Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MATERNITAS

KEHAMILAN ETROPIK TERGANGGU

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Arles Gusti Sukma Aulia (14.401.15.013)


2. Bagas Amang Simon S (14.401.15.014)
3. Bagus Adi Sucipto (14.401.15.015)
4. Bayu Dahroni (14.401.15.016)
5. Cahya Wulandari (14.401.15.017)
6. Catur Oktaviani (14.401.15.018)
7. Cholbi Haswada (14.401.15.019)
8. Dayu Ageng Safitri (14.401.15.021)
9. Desi Indah Wahyuni (14.401.15.023)
10. Desy Erlyanti Putri (14.401.15.024)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2017

1
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufiq dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Kehamilan Etropik Terganggu dengan baik. Makalah ini,
dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Ibu Maulida . S. Kep., Ns., MPH dan anggota kelompok yang telah membantu
untuk pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal
isi maupun penulisannya kurang sempurna, kiranya sangatlah membantu
penyempurnaan makalah ini dengan memberi masukan, saran serta kritikan yang
jelasnya mendukung.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi KET ........................................................................................ 6
B. Etiologi KET ........................................................................................ 7
C. Patofisiologi KET ................................................................................ 8
D. Tanda dan Gejala KET ......................................................................... 9
E. Komplikasi KET .................................................................................. 11
F. Pemeriksaan Penunjang KET ............................................................... 11
G. Penatalaksanaan KET........................................................................... 13
H. Asuhan Keperawatan KET ................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................ 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan
terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian
antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan
aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung
lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan
vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur
organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika
tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu,
adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan
sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin
berlipat ganda.

B. Rumusan masalah
1. Apakah Pengertian dari KET ?
2. Apakah Etiologi terjadinya KET ?
3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya KET ?

4
4. Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya KET ?
5. Bagaimana Komplikasi dari KET ?
6. Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari KET ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari KET ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET ?

C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET
2. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
4. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi
klinik) terjadinya KET
5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari KET
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan KET
8. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan
KET

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi KET

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar


rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi
di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar


rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat


kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa
misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk
rudimenter rahim.

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi


di luar endometrium kavum uteri.

6
B. Etiologi KET
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal
ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi
telur yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen
tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi
laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian
ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu

7
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

C. Patofisiologi KET
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang
terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau
interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung
atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari
lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-
kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu;
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek,
endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada
endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi,
lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui
mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi
Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi
kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan

8
yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus
disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara
6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan
antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila
pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui
ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan
tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi
pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya
ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih
lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan
trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.

D. Tanda-dan gejala KET


Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting
atau perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.

9
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel
desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan
peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
1. Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh
hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil
dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.
2. Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi
(nyeri digoyang)
3. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
4. Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba
yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga
perut.
Gejala:
1. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,
terlokalisasi atau tersebar.

10
2. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya
sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang
memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

E. Komplikasi KET
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana.
Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi
kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC,
dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter,
dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.

F. Pemeriksaan Penunjang KET


1. Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada
perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan.

11
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga
menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga
perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia,
tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah
24 jam.
4. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya
perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan
kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah
leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk
pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif.
Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin
menurun dan menyebabkan tes negative.
5. Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam
membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
6. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik.
Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat
pada 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini
masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterine pada kasus uternus bikornis.
7. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan
bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus,
ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah

12
dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

G. Penatalaksanaan KET
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada
bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi
sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi
konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga
abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat
dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di
kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan
dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-
ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat
kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat
tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba
dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan
dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk
rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak
mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium
bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan
(5)
maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi .
Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang
sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi
pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan
melakukan terapi konservatif

13
H. Asuhan Keperawatan KET
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah
Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini
atau tidak.
2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan
terapi dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa
penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering
terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S,
1999 ; 251).
3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat
tinggal klien apakahdekat atau jauh dari pelayanan
kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien
sehingga akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan
dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah
atau Rumah Sakit.
5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui
berapa kali klien mengalamikehamilan (KET) atau hanya
sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan.
6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari
dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko
terjadinya KET.
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan
perdarahanselain itu klien ammeorrhoe.
c. Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu
kemudiandisusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-

14
sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya
disertai adanya perdarahan pervagina :
1) Kadang disertai muntah
2) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3) Terkumpulnya darah di rongga perut :
a) Menegakkan dinding perut nyeri
b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien
pingsan
4) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok
hipovolemik (Cunningham, 2006)
d. Riwayat penyakit masa lalu
Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,
addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba
menyempit / membantu. Endometritis endometritis tidak baik
bagian nidasi
e. Status obstetri ginekologi
1) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 45
tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang
masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan
proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
3) Grade multi
4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan
IUD.
5) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau
yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi (Fadlun,
2011)
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2) Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat
menular padaistri dan dapat mengakibatkan infeksi pada
celvix.

15
g. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguankonsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau
ketakutan
h. Pola aktivitas sehari hari
1) Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang
terkumpul dirongga abdomen.
2) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap
konstipasiitu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus,
imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan
yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine
yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan
cairan yang kurang.
3) Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan
timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung
pada orang lain.
4) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi
akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum
Douglasi (Fadlun, 2011)
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan
umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock
berat dananemi (Prawiroharjo, 2006 ; 255)

16
2) Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo,
2006 ;155)
3) Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak
dapatdiidentifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara
pada KET, biasanya mengalami perubahan.
4) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan
bimanualditemukan tumor yang tidak begitu padat, nyeri
tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture
tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan
cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas
menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut
baik pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan
pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,2006 : 257).
5) Pemeriksaan genetalia
a) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada
pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya
perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya
sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
b) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan
genetaliadapat ditemukan adanya darah yang keluar
sedikit.
6) Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya
akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer
pada tangandan kaki.

17
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang
lebih banyak pada uterus.
b. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada
lokasi implantasi , perdarahan
c. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan
intraperitonial
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
perdarahan yang lebih banyak pada uterus
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama..x jam
diharapkan pasien mampu mendemonstrasikan perfusi yang
adekuat secara individual dengan KH:
1) Kulit hangat dan kering
2) Ada nadi perifer kuat
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Pasien sadar/berorientasi
5) Keseimbangan pemasukan/pengeluaran
6) Tak ada edema
Intervensi :
1) Awasi tanda vital, kaji pengisisn kapiler, warna kulit atau
membran mukosa dan dasar kuku.
2) Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi,
gangguan memori, bingung.
3) Catan keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh hangat sesuai indikasi
4) Kolaborasi :
a) Berikan SDM yang lengkap/packed, produk darah sesuai
indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi.
b) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

18
b. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture
pada lokasi implantasi sebagai efek dari tindakan
pembedahan
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama x jam diharapkan pasien
menunjukkan volume cairan yang adekuat dengan criteria hasil :
1) Tanda vital stabil
2) Nadi teraba
3) Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal
Intervensi :
1) Awasi tekanan darah dan frekuensi jantung
2) Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi umum
membran mukosa
3) Catat respon fisiologis individual pasien terhadap
perdarahan misalnya : perubahan mental, kelemahan, gelisa,
ansietas, pucat, berkeringat, tacipnea, peningkatan suhu.
4) Pertahankan pencatatan akurat sub total cairan / darah
selama terapi penggantian
5) Kolaborasi :
a) Berikan cairan Iv sesuai indikasi
b) Memberikan SDM, trombosit, dan factor pembekuan
c. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii,
perdarahan intraperitoneal
Tujuan :
Setelah dibserika askep selama.x jam pasien dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam
batas normal, tidak meringis
Intervensi :
1) Tentukan sifat, lokasi, dan dirasi nyeri. Kaji kontraksi
uterus, perdarahan, atau nyeri tekan abdomen
2) Kaji stress psikologi ibu atau pasangan dan respon
emosional terhadap kejadian.

19
3) Berikan lingkungan yang tenang dan aktifitas untuk
menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk
menggunakan metode relaksasi misalnya nafas dalam,
visualisasi distraksi dan jelaskan prosedur
4) Kolaborasi :
a) Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat
praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan
b) Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan
peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan
terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian
antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan
tindakan aborsi.

B. Saran
Penulisan makalah diatas, diharapkan pembaca dapat mengetahui
twntang kehamilan etropik terganggu , yang dapat membaghayakan janin
yang masih ada didala kandungan, dimana janin tidak berkembang
didalam uterus melainkan dituba falopii

21
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Fadlun & feryanto, ahmad.2011.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salema


Medika.
Cunningham, F.Gary.2006.Obstretri Williams.Edisi 21.Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai