Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun disebut
ketuban pecah dini.
1
Insiden terjadinya KPD kira-kira 5-14 dari seluruh kehamilan.
Kira-kira 94 kasus terjadi pada kehamilan matur (tepat waktu), 5 terjadi pada janin
yang prematur (dengan berat janin 1000-2000 gr), 1 terjadi pada janin yang imatur (
dengan berat janin 1000 gr). KPD merupakan salah satu penyebab utama angka
kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir. Etiologi pada sebagian besar kasus tidak
diketahui. Penelitian menunjukkan inIeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual. Ketuban pecah dini
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada neonatus meliputi respiratory
distress syndrome, cord compression, oligohidramnion, enterokolitis nekrotikans,
gangguan neurologi, inIeksi neonatal dan perdarahan interventrikular. Oleh sebab itu
klinisi yang mengawasi pasien harus mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini
dan memberikan terapi yang akurat untuk memperbaiki luaran dan prognosis pasien
ketuban pecah dini dan bayinya.
Kematian janin dalam kandungan adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan.
2
Menurut WHO yang disebut kematian janin dalam rahim adalah janin yang
mati dalam rahim dengan berat badan 500 gr atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Untuk membedakan IUFD dengan aborsi spontan, WHO dan American College of
Obstetricians and Gynaecologists telah merekomendasikan bahwa statistik untuk IUFD
termasuk di dalamnya hanya kematian janin intra uterine dimana berat janin 500 gr atau
lebih, dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Tapi tidak semua negara
menggunakan pengertian ini, masing-masing negara berhak menetapkan batasan dari
pengertian IUFD.

Penyebab dari kematian janin intra uterine yang tidak dapat diketahui
sekitar 25-60, insiden meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Pada
beberapa kasus yang penyebabnya teridentiIikasi dengan jelas, dapat dibedakan
berdasarkan penyebab dari Iaktor janin, maternal dan patologi dari plasenta.
4

Pemeriksaan antenatal memegang peranan penting untuk dapat mengenal Iaktor resiko
secepatnya sehingga dapat dihindari kematian atau penyakit yang tidak seharusnya
2

terjadi. semua kendala perlu ditangani melalui konsep pelayanan yang jelas sehingga
masyarakat dapat berperan secara aktiI dalam usaha menurunkan kematian perinatal dan
meningkatkan mutu generasi yang akan datang.




















BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Tanggal Masuk : 26-10-2010 No.CM: 6-94-
ISTRI
Nama : Ny. SJ
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pusdikzi
Pangkat : SERDA
Suku : Jawa
Agama : Islam
Golongan darah : O
Alamat :Asrama Pusdikzi, Bogor
SUAMI
Nama : Tn. S
Umur : 26 tahun
Pendidikan : D
Pekerjaan : Puspomad
Pangkat : SERTU
Suku : Jawa
Agama : Islam
Golongan darah : O

B. DATA DASAR
Dilakukan autoanamnesa pada pasien pada tanggal 15 Maret 2011
Keluhan Utama:
Keluar air-air merembes sejak minggu SMRS.
Keluhan Tambahan: Tidak ada


4

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien merasa hamil 24 minggu, dengan HPHT 8 September 2010, taksiran persalinan
tanggal 15 Juni 2011.
Pasien datang dengan keluhan keluar air-air sejak minggu SMRS. Cairan berwarna jernih,
tidak berbau, keluar dalam jumlah banyak.
Keluhan tidak disertai mules-mules yang lebih sering dan teratur, tidak disertai lendir darah.
Pasien masih merasakan gerakan janin aktiI.
Pasien mengeluh sering mengalami keputihan yang dirasakan sejak awal kehamilan,terasa
sedikit gatal, namun hanya diobati dengan sabun pembersih vagina.
Pasien tidak mengalami demam sebelum timbulnya keluhan. Buang air besar dan kecil tidak
ada keluhan. Pasien tidak pernah melakukan operasi pada daerah rahim ataupun mulut
rahim. Pasien tidak pernah mengalami jatuh sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
coitus sebelum timbulnya keluhan. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun
minum alkohol. Pasien tidak merasakan demam ataupun berdebar-debar.
Selama ANC di RS Salak Bogor dikatakan tidak ada kelainan.

Riwayat penyakit dahulu:
Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-),TBC (-),alergi (-), Riwayat operasi (-)
Riwayat penyakit keluarga:
Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-)
Perangai pasien:
Pasien kooperatiI
Riwayat menstruasi :
Menarche usia 12 tahun, siklus 28 hari, menstruasi teratur, setiap haid 7 hari, kali ganti
pembalut dan nyeri haid pada hari pertama.
Riwayat pernikahan :
Menikah 1 kali, pada usia 25 tahun, dan suami usia 26 tahun.
Riwayat KB:
Belum pernah KB
Riwayat Obstetri:
Hamil ini
Catatan penting selama asuhan antenatal :
ANC teratur di RS Salak, Bogor. Dikatakan tidak ada kelainan.

5

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 10/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 7
o
C
PernaIasan : 20x/menit
Tinggi badan : 159 cm
Berat badan : 67 Kg, IMT: 26,5
Mata : Konjungtiva anemis -/- ,sklera ikterik -/-
Paru : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : BJ I-BJ II, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Membuncit, bising usus () normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), perIusi baik.

2. Status obstetri
a. Pemeriksaan luar
TFU : 24 cm
Letak janin : presentasi kepala
Penurunan kepala : 5/5
His : (-), kontraksi irregular
DJJ : 155 dpm
Vulva/Uretra : tenang, perdarahan (-)
Inspekulo : portio licin, livid, ostium uretri tertutup, Iluksus (-),Iluor ()
,valsava (), Tes lakmus ()
b. Pemeriksaan dalam : portio kenyal, posterior, ostium uteri eksternum tertutup, kepala
di atas pintu atas panggul.






6

D. PEMERIKSAAN PENUN1ANG
a. Laboratorium
Hematologi

Kimia
Hemoglobin 12,6 g/dl GDS 82 mg/dl
Hematokrit 7 Urinalisa
Eritrosit 4,2 jt/L pH 6,5
Leukosit 9400/uL Berat jenis 1,005
Trombosit 216000/uL Protein -
MCV 89 Il Glukosa -
MCH 0 pg Bilirubin -
MCHC 94 g/dl Eritrosit 1-0-1

Leukosit 2-1-1

Toraks -

Kristal -

Epitel

Lain-lain -

b. USG
Tampak janin presentasi kepala, tunggal, hidup
DJJ : 155 dpm
BPD : 98 mm
FL : 7 mm
ICA : 2 cm
AC : 195 mm

E. DIAGNOSA KER1A
Ibu : G1H2-24 minggu, KPD 18 hari,oligohidramnion
Janin : tunggal hidup

F. RENCANA PENATALAKSANAAN
Rencana diagnostik
O Observasi TTV, Kontraksi, dan perdarahan
O Observasi DJJ
O Observasi tanda kompresi tali pusat
O Observasi tanda InIeksi intra uterin
O USG Fetomaternal konIirmasi

7

Rencana terapi
KonservatiI
O Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
O Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
O Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
O Bed rest
Rencana pendidikan
O Menjelaskan tentang keadaan janin dan keadaan kehamilan ibu saat ini.
O Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan dilakukan

G. PROGNOSIS
Ibu : Dubia
Janin : Dubia

H. CATATAN KEMA1UAN
16 Maret 2011
S : Mules-mules (-), gerak janin aktiI, keluar air-air () sedikit.
O : Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis
TD : 120/80 mmHg RR : 16 x/mnt
Nadi : 84 x/mnt S : 7
o
C
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara dasar vesikuler, ronki (-), Wheezing (-)
Abdomen : bising usus ()
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Status obstetrik
Kontraksi (-), DJJ 141 dpm
I : V/U tenang
A : G1H2-24 minggu, janin tunggal hidup, kontraksi Skor Tokolisis 6, Ketubah
Pecah 19 hari. Oligohidramnion



8

P :
Rencana Diagnosis
O Observasi Tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ
O Observasi tanda InIeksi Intra Uterin dan Kompresi tali pusat
O USG Fetomaternal
Rencana Terapi
KonservatiI
O Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
O Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
O Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
O Bed rest
O Vitamin C 2x400 mg (IV)

16 Maret 2011 pkl 15:30 WIB
Diskusi dr.Judi SpOG
Dengan ICA 4,8 masih pada tempatnya untuk dikonservatiI, lakukan kultur cairan vagina
dan bila gigi pasien berlubang dapat dilakukan kultur gigi. Higiene vaginal & oral harus
selalu diperhatikan.

17 Maret 2011 06:30
S : Mules (-), gerak janin aktiI, keluar air-air () rembes.
O :
Keadaan Umum : Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri
Kontraksi (-). DJJ 141
I : V/U tenang
A : G1H2-24 minggu. JTH, kontraksi ST 6, KP 20 hari, oligohidramnion.
P :
Rencana diagnostik: Observasi Tanda-tanda vital, kontraksi, DJJ
Observasi tanda InIeksi Intra Uterin dan Kompresi tali pusat
Kultur vagina
Konsul Gilut
Cek CRP & kultur vagina, DPL/hari
9

Rencana terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg


Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest
Vitamin C 2x400 mg (IV)
AminoIluid 1000, 2x24 jam

17 Maret 2011 07.00
S: Mules (-), keluar air-air () merembes, gerak janin aktiI.
O: Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri : kontraksi (-), DJ 144 dpm
I: V/U tenang
Imuno Serologi

CRP Semi KuantitatiI 6

A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 21 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat
DPL tiap hari, CRP
Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Vitamin C 2x400 mg (IV)
AminoIluid 1000, 2x24 jam
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest

18 Maret 2011 08.30
S: Mules (-), keluar air-air () sedikit, gerak janin aktiI
O: Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-),DJJ 140 dpm
I: V/U tenang
A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 22 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
10

Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat


DPL tiap hari
Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Vitamin C 2x400 mg (IV)
Seloxy 1x1 tab
AminoIluid 1000, 2x24 jam
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest total
19 Maret 2011
S: Mules (-), keluar air-air () sedikit, gerak janin aktiI
O: Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-),DJJ 144 dpm
I: V/U tenang
A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 2 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat
DPL tiap hari
Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Vitamin C 2x400 mg (IV)
Seloxy 1x1 tab
AminoIluid 1000, 2x24 jam
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest total

20 Maret 2011
S: Mules (-), keluar air-air () sedikit, gerak janin aktiI, demam (-)
O: Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-),DJJ 142 dpm
I: V/U tenang
Hematologi
Hemoglobin 12,6
Hematokrit 8
11

Eritrosit 4,
Leukosit 10900
Trombosit 19000
MCV 89
MCH 29
MCHC

A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 24 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat
DPL tiap hari
Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
Pematangan paru : dexamethason 2x6 mg IV (2 hari)
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Vitamin C 2x500 gr
Seloxy 1x1 tab
AminoIluid 1000, 2x24 jam
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest total
21 Maret 2011
S: Mules (-), keluar air-air () sedikit, gerak janin aktiI, demam (-)
O: Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-),DJJ 142 dpm
I: V/U tenang
Hematologi
Hemoglobin 12,2
Hematokrit 6
Eritrosit 4,1
Leukosit 16000
Trombosit 214000
MCV 87
MCH 0
MCHC 4

A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 25 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat
12

DPL tiap hari


Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Vitamin C 2x500 gr
Seloxy 1x1 tab
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest total
22 Maret 2011 06.30
S: Mules (-), keluar air-air () sedikit, gerak janin aktiI, demam (-)
O: Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-),DJJ 142 dpm
I: V/U tenang
Hematologi
Hemoglobin 12
Hematokrit 36
Eritrosit 4,1
Leukosit 12300
Trombosit 201000
MCV 89
MCH 0
MCHC

A: G1H24 minggu, JTH, riwayat kontraksi ST6,KP 26 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, DJJ
Observasi tanda inIeksi intrauterine, kompresi tali pusat
DPL tiap hari
Rencana Terapi : Tokolisis : NiIedipin 4 x 10 mg STOP
Antibiotik : CeIotaxim 2 x 1 gr
Aspilet 1x80 gr
Vitamin C 2x500 gr
Seloxy 1x1 tab
Hidrasi cukup : 2000-2500 cc/24 jam
Bed rest total
Hasil USG : TBJ 581 gr
ICA SP 1,5 cm, aktivitas janin minimal
1

Biometris ~ Hamil 2 minggu


Saran : Terminasi kehamilan pervaginam
22 Maret 2011 15.00
S: Mules () jarang, gerak janin ()
O: Keadaan Umum : Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri : Kontraksi (-). DJJ 141 dpm
A: G1H2 minggu. JTH, kontraksi ST 6, KP 26 hari, oligohidramnion
P:
Rencana diagnostik: Observasi TTV, His
Rencana terapi : Terminasi kehamilan
Pematangan cervix dengan Misoprostol 4x100 mg (pervaginam) I
(Nilai ulang pukul 21.00 WIB)
Antibiotik : CeIotaxim 2x1 gr (IV)
Metronidazol x500 mg (IV)
22 Maret 2011 21.00
S: Mules (-), demam (-)
O: Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri :
Kontraksi (-). DJJ 141 dpm
I : V/U tenang
VT : porsio licin, kenyal, tebal cm, ketuban (-), pembukaan 1 cm, kepala
diatas PAP
A: G1H2 minggu. JTH, kontraksi ST 6, KP 26 hari, oligohidramnion
P:
Rencana diagnostik: Observasi TTV, His
Rencana terapi :
Terminasi kehamilan
O Pematangan cervix dengan Misoprostol 4x100 mg (pervaginam) II
(Nilai ulang pukul 0.00 WIB)
O Antibiotik : CeIotaxim 2x1 gr (IV)
Metronidazol x500 mg (IV)
14

23 Maret 2011 03.00


S: Mules (-), demam (-)
O: Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri
His (-), I :V/U tenang
VT : porsio licin, kenyal, tebal cm, ketuban (-), pembukaan 1 cm,
kepala diatas PAP
Hematologi
Hemoglobin 12,6
Hematokrit 8
Eritrosit 4,
Leukosit 11400
Trombosit 221000
MCV 90
MCH 0
MCHC
Hitung Jenis
BasoIil 0
EosinoIil 2
Batang
Segmen 70
LimIosit 2
Monosit 2

A: G1H2 minggu. JTH, kontraksi ST 6, KP 27 hari, oligohidramnion
P:
Rencana diagnostik : Observasi TTV, His
Rencana terapi :
Terminasi kehamilan
O Pematangan cervix dengan Misoprostol 4x100 mg (pervaginam) III
O Antibiotik : CeIotaxim 2x1 gr (IV)
Metronidazol x500 mg (IV)


23 Maret 2011 09.00
S: Mules (-)
O: Keadaan Umum : Baik Kesadaran: Compos Mentis
15

Status generalis : dbn


Status Obstetri : His (-)
I : V/U tenang, perdarahan (-)
VT: Porsio kenyal, posterior, pembukaan 1 cm, tebal cm, ketuban (-), kepala diatas
PAP
A: G1H2 minggu. JPKTH, KP 27 hari, oligohidramnion berat.
P:
Rencana diagnostik: - Observasi TTV, His
- Cek DPL/hari
Rencana terapi :
Terminasi kehamilan
O Misoprostol 4x100 mg (pervaginam) IV. (Nilai ulang pukul 15.00)
O Antibiotik : CeIotaxim 2x1 gr (IV)
Metronidazol x500 mg (IV)
23 Maret 2011 15.00
S: Mules () jarang
O: Keadaan Umum : Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetr i : His (-)
I : V/U tenang, perdarahan (-)
VT: Porsio kenyal, posterior, pembukaan 1 cm, tebal cm, ketuban (-), kepala diatas
PAP
A: G1H2 minggu. JPKTH, KP 27 hari, oligohidramnion berat.
P:
Rencana diagnostik: - Observasi TTV, His
- Cek DPL/hari
Rencana terapi :
Terminasi kehamilan
O Misoprostol 4x100 mg (pervaginam) V

O Antibiotik : CeIotaxim 2x1 gr (IV)
Metronidazol x500 mg (IV)

16

23 Maret 2011 pkl 15:15 WIB


Diskusi dengan dr.Bintari SpOG. Sampai saat ini pembukaan masih 1 cm, dosis misoprostol
dapat ditingkatkan 4x200 g p.v dan 4x100 g p.o (sekali pemberian 00 mg), antibiotik tetap
dilanjutkan dan pemantauan DPL/hari dilanjutkan.

23 Maret 2011 15.15
S: Mules-mules () jarang
O: Keadaan umum : baik Kesadaran: Compos mentis
Status generalis: dbn
Status Obstetri : Kontraksi (), DJJ sulit didapat dengan Dopller/CTG
I: V/U tenang, perdarahan (-)
A: G1H2 minggu, JPKTH, serviks belum matang, KP 26 hari, oligohidramnion
P: Rencana Diagnosis: observasi TTV/jam, suhu/4 jam
observasi kontraksi, perdarahan, cek DPL/hari
Rencana Terapi: Terminasi kehamilan dengan misoprostol 200 g p.v tiap 6 jam
100 g p.o tiap 6 jam. Nilai ulang pukul 21.00
CeIotaxim 2x1 gr IV, Metronidazol x500 mg IV
23 Maret 2011 pkl 21:00 WIB
S: Mules makin sering, gerak janin (-)
O: Keadaan Umum: Baik Kesadaran: Compos Mentis
Status generalis : dbn
Status Obstetri:
I: V/U tenang, perdarahan (-)
Inspekulo: tampak tali pusat dan sebagian janin di porsio. Porsio terbuka cm.
VT: teraba talipusat dan sebagian janin. Porsio lunak, axial, tebal 1 cm, pembukaan cm.
A: G1 H2 minggu, JPKTH, IUFD, cervix matang.
KP 26 hari, oligihidramnion berat.
P: Observasi TTV/jam, suhu/ 4 jam.
Observasi kontraksi, perdarahan.
Terapi: Induksi akselerasi dengan Oksitosin 5 IU/500 cc RL, mulai dengan 8 tetes/mnt,
dinaikkan s/d his adekuat.
Antibiotik CeIotaxim 2x1 gr (IV). Metronidazol x500 mg (IV)
Cek DPL/hr
17

23 Maret 2011 pkl 23:50 WIB


S: Pasien mengeluh ingin mengedan
O: KU: baik Kes: CM
Status generalis :dbn
Status Obstetri:
Kontrkasi x/10 mnt lamanya 40dtk
I: V/U tenang, perdarahan (-), Tampak plasenta menonjol.
VT: pembukaan lengkap, teraba plasenta
A: PK II
P: pimpin meneran.

24 Maret 2011 pkl 00:00 WIB
Lahir Spontan janin perempuan 500 gram, plasenta lahir spontan lengkap , air ketuban habis,
perineum intak.
Rencana diagnostik: Observasi 2 jam. TTV/15vmenit pada 1 jam I, per 0 mnt pada 1
jam II.
Observasi perdarahan & kontraksi.
Rencana Terapi: Mobilisasi dini, diet TKTP
Antibiotik : ceIotaxim 2x1 gr. Metronidazol x500 mg.

24 Maret 2011 pkl 02:00 WIB
S: Perdarahan (-), Mules (-)
O: KU: baik Kes: CM
Status generalis :dbn. Tanda akut abdomen (-)
Status obstetri:
I: V/U tenang, perdarahan (-)
Hematologi
Hemoglobin
12,8
Hematokrit
39
Eritrosit
4,4
Leukosit
15600
Trombosit
214000
MCV
87
MCH
29
MCHC

18

A: 2 jam post abortus spontan.


P:
Rencana diagnosis: Cek DPL pagi ini.
Observasi TTV/8 jam, observasi perdarahan/8 jam
Rencana terapi: CeIotaxim 2x1 gr
Metronidazol x500 mg
Asam meIenamat x 500 mg
Sangobiad 1x1

24 Maret 2011 pkl 06:45 WIB
S: Sakit perut di bagian bawah menjalar ke belakang, darah keluar banyak (ganti pembalut x
sejak jam 24:00 WIB).
O : KU: baik Kes: CM
TD : 10/80 mmHg RR : 24x/mnt
Nadi : 96x/mnt T : 6,5
o
C
Status generalis lain : dbn
Status obstetri: I: V/U tenang.
A: H1 Post abortus spontan
P:
Rencana diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, dan perdarahan.
Rencana terapi: Mobilisasi aktiI
Diet TKTP
Medikamentosa:
CeIadroxil x500 mg
Metronidazol x500 mg
Metergin x1
Misoprostol x1
Asam meIenamat x500 mg

25 Maret 2011 pkl 06:45 WIB
S: Pusing, perdarahan aktiI (-) (ganti pembalut x sehari)
O: TD: 10/80 mmHg RR: 24x/mnt
Nadi: 72x/mnt T: aIebris
19

Status generalis lain : dbn


Status obstetri: I: V/U tenang, perdarahan aktiI (-)
A: H2 post abortus spontan
P: Rencana diagnosis : Observasi TTV, kontraksi, dan perdarahan.
Rencana terapi: Mobilisasi aktiI
Diet TKTP
Higiene Vulva/Uretra
Motivasi KB
Medikamentosa:
O CeIadroxil x500 mg
O Metronidazol x500 mg
O Metergin x1
O Misoprostol x1
O Asam meIenamat x500 mg



















20

BAB III
TIN1AUAN PUSTAKA
A. KETUBAN PECAH DINI

DEFINISI
Pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu sebelum pembukaan pada primi kurang dari
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
2

Pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun disebut
ketuban pecah dini.
1

Pecahnya selaput ketuban (amnion dan khorion) tanpa diikuti persalinan pada kehamilan
aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan preterm.
8

Ketuban pecah pada kehamilan _ 7 minggu dan pembukaan serviks 4cm.
5

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya KPD masih belum jelas. bisa dikarenakan Iaktor selaput ketuban itu
sendiri ( berkurangnya kekuatan ketuban ) atau Iaktor inIeksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrauterin. Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan
preventiI tidak dapat dilakukan, kecuali dalam upaya untuk menekan terjadinya inIeksi.
Kemungkinan yang menjadi Iaktor predesposisi adalah:
2

1. Faktor selaput ketuban itu sendiri, selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis
2. InIeksi
InIeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina
atau inIeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
. Hipermotilitas uterus
4. cervix inkompeten, serviks dengan suatu kelainan anatomic yang nyata, disebabkan
laserasi sebelumnya melalui ostium uteri internum atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi serviks berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serata keluarnya hasil
konsepsi.
6

5. Panggul sempit.
21

6. Kelainan letak janin, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran
bagian bawah.
7. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai inIeksi.
KLASIFIKASI
Pecahnya ketuban dapat terjadi pada kehamila preterm maupun kehamilan aterm, yang dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. PROM (premature rupture oI membran), Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya
membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture
OI Membrane. Pecahnya selaput ketuban pada usia kehamilan ~7 minggu.
2. PPROM (preterm premature ruptur oI membrane), pecahnya selaput ketuban pada
kehamilan 7 minggu.kondisi ini dibagi lagi atas:
O Ketuban pecah dini pada usia kehamilan 2-6 minggu (preterm PROM near term)
O Ketuban pecah dini pada usia kehamilan 2-1 minggu (preterm PROM remote Irom term)
O Ketuban pecah pada usia kehamilan kurang dari 2 minggu (previable PROM). Bila proses
persalinan segera berlangsung sesudahnya maka akan terjadi kematian neonatus.

PATOFISIOLOGI
Menurut Tylor dkk patoIisiologi KPD berkaitan dengan adanya Iaktor predisposisi.:
1. Faktor selaput ketuban Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu
material viscoelastis. Dimanan jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya
inIeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan. membran pecah.
2. Faktor inIeksi Pada inIeksi dan inIlamasi terjadi peningkatan aktiIitas IL-1 dan
prostaglandin menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerase kolagen
pada selaput korion/ amnion menebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan Ietal menyebabkan
peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasesing hormon (CRH), sehingga terjadi
pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP) ketuban pecah.
22

Pengaruh KPD pada Kehamilan


1. Timbulnya persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai
mulainya persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan
makin muda umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan
spontan dapat terjadi 24 jam pada 80-85 kehamilan atrem dan 50 kehamilan
prematur.
2. Lamanya persalinan lamanya persalinan menjadi lebih pendek yaitu ; pada
primigravida 9 jam dan pada multigravida 6 jam.
Pengaruh KPD pada janin :
1. Prematuritas, pada prematuritas dapat terjadi kompliksai pada bayi berupa asIiksia
neonatorum, respiratory distress sindrom (RDS), intraventrikular haemorrhage (IVH),
enterokolitis nekrotikan, Sindroma deIormitas Ietal (growth retardation, hipoplasia paru-
paru, deIormitas muka dan tubuh karena kompresi).
2. InIeksi intra uterin.
Pada inIeksi intra partum janin terinIeksi lebih dulu dibandingkan ibu, inIeksi ini
terjadi karena adanya inIeksi asendens dari vagina ke intra uterin (Khorioamniositis).
InIeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia, inIeksi saluran kemih,
omphallitis, konjungtivitis. Bila terjadi inIeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu
meningkat dan DJJ meningkat (Takikardi).
. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.
Prematuritas, intra uterin Ietal disstres, inIeksi dan masa laten yang meningkat
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.
Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana
bila masa laten ~ 12jam maka terjadi peningkatan 4-6 angka kematian janin. Bila ~ 24
jam meningkat 2 x lipat dan ~ 48 jam meningkat 4x lipat.
4. Ketuban pecah pada kondisi kepala janin belum masuk panggul mengikuti aliran air
ketuban, akan terjepit antara kepala dan dinding panggul, keadaan sangat berbahaya bagi
janin. Dalam waktu singkat janin akan mengalami hipoksia hingga kematian janin dalam
kandungan (IUFD).
7


2

Pengaruh KPD pada ibu :


1. inIeksi intra partum
2. inIeksi niIas
. Peritonitis, septikemia
4. Dry labor
5. Prolonged labor (partus lama)
6. atonia uteri
7. perdarahan post partum
8. chorioamnionitis
9. kematian ibu karena septikemia

DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Dari anamnesa bisa didapatkan keterangan keluarnya cairan jernih yg keluar dari vagina
tanpa disadari dan tidak terdapatnya kontraksi uterus dan rasa nyeri, dan belum ada
pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
. Pemeriksaan inspekulo
Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian
yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada Iorniks posterior. Jika belum juga
tampak keluar, Iundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau mengadakan
manuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium
uteri dan terkumpul pada Iornik anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi, kadang air ketuban
sudah tidak ada lagi. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak
membantu diagnosis dan dapat mengundang inIeksi. Pada kehamilan yang kurang bulan
yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan Ilora
vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
24

Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sesedikit mungkin.
5. Pemeriksaan penunjang :
a.Test lakmus (test nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya cairan ketuban, air ketuban bersiIat basa. Darah dan inIeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positiI palsu.
b.Test Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada obyek gelas dan biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopis menujukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis
c.USG, didapatkan volume cairan amnion berkurang/ Indeks Cairan Amnion (ICA)
berkurang
PENATALKSANAAN
1. Berdasarkan Standar Pelayanan Medik POGI
8

Ketuban pecah dini pada kehamilan ~ 5 minggu
O Prinsipnya lahirkan janin
O Beri antibiotika proIilaksis
Ketuban pecah dini pada kehamilan 2 5 minggu
O Terapi antibiotik
O Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV
O Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker
O Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio inIusi
O EkspektatiI bila paru telah matang
Ketuban pecah dini pada kehamilan 2 minggu
O Terapi antibiotik
O Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan ~
O 28 minggu
O Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker
O Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat
O sedikit amnio inIusi
25

O Sedapat mungkin dipertahankan sampai 5 minggu, jika tidak ada inIeksi


2. Berdasarkan Soetomo Soewarto
10

KonservatiI
O Rawat di rumah sakit
O Berikan antibiotik ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan
metronidazol 2x 500 mg selama 7 hari.
O Jika umur kehamilan 2-4 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
O Jika usia kehamilan 2-7 minggu, belum inpartu, tidak ada inIeksi, tes busa negatiI
beri deksametason, observasi tanda-tanda inIeksi, dan kesejahteraan janin.
O Terminasi pada kehamilan 7 minggu.
O Jika usia kehamilan 2-7 minggu, sudah inpartu, tidak ada inIeksi, berikan tokolisis
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudh 24 jam.
O Jika usia kehamilan 2-7 minggu, ada inIeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi,
nilai tanda-tanda inIeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda inIeksi intrauterin)
O Pada kehamilan 2-7 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
AktiI
O Kehamilan ~ 7 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 25 g 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda inIeksi berikan antibiotik dosis tunggal dan persalinan diakhiri.
O Bila skor pelvik 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri dengan seksio sesarea.
O Bila skor pelvik ~5, induksi persalinan.
. Menurut Standar Pelayanan Medik (SPM) Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSPAD
Gatot Soebroto DITKESAD
5

a. Cara terapi: rawat inap, partus pervaginam, tindakan SC a/i obstetri. Bila terdapat
jahitan pada serviks harus segera dibuka
b. Macam terapi
26

O antibiotik berspektrum luas: eritromisin 4x250 mg selama 1 minggu (dapat diganti


setelah ada hasil kultur dan uji kepekaan kuman)
O Vitamin C 500 mg per hari per oral
O tirah baring
O cukup minum.
c. Partus pervaginam bila : skor pelvik _ 5, ICA ~5, serta ibu dan janin baik
d. Seksio sesarea bila :
O Skor pelvik rendan : 5
O ICA _ 5 cm
O Tanda inIeksi intrapartum
O NST non-reaktiI atau CST positiI
O Indikasi obstetri
O Ketuban pecah _ 12 jam
O

Uji lakmus, Uji LEA, USG, NST




Induksi/akselerasi gagal SC
Oksitosin
PROGNOSIS
5

Sangat variatiI bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya inIeksi, pada usia kehamilan
2 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk prognosisnya.

Ibu dan janin baik
Skor pelvic _5

Ibu dan janin kurang baik atau
Skor pelvic 5
Ketuban pecah _ 7 minggu, TBJ _
2500 gram
27

B. OLIGOHIDRAMNION
Pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1000cc (1 L) untuk kemudian
menurun lagi setelah minggu ke 8.
9,10

Pada muligravida sebanyak 1,5 L; dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam batas normal
adalah 2 L. Berat jenisnya 1,007-1,025. Warna putih kekeruhan karena adanya lanugo dan
verniks kaseosa. Air ketuban berasal dari Ietal urin, transudasi dari darah ibu, sekresi epitel
amnion, dan a mixed origin.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang
dari 500 cc (1/2 L). Biasanya cairannya kental, keruh berwarna kuning kehijauan.

ETIOLOGI
2,10

Sebab yang pasti belum diketahui, namun beberapa literatur menyebutkan bisa disebabkan
oleh:
O Amnion kurang baik tumbuhnya
O Ketuban pecah dini
O Kelainan kongenital (Renal agenensis janin, onstruksi uretra)
O Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
O Kehamilan postterm
O InsuIisiensi plasenta, dapat menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang
berlangsung kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satunya
adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan
terjadi oligihidramnion.
O Kelainan krosom (triploid, trisomi 18 dan 1)

GAMBARAN KLINIS
2,10

O Perut ibu terlihat kurang membuncit
O Uterus tampak lebih kecil
O Ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan janin
O Persalinan lebih lama dari biasanya
O Sewaktu his akan terasa sangat sakit
O Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan tidak ada yang keluar.
O DJJ sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas

28

KOMPLIKASI
2,10
Sebagian besar angka mortalitas disebabkan oleh malIormasi kongenital mayor dan
hipoplasia paru akibat ketuban pecah sebelum usia kehamilan 22 minggu. Ketuban pecah
pada trimester ke-2 juga dapat menyebabkan sindrom kompresi janin, dan amniotic band
syndrome.
12
Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita deIormitas,
cacat bawaan, PJT, bahkan bisa terjadi Ioetus pappyreceous, yaitu picak seperti kertas
karena tekanan-tekanan. Pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan club Ioot, kulit jadi
kering dan tebal. Hipoplasia paru, karena kompresi akibat tidak ada cairan, terjadi inhalasi
cairan yang menghambat pertumbuhan paru-paru dan terjadi deIek paru intrinsik.

Oligohidramnion juga dapat menyebabkan kompresi tali pusat, aspirasi mekonium pada
masa intrapartum, persalinan prematur, dan kematian janin.
8


DIAGNOSIS
Nilai Indeks Cairan Amnion (ICA) normal adalah 5-20 cm. Bila ICA 5 cm disebut
oligohidramnion, sedangkan bila ICA ~20 disebut polihidramnion.
10

MANA1EMEN
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada Iasilitas
kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali
pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu
persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion.
Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena :
O Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
O Deselerasi Irekuensi detak jantung janin
O Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.
Menurut SPM POGI 2006, manajemen oligohidramnion adalah sebagai berikut:
8

O Jika tanpa kelainan kongenital mayor dapat dicoba amnio inIusi, pada umumnya
persalinan tidak berbeda bila janin dalam keadaan normal
O Seksio sesarea atas indikasi obstetri atau deselerasi berulang setelah amnioinIusi
O Resusitasi jantung pulmoner untuk kemungkinan hipoplasia paru
O Bila terdapat kelainan kongenital upayakan lahir pervaginam
Prognosis untuk ibu baik, sedangkan untuk bayi buruk.
8

29

C. KEMATIAN 1ANIN DALAM KANDUNGAN/INTRAUTERINE FETAL DEATH


(IUFD)

DEFINISI
Kematian janin dalam kandungan adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan.
2

Menurut WHO yang disebut kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat badan 500 gr atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.
Untuk membedakan IUFD dengan aborsi spontan, WHO dan American College of Obstetricians and
Gynaecologists telah merekomendasikan bahwa statistik untuk IUFD termasuk di dalamnya hanya
kematian janin intra uterine dimana berat janin 500 gr atau lebih, dengan usia kehamilan 20 minggu
atau lebih.


ETIOLOGI
Faktor Maternal
1. Kehamilan post term (~ 42 minggu)
2. Diabetes Melitus tidak terkontrol
. SLE
4. InIeksi
5. Hipertensi, PEB, Eklampsia
6. Usia tua
Faktor Fetal
1. Gemelli
2. PJT
. Kelainan congenital
4. InIeksi
5. Kelainan genetic
Faktor Plasental
1. Kelainan tali pusat
2. Solusio plasenta
. Ketuban pecah dini
4. Vasa previa
Faktor lain
0

1. Ibu usia ~ 40 tahun, ayah usia lanjut


2. InIertilitas
. Riwayat melahirkan BBLR
4. Obesitas

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
O Ibu tidak merasakan gerakan janin atau gerakan janin sangat berkurang
O Ibu merasakan perutnya tidak tambah membesar bahkan bertambah kecil atau
tidak seperti kehamilan biasanya
O Ibu merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau
melahirkan
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin.
. Palpasi
O Tinggi Iundus lebih rendah dari usia kehamilan.
O Tidak teraba gerakan janin
O Lingkar perut ibu mengecil
4. Auskultasi
O DJJ berkurang
5. Reaksi kehamilan
O Reaksi kehamilan baru negatiI setelah beberapa minggu janin mati dalam
kandungan. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatiI setelah beberapa hari
kematian janin
6. UltrasonogrIi
Tidak ada DJJ, tidak ada gerakan janin.
7. Radiologi
O Tanda Holm :adanya akumulasi gas dalam jantung dan
pembulu darah besar janin
O Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
(hiperIleksi)
O Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala, tulang leher janin
O Tanda Spalding-Horner : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin
1

O Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak


O Kepala janin terlihat seperti kantong berisi benda padat

TINGKAT MASERASI
4

Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi. Kulitnya
mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi pigmen darah.
Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar
dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu dengn yang lainnya. Cairan amnion dan
cairan yang ada dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan
meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi
pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:
a) Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b) Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian
menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
c) Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48
jam janin mati.
d) Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan
antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.






2

BAB IV
ANALISIS KASUS
1. Pada tanggal 15 Maret 2011, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan Iisik, pasien
didiagnosis G1 P1 A0 H2-24 minggu, janin tunggal hidup, kontraksi, Skor Tokolisis 6,
ketuban pecah 18 hari, oligohidramnion.
Jika berdasarkan HPHT, saat datang pasien dalam masa kehamilan 25 minggu. Sedangkan
berdasarkan tinggi Iundus uteri (24 cm), dimana menurut literatur tinggi Iundus uteri 24-25
cm sesuai dengan kehamilan 22-28 minggu.
2
Bila dikonIirmasi dengan hasil pemeriksaan
USG pada tanggal 15 Maret 2011, usia kehamilan sesuai dengan 2-24 minggu.
Diagnosis ketuban pecah dini dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
Keluhan keluar air-air sejak minggu SMRS. Cairan berwarna jernih, tidak berbau,
keluar dalam jumlah banyak.
2. Pemeriksaan Iisik
Dari hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan hasil Iluksus (-), valsava (), dan tes
Lakmus ().
Berdasarkan keterangan diatas, pasien dapat dikategorikan sebagai PPROM (preterm
premature ruptur of membrane), yaitu pecahnya selaput ketuban pada kehamilan 7
minggu.
Pasien tidak merasakan mules-mules dan pada pemeriksaan Iisik didapatkan kontraksi
uterus irregular, sehingga ketuban pecah akibat hipermotilitas uterus dapat disingkirkan.
Pasien belum pernah melahirkan ataupun melakukan operasi pada serviks sehingga ketuban
pecah akibat inkompetensi serviks dapat disingkirkan. Pasien juga tidak memiliki riwayat
trauma, sehingga ketuban pecah akibat trauma dapat disingkirkan.
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh mengalami keputihan sejak awal
kehamilan, hal ini dapat menjadi Iaktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Hal ini
didukung dengan hasil pemeriksaan inspekulo ditemukan adanya Ilour (). Berdasarkan
literatur, sebagian besar kejadian ketuban pecah disebabkan oleh adanya inIeksi.

Pada kasus, kejadian KPD dapat menjadi Iaktor resiko untuk janin dan ibu. Pada janin dapat
terjadi kelahiran prematur dan inIeksi intrauterin. Berdasarkan Skor Tokolisis dapat
diprediksi untuk terjadinya persalinan premature pada pasien, dimana pada kasus didapatkan
Skor Tokolisis 6 yang artinya angka kejadian persalinan prematur sebesar 85.
Sedangkan pada ibu dapat inIeksi intra partum, atonia uteri, perdarahan post partum,
chorioamnionitis, prolonged labor (partus lama), dan kematian ibu karena septikemia.
KPD pada kasus telah terjadi selama minggu SMRS, hal ini dapat menjadi penyebab
terjadinya oligohidramnion. Pada kasus, keadaan oligohidramnion dapat diketahui
berdasarkan hasil USG dengan indeks cairan amnion (ICA) 2 cm.
Oligohidramnion yang terjadi pada kasus dapat menyebabkan janin mengalami deIormitas,
cacat bawaan, PJT, bahkan bisa terjadi foetus pappyreceous, hipoplasia paru, kompresi tali
pusat, aspirasi mekonium pada masa intrapartum, kematian janin.
Berdasarkan diagnosis diatas, pasien ditatalaksana konservatiI dengan tokolisis NiIedipine
4x10 mg, antibiotik ceIotaxim 2x1 gr, hidrasi cukup 2000-2500 cc/24 jam, dan bed rest.
Tatalaksana diatas sesuai dengan protap POGI 2006 yaitu:
8

O Terapi antibiotik
O Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan ~ 28 minggu
O Tokolisis: mimetic, Ca channel blocker
O Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio inIusi
O Sedapat mungkin dipertahankan sampai 5 minggu, jika tidak ada inIeksi
Namun pada kasus tidak diberikan amnio inIusi.
2. Pada tanggal 22 Maret 2011 (pukul 14:00) pasien diputuskan untuk dilakukan terminasi
kehamilan pervaginam. Hal ini didasarkan pada hasil USG :
ICA SP 1,5 cm, aktivitas janin minimal
Pada kasus dilakukan terminasi kehamilan disebabkan keadaan oligohidramnion yang pada
kasus dapat menyebabkan prognosis janin yang kurang baik. Bila kehamilan tetap
dipertahankan dengan keadaan oligohidramnion maka janin dapat mengalami kelainan
4

kongenital mayor, hipoplasia paru, dan amniotic band syndrome. Selain itu ketuban pecah
yang berkepanjangan dapat menyebabkan resiko inIeksi pada ibu, hal ini didukung oleh
hasil pemeriksaan hematologi ibu yang menggambarkan adanya leukositosis.
Terminasi kehamilan dilakukan dengan pemberian misoprostol 4x100 g per vaginam.
Misoprostol merupakan suatu analog metilester prostaglandin E1 yang dapat meningkatkan
kontraksi uterus, selain itu peningkatan prostaglandin dapat menyebabkan depolarisasi
kolagen sehingga mempercepat pematangan serviks.
10
Dalam pemberian Misoprostol,
pasien harus dinilai ulang setiap 6 jam.
. Setelah pemberian Misoprostol yang ke-5 pembukaan servik hanya 1 cm sehingga dosis
ditingkatkan menjadi 4x200 g per vaginam ditambah 4x100 g per oral (sekali pemberian
00 g ). Setelah 6 jam kemudian, pasien merasa mulesnya semakin sering, namun gerak
janin (-).
Maka pasien didiagnosis IUFD pada usia kehamilan 2 minggu berdasarkan:
O Ibu sudah tidak merasakan gerak janin
O DJJ dengan Doppler (-)
Kejadian IUFD pada kasus dapat disebabkan oleh adanya ketuban pecah dini dan
oligohidrmnion.
4. Tanggal 2 Maret 2011 pukul 21.00 WIB
Setelah didiagnosis IUFD, pasien ditatalaksana dengan induksi akselerasi dengan Oksitosin
5 IU/500 cc RL dimulai dengan 8 tetes/menit, dinaikkan sampai dengan his adekuat.
Pada kasus, oksitosin digunakan untuk meningkatkan kontraksi uterus.
5. jam setelah pemberian Oksitosin, ibu merasa ingin meneran. Hasil pemeriksaan Iisik
didapatkan kontraksi sudah adekuat x/10 menit lamanya 40 detik. Pada inspeksi tampak
plasenta menonjol. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan pembukaan lengkap dan teraba
plasenta. Maka dari hasil penilaian ini ibu dapat dipimpin untuk meneran. Maka pada
tanggal 24 Maret 2011 pukul 00.00 WIB lahir spontan janin perempuan, berat 500 gram.
Pada kasus, tingkat maserasi janin tidak diketahui.
5

6. Tanggal 24 Maret 2011


Pasien didiagnosis Abortus spontan. Hal ini kurang sesuai, karena deIinisi abortus spontan
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, yang
berlangsung tanpa tindakan.
10
Abortus spontan tidak didahului oleh Iaktor-Iaktor mekanik
atau pun medsinalis, semata-mata disebabkan oleh Iaktor-Iaktor alamiah.
2

Sedangkan pada kasus, pengeluaran hasil konsepsi dilakukan dengan cara induksi persalinan
menggunakan Misoprostol dan Oksitosin. Maka diagnosis yang sesuai adalah abortus
medisinalis, yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-
alat dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis) .
2

7. Penatalaksanaan pada kasus telah sesuai, terminasi kehamilan dengan melakukan induksi
menggunakan misoprostol kemudian dilanjutkan dengan oksitosin drip. untuk mengatasi
inIeksi (ditandai dengan peningkatan leukosit dalam darah) diberikan antibotik metronidazol
dan ceIotaxim.












6

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu persalinan. Pada kasus
terjadi KPD jenis PPROM yaitu pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan 7 minggu.
KPD yang terjadi pada kasus berdampak terjadinya oligohidramnion, kematian janin
dalam rahim, dan inIeksi pada ibu. Maka penatalaksanaan bagi pasien adalah melakukan
terminasi kehamilan dan pemberian antibiotik.
B. SARAN
Apabila ditemukan kasus serua dikemudian hari, yaitu ketuban pecah dini dalam waktu
yang lama disertai oligohidramnion maka dapat dilakukan penanganan yang lebih baik
lagi dengan mengingat Iaktor resiko inIeksi pada ibu.














7

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F Gary, Norman F. Gant, Kenneth J. Leveno,et all. Obstetri Williams;
Vol.1; Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
2. Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri; Jilid 1; Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 1998.
. http://emedicine.medscape.com/article/259165-overview#showall
4. www.scribd.com/doc/4810640/IUFD
5. Standar Pelayanan Medik, Kebidanan dan Penyakit Kandungan. RSPAD GATOT
SOEBROTO DITKESAD. Jakarta: Departemen onstetri dan Ginekologi RSPAD
GATOT SOEBROTO DITKESAD; 2008.
6. Wiknjosastro HaniIa, Abdul Bari SaiIudin, Trijatmo Rachimhadhi. Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.
7. http://www.mitrariset.com/2009/04/ketuban-pecah-dini.html
8. Moeloek Farid AnIasa, Laila Nuranna, Noroyono Wibowo, Sigit Purbadi. Standar
Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia; 2006.
9. Sarwono. Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2006.
10.Sarwono. Ilmu Kebidanan, Edisi keempat, . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
11.Situmorang Mulda F. Perbandingan eIektiIitas misoprostol per rektal dengan oksitosin
pada penatalaksanaan aktiI persalinan kala tiga. |Tesis|. Medan: Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK USU Medan: 2009.
12.http://emedicine.medscape.com/article/405914-overview#showall

Anda mungkin juga menyukai