Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data Sustainable Development Goals (SDGs) ini merupakan gizi yang
optimal sangat penting untuk kesehatan reproduksi yang normal. Setiap wanita hamil dan
menyusui memerlukan kebutuhan energi, jika energi tidak terpenuhi dalam jangka
panjang, maka menghasilkan energi yang sedikit, dan menyebabkan KEK yang memiliki
dampak terburuk. Kekurangan gizi diakibatkan asupan energi dan protein yang
berlangsung, dapat menimbulkan gangguan penyakit tertentu (Sari, 2015, 72).
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat menggambarkan
kesejahteraan masyarakat di suatu negara.Menurut data World Health Organization
(WHO), angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 kelahiran
hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibuadalah 303.000 kematian dengan jumlah
tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian
ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara
maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran
hidup.Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga
kawasan Association of South East Asia Nations (ASEAN). ketika AKI di Indonesia
mencapai 228, AKI singapura hanya 6/100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 22 /
100.000 kelahiran hidup, Fillipina 112/100.000 kelahiran hidup serta Malaysia dan
Vietnam sama-sama mencapai 160/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).
Menurut World Health Organisatiion (WHO), persentasi tertinggi penyebab kematian ibu
adalah perdarahan (28%) dan infeksi, yang dapat disebabkan anemia dan Kekura ngan
Energi Kronik (KEK). Diberbagai Negara kejadian ini berkisar kurang 10% sampai
hampir 60% (Prawirohardjo, 2014. 22).
Prevalensi ibu hamil risiko KEK di Indonesia sebesar 21,6 persen dengan
prevalensi terendah terdapat di provinsi Riau (11,8%) dan tertinggi di Nusa Tenggara
Timur (32,4%) dan Papua barat (30,4%). Pada tahun 2013 Prevalensi ibu hamil yang
mengalami risiko KEK rata-rata sebesar 23,78% dan mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2007 sebesar 16,05% (Kemenkes RI, 2013).

1
Data Riskesdas (2013) mencatat ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah 19,10%. Sedangkan Data Riskesdas (2018)
mencatat ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Nusa Tenggara Barat
(NTB) adalah 20% berdasarkan umur kejadian KEK pada ibu hamil tahun 2018 yaitu
umur 15-19 tahun sebanyak 33,5%, umur 20-24 tahun sebanyak 23,3%, umur 25-29
tahun sebanyak 16,7%, umur 30-34 tahun sebanyak 12,3%, 35-39 tahun sebanyak 8,5%,
umur 40-44 tahun sebanyak 6,5%, umur 45-49 tahun sebanyak 11,1% (Riskesdas, 2018)
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian meskipun ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti perdarahan,
keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Perdarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu sebesar 28% sedangkan penyebab
utama terjadinya perdarahan pada ibu hamil adalah anemia dan KEK (Bappenas,2015).
Asupan energi dan protein tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan
Kurang Energi Kronis (KEK). Wanita hamil yang mengalami KEK jika Lingkar Lengan
Atas (LiLA) < 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) yang berpotensi mengalami kematian, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. KEK juga dapat menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu
(Kemenkes RI,2016).
Upaya pemerintah dalam menanggulangi ibu hamil dengan risiko KEK menurut
Kemenkes RI,2013 yaitu dengan cara meningkatkan pendidikan gizi ibu hamil tentang
KEK melalui pemberian Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), memberikan pelayanan
gizi dan pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) pada ibu hamil risiko KEK, dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil dengan risiko KEK melalui
bimbingan gizi dan KIA secara berjenjang
Peran bidan dalam kasus KEK yaitu mengkaji status nutrisi ibu hamil dan
hubungannya dengan pertumbuhan janin, mengkaji kenaikan berat badan ibu dan
hubungannya dengan komplikasi kehamilan, mengidentifikasi penyimpangan kehamilan
normal dan melakukan penanganan yang termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat
dari kekurangnan gizi, dll (Depkes,2014).
Berkaitan dengan hal tersebut, bidan sebagai pemberi pelayanan KIA perlu
meningkatkan asuhan komprehensif. Melalui 5 asuhan kebidanan komprehensif,
diharapkan cakupan pelayanan asuhan komprehensif meningkat serta dapat mendeteksi
dini, mencegah, dan menangani komplikasi segera, sehingga ibu mendapatkan asuhan
yang menyeluruh dan berkualitas sehingga hasil yang didapat yaitu ibu dan bayi sehat.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam asuhan kebidanan ini
adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ny. M G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23
Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik di PMB Ernita, S.Tr.Keb Tahun 2021”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. M G1P0A0 Usia
Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik di PMB Ernita,
S.Tr.Keb Tahun 2021
2. Tujuan Khusus
Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data dasar pada Ny. M G1P0A0
Usia Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik
b. Menginterpretasikan data pada Ny. M G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23 Minggu
Dengan Kekurangan Energi Kronik
c. Merumuskan Diagnosa potensial pada pada Ny. M G1P0A0 Usia Kehamilan
22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik
d. Mengidentifikasi tindakan segera atau antisipasi pada Ny. M G1P0A0 Usia
Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik
e. Menyusun rencana tindakan pada pada Ny. M G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23
Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik
f. Pelaksanaan Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. M G1P0A0 Usia
Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. M G1P0A0 Usia
Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik

3
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah informasi dan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan Kekurangan Energi Kronik secara komprehensif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak pendidikan untuk menambah
bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa
selanjutnya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.
b. Bagi instasi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi bidan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan asuhan
yang diberikan mulai dari kehamilan, 7 persalinan, nifas dan bayi baru lahir
sehingga dapat berpengaruh untuk menurunkan AKI dan AKB di wilayah kerja
setempat.
c. Bagi Masyarakat.
Dapat mengetahui gejala dini ibu hamil dengan anemia, sehingga klien dapat
memberikan pertolongan pertama jika menemui gejala ibu hamil dengan
anemia dan mendapatkan pertolongan segera.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (FOGI), kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
kelahiran bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2016. Hal.
231).
2. Tanda Bahaya Kehamilan
Adapun tanda bahaya kehamilan menurut (Prawiroharjo ,2015) meliputi sebagai
berikut:
a. Perdarahan pervaginam, terdiri dari plasenta previa dan solusio plasenta
b. Sakit kepala yang hebat
c. Penglihatan kabur, bengkak dimuka atau tangan,
d. Janin kurang bergerak seperti biasa,
e. Pengeluaran cairan pervaginam (ketuban pecah dini),
f. Kejang, selaput kelopak mata pucat, demam tinggi
g. Nyeri perut yang hebat

3. Perubahan Fisiologis dalam Masa Kehamilan


Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi dan berlanjut
sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan anatomi dan fisiologis yang
terjadi pada wanita hamil, diantaranya:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Vagina dan Vulva
Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi atau
penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormon esterogen yang
menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan
mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi
(pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot polos yang merenggang,akibat
perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak.(Kumalasari,Intan. 2015:4)

5
b) Uterus/ Rahim
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai ruang untuk
menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh.Perubahan ini disebabkan
antara lain:Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan jaringan
abnormal). Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan berat
50 gram (Sunarti, 2013:43). Uterus bertambah berat sekitar 70-1.100 gram
selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur kehamilan aterm.
Pada perubahan posisi uterus di bulan pertama berbentuk seperti
alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur
telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar telur ayam, umur dua
bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan kehamilan
sebesar telur angsa (Kumalasari, Intan. 2015: 5).
c) Servik
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertropi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang
mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan
persalinan.Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin
didalam uterus sampai akhir kehamilan selama persalinan.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang
kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen
secara keseluruhan (Saifuddin, 2010:177 ).
d) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuk nya
plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat
lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik
gonadotropin yang mirip dengan hormon lutetropik hipofisis anterior
(Manuaba, 2015 : 92).

6
e) Kulit
Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba).
Akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh
berkurang setelah persalinan (Saifuddin, 2010:179).
f) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,
progestron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2015:92).
g) Perubahan metabolisme
Dalam rangka mempersiapkan diri untuk peningkatan laju metabolik basa
dan konsumsi oksigen, dan juga kebutuhan uterus, fetus dan plasenta yang
sedang tumbuh dengan cepat, wanita hamil mengalami perubahan
metabolik yang sangat besar.
h) Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rahim, wanita hamil
sering mengeluh sesak dan pendek napas, hal ini disebabkan karena usus
tertekan ke arah diafragma akibat dorongan rahim yang membesar. Selain
itu kerja jantung dan paru juga bertambah berat karena selama hamil,
jantung memompa darah untuk dua orang yaitu ibu dan janin, dan paru-
paru menghisap zat asam (pertukaran oksigen dan karbondioksida) untuk
kebutuhan ibu dan janin.
i) Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)
Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring darah yang
volumenya meningkat sampai 30%-50% atau lebih, serta pembesaran
uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan sering berkemih
(Sunarti. 2013: 48).
4. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan
a. Trimester I
Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu
hamil dan pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian, penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa dia
sedang hamil. Fase ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan ambivalen. Ibu

7
hamil mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan depresi teruma hal
itu serign kali terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak
direncanakan. Namun, berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan
direncanakan dia akan merasa senang dengan kehamilannya. Masalah hasrat
seksual ditrimester pertama setiap wanita memiliki hasrat yang berbeda-beda,
karena banyak ibu hamil merasa kebutuhan kasih sayang besar dan cinta tanpa
seks (Rustikayanti, 2016: 63).
b. Trimester II
Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik,
yakni ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan.
Di trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua fase, yaitu fase pra-
quickening dan pasca-quickening. Di masa fase pra- quickening ibu hamil
akan mengalami lagi dan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang
dia alami dengan ibunya sendiri. Di trimester kedua sebagian ibu hamil akan
mengalami kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester
kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan,
kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil kini
mulai mereda dan menuntut kasih sayang dari pasangan maupun daeudari
keluarganya (Rustikayanti, 2016: 63).
c. Trimester III
Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian dengan
penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari kehadiran
bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan
kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan ketidaknyamanan fisik
karena merasa canggung, merasa dirinya tidak menarik lagi. Sehingga
dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang
pada trimester kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin
membesar menjadi halangan dalam berhubungan (Rustikayanti, 2016: 63).
5. Kebutuhan nutrisi ibu hamil
Agar janin dapat berkembang secara optimal, maka dalam proses pertumbuhan
dan perkembanganya perlu dipenuhi oleh zat gizi yang lengkap, baik berupa
vitamin , mineral, kalsium, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Oleh karena
itu selama proses kehamilan seorang ibu hamil perlu mengjonsumsi makanan
dengan kualitas gizi yang sehat dan seimbang (Romauli,2011:45)

8
a. Kebutuhan nutrisi Ibu Hamil Trimester I
Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah dicerna dan makan -
makanan yang bergizi untuk menghindari adanya rasa mual dan muntah begitu
pula nafsu makan yang menurun. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi (150 mg besi sulfat, 300 mg besi
glukonat), asam folat (0,4 - 0,8 mg/hari), kalori ibu hamil umur 23-50 tahun
perlu kalori sekitar 23000 kkal), protein (74 gr/hari), vitamin dan garam
mineral (kalsium, fosfor, magnesium, seng, yodium). Makan dengan porsi
sedikit namun sering dengan frekuensi sedang. Ibu hamil juga harus cukup
minum 6-8 gelas sehari.
b. Kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester II
Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat makan ibu
dianjurkan untuk mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi. saat hamil
kebutuhan zat besi sangat meningkat. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 90
tablet Fe selama hamil. Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil disebabkan
karena kurangnya mengkonsumsi tablet Fe. Efek samping tablet Fe adalah
kadang terjadi mual karena bau tablet tersebut, muntah, Waktu yang dianjurkan
minum tablet Fe adalah pada pada malam hari menjelang tidur, hal ini untuk
mengurangi rasa mual yang timbul setelah ibu meminumnya.
c. Kebutuhan nutrisi trimester III
Kecukupan gizi ibu hamil di ukur berdasarkan kenaikan berat badan.
Kalori ibu hamil 300-500 kalori lebih banyak dari sebelumnya. Kenaikan berat
badan juga bertambah pada trimester ini antara 0,3-0,5 kg/minggu.
Kebutuhan protein juga 30 gram lebih banyak dari biasanya.

B. Teori Kekurangan Energy Kronik (KEK)


1. Pengertian KEK
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau
ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama, sehingga tidak dapat di
evaluasi dalam waktu singkat (Supariasa, 2012.).
Kekurangan Energi Kronis adalah salah satu keadaan malnutrisi, yaitu
keadaan patologis akibat kekurangan zat gizi dan ambang LiLA pada WUS dan
PUS <23,5 , diperkirakan akan melahirkan bayi dengan BBLR (Supariasa,
2012)

9
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makronutrien yakni yang
diperlukan banyak oleh tubuh dan makronutrien yang diperlukan sedikit
olehtubuh (Rahmaniar, 2013).

2. Tanda dan gejala


Menurut Supariasa (2010), tanda-tanda klinis KEK meliputi :
1) Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm.
2) Tinggi badan <145 cm.
3) Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%.
4) Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai.
5) Bibir tampak pucat.
6) Nafas pendek.
7) Denyut jantung meningkat.
8) Susah buang air besar.
9) Nafsu makan berkurang.
10) Kadang-kadang pusing.
11) Mudah mengantuk.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK


Menurut Agria,intan dkk,2012:51 faktor yang mempengaruhi KEK adalah
sebagai berikut:
a) Umur
Lebih muda umur seorang wanita hamil, lebih banyak energi yang
diperlukan.

b) Berat Badan

Di negara maju pertambahan BB selama hamil sekitar 1-14 kg, kalau ibu
kurang gizi pertambahan BB hanya 7-8 kg, dengan akibat akan melahirkan
bayi BBLR.
c) Suhu Lingkungan
Lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula
masukan energi yang diperlukan.

10
d) Pengetahuan
ibu hamil dan keluarga tentang zat gizi dalam makanan.
e) Penyusunan menu makan
ibu hamil dipengaruhi oleh : kemampuan keluarga membeli makanan dan
pengetahuan tentang zat gizi.
f) Aktivitas
Setiap aktifitas perlu energi, makin banyak aktifitas yang dilakukan makin
banyak energi yang diperlukan tubuh.
g) Status Kesehatan
Pada kondisi sakit asupan gizi pada ibu hamil tidak boleh dilupakan.
h) Status ekonomi
Status ekonomi dan status sosial mempengaruhi seorang wanita dalam
memilih makanannya.

4. Dampak yang ditimbulkan dari ibu hamil KEK


a) Terhadap ibu:
1) Anemia ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11g%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5g% pada trimester 2
(Manuaba, 2010).
2) Berat badan tidak bertambah secara normal
Pada trimester 2 dan trimester 3 ibu hamil dengan gizi kurang
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing masing sebesar
0.5 kg dan 0.3 kg .
3) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi pada kehamilan adalah masuknya mikroorganisme
patogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan
tanda atau gejala penyakit (Saifuddin, 2009). Bahaya pada janin di
waktu yang akan datang yaitu demam, influenzapneumonia dan
kelainan kongenital (Varney, 2007). Pengobatan dengan intensif dan
melakukan gugur kandungan (Manuaba, 2010)
b) Terhadap janin
1) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat tertentu sebelum
kehamilan berusia 22 minggu kehamilannya
2) Kematian janin. Gizi kurang pada ibu hamil menyebabkan

11
pertumbuhan terhambat janin. Pertumbuhan janin terhambat memiliki
risiko kematian 6-19 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
normal (Prawirohardjo, 2011).
3) Kelainan kongenital. Kelainan struktur organ janin sejak saat
pembuahan faktor gizi salah satunya. Ibu dengan kekurangan gizi
dapat meningkatkan kemungkinan kelainan organ terutama saat
pembentukan organ tubuh (Manuaba, 2010).
4) Anemia pada bayi. Anemia terjadi pada bayi premature karena pada
bayi prematur sel darah merah menurun. Kemampuan leokosit masih
kurang dan pembentukan antibodi masih belum sempurna (Manuaba,
2010).
5) Pertumbuhan janin terhambat. Bayi dengan pertumbuhan terhambat
akan lahir dengan berat bdan rendah (<2.500 gram) pada waktu lahir
(Manuaba, 2010).

5. Pencegahan KEK dalam kehamilan


Cara mencegah KEK
a) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu :
1) Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan
protein termasuk makan makanan pokok seperti nasi, ubi, dan
kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan,telur, kacang- kacangan atau susu sekurang-kurangnya
sehari sekali.
2) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, telur) dan bahan makanan
nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang- kacangan, tempe).
3) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong,bayam, jambu, tomat, jeruk,
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat
besi dalam usus.
b) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet
penambah darah.

12
6. Penatalaksanaan KEK pada kehamilan
1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan
harus meliputi enam kelompok, yaitu makanan yang mengandung protein
(hewani dan nabati), susu dan olahannnya (lemak), roti dan biji-bijian
(karbohidrat), buah dan sayur-sayuran (Anggraini 2013.68)
2) Menyusun menu seimbang bagi ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak.
Tambahan energi yang diperlukan selama hamil yaitu 27.000 – 80.000
Kkal atau 100 Kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan oleh janin
untuk tumbuh dan berkembang adalah 50-95 Kkal/hari.(Angraini.2013.72)
3) Memberikan ibu makanan tambahan (PMT bagi ibu hamil)
PMT pemulihan bumil KEK adalah makanan bergizi yang diperuntukkan
bagi ibu hamil sebagai makanan tambvahan untuk pemulihan gizi, PMT
Pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai tambahan makanan,
bukan sebagai pengganti makanan sehari-hari. PMT dilakukan berbasis
bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan
kondisi setempat.
4) Peningkatan suplementasi tablet Fe pada ibu hamil dengan memperbaiki
sistem distribusi dan monitoring secara terintegrasi dengan program
lainnya seperti pelayanan ibu hamil dll (Waryana, 2010).
5) Rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil untuk
mendapatkan pelayanan secara maksimal (Waryana, 2010).
6) Pemantauan berat badan dan pengukuran LILA
Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,
dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh.
Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak (Waryana, 2010).

13
7. Pemenuhan Gizi yang Disarankan
Sumber bahan makanan diet Energi Tinggi dan Protein Tinggi (ETPT).
Sumber bahan Dinjurkan Tidak dianjurkan
makanan
Karbohidrat Nasi, roti, pasta, hasil olah-
olahan tepung (cake, puding,
dodol),ubi, gula pasir, gula merah
Protein hewani Daging sapi, daging kambing, Bahan makanan
ayam, ikan, telur, susu,dan hasil sumber lauk
olahannya (keju danice cream hewani yang
dimasak dengan
banyak minyak
dan santan kental
Protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasil Bahan makanan
olahannya (tempe, tahu, dan sumber lauk nabati
pindekas) yang di masak
dengan banyak
minyak dan
santan Kental
Sayuran Semua jenis sayur-sayuran Bahan makanan
sumber sayuran
yang dimasak
dengan banyak
minyak dan santan
kental
Buah Buahan Semua jenis buah-buahan

Lemak Minyak goreng, mentega, Santan kental


margarin, santan encer,salad
Dressing
Minuman Saft drink, sirup, madu, kopi encer Minuman energi
dan the Rendah
Sumber : Subakti dan Angraini, 2013.hal 71

14
8. Standar pelayanan asuhan kebidanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.34 tahun 2016 program pelayanan
asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu 10T:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari trimester I sampai trimester III yang berkisar 12,5 kg dan
kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 – 0,5
kg tiap minggu mulai trimester II.Kemungkinan penambahan berat badan
hingga maksimal 12,5 kg (Sari, Ulfa, dan Daulay, 2015).
2) Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah Pada ibu hamil guna mendeteksi adanya faktor
risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Ibu hamil dinyatakan memiliki
tekanan darah tinggi bila tekanan diastolik ≥ 110mmHG pada satu kali
pengukuran atau ≥ 90 mmHG pada 2 kali pengukuran setiap 4 jam. (WHO,
2013)
3) Nilai status gizi Lingkaran Lengan Atas (LILA)
berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh
DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila
LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2012).
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar setiap ibu
hamil mengonsumsi suplementasi Fe 60 mg per hari selama 6 bulan. Jika
tidak dapat mengonsumsi selama 6 bulan dosisnya dinaikkan menjadi 120
mg/hari (Kemenkes, 2013)
7) Imunisasi TT
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan. TT I diberikan pada ibu di awal kehamilan atau saat
ibu dinyatakan hamil,TT I merupakan Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus.TT II di berikan 1 bulan setelah
diberikannya TT I ,TT III diberikan 6 bulan setelah TT II,TT IV diberikan
12 bulan dari TT III.yang terakhir yaitu TT booster di berikan >25 tahun.
(Prawiroharjo,2016)

15
8) Tes laboratorium
(a) Test golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan.
(b) Memeriksa kadar Hb, guna mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
9) Tatalaksana khusus
Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil.
10) Temu wicara
termasuk juga perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi P4K
serta KB pasca persalinan.

C. Teori EBM (Evidence Based Midwifery)

Judul, Penulis,
NO Fenomena Tujuan Metode Hasil
Tahun
1. Judul : Several This Among
This research is
The influence minerals are research pregnant
a cross-sectional
of Iron needed for aimed at women,
study, conducted
Depletion and thyroid figuring out 27% had
in four (sub-
Chronic hormone to the ferritin hypothyroidi
villages) in
Energy work properly, con- tents, sm and
Dayakan Village
Deficiency on such as iodine CED and 54.05% had
and three in
the Risk of and iron. Iron hypothyroidi iron
WatuBonang
Hypothyroidis is one of sm-suffering depletion,
Village,
m in Pregnant important pregnant with 30%
Badegan
Women Living essential trace women had both
District, in
in Iodine elements that residing in conditions.
which iodine
Deficiency serves as co- IDD The
deficiency
Disorders factor for endemic hypothyroidi
disorders (IDD)
Endemic Areas thyroid areas sm was
cases occurred.
in Badegan peroxidase higher in
These loca- tions
Ponorogo (TPO). Those pregnant
were selected
District East with iron women had
purposively. The
Java, Indonesia deficiency have CED than
respondents of
lower ferritin those non-
this research
serum level CED, 50%
were all
Penulis: than those who vs. 18.5%.
pregnant women
Lindung are normal. In No
living in the
Purbadewi dkk particular, significant
loca- tions, aged
pregnant correlation
18–45 y and 2–8
Tahun : women with (p$0.05)
mo pregnant.
2019 chronic energy between
deficiency hypothyroidi
(CED) have sm and both

16
higher anemia ferritin and
risk than the CED, but
otherwise. adjusted
odds ratio
(AOR) was
found at 7.7
(95% CI:
1.2–52.9),
indicated
more than
four times
higher risk
of
hypothyroidi
sm in
pregnant
women with
CED than
the
otherwise..
2. Judul : Women who are To find out This research Pregnant
Global Burden undernourished the used descriptive women who
of Maternal and at the time of correlation of correlation study were
Child conception are compliance of with case obedient to
Undernutrition unlikely to of pregnant control design consume
and improve their women in and retrospective more iron
Micronutrient nutritional status consume approach. The tablets
Deficiencies during tablets Fe study population (50,9%) than
pregnancy. with the was all mothers the
Penulis : Many major incidence of who have been disobidient
Tahmeed adult diseases anemia in the pregnant and (49,%).
Ahmed dkk are associated Pageraji given birth who Pregnant
Tahun : with impaired Village received 90 iron women in the
2012 intrauterine Cilongok tablets in the Pageraji
growth and District Pageraji Village Village
development. Banyumas Cilongok District Cilongok
Studies Regency. Banyumas District
conducted in Regency period Banyumas
developing January to who were
countries on December 2010 anemic and
protein-energy as many as 127 anemic same
malnutrition and people. Case and amount that
micronutrient control samples is 56 people
deficiencies respectively (50,0%).
show a taken as many as There was a
substantial 56 people with correlation
impact on simple random between the
mortality and sampling compliance
disability- technique. of pregnant
adjusted life Methods of data women

17
years. analysis in this consume
study used Chi tablets Fe
Square test. with the
incidence of
anemia in the
Pageraji
Village
Cilongok
District
Banyumas
Regency
with a p
value =
0,005. There
was a
correlation
between the
compliance
of pregnant
women
consume
tablets Fe
with the
incidence of
anemia in the
Pageraji
Village
Cilongok
District
Banyumas
Regency.
3. Judul : Status gizi ibu Untuk Dengan Analisis data
Faktor-Faktor hamil mengetahui menggunakan secara
Yang merupakan faktor-faktor rancangan survey univariat dan
Berhubungan salah satu apa saja yang analitik dengan bivariat
Dengan indikator dalam berhubungan pendekatan case menggunaka
Kekurangan mengukur status dengan control. Variabel n uji statistik
Energi Kronis gizi masyarakat. kekurangan dependen adalah Chi Square
Pada Ibu Hamil Jika masukan energi kronis KEK pada ibu dengan
Di Wilayah gizi untuk ibu pada ibu hamil dan α=0,05. Hasil
Kerja hamil dari hamil.. variabel uji Chi
Puskesmas makanan tidak independen Square
Sungai Bilu seimbang adalah pekerjaan menunjukkan
Banjarmasin dengan fisik dan jarak tidak ada
Penulis : kebutuhan kehamilan. hubungan
Erni Yuliastuti tubuh maka pekerjaan
Tahun : akan terjadi fisik ibu
2014 defisiensi zat hamil
gizi. (ρ=0,551)
Empat masalah dan jarak

18
gizi utama di kehamilan
Indonesia yaitu (ρ=0,465)
Kekurangan dengan
Energi Kronik KEK..
(KEK),
Gangguan
Akibat
Kekurangan
Yodium
(GAKY),
Kekurangan
Vitamin A
(KVA), dan
Anemia Gizi
Besi (AGB).
KEK adalah
penyebabnya
dari ketidak
seimbangan
antara asup-an
untuk
pemenuhan
kebutuhan dan
pengeluaran
energy. KEK
dapat terjadi
pada wanita
usia subur
(WUS) dan
pada ibu hamil.
Seseorang
dikatakan
menderita risiko
KEK bilamana
LILA <23,5 cm.
Status gizi ibu
sebelum dan
selama hamil
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
janin yang
sedang
dikandung.
4. Judul : KEK pada ibu Untuk Penelitian cross- Hasil
Hubungan hamil dapat mengetahui sectional ini penelitian
Antara Umur, menyebabkan pengaruh melibatkan 153 menunjukkan
Gravida, Dan resiko dan umur,gravida ibu hamil yang bahwa ibu
Status Bekerja komplikasi pada ,dan status periksa selama yang tidak
Terhadap ibu antara lain bekerja bulan Januari- bekerja

19
Resiko Kurang adalah : berat terhadap Desember 2016 memiliki
Energi Kronis badan ibu tidak kejadian sebagai sampel. kemungkinan
(KEK) Dan bertambah KEK dan Sampel ini dipilih 0,824 kali
Anemia Pada secara normal, Anemia pada secara acak untuk
Ibu Hamil Anemia, ibu hamil. dengan mengalami
pendarahan, dan menggunakan KEK
Penulis : terkena penyakit teknik simple dibandingkan
Zahidatul infeksi. random sampling. dengan ibu
Rizkah Sedangkan Pengaruh antar yang bekerja,
dan ,Trias Pengaruh KEK variabel dianalisis ibu
Mahmudiono terhadap proses menggunakan uji multigravida
Tahun : persalinan dapat Logistic memiliki
2017 mengakibatkan Regression (α = kemungkinan
persalinan 0,05). 1,021 kali
sebelum untuk
waktunya mengalami
(prematur), KEK
persalinan sulit dibandingkan
dan lama, dengan ibu
pendarahan primigravida,
setelah dan 3,200
persalinan, serta kali untuk
persalinan mengalami
dengan operasi KEK
cenderung dibandingkan
meningkat2. dengan ibu
Selain itu, KEK primigravida
ibu hamil juga
dapat
mempengaruhi
proses
pertumbuhan
janin dan dapat
menimbulkan
keguguran,
abortus, Anemia
pada bayi,
asfiksia
intrapartum
(mati dalam
kandungan),
lahir dengan
berat badan lahir
rendah (BBLR),
bayi lahir mati,
kematian
neonatal, cacat
bawaan
5. Judul : Kehamilan Penelitian ini Metode Jenis
Pengaruh menyebabkan bertujuan observasional Penelitian

20
Kekurangan meningkatnya untuk dengan rancangan observasional
Energi Kronis metabolisme mengetahui cross sectional. dengan
(Kek) Dengan energy. Karena pengaruh Teknik rancangan
Kejadian itu, kebutuhan kekurangan pengambilan cross
Anemia Pada energy dan zat energy sampel dengan sectional.
Ibu Hamil gizi lainnya kronis probability Teknik
meningkat terhadap sampling dengan pengambilan
Penulis : selama anemia pada 31 responden. sampel
kehamilan. ibu hamil di dengan
Fidyah Aminin Peningkatan Puskesmas probability
dkk energy dan zat Kota sampling
gizi tersebut Tanjungpina dengan 31
Tahun : diperlukan ng Provinsi responden.
2014 untuk Kepulauan Hasil uji
pertumbuhan Riau.. statistik
dan didapatkan p
perkembangan value=0.0002
janin, (p≤0.05),
pertambahan yang artinya
besarnya organ ada Pengaruh
kandungan, serta Kekurangan
perubahan Energy
komposisi dan Kronis
metabolism (KEK)
tubuh ibu. terhadap
Sehingga kejadan
kekurangan zat anemia pada
gizi tertentu ibu hamil di
yang diperlukan Puskesmas
saat hamil dapat Kota
menyebabkan Tanjungpinan
janin tidak g
tumbuh
sempurna
Karena
peningkatan
jumlah
konsumsi,
makan perlu
ditambah
terutama
konsumsi
pangan sumber
energy untuk
memenuhi
kebutuhan ibu
dan janin. Maka
kurang
mengkonsumsi
kalori akan

21
menyebabkan
malnutrisi atau
biasa disebut
Kurang Energi
Kronis (KEK).
Kontribusi dan
terjadinya KEK
pada ibu hamil
akan
mempengaruhi
tumbuh
kembang janin
antara lain dapat
meningkatkan
resiko terjadinya
berat bayi lahir
rendah (BBLR).
Ibu hamil
dengan KEK
memiliki resiko
kesakitan yang
lebih besar
terutama pada
trimester III
kehamilan
sehingga dapat
mengakibatkan
kelahiran
BBLR.

22
D. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Adalah sebuah proses menyelesai kan masalah klinis, membuat suatu keputusan,
dan memberi asuhan, yang telah berakar pada tindakan perawat kebidanan di awal
tahun 1970-an Proses ini merupakan sebuah metode pengorganisasian pikiran dan
tindakan dalam suatu alur logis pemberi asuhan kebidanan. Proses ini dijelaskan
sebagai perilaku yang diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan
buah dari proses pikir dan tindakan yang diambil. Orang yang menjelaskan tingkat
perilaku yang harus dicapai pada setiap langkah untuk asuhan kepada pasien yang
aman dan menyeluruh.
Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah berurutan, yang secara periodik
disempurnakan. Proses ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini mencakup seluruh kerangka kerja yang dapat
diaplikasikan pada setiap situasi. Kemudian, setiap langkah dapat dibagi menjadi
tugas-tugas yang lebih spesifik dan bervariasi untuk dapat disesuaikan dengan
kondisi ibu atau bayi baru lahir. Sedapat mungkin harus disadari bahwa langkah-
langkah ini diambil dalam kolaborasi dengan ibu dan siapapun yang ibu inginkan
terlibat, atau dalam kolaborasi dengan dengan orang tua bayi baru lahir. (Varney
2007, hal :26)
Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut
a. Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar
Pengumpulan data yang menyeluruh bertujuan untuk mengevaluasi
kesejahteraan ibu dan janin nya. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali
data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait-secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang
berkaitan dengan kondisi ibu dan bayinya. Bidan mengumpulkan data dasar awal
lengkap, bahkan jika ibu dan bayinya mengalami komplikasi yang mengharuskan
mereka mendapat konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan
kolaborasi pada waktu tertentu.
b. Langkah II : Menginterpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifakasi data yang benar untuk kemudian
diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan

23
yang di identifikasi khusus. masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap
perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana asuhan kebidanan yang
menyeluruh. Data dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasikan sehingga di
temukan maslah dan diagnosa yang spesifik.
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalh potensial ini agar tidak
terjadi, kalau dimungkinkan dan bersiap-siap menghadapinya bila diagnosa atau
maslah potensial ini benar-benar terjadi.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak
segera demi keselamatan ibu dan bayinya, beberapa data menunjukkan situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara mengunggu rencana berikutnya.
Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim medis lainya. Bidan
mengevaluasi situasi setiap pasien, untuk menentukan asuhan yang paling tepat.
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ini direncanankan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnose atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi.Perencanaan
supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut: tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang
akan dicapai. selanjutkan ditentukan rencana tindakan sesuai dengan
masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.
Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan yang
komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar, berlandaskan pengetahuan,
teori yang berkaitan dan up to date serta divalidasikan dengan asumsi mengenai
apa yang diinginkan ibu dan apa yang dia tidak inginkan.
f. Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Sesuai Rencana
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

24
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh pasien atau tim medis lainnya.jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan anggota tim kesehatan
lainnya. Jika bidan tidak melakukannya pelaksanaannya (memastikan langkah
tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien Yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
masalah diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksananaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif

2. Manajemen Varney Pada Ibu Hamil dengan KEK


a. Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Dalam tahapan ini data /fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif
dan data objektif dari hasil pemeriksaan pada pasien. Bidan Adapun
pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai yang menyangkut
keadaan klien, data ini termasuk riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain hubungan
dengan kondisi klien yang didapat melalui wawancara pada klien ataupun
keluarga (Hidayat.2013. hal : 122)
Pada kasus ibu hamil dengan KEK keluhan utama yang sering terjadi
adalah ibu mengatakan letih, lelah, lesu, susah buang air besar, nafsu makan
berkurang, kadang pusing, dan mudah mengantuk (Supariasa,2010)
Pada hasil pemeriksaan fisik, ibu dengan KEK biasanya di dapatkan
konjungiva nya pucat, berat badan kurang dari 40 kg dan lingkar lengan< 23,5
cm, dan pada pemeriksaan tes darah laboratorium di temukan hasil HB kurang
dari normal (<11 gr%) dan tekanan darah yang rendah dibawah 100 mmHg dan

25
pada pemeriksaa fisik wajah dan conjungtiva pucat timbul salah satu atau lebih
tanda dan gejala Kekurang Energi Kronis (Supariasa,2010)
b. Langkah II Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan intervensi yang benar atas data yang dikumpulkan. Diagnosa
adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan dalam
menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan sebagai dasar
atau arahan untuk mengambil tindakan. (Hidayat.2013. hal: 123)
Langkah awal dari perumusan masalah/diagnose kebidanan adalah
analisa data yaitu mengabungkan dan menghubungkan data subjektif, objektif
dan data penunjang lainnya sehingga tergambarlah fakta
Data yang didapatkan pada ibu hamil dengan KEK yaitu, pada data
subjektif didapatkan ibu mengatakan dirinya lemah dan lemas, serta kurang
nafsu makan,pusing, dll. pada data objektif di dapatkan LILA ibu kurang dari
23,5 cm, mata tampak pucat,berat badan tidak bertambah dan HB < 11 gr%.
Setelah melakukan pemeriksaan maka akan didapatkan kesimpulan
bahwa masalah Kekurangan Energi Kronis ditetapkan berdasarkan interpretasi
data
c. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi adanya diagnosis atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Biasanya
masalah yang bisa timbul dari Kekurangan Energi Kronis adalah pada bayi
dapat menimbulkan terjadinya keguguran (abortus), dan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR). Berat bayi lahir rendah mempunyai resiko kematian,
gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak serta
dapat mengalami komplikasi lain. Sedangkan pada ibu sendiri seperti anemia,
berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena infeksi. Pada saat
persalinan gizi kurang dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah persalinan, serta
operasi persalinan.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini bener-benar terjadi.

26
d. Langkah IV Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain sesuai kondisi ibu. Pada kasus Kekurangan Energi Kronis
tidak diperlukan adanya tindakan segera dan atau kolaborasi, jika dalam
keadaan tertentu terjadi komplikasi lain maka perlu dilakukan tindakan segera
tergantung keadaan yang dialami.
e. Langkah V Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan
pada langkah sebelumnya. Adapun perencanaan pada ibu hamil dengan
Kekurangan Energi Kronis adalah memberi penyuluhan ataupun konseling
kepada ibu dengan menjelaskan kepada ibu kandungan zat gizi pada setiap
jenis makanan berdeda-beda, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar
zat gizi diperlukan konsumsi makan yang beragam dengan porsi yang benar
untuk setiap harinya.
Selain itu, karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya pada ibu hamil
meningkat makan jumlah konsumsi makanan mereka harus ditambah dan
mengurangi beban kerja pada ibu hamil. Selain itu pemberian tablet tambah
darah (TTD), suplemen vitamin juga sangat penting dalam kasus ini,
pendidikan gizi pada ibu hamil.
f. Langkah VI. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain.
g. Langkah VII. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan hingga terjadi
perubahan perilaku dari pola konsumsi selama hamil, mengulangi kembali
proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tetapi belum efektif.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
DI BPM JUNAIDAH

Tanggal           :  29 September 2022


Pukul               :  10.20 WIB
A. Pengumpulan Data Dasar
1. Data subjektif
Ny. A usia 34 tahun,beragama islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu
rumah tangga, alamat RT 03 Olak kemang , suami Tn. A usia 39 tahun, beragama
islam, pendidikan SMP, pekerjaan swasta ,alamat RT 03 Olak kemang
Tujuan Kunjungan ibu mengatakan hamil kurang lebih 5 bulan mengeluh
kurang nafsu makan, lesu,lemah, ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,
riwayat Menstruasi, usia marache 14 tahun, siklus haid 28 hari dan teratur, lama
haid 6 hari, jumlah darah haid 3x /hari ganti pembalut,HPHT: 01 april 2023,
perkiraan partus: 08 juli 2022 , riwayat perkawinan menikah 1 kali.
Riwayat,kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, ibu mengatakan ini
kehamilan ketiga. Kunjunagan sekarang: sudah 3 kali memeriksakan kehamilan, 1
kali di puskesmas, dan 2 kali di praktik bidan, pertama kali memeriksakan
kehamilan di puskesmas,pada usia kehamilan 7 minggu,sudah mendapatkan
imunisasi TT 1 dan TT 2 di puskesmas, keluhan pada hamil muda mual dan
muntah.
Pola makan / minum, makan 3 kali/hari, minum 6 gelas/hari, jenis makanan
yang dimakan seperti nasi, buah, sayur, susu, lauk pauk, pola eliminasi, BAK 5
Kali/hari, BAB 2 Kali/hari, kelainan masalah yang ditemukan pada pola eliminasi
tidak ada, Pola istirahat, tidur 6-8 jam/hari, tidur terakhir jam 06.00 WIB,masalah
gangguang yang ditemukan tidak ada.
Riwayat penyakit yang pernah diderita tidak ada, riwayat operasi yang lalu
tidak ada, riwayat penyakit keluarga tidak ada, riwayat keluarga berencana ibu
mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan, pola psikososisal ,

28
kehamilan sanggat diharapkan, social support dari suami dan keluarga,
pengambilan keputusan
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kesadaran : Composmentis Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 118/79 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5oC
BB sebelum hamil : 43 kg BB sekarang : 46 kg
Tinggi badan : 155 cm LILA : 22 cm
Kepala / Rambut : Simetris, tidak ada benjolan dan rambut bersih
Mata : tidak ikterus, pucat, penglihatan jelas.
Muka : Tidak terlihat pucat, tidak ada pembengkakan
Bibir : inflamasi
Gigi : Tidak ada karies
Telinga : Tidak tampak kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran
Payudara : simetris
Bekas operasi : tidak ada Pembesaran : Ada
Striae : livide Linea : Nigra
2) Palpasi Abdomen
Leopold I :TFU sepusat,teraba lunak, bulat dan tidak melenting
(bokong).
Leopold II :Bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang (punggung) dan
bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil janin
(ekstrimitas).
Leopold III :Teraba bagian keras, bulat dan melenting
Leopold IV :Tidak dilakukan
3) Auskultasi
x
DJJ : Frekuensi : 132 /menit , bunyi : teratur, intensitas : Kuat

4) Perkusi
Reflek patela : (+) kanan/kiri
B. Interpretasi Data

29
DO: TD : 118/79 mmHg N : 80 x/menit
P : 20 x/menit S : 360C
HPHT : 01 april 2021 LILA : 22 cm
TFU : 23 cm DJJ : 132 x/menit
Leopold I : bokong Leopold II : PU-KI
Leopold III : kepala Leopold IV : tidak dilakukan
DS : Ny A G3P2A0 UK 25 minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uteri
dengan Kekurangan Energi Kronis.
Diagnosa : Ny. A umur 34 tahun G3 P2 A0 usia kehamilan 25 minggu janin
tunggal hidup intrauterine dengan Kekurangan Energi Kronik
Masalah : Tidak adanya asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ibu
Kebutuhan : KIE mengenai KEK
C. Diagnosa Dan Masalah Potensial
Anemia pada ibu, kelahiran premature, dan BBLR
D. Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera
Mandiri : Pemberian tablet FE dan PMT
Kolabrasi dengan dokter atau ahli gizi
E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh ( Planning)
1. Informasikan seluruh hasil pemeriksaan
2. Jelaskan keluhan yang dirasakan ibu dan beritahu cara mengatasi keluhan
3. Beritahu ibu tanda bahaya pada kehamilan sesuai usia kehamilan
4. Berikan KIE kepada ibu tentang risiko tinggi kehamilan dengan Kekurangan
Energi Kronik (KEK)
5. Beritahu asupan makan atau kebutuhan gizi ibu hamil
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi PMT dan berikan terapi obat
7. Beritahu kunjungan ulang atau terdapat keluhan
8. Lakukan dokumentasi
F. Melaksanakan Perencanaan (Implementasi)
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,seperti:
Kesadaran : Composmentis Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 118/79 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5oC
BB sebelum hamil : 43 kg BB sekarang : 46 kg
Tinggi badan : 155 cm LILA : 22 cm

30
DJJ : (+) frekuensi: 132x/menit

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan yang dirasakan ibu tentang kurang nafsu

makan ini biasa disebabkan perubahan hormone dan mood selama kehamilan,

sehingga untuk tetap menjaga nutrisi ibu maka dianjurkan untuk makan sedikit tapi

sering.

3. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan pervaginam, sakit

kepala yang hebat, penglihatan kabur, odema pada ekterimatas dan wajah, keluar

cairan dari vagina, nyeri yang hebat pada perut, tidak ada gerakan janin.

4. Memberikan KIE kepada ibu tentang risiko tinggi kehamilan dengan Kekurangan

Energi Kronik (KEK) yaitu keadaan patologis akibat kekurangan zat gizi, nafsu

makan berkurang,lingkar lengan atas pada usia subur kurang dari 23,5cm Lila ibu

yaitu 22 cm, Akibat bila ibu hamil kekurangan energi kronik yaitu terjadi

perdarahan, anemia, pengaruh waktu persalinan yaitu persalinan sulit dan lama,

persalinan sebelum waktunya, perdarahan setelah persalinan, dan pengaruh pada

janin yaitu keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan, bayi dengan berat badan lahir

rendah.

5. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi yang mengandung karbohidrat

seperti nasi dan roti. Sayuran hijau, yang mengandung protein seperti telur, daging,

tahu dan tempe. Mengkonsumsi buah- buahan dan juga susu ibu hamil untuk

menambah keutuhan nutrisi ibu dan janin.

6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi gizi dengan PMT tanpa mengurangi makanan

pokok, tetap meminum obat penambah darah atau tablet FE sesuai anjuran bidan,

untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu.

7. memberitahu kunjungan ulang yaitu 2 minggu lagi untuk mengukur lingkar lengan
kembali dan mengecek berat badan, ibu bisa kembali apabila terdapat keluhan
8. Melakukan pendokumentasian pada buku kohor ibu

31
G. Evaluasi
1. Ibu telah diberikan Informasikan seluruh hasil pemeriksaan
2. Bidan telah menjelaskan keluhan yang dirasakan ibu dan beritahu cara mengatasi
keluhan
3. Ibu telah di beritahu ibu tanda bahaya pada kehamilan sesuai usia kehamilan
4. Bidan telah memberikan KIE kepada ibu tentang risiko tinggi kehamilan dengan
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
5. Ibu telah di beritahu mengenai asupan makan atau kebutuhan gizi ibu hamil
6. Bidan menganjurkan untuk damping makanan dengan PMT dan selalu meminum
tablet FE
7. Bidan memberitahu kunjungan ulang dan ibu bisa kembali apabila terdapat keluhan
8. Pendokumentasian telah dilakukan

32
BAB IV
3PEMBAHASAN

A. Analisis kasus
Dalam melakukan Asuhan kebidanan pada pasien baik ibu maupun bayi, penulis
berpegangan teguh pada teori yang ada, sehingga diharapkan dapat memberikan Asuhan
Kebidanan yang baik bagi ibu dan bayinya. Serta didukung adanya kerjasama yang baik
dari suami dan keluarga sehingga tercapainya peningkatan derajat kesehatan ibu dan
bayi
1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar
Pada langkah ini yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan
semua data data yang diperlukan untuk mengevaluasi pasien secara lengkap.
Dimana data yang dikumpulkan berupa keluhan klien, riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan
terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium. Pada langkah ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal
secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2018 : 5).
Pada pengkajian penulis telah memperoleh data subjektif dan Objektif. Data
subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk data
Objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan secara menyeluruh. Berdasarkan data
objektif didaptkan hasil pemeriksaan, kesadaran composmentis, tekanan darah
118/79 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 80 x/menit, suhu 36 0c, berat badan
sekarang 53 kg, tinggi badan 155 cm, lingkar lengan 21 cm, Pemeriksan abdomen
di dapatkan yaitu tinggi fundus 23 cm, teraba bokong ,dan sesuai usia kehamilan 22
minggu, posisi punggung kiri, presentasi kepala pada pemeriksaan aukskultasi di
depatkan denyut jantung bayi dengan frekuensi 132 x/menit, janin tunggal hidup.
Berdasarkan pengkajian data subjektif yang diperoleh Ny. M yaitu Ibu
mengatakan datang untuk memeriksakan kehamilannya dan mengeluh lemes dan
kurang nafsu makan sejak 1 bulan terakhir. Berdasarkan data objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan, di dapatkan LILA 21 cm, Sedangkan pada ibu
hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) secara teori didapatkan tanda dan

33
gejala yaitu lelah, letih, lesu, lunglai, susah buang air besar, nafsu makan
berkurang, LILA <23,5 cm (Supariasa, 2010,43).
2. Langkah II : interpretasi data dasar
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua
data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau maslah. Diagnosis
yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong
pada momenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaian dengan
pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian (Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif bahwa tanda-tanda vital
ibu tekanan darah 118/79 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 80 x/menit, suhu
360c, berat badan sekarang 53 kg, tinggi badan 155 cm, lingkar lengan 21 cm,
Pemeriksan abdomen di dapatkan yaitu tinggi fundus 23 cm, teraba bokong ,dan
sesuai usia kehamilan 22 minggu, posisi punggung kiri, presentasi kepala pada
pemeriksaan aukskultasi di depatkan denyut jantung bayi dengan frekuensi 132
x/menit, janin tunggal hidup. Ibu mengatakan dirinya lemas dan nafsu makan
berkurang sejak 1 bulan terakhir, sehingga di dapatkan diagnose nya yaitu, Ny. M
umur 24 tahun G1P0A0 usia kehamilan 22-23 minggu janin tunggal hidup
intrauterine dengan Kekurangan Energi Kronik.
Berdasarkan penelitian yuliastuti, 2014. status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh
beberapa factor karena pada masa hamil banyk terjadi perubahan , pada kasus KEK
menujukkan bahwa LILA pada batasan 23,5 belum merupakan resiko melahirkan
bayi BBLR sedangkan ibu hami dengan batas LILA di bawah < 23 cm mempunyai
resiko 2 kali untuk melahirkan BBBLR.
Berdasarkan hasil pengkajianan dan teori di dapatkan adanya persamaan
antara tanda gejala pada kasus ibu hamil dengan kekurngan enegrgi kronik, hal ini
membuktikan tidak ditemukannya kesenjangan antara teori dan kasus
3. Langkah III: identifikasi diagnosa/ masalah potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnose/ masalah potensial ini
benar-benar terjadi (Hidayat, 2013.45)
Pada hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. A di dapatkan dignosa ibu
hamil dengan KEK, sehingga memungkinkan terjadinya masalah potensia pada ibu

34
yaitu anemia pada ibu, kelahiran premature dan BBLR, hal ini sejalan dengan
penelitian menurut (Aminin fidiyah,dkk. 2014, hal 102) konstribusi dan terjadinya
KEK pada ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain dapat
meningkatkan resiko terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR) , dan pada
kenyataannya ibu hamil dengan KEK cenderung lebih banyak mengalami anemia
tidak anemia, dikarenakan pola konsumsi dan absorsi makanan yang tidak
seimbang.
4. Langkah IV : identifikasi perlunya tindakan segera
Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memeruklan tindakan yang harus
segera dilakukan pelh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menungg
beberapa waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014 : 6).
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. A di lakukan penanganan segera yaitu
dengan pemberian tablet FE dan konseling mengenai PMT , serta kolaborasi
dengan dokter ahli gizi apabila kondisi ibu semakin memburuk atau terjadi anemia
berat.
Hal ini sejalan dengan teori menurut Waryana, 2010, yang mengatakan PMT
pemulihan ibu hamil dengan KEK adalah makanan bergizi yang diperuntukkan
bagi ibu hamil sebagai bahan makan tambahan untuk pemulihan gizi,PMT di
berikan hanyalah sebagai maknan tambahan bukan sebagai pengganti makanan
sehari-hari. Peningkatan supkementasi tablet FE dapat menonitoring agar tidak
terjadinya penurunan kadar HB yang bias menyebabkan anemia pada ibu.
5. Langkah V : merencanakan asuhan yang diberikan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalh yang diidentifikasi atau di antisipasi. Pada langkah

ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Th. Endang, dkk,

2014 :137)

Pada asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M yaitu melakukan

informed consent, memberitahu hasil pemeriksaan seperti TTV,BB, LILA,DJJ,

35
memberitahu cara mengatasi keluhan, memberitau tanda bahaya selama hamil

sesuai dengan usia kehamilan, memberikan komunikasi informasi dan edukasi pada

ibu tentang resiko tinggi mengenai KEK , memeritahu asupan makanan yang di

anjurkan,menganjurkan ibu mengkonsusmsi PMT dan tablet FE, serta memberitahu

kapan ibu bisa datang kembali.

Rencana asuhan yang telah di rancang sesui dengan diagnose, diagnose

potensial, masalah yang di timbulkan, serta entisipasi penanganan segera , hal ini

menunjuk kan tidak adanya keenjangan antara teori antara teori dan manajemen

asuhan kebidanan yang di terapkan pada kasus ini.

6. Langkah VI : Pelaksananan Tindakan Asuhan Kebidanan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap
memikul tangung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (memastikan
langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Dwi Asri, dkk. 2012 : 31).
Pada kasus Pada asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M semua

tindakan yang direncanakan terlaksana dengan baik. seperti sebelum memberikan

tidakan bidan melakukan informed consent atau lembar persetujuan tindakan pada

ibu atau keluarga, menyampiakan hasil pemeriksaan seperti TTV,BB, LILA,DJJ,

memberitahu cara mengatasi keluhan, memberitau tanda bahaya selama hamil

sesuai dengan usia kehamilan, memberikan komunikasi informasi dan edukasi pada

ibu tentang resiko tinggi mengenai KEK ,memberitahu asupan makanan yang di

anjurkan,menganjurkan ibu mengkonsusmsi PMT dan tablet FE, serta memberitahu

kapan ibu bisa datang kembali.

Dalam melakukan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan

hambatan yang berrati seluruh tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan

36
kebutuhan pasien dan rencana yang telah di tetapkan.

7. Langkah VII: Mengevaluasi Tindakan Asuhan Yang dilakukan


Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai
terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan
kepada pada Ny. M G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23 Minggu Dengan Kekurangan
Energi Kronik di PMB Junaidah S.Tr.Keb, Bdn. Tahun 2022. Ibu diberikan asuhan
sesuai kebutuhan, dari hasil pemeriksaan janin dalam keadaan baik. Tidak ada
komplikasi yang terjadi badan janin, dan ibu telah di berikan obat dan vitamin
untuk mencegah terjadinya masalah potensial. Dan ibu bersedia datang melakukan
kunungan ulang 2 minggu lagi untuk memantau keadaan ibu dan janinnya.

37
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui studi

kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny. A G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23

Minggu Dengan Kekurangan Energi Kronik di PMB Junaidah, S.Tr.Keb Tahun 2022, maka

bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Asuhan kebidanan pada Ny “A” dilakukan dengan teknik pendekatan manajemen

asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada

langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan

untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan

yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.

2. Diagnosa Ny “A” dengan Asuhan kehamilan fisiologis ditegakkan berdasarkan

adanya data subjektif dan objektif yaitu ibu mengatakan kurang nafsu makan dan

lemah, serta didapatkan LILA ibu 21 cm.

3. Pada Ny “A” diperlukan tindakan segera, kolaborasi atau rujukan apabila terjadi

masalah selama kehamilan.

4. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “A” bertujuan agar ibu mendapatkan

penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan mencegah

terjadinya komplikasi serta mencegah terjadinya trauma berat pada ibu dan

bayinya.

38
5. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai dengan

adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat lebih

meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.

6. Tindakan evaluasi pada Ny “A” G1P0A0 Usia Kehamilan 22-23 Minggu Dengan

Kekurangan Energi Kronik telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar

pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin

terjadi dapat teratasi.

B. Saran

1. Bagi instansi kesehatan


Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi dan
mendukung kehamilan secara optimal
2. Bagi instansi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan continue kepada
mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
3. Bagi mahasiswa
Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada ibu hamil secara
mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan berlangsung untuk
menerapkan deteksi terhadap kehamilan.

39

Anda mungkin juga menyukai