Anda di halaman 1dari 18

PLASENTA PREVIA

DI
S
U
S
U
N

OLEH
KELOMPOK 6

NAMA : EKA ZAHARA


: RAHMANI
: ZENNURAINI
: KIKI AULIANI

DOSEN PEMBIMBING
RITA MARDHANI

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM


AKADEMI KEBIDANAN
D-III KEBIDANAN
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah…Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan
hidayahnya segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-nya yang sungguh
tiada berkira besarnya, sehingga penulisan dapat diselesaikan makalah yang penulis
beri judul “Plasenta Previa”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan banyak bantuan
dari pihak lain, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterima kasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka yang telah membantu, kedua orang tua dan segenap
keluarga yang memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti
bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini di mulai, dan semua ini bisa
memberikan sebuah kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih
baik. Penulis tentu berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa
kekurangan dan kesalahan namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang
tidak di sadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mangharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikuam Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................  i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
D. Manfaat................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian............................................................................................. 3
B. Penyebab............................................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala.................................................................................. 6
D. Penanganan/Pengobatan....................................................................... 9
E. Pencegahan........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP......................................................................................... 11


A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................  12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari
22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22
minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22
minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap
perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara
klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan
solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan
anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta
previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya

1.2    Rumusan Masalah
1. Pengertian Plasenta Previa
2. Penyebab
3. Tanda dan Gejala
4. Pencegahan
5. Penanganan

1.3.  Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita, dan
anak prasekolah.

1
2. Untuk menambah informasi kepada mahasiswa kebidanan pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya mengenai plasenta previa.
3. Untuk menambah literatur bacaan mahasiwa kebidanan pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

1.4.  Manfaat
1.    Manfaat Bagi Masyarakat. 
Meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-tanda
bahaya dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah secara dini.
2.    Manfaat Bagi Mahasiswa
Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat untuk
mendapatkan pengalaman nyata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus (Prawirohardjo, 2006).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik
posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang
sempurna menutupi os serviks (Varney, 2006). Plasenta previa yaitu plasenta yang
tumbuh di tempat yang rendah di daerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah
rahim. Karena itu, plasenta terletak lebih rendah dari janin (mendahului letak janin)
dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam (Benson, 2008).
Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal) (Rustam mochtar, 1998). Plasenta
previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus (Hanifa Winkjosastro, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir.

2.2 Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada
periode trimester ketiga. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai
berikut ( Varney, 2006) :
1. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup
diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan  menurut Manuaba (2008),
paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Menurut Prawirohardjo

3
(2006), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). Multipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Grandemultipara
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya
mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang
dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke
plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi kejadian plasenta previa makin besar
karena keadaan endomentrium kurang subur (Prawirohardjo, 2006).
2. Usia ibu
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20 dan > 35 tahun ternyata 2-5 kali lebih
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2006).
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta
previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang
subur, sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan
aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang
adekuat (Manuaba, 2008). Plasenta previa terjadi pada umur muda karena
endometrium masih belum sempurna.
3. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat
seiring peningkatan jumlah seksio sesarea).
 Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2006). Dalam hubungan ini perlu
diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang
yang mempunyai parut dalam uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikut

4
memerlukan pengawasan yang cermat berhubung dengan bahaya rupture uteri.
Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa yaitu
(3,9 %) lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka (1,9 %) untuk keseluruhan
populasi obstetric (Cunningham, 2008). Hasil penelitian M.J Langgar, P Nugrahanti
diperoleh 149 penderita plasenta previa yang dirawat di rumah sakit Dr.Saiful Anwar
Malang tahun 2005-2006, 49 % plasenta previa terjadi pada ibu dengan bekas seksio
sesarea sebelumya. Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu dengan riwayat
seksio sesarea di sebabkan karena endometrium yang cacat akibat bekas luka
sayatan.
4. Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).
Kehamilan kembar yaitu Kehamilan dengan 2 janin atau lebih (Prawirohardjo,
2006). Pada kehamilan kembar ukuran plasenta lebih besar dari ukuran normal dan
tempat implantasinya membutuhkan ruang yang luas, untuk mendapatkan aliran
darah yang lebih kuat (Varney, 2006).
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya
adalah mencakup :
a. Perdarahan (hemorrhaging).
b. Usia lebih dari 35 tahun.
c. Multiparitas.
d. Pengobatan infertilitas.
e. Multiple gestation.
f. Erythroblastosis.
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
h. Keguguran berulang.
i. Status sosial ekonomi yang rendah.
j. Jarak antar kehamilan yang pendek.
k. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim
(bekas cesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul),
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

5
Sedangkan menurut Kloosterman(1973), Plasenta bertumbuh pada segmen
bawah uterus tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan. Vaskularisasi yang
berkurang atau perubahan atropi akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan
plasenta previa, tidak selalu benar. Memang apabila aliran darah ke plasenta tidak
cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun
akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi pembukaan
jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun
kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur
kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-
kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

2.3 Tanda dan Gejala


1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Denyut jantung janin ada.
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
12. Presentasi mungkin abnormal.
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa
nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun
demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta
yang tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali.
Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus
dan dilatasi ostium internum tanpa bias dielakkan akan mengakibatkan robekan pada
tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh

6
darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut-
serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan
retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara
normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala
tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat
daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala
terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi
dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus
dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih
cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri.
Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat
kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus
dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang
melekat itu secara manual.
Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna merah segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan
berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Gejala Utama :
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah
segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik :
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.

7
2. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.
5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas
(70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu
ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak
menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan
dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta
previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut)
atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan ke dalam vagina namun jauh dari
mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya
kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada
wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik
pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan
kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki
gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak
terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi
tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi
faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga
menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati
jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta
previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam

8
vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko
perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

2.4 Pencegahan Plasenta Previa


Mengingat belum diketahuinya penyebab pasti dari plasenta previa, maka
tidak ada cara pencegahan plasenta previa yang bisa dilakukan. Salah satu langkah
pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari risiko yang ada.
Wanita yang memiliki beberapa risiko plasenta previa sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter kandungan terlebih dahulu sebelum menjalani program
kehamilan. Selain itu, wanita yang pernah menjalani operasi uterus atau dinding
rahim juga wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani program hamil. Ini
merupakan langkah pencegahan plasenta previa yang bisa dilakukan secara dini.
Wanita yang memiliki kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman
beralkohol juga harus menghentikan kebiasaan tersebut ketika akan memulai
program hamil. Pasalnya, merokok dan konsumsi minuman beralkohol dapat memicu
risiko plasenta previa pada wanita hamil. Plasenta previa juga bisa terjadi karena
wanita hamil sering mengangkat beban yang terlalu berat. Oleh karena itu, ketika
dokter memberitahukan kehamilan Anda, sebaiknya wanita hamil harus bisa menjaga
kesehatan diri dan janin yang ada di dalam kandungannya.
Untuk sementara waktu, hindari aktivitas berat atau mengangkat beban yang
terlalu berat. Jika ingin berolahraga, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter kandungan Anda untuk memilih olahraga yang aman bagi kesehatan diri
sendiri dan janin di dalam perut Anda.
Pencegahan plasenta previa juga bisa dilakukan dengan kontrol kehamilan
secara rutin. Usahakan untuk kontrol kandungan Anda sekurang-kurangnya satu
bulan sekali. Melalui kontrol rutin tersebut, dokter bisa mengawasi kesehatan dan
pertumbuhan ibu hamil serta bayi yang berada di dalam kandungannya.

2.5 Penanganan Plasenta Previa


Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :

9
1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah
sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34
minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk perawatan paru
janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik
seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup
berat, lenih berat dari pada penampakannya secara klinis. Transfusi darah
yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit,
hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan
ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan
ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat
baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup
serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi,
color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta,
inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan
7. Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di
rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena
perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum
pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta
previa dan paritas.

10
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pada masa kehamilan, hampir seluruh tubuh wanita hamil mengalami perubahan.
Untuk itu, perwatan prenatal yang baik sangat penting untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang menyertai kehamilan. Status kesehatan ibu hamil merupakan modal
dasar kesehatan dan pertumbuhan generasi penerus, sehingga perlu perhatian serius
untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI)
merupakan indikator pelayanan kesehatan di suatu daerah.
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internum).
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim
(bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul),
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang
paling sering terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang
paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat
setelah trimester kedua atau sesudahnya.

3.2    Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pengetahuan tentang masalah
keperawatan di bidang Plasenta Previa dapat diatasi dan semakin menunjukkan
peningkatan manajemen keperawatan. Selain itu Plasenta Previa merupakan sebuah
keadaan abnormal dimana penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun
masih banyak keadaan pada Plasenta Previa yang masih belum mendapatkan
pelayanan kesehatan secara maksimal. Hal inilah yang diharapkan dapat berubah ke
arah kemajuan dan dapat mengurangi terjadinya keadaan abnormal pada massa
kelahiran dengan diadakannya penyuluhan kesehatan di bidang plasenta previa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2008. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik, dkk, 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehamilan. Jakarta :
Trans Info Media
Mose,dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Nugroho, Taufan, 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Sofiian, A, 2011.  Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC
Sofiian, A, 2011.  Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

12
ASUHAN KEBIDANAN
 PADA IBU HAMIL DENGAN PLASENTA PREVIA

Tanggal                       : 28  Mei 2017                 pukul : 09.00 WIB

S:
1. Identitas
Nama Klien       : Ny. S                        Nama Suami         : Tn. S
Umur                 : 30 th                         Umur                    : 35 th
Kebangsaan       : Indonesia                  Kebangsaan         : Indonesia
Agama               : Islam                         Agama                 : Islam
Pendidikan         : SMA                        Pendidikan           : SMA
Pekerjaan          : IRT                           Pekerjaan             : Wiraswasta
Alamat Rumah   :               Alamat Rumah      :
2. Keluhan Utama
-    Ibu menagatakn keluar darah segar pada pagi hari tanpa disertai rasa sakit.
-    Ibu mengatakan tidak ada riwayat jatuh sebelumnya, tidak berhubungan dengan
suami sebelumnya, juga tidak mengangkat beban berat.
-     Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual tadi malam
-    Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janin
3.      Riwayat Haid
Menarche                      : 12 tahun
Siklus                            : + 28 hari
Banyaknya                   : 2 - 3 x ganti softex
Lamanya                       : 5 - 6 hari
Sifat darah                     : Encer
HPHT                           : 17 Juli  2011
TP                                 : 24 April 2012
4.      Riwayat KB
a. Kontrasepsi yang pernah digunakan: suntik 1 bulan
b. Kepuasan terhadap kontrasepsi: puas
c. Efek samping :tidak ada
d. Lama penggunaan: 9 tahun
e. Data psikologis
Ibu menikah 1 kali, lama menikah 1 tahun, umur saat menikah 21 tahun. Ibu
mengatakan kehamilannya cukup bahagia dan di dalam keluarga tidak mengalami
masalah yang berarti.
6.      Riwayat hamil bersalin dan nifas yang lalu
7.      Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a.   Kesehatan ibu
Ibu tidak punya penyakit DM, hepatitis, paru-paru dan penyakit jantung serta ibu
tidak pernah mengalami operasi apapun.
b.   Kesehatan keluarga
Dalam keluarga ibu dan suami tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit
keturunan yang dapat mempengaruhi kehamilannya dan tidak ada riwayat anak
kembar.

13
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.   Nutrisi                   
      -   Sebelum hamil    : makan 3 x sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah
tetapi tidak selalu ibu minum ± 7 – 8 gelas / hari.
      -   Saat hamil          : Ibu mengatakan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan
ini kurang nafsu makan dan merasa cepat kenyang.
b.   Eliminasi                
      -   : BAB = 1 x sehari                     BAK    : ± 8 – 9 x/hari 
           Istirahat dan tidur
      -   tidur malam ± 7 - 8 jam /hari, tidur siang ± 1 jam
c. Personal Hygiene         
Ganti celana dalam : 3 x sehari
d.   Aktivitas / Olah Raga
Ibu rumah tangga   
e.    Hubungan sexual dan riwayat kontrasepsi
tidak ada gangguan  dan ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
f.    Data Psikologis
Ibu dan suami merasa senang dengan kehamilannya dan berharap semuanya berjalan
lancar.

O:
-      Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
Keadaan emosional stabil
TD 90/70 mmHg , N: 80x/menit , S: 370C , RR: 20x/menit
-      Pemeriksaan Fisik
a)    Mata                     : konjungtiva anemis (+/+) , sclera icteric (-/-)
b)   Ekstremitas         : Atas: simetris : iya/iya , oedem : tidak/tidak
                                     Bawah : simetris : iya/iya , oedem : tidak/tidak
                                     Reflex Patella : +/+
c)    Abdomen :
-     Inspeksi
Pembesaran sesuai dengan usia kehamilan,memanjang,linea nigra (+)
striaelivide (+),bekas luka operasi/ SC tidak ada
-     Palpasi
L I        : TFU ½ pusat px (MD 32 cm ) , teraba 1     bagian     lunak,kurang
bundar,tidak melenting
L II       : sebelah kiri teraba 1 tahanan keras memanjang
                 Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil janin
L III     : Teraba 1 bagian besar,bulat dan sudah      tidak dapat digoyangkan
L IV     :  Konvergen
Pergerakan janin (+)
TBJ (32-13) x 155 = 2 945
His : Belum ada
-     Auskultasi
Punctum maksimum 1,kuadran kiri bawah pusat, frekuansi 140x/menit,teratur,kuat

14
1.        Anogenital :
·        Inspeksi
Vulva / vagina : tidak ada kelainan
PPV                      : lender darah (-), air-air (-) perdarahan (+)
·        Vaginal Toucher
Tidak dilakukan
Data penunjang:-
Hb: 10 gr%

A    :
Ibu G3P2A0 hamil 32  minggu + 2 hari, suspect plasenta previa
Janin tunggal, hidup, intrauterine, dan preskep

P     :
1. Informed concernt
2. Beritahu ibu tentang keadaan saat ini sesuai dengan hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik tetapi terdiagnosa plasenta previa
3. Memberitahu ibu bahwa janin dalam keadaan normal dan berada dalam
intrauterine
4. Memberitahu ibu untuk bedrest total 3-5 hari supaya tidak terjadi pendarahan lagi
5. Kolaborasi dengan DSOG :
a. USG, untuk melihat plasenta previa jenis apa dan tempat implantasinya
b. Pemberian tokolitik dan antibiotika
c. Pemberian dexametason untuk pematangan paru
d. Pemberian vit c
6. Memberikan tablet fe
7. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan genitalia
8. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang tanggal 05 Juni 2017

15

Anda mungkin juga menyukai