lebih dari 35 tahun yaitu 36 tahun dan multipara yaitu sudah mempunyai
dua orang anak. Sehingga skor yang didapat untuk risiko usia >35 tahun adalah 4 dan
skor risiko untuk multipara adalah 4, sehingga total adalah 8 untuk menggunakan kartu
skor poedji rochyati dan termasuk pada kasifikasi kehamilan risiko tinggi (KRT)
dengan rentang skor 6-10 (kuning). Kemudian dapat disimpulkan bahwa Ny. S
termasuk pada risiko tinggi jika akan melakukan kehamilan.

33
Kehamilan di usia tua ialah kehamilan yang terjadi pada wanita berusia lebih dari
atau sama dengan 35 tahun, baik primi maupun multigravida. Kondisi ini semakin
marak terjadi 3 dekade terakhir. Rata-rata usia ibu primigravida meningkat dari 21,4
menjadi 24,9 tahun di Amerika dan di Jepang dari 25,6 menjadi 28,0 antara tahun 1997
2
dan 2000.

Penelitian yang dilakukan Rahmaniar A (2018) menyebutkan bahwa : Persalinan


pada usia ≥ 35 tahun bukan tanpa risiko. Persalinan yang lebih sulit dan lama, serta bayi lahir
mati merupakan masalah yang dapat ditemui di kehamilan dan persalinan pada usia ≥ 35 tahun.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kehamilan usia di atas 35 tahun dapat


mengakibatkan beberapa komplikasi pada kehamilan maupun persalinan seperti ;
prematuritas, serotinus, solusio plasenta, plasenta previa, dan lain-lain. Dukungan dari
keluarga dan orang sekitar terutama suami sangat penting untuk meyakinkan ibu untuk
memberikan pengertian mengenai risiko yang akan terjadi jika ibu hamil. Sedangkan
metode yang dilakukan untuk tindak lanjut intervensi yang diberikan pada kasus
tersebut yaitu dengan dilakukannya konseling KB jangka pendek karena ibu ingin
istirahat terlebih dahulu setelah pemasangan kontrasepsi IUD. Dan memperkenalkan
alat kontrasepsi lainnya dengan menggunakan ABPK.

34
BAB V

KESIMPULAN

A. Simpulan

Kesimpulan pada kasus diatas yaitu prakonsepsi dengan risiko tinggi, yaitu usia
lebih dari 35 tahun terdapat banyak risiko yang akan terjadi jika terjadi kehamilan
hingga persalinan, baik untuk ibu maupun untuk bayinya, yaitu diantaranya persalinan
lama, prematuritas, serotinus, solusio plasenta, plasenta previa, dan lain-lain.

Serta untuk skrining dikaji melalui Kartu Skor Poedji Rochjati setelah pertemuan
langsung bersama ibu. Berdasarkan tinjauan teori diatas dijelaskan bahwa faktor risiko
dapat dilihat dari usia ibu yang lebih dari 35 tahun yaitu 36 tahun dan multipara yaitu
sudah mempunya dua orang anak. Sehingga skor yang didapat untuk risiko usia >35
tahun adalah 4 dan skor risiko untuk multipara adalah 4, sehingga total adalah 8 untuk
menggunakan kartu skor poedji rochyati dan termasuk pada kasifikasi kehamilan risiko
tinggi (KRT) dengan rentang skor 6-10 (kuning). Kemudian dapat disimpulkan bahwa
Ny. S termasuk pada risiko tinggi jika akan melakukan kehamilan.

B. Saran
Saran untuk selanjutnya dilakukan penyuluhan tentang risiko tinggi dalam persiapan
kehamilan sehingga ibu yang ingin mempersiapkan kehamilannya dapat mendeteksi
dini mengenai risiko yang akan terjadi pada kehamilannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. RI K. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014.


2014;1–96.
2. Badan Pusat Statistik. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
3. Balitbangkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
4. Estiningtyas, dan Nuraisya. 2013. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Pustaka. Yogyakarta.
5. Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan (Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan). Kemenkes RI. Jakarta.
6. Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan. EGC. Jakarta.
7. Maternal Mortality: World Health Organization (WHO), 2009.
8. Maternal Mortality: World Health Organization (WHO), 2017
9. Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Kedua. Salemba Medika, Jakarta.
10. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP
11. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP
12. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP
13. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
14. Rustam. 2009. Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC

36

Anda mungkin juga menyukai