Anda di halaman 1dari 16

Perlemakan Hati Akut pada Kehamilan

Martha Simona 112018030

Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952 Fax: 5631731, Jakarta 11510
Email : martha95simona@gmail.com
Abstrak

Perlemakan hati akut pada kehamilan atau Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP), adalah
kelainan maternal di mana terdapat akumulasi lemak pada mikrovesikuler hepatosit yang terjadi
pada trimester ketiga kehamilan. Penyakit ini terjadi pada 1 dari 13.000 kelahiran dan biasanya
lebih sering pada nulipara dengan fetus laki-laki atau kehamilan multifetus. Sekitar 70% pasien
datang dengan keluhan mual dan muntah, 50-80% mengeluhkan adanya nyeri kuadran kanan atas
nyeri epigastrik. Fetus dengan defisiensi LCHAD merupakan faktor resiko utama timbulnya
kelainan hati akut pada maternal. Metabolit hepatotoksik yang diproduksi oleh fetus atau plasenta,
menimbulkan kelainan hati pada ibu yang heterozigot berkombinasi dengan stres metabolik selama
trimester ketiga. Terapi suportif pada pasien AFLP seharusnya termasuk monitoring pada
perubahan yang progresif dari gagal hati, hipoglikemia dan koagulopati. Dengan diagnosis dini
dan terapi yang tepat, angka kematian ibu berkurang sampai 20%1, sedangkan angka kematian
bayi masih tinggi sekitar 50%.

Kata Kunci: Perlemakan hati, kehamilan, diagnosis

Abstract

Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP), is a maternal abnormality in which there is fat
accumulation in hepatocyte microvesicles that occurs in the third trimester of pregnancy. This
disease occurs in 1 in 13,000 births and is usually more common in nulliparous with male fetuses
or multifunctional pregnancies. About 70% of patients present with complaints of nausea and
vomiting, 50-80% complaining of right quadrant pain over epigastric pain. Fetuses with LCHAD
deficiency are the main risk factors for acute maternal liver abnormalities. Hepatotoxic
metabolites produced by the fetus or placenta, cause liver abnormalities in heterozygous mothers
in combination with metabolic stress during the third trimester. Supportive therapy in AFLP
patients should include monitoring for progressive changes in liver failure, hypoglycemia and

1
coagulopathy. With early diagnosis and appropriate therapy, the maternal mortality rate is
reduced to 20% 1, while the infant mortality rate is still high at around 50%.
Keyword: acute fatty liver, pregnancy, diagnosis

2
Pendahuluan

Acute fatty liver of pregnancy (AFLP) merupakan gangguan hati yang unik pada ibu hamil.
Pertama kali di uraikan pada tahun 1934 sebagai “yellow acute atrophy of the liver” dan telah
dianggap menjadi suatu penyakit klinik yang spesifik pada tahun 1940. AFLP tergolong jarang
terjadi, tetapi dapat menimbulkan gangguan yang berat pada kehamilan trisemester ketiga. Yang
secara signifikan mengakibatkan mortalitas perinatal dan maternal. AFLP dapat mengakibatkan
gagal hati dan ensephalopati, jika terjadi keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan kematian
janin maupun ibu. Gejala klinis yang didapatkan pada AFLP bervariasi dan komplikasi yang
ditimbulkan dapat tumpang tindih dengan HELLP sindrom (hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan penurunan trombosit).

Penyebab AFLP belum diketahui. Dengan kemajuan teknologi molekuler akhir-akhir ini
mengganggap bahwa AFLP merupakan akibat dari disfungsi mitokondria. Dari hasil studi ilmiah
akhir akhir ini mata rantai AFLP adalah gangguan oksidasi asam lemak yang secara klinis
berdampak pada ibu maupun janin. Infiltrasi yang difus pada hepar dapat menimbulkan suatu
proses nekrosis dan inflamasi.1,2Hasil temuan tentang kerusakan hepar disebabkan oleh defek pada
aktivitas dari long chain 3-hydroxyacyl coenzyme A dehydrogenase (LCHAD). Toksin yang
diproduksi dari asam lemak yang menyimpang dari metabolisme normal dapat mencetuskan
terjadinya AFLP. Zat toksin ini dapat berakumulasi pada janin maupun plasenta 3,4. Dari data yang
dilaporkan tahun 1940 umumnya berakibat fatal. Angka kematian ibu dengan AFLP rata-rata 12%.

Pada publikasi lama dilaporkan angka mortalitas yang tinggi berkisar 75 hingga 85%. Namun pada
akhir-akhir ini angka morbiditas dan mortalitas telah mengalami banyak penurunan dengan
pengenalan dan terapi yang cepat dan tepat.5 Acute fatty liver of pregnancy (AFLP) termasuk
jarang terjadi, angka kejadian antara 1 dalam 7000 dan 1 dalam 15000 populasi. Di Inggris angka
kejadian AFLP 1 kasus tiap 20.000 kelahiran, sedang studi kasus pada di luar Inggris diperkirakan
1 kasus dalam 4.000 hingga 16.000 kelahiran.5,6

Kebanyakan kasus AFLP terjadi selama trisemester ketiga, biasanya antara minggu ke30 dan 38
kehamilan, beberapa diantaranya tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas hingga setelah
melahirkan. Faktor resiko pada penderita AFLP tidak dapat dijelaskan secara pasti termasuk usia
ibu maupun etnis. AFLP lebih sering dijumpai pada kehamilan pertama meskipun juga dapat
dialami oleh ibu dengan riwayat kehamilan sebelumnya normal. Telah dilaporkan adanya

3
kekambuhan AFLP pada kehamilan berikutnya. Faktor resiko tambahan yang lain termasuk janin
laki-laki dan kehamilan ganda.5

Pembahasan

Definisi

Perlemakan hati akut pada kehamilan atau Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP), adalah
kelainan maternal di mana terdapat akumulasi lemak pada mikrovesikuler hepatosit yang terjadi
pada trimester ketiga kehamilan.1 Pertama kali dideskripsikan pada tahun 1934, sebagai “yellow
acute atrophy of the liver” atau “acute fatty metamorphosis” oleh Sheehan. Keadaan ini dapat
menyebabkan timbulnya gagal hati dan ensefalopati. Bila diagnosis terlambat ditegakkan, dapat
menimbulkan kematian bagi ibu dan fetus.2

Faal Hati pada Kehamilan Normal

Faal hati selama kehamilan normal dapat dikatakan tidak berubah. Karena pengaruh kenaikan
kadar estrogen, spider naevi dan eritema palmaris dapat ditemukan pada kira-kira 60% wanita
hamil normal, kebanyakan pada wanita hamil berkulit putih dan sedikit pada kulit berwarna. Kedua
perubahan ini akan menghilang dalam waktu 4–6 minggu setelah melahirkan. Hati yang normal
biasanya tidak teraba selama kehamilan. Hati yang teraba mungkin didasari karena penyakit hati
atau kegagalan jantung.2

Selama kehamilan kadar bilirubin serum biasanya normal, pada sebagian kecil wanita hamil
terdapat peningkatan bilirubin yang ringan, tetapi dengan kadar total kurang dari 2 mg%, hal ini
mungkin karena peningkatan metabolisme hemoglobin.

Etiologi

Dari hasil penemuan molekular yang terbaru menunjukkan adanya keterkaitan dengan disfungsi
mitokondria. Beberapa gambaran klinik dan patologi yang muncul, menyerupai kelainan
autosomal resesif yang diturunkan pada oksidasi asam lemak.3 Karena itu dicurigai bahwa
perlemakan hati pada kehamilan, merupakan hasil dari defek oksidasi ß asam lemak.

4
Epidemiologi

Penyakit ini terjadi pada 1 dari 13.000 kelahiran dan biasanya lebih sering pada nulipara dengan
fetus laki-laki atau kehamilan multifetus.2 Onset penyakit biasanya antara minggu ke 30-33
kehamilan. Meski pun jarang, pernah dilaporkan terjadi pada minggu ke 23 kehamilan.3 Perbedaan
usia, etnis mau pun letak geografis tidak memperlihatkan adanya perbedaan insidensi kejadian.
Namun keadaan gemeli diketahui mempunyai resiko lebih besar.6

Patofisiologi

Penyakit ini berkaitan erat dengan disfungsi mitokondria, di mana terdapat defisiensi enzim Long-
Chain 3-Hydroxyacyl-CoA Dehydrogenase (LCHAD) pada fetus sehingga menyebabkan
gangguan pada oksidasi ß asam lemak di mitokondria.3

a) Oksidasi ß Asam Lemak di Mitokondria

Oksidasi ß asam lemak di mitokondria merupakan proses kompleks, yang meliputi jalur transpor
multipel dan 4 reaksi enzimatik. Proses diawali dengan tranpor asam lemak rantai panjang
melewati membran plasma, untuk mengalami esterifikasi oleh koenzim A. Lalu, di matriks
mitokondria mengalami 4 proses reaksi oksidasi, yang dikatalisasi oleh berbagai macam enzim:

1. Reaksi acyl-CoA dehydrogenase yang dikatalisasi oleh Very Long-, Long-, Medium-, dan
Short Chain Acyl-Co-A Dehydrogenase (VLCAD, LCAD, MCAD, dan SCAD).
2. Penambahan molekul air ke dalam ikatan ganda yang dikatalisis oleh enzim Long- dan
Short-Chain 2,3-Enoyl-Coa Hydratase (LCEH dan SCEH).
3. Proses oksidasi untuk menghasilkan 3-Ketoacyl-CoA yang dikatalisis oleh enzim Long-
dan Short-Chain 3-Hydroxyacyl-Coa Dehydrogenase (LCHAD dan SCHAD).
4. Katalisasi oleh enzim Long-, Medium-, dan Short-Chain 3-Ketoacyl-Coa Thiolase (LKAT,
MKAT, dan SKAT) sehingga terjadi pemendekan substrat acyl-CoA.7

Selanjutnya substrat acyl-CoA tersebut kembali memasuki siklus enzimatik seperti di atas, sampai
mengalami pemecahan sempurna. Hasilnya dapat digunakan untuk ketogenesis, pembentukan
steroid, dan substrat untuk asam trikarboksilat. LCHAD merupakan bagian dari kompleks enzim
yang disebut Mitochondrial Trifunctional Protein (MTP) yang terkait membran mitokondria

5
internal. MTP dikenal sebagai Trifungsional Protein (TFP) yang terdiri dari heterooktamer subunit
4α dan 4ß.

b) Kelainan Oksidasi Asam Lemak

Defek pada komplek MTP bersifat resesif diturunkan dan terkait dengan defisiensi LCHAD,
sehingga terjadi reduksi aktivitas tiolase dan hidratase. Beberapa jam atau beberapa bulan setelah
lahir, bayi dengan kelainan resesif ini mengalami hipoglikemi nonketotik dan ensefalopati
hepatikum, yang dapat berkembang menjadi koma dan kematian. Selain itu sering dijumpai
kelainan seperti kardiomiopati, neuropati perifer yang berkembang lambat, miopati skeletal, dan
kematian mendadak.

c) Hubungan antara Defek Trifungsional Protein pada Fetus dan Penyakit Hati Maternal

Beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara defek MTP pada fetus dan perlemakan hati
akut pada ibu. Shoeman dkk melaporkan adanya perlemakan hati akut berulang, dengan kelainan
oksidasi asam lemak pada bayi kembar yang keduanya meninggal dalam 6 bulan.5 Wilcken dkk
melaporkan, dari 11 kehamilan pada 5 orang ibu didapatkan 6 bayi menderita defisiensi LCHAD.6

Treem dkk melaporkan, bayi yang mengalami defisiensi LCHAD lahir dari ibu yang menderita
perlemakan hati akut selama kehamilan.7 Sebuah penelitian yang mengevaluasi genotipe fetus
dengan kehamilan, dari 83 kehamilan didapatkan 24 kehamilan terkait AFLP, sindroma HELLP,
mau pun preeklampsia berat, dan semua fetus yang menderita defisiensi LCHAD mengalami
mutasi G1528C baik pada satu atau kedua alel.7,8

Studi di atas membuktikan adanya hubungan yang kuat, antara perlemakan hati akut pada ibu
selama kehamilan dengan defisiensi LCHAD pada fetus. Karena itu direkomendasikan melakukan
konseling genetik dan pemeriksaan dini, pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
perlemakan hati akut untuk mengetahui mutasi pada G1528C. Deteksi dini memungkinkan untuk
dilakukan intervensi dini yang meliputi diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, dan subsitusi asam
lemak rantai panjang dengan asam lemak rantai medium.7

6
d) Hipotesis Hubungan antara Defisiensi LCHAD pada Fetus dan Perlemakan Hati Akut
pada Kehamilan

Terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam interaksi fetus dan maternal. Pertama, ibu yang
heterozigot dengan defek MTP mengalami penurunan kemampuan dalam mengoksidasi asam
lemak rantai panjang. Kedua, stres lingkungan selama kehamilan menimbulkan perubahan
metabolisme, peningkatan lipolisis, dan penurunan oksidasi ß. Keberadaan mutasi G1528C
berpotensi dihasilkannya metabolit Long Chain 3-Hydroxyacyl Fatty Acid yang hepatotoksik oleh
fetus dan plasenta. Metabolit tersebut terakumulasi di sirkulasi maternal.

Gambar 3. Fetus dengan defisiensi LCHAD (A) merupakan faktor resiko utama timbulnya
kelainan hati akut pada maternal. Metabolit hepatotoksik yang diproduksi oleh fetus atau plasenta,
menimbulkan kelainan hati pada ibu yang heterozigot berkombinasi dengan stres metabolik selama
trimester ketiga (B) dapat menimbulkan akumulasi metabolit toksik pada ibu yang heterozigot.7

Gejala Klinis

Kebanyakan wanita yang terdiagnosis dengan AFLP berada pada usia kehamilan 28-40 minggu.
Gejala klinisnya bervariasi dari ringan hingga berat dan berhubungan dengan gejala trimester
ketiga lainnya sehingga membuat sulit untuk didiagnosis lebih awal. Pasien biasanya disertai
dengan gejala non spesifik seperti anoreksia, mual, muntah, malaise, cepat lelah, pusing dan nyeri
abdomen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya pasien menderita demam dan pusing yang biasanya
terjadi pada 70 % kasus. Terkadang, pasien ini mengeluh nyeri perut kuadran kanan atas dan
epigastrik. Liver cenderung mengecil dan tidak teraba. Pada kasus yang lebih berat pasien bisa

7
mempunyai gejala yang berhubungan dengan kerusakan pada organ lain seperti pada gagal ginjal
akut, ensephalopaty, perdarahan gastrointestinal, pankreatitis dan koagulopati. Beberapa wanita
juga dapat memiliki gejala preeklamsia dengan edema dan hipertensi. Penyakit ini berhubungan
dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, HELLP Syndrome, preeclamsia, trombositopenia
prupuran. Terkadang walaupun jarang, dapat ditemukan juga diabetes insifidus.

Tabel 1. Gejala dan tanda dari acute fatty liver of pregnancy9

Gejala klinis Prevalensi (%)


Jaundice >70
Nyeri Perut (Kuadran kanan atas, midepigastric atau menjalar ke 50-60
punggung)
Gangguan istem saraf pusat (altered sensorium, meracau, 60-80
disorientation, psychosis, restlessness, seizures atau penurunan
kesadaran )
Disseminated intavaskular coagulopathy (DIC) 55
Mual dan muntah 50-60
Perdarahan gastrointestinal 20-60
Acute renal failure 50
Oliguria 40-60
Takikardia 50
Late-onset pyrexia 50

8
Gambar 1. Hasil laboratorium pasien AFLP9

Pasien dengan AFLP, sering ditemukan peningkatan leukosit (lebih besar dari 15x109/ L) namun
memiliki nilai hematokrit yang normal. Terkadang juga dapat disertai dengan hemolisis dan
trombositopenia. Nilai protrombin time dan tromboplastic time memanjang dan kadar fibrinogen
terkadang rendah. Terkadang juga dapat disertai keadaan disseminated intavaskular coagulopathy
(DIC). Kelainan pada liver dapat berupa, peningkatan serum transferase hingga kadar 300 U/L
sampai dengan 500 U/L. Peningkatan enzim hati ini juga dapat diikuti dengan peningkatan pada
serum, kadar asam amino, asam urat, hiperbilirubinemia dan hipoglikemia yang disebabkan oleh

9
proses glikolisis hepar yang terganggu. Alkalin phospatase juga dapat meningkat hingga 10 kali
dari normal. Kadar urea dan kreatinin darah juga dapat meningkat pada kasus yang disertai dengan
gagal ginjal.

Diagnosis

Hepatic Encephalopati merupakan gejala yang ditemukan pada periode akhir penyakit dan sering
merupakan petanda yang buruk pada AFLP. Pada studi kasus, diagnosis AFLP yang ditegakkan
sebelum melahirkan hanya 36% kasus.5

1. Anamnesis

Sekitar 70% pasien datang dengan keluhan mual dan muntah, 50-80% mengeluhkan adanya nyeri
kuadran kanan atas nyeri epigastrik. Selain itu didapatkan gejala seperti malaise, anoreksia dan
sakit kepala.

2. Pemeriksaan Fisik

Didapatkan pasien disertai demam dengan hipertensi ringan dan adanya udem perifer dan jaundice
serta nyeri perut ( regio epigastrik atau kuadran kanan atas).7

Perdarahan yang banyak seringkali terjadi terutama bila terjadi komplikasi selama proses
persalinan, misalnya atonia uteri, seksio cesaria, atau cidera pada traktus genitalia.

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Peningkatan alkali fosfatase, amonia, bilirubin ( biasanya 3-15 mg/dL), transaminasie
(biasanya < 500u/mL kecuali adanya tanda kolaps kardiovaskular dan hipoperfusi
hepar).
b) Penurunan aktivitas antirombin III ( < 20%), fibrinogen, faktor pembekuan, glukosa.2,7
Peningkatan enzim liver
c) Peningkatan BUN, kreatinin, proteinuria, natrium (jika diabetes insipidus) asam urat,
urobilinogen. Penurunan klirens kreatinin, natrium urine
d) Peningkatan morfologi darah tepi skitosit, normoblast, giant platelet), produk
pemecahan fibrin, protrombine tiime, partial protrombine time, angka leukosit (
>15.000). Penurunan hemoglobin/hematokrit.

10
e) Biopsi liver jarang dilakukan dalam diagnosis oleh karena dengan didapatkanya gejala
dan tanda klinis yang ada dianggap cukup untuk memisahkan dari kemungkinan
diagnose yang lain kecuali pre eklampsia. Hasil temuan biopsi yang menunjukkan
adanya AFLP pada pre eklampsia tidak merubah tatalaksana terapi. Selanjutnya biopsi
seharusnya tidak dikerjakan bila didapati adanya koagulopati.
f) Gambaran histologi dicirikan adanya perlemakan hati mikrovesikuler, dengan
pewarnaan Oil Red O didapat adanya vesikel-vesikel di sitoplasma sebagai hasil infitrasi
lemak mikrovesikuler.

Gambar 2. Perlemakan hati mikrovesikuler (tanda panah)8


g) Gambaran USG abdomen dari fatty liver menunjukkan echoparenkim hepar yang
meningkat (hepar terlihat lebih gelap), dan dari sini bisa di tentukan derajat keparahan
dari fatty liver.

Diagnosis Banding

Sekitar 50% pasien dengan AFLP memiliki tanda yang menyerupai pre eklampsia dengan atau
tanpa HELLP sindroma (hemolisis, peningkatan enzyme liver, trombositopenia). Karateristik
AFLP meliputi adanya gejala prodromal yang tidak spesifik, mual, muntah, nyeri epigastrium,
diikuti jaundice, gagal hati, koagulopati, encephalopathy, atau koma , gagal ginjal akut dan

11
hipoglikemia yang berulang. Pankreatitis merupakan komplikasi yang mematikan pada AFLP,
yang sering timbul setelah gagal ginjal dan hepar.9

Pre eklampsia dan HELLP sindrom adalah keadaan yang sering menjadi dignosa banding bagi
AFLP. Tanda utama yang sering ditemui termasuk peningkatan transaminase, trombositopenia dan
peningkatan creatinin serum. Gejala tambahan yang lain termasuk proteinuria, dan hipertensi
sering pada AFLP, seperti pada pre eklampsia dan HELLP sindrom. Hal yang penting bahwa
persalinan merupakan bagian dari penatalaksanaan terapi pada keduanya baik AFLP maupun pre
eklampsia/ HELLP sindrom. Pasien akan tampak kuning/ jaundice bila bilirubin meningkat hingga
2 sampai 3 mg/dL, merupakan tanda khas dari AFLP, tetapi biasanya tidak dialami pada pre
eklampsia/HELLP sindrom.

Tanda khas AFLP yang lain termasuk adanya kenaikan prothrombin time , dimana prothrombin
time dan level fibrinogen biasanya normal pada pre eklampsia/HELLP, kecuali bila terjadi
abruptio plasenta atau fetal death yang dapat menimbulkan DIC. Hipoglikemia , umumnya dialami
penderita AFLP, yang tidak didapatkan pada pre eklampsia/HELLP.8 Penampakan klinis yang
mirip pada AFLP dan hepatitis virus, termasuk malaise, mual, muntah, dan rasa nyeri pada perut
bagian kanan atas. Pada hepatitis virus akut secara khusus berhubungan dengan peningkatan
transaminase melebihi AFLP, biasanya bisa lebih dari 1000 U/L. Juga tidak dijumpai adanya
hipertensi dan proteinuria.

Faktor resiko biasanya dapat di identifikasi pada hepatitits, termasuk paparan obat. Akhirnya,
hepatitis tidak dipredileksikan secara khusus pada trisemester ketiga pada kehamilan.8

Tatalaksana

Wanita yang telah diduga mengalami AFLP seharusnya mendapat perawatan di ruang intensif
untuk mendapatkan penatalaksanaan supportif yang komprehensif, sekaligus mempersiapkan
persalinan. Pada beberapa publikasi dilaporkan adanya perbaikan outcome ketika persalinan dapat
disegerakan. Pada banyak kasus perbaikan klinis dan perbaikan laboratoris didapatkan pada hari
kedua setelah melahirkan. Belum ada laporan kasus yang mempublikasikan adanya perbaikan
AFLP sebelum persalinan 5. Terapi suportif pada pasien AFLP seharusnya termasuk monitoring
pada perubahan yang progresif dari gagal hati, hipoglikemia dan koagulopati.10

12
Pencegahan dari perburukan hipoglikemia dan usaha untuk menurunkan buangan nintrogenous
yang merupakan hasil produksi endogen dapat dicapai dengan memberikan 2000 – 2500 kalori
per hari. Sebagian besar pasien memerlukan cairan yang mengandung lebih dari 5% dekstrose,
kadang-kadang sampai 25%, yang diberikan melalui intravena atau naso gastric tube.5 Untuk
menurunkan produksi buangan nitrogenous selanjutnya dapat dilakukan dengan menghentikan
intake protein pada fase akut penyakit. Bila sudah terjadi perbaikan klinis , intake protein dapat
diberikan secara bertahap. Dengan sedikit pengecualian, beberapa obat yang memerlukan
metabolisme di hati sebaiknya tidak diberikan pada pasien.

Pengosongan kolon seharusnya dapat difasilitasi melalui penggunaan enema dan atau magnesium
sitrat; produksi ammonia oleh bakteri intestinal dapat ditekan dengan pemberian neomycin 6
hingga 12 gram oral tiap hari. Tranfusi tukar, hemodialisa, plasmapharesis, dan kortikosteroid
dapat digunakan untuk mengobati gagal hati fulminan dan sebaiknya difikirkan pada kasus yang
tidak respon pada manajemen tradisional.

Keberhasilan transplantasi hati telah dilaporkan pada AFLP yang mengalami perburukan
meskipun telah diberikan terapi suportif yang sesuai. Walaupun demikian, karena perubahan
patofisiologi pada AFLP bersifat reversible, transplantasi tidak dianggap sesuai pada semua kasus
kecuali sangat berat. Gangguan koagulasi ringan tidak memerlukan koreksi bila persalinan dapat
dilakukan seorang ahli dengan manipulasi yang atraumatik yang tidak menimbulkan suatu
permasalahan perdarahan klinis.11

Walaupun demikian bila didapatkan komplikasi perdarahan atau jika ada kemungkinan dilakukan
tindakan pembedahan, gangguan koagulasi sebaiknya di koreksi dengan platelet, fresh frozen
plasma, atau cryoprecipitate. Keberhasilan penggunaan antithrombin dan faktor VII juga telah
dilaporkan. Angka morbiditas dari potensial masalah komplikasi yang lain dapat dicegah dengan
terapi profilaksis dan pengawasan yang hati-hati.

Penggunaan antibiotic spektrum luas dapat menurunkan insiden infeksi. Pemberian profilaksis
berupa antasida dan H2 bloking agen dapat menurunkan resiko terjadinya perdarahan
gastrointestinal.5 Pada kasus yang berat seharusnya mendapat penatalaksanaan di ICU dimana
dapat dilakukan observasi oleh tim dari multidisiplin yang berkaitan, adanya kegagalan
multisistem seringkali membutuhkan bantuan ventilasi dan dialisis. Monitoring koagulasi secara

13
ketat dengan koreksi yang agresif pada keadaan koagulopati dengan pemberian faktor koagulasi
yang sesuai.

Sejumlah besar volume glukosa 50% dapat diberikan untuk koreksi hypoglikemia. Seperti pada
pre eklampsia, balans cairan harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada kondisi gangguan
fungsi ginjal dan udem paru sebagai bagian dari komplikasi AFLP. Beberapa poin penting pada
manajemen AFLP adalah koreksi perburukan gangguan koagulasi, monitoring dan terapi
hipoglikemia, balans cairan yang ketat, dan proses persalinan sesegera mungkin.10

Prognosis

Sebanyak 60% pasien mengalami koma hepatikum dan 55% pasien mengalami koagulopati yang
berat, disertai gagal ginjal.3 Sebelum tahun 1980, angka kematian ibu dan anak yang terkait
penyakit ini sekitar 85%. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, angka kematian
ibu berkurang sampai 20%1, sedangkan angka kematian bayi masih tinggi sekitar 50%.3
Umumnya, perbaikan terjadi pada minggu ke 1-4 post partum, ditandai adanya perbaikan klinis
dan gambaran histologi hati yang kembali normal. Penyakit ini dapat rekuren pada beberapa
kasus.5

14
Kesimpulan

Perlemakan hati akut pada kehamilan merupakan penyakit serius pada ibu hamil, dengan etiologi
dan patogenesis yang belum dapat dipahami sepenuhnya. Beberapa bukti studi terbaru
menunjukkan adanya interaksi antara defisiensi LCHAD pada fetus dengan angka kejadian
perlemakan hati akut pada maternal. Konseling genetik dan deteksi dini adanya defisiensi LCHAD
pada fetus yang dilahirkan oleh ibu yang menderita perlemakan hati akut selama hamil,
memungkinkan dilakukannya intervensi dini untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
pada bayi.

15
Daftar Pustaka

1. Knox TA, Olans LB. Liver disease in pregnancy. N Engl J Med 1996; 335:569-575

2. Ibdah A. Acute fatty liver of pregnancy: An update of pathogenesis and clinical


implications. World J Gastroenterology 2006;12(46):7397-7404

3. Massoud A, Bayoumy K. Common liver disorders with pregnancy. ASJOG 2004; vol
1:138-143

4. Knight M, Nelson-Piercy C, Kurinczuk JJ, Spark P, Brocklehurst P. A prospective national


study of acute fatty liver of pregnancy in the UK. Gut. 2008.
Doi:10.1136/gut.2008.148676

5. Schoeman MN, Batey RG, Wilcken B. Recurrent acute fatty liver of pregnancy associated
with a fatty-acid oxidation defect in the offspring. Gastroenterology 1991;100:544-548

6. Saravanan PA. Acute Fatty Liver Of Pregnancy. In The Indian Anesthetists Forum (www.
theiaforum.org). 2008

7. Froelich M, Reid RW. Liver Disease. In Obstetrics Anesthesia Principles and Practice
edited by Ceznuts. 4th edition. 2009. Mosby Elsevier Philadelphia; Page 1015

8. Nulty J. Acute Fatty Liver Of Pregnancy. In Obstetric Intensive Care Manual. 3rd edition.
2011. McGraw Hill Companies; Page 183-189

9. Wilcken B, Leung K-C, Hammond J, Kamath R, Leonard JV. Pregnancy and fetal long-
chain 3-hydroxyacyl coenzyme A dehydrogenase deficiency. Lancet
1993;341:407-408

10. Treem WR, Rinaldo P, Hale DE. Acute fatty liver of pregnancy and long-chain 3-
hydroxyacyl-coenzyme A dehydrogenase deficiency. Hepatology 1994;19:339-345

11. Riely, CA. Liver disease in the pregnant patient. American College of Gastroenterology.
Am J Gastroenterol 1999; 94:1728

16

Anda mungkin juga menyukai