Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KET POST DATE

Disusun Oleh :
1. BAYU NOVIANTORO
2. ESTIK FITRIANI
3. INDAH PRAISTIAWATI
4. FADILAH AGUSTIYANI
5. KUS TRIPANJI WICAKSONO
6. NURAINI HABIBAH
7. DIMAS DEPRI TAHIR
8. LU’LUUL JANNAH

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN KONVERSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya
angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara
tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

B. Rumusan Masalah
a.    Apakah Pengertian dari KET?
b.    Apakah Etiologi terjadinya KET?

2
c.    Bagaimana Patofisiologi terjadinya KET?
d.   Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya KET?
e.    bagaimana Komplikasi dari KET?
f.     Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari KET?
g.    Bagaimana Penatalaksanaan dari KET?
h.    Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET POST DATE)
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET POST DATE
2. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET POST
DATE
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET
POST DATE
4. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi
klinik) terjadinya KET POST DATE
5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari KET POST DATE
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET POST
DATE
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan KET POST DATE
8. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET
POST DATE

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar


rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi
di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis
servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
(Sarwono Prawiroharjho, 2005)

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar


rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat


kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa
misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk
rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD)

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi


di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)

4
B. Etiologi
1.    Faktor dalam lumen tuba
a.  Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b.  Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c.  Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2.    Faktor pada dinding tuba
a.    Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi
telur yang dibuahi dalam tuba.
b.    Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3.    Faktor diluar dinding tuba
a.   Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b.    Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen
tuba.
4.    Faktor lain
a.   Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi
ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi prematur.
b.    Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium,
sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam
rahim wanita).
5.    Bekas radang pada tuba
6.    Kelainan bawaan tuba
7.    Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal

5
8.    Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9.    Abortus buatan
10.  Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11.   Infeksi pasca abortus
12.   Apendisitis
13.     Infeksi pelvis
14.     Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)

C. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang
terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau
interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung
atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari
lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan
pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-
kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu;
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus
luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek,
endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada
endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi,
lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang

6
abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui
mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai
reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi
kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan
yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus
disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil
konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :
1.      Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati
karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.
2.      Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah
oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta
serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam
kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan
gejala-gejala menghilang.
3.      Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur
tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan
biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi

7
pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi
secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus
dan pemeriksaan vagina.

D. Pathway
(Terlampir)

E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari
ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita
dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri
abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik.

Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan


vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh,
fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga
ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama
saat inspirasi.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis,


pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur
kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal,
timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri
pada perabaan.

8
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti
nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang
mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung
hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.

Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara


tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien
dapat jatuh dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam menunjukkan
terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari
kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea
karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

Tanda dan gejala

Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau


spotting atau perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel
desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak
gembung.
10. Gangguan kencing : Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing
karena perangangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.

9
11. Pembesaran uterus : Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga
karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya
sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan
intrauterin yang sama umurnya.
12. Nyeri pada toucher : Terutama kalau cervix digerakkan atau pada
perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang)
13. Tumor dalam rongga panggul : Dalam rongga panggul teraba tumor
lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan
sekitarnya.
14. Perubahan darah : Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun
pada kehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang
banyak ke dalam rongga perut.

Gejala:

1. Nyeri : Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ,
terlokalisasi atau tersebar.
2. Perdarahan : Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan
nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada
umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
3. Amenorhea : Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik
yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan
menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil

10
F. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat
kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan
tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi
kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC,
dan kematian.

Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah


perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter,
dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik
belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita
mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas.
Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita
segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan
ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak
banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa
sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis,  maka pada tiap wanita dalam
masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau
kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat
diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic
seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan
anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-
kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian

11
bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam
terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.

1. Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada


perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.
2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan.
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga
menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga
perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia,
tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah
24 jam.
4. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya
perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan
kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat  diperhatikan jumlah
leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk
pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif.
Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin
menurun dan menyebabkan tes negative.

12
5. Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui
apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam
membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Tekniknya :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior
tampak
d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan
e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya
disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang
dikeluarkan merupakan :
f. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
g. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku,
atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan
adanya hematokel retrouterina.
6. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik.
Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat
pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini
masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterine pada kasus uternus bikornis.
7. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir
untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan
bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus,

13
ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah
dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan,
tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.
H. Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya
terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi
sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi
konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga
abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat
dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di
kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan
dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-
ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat
kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat
tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba
dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan
dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk
rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit
bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak
mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium
bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan
(5)
maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi .
Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang
sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi
pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan
melakukan terapi konservatif

14
Asuhan Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik
atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi
dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa
penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada KET Post Dateerangan sering
terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya
dalam pemeriksaan kehamilan.
4) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan
tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali
klien mengalamikehamilan (KET POST DATE) atau hanya sakit karena
penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET POST
DATE.

15
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan
selain itu klien ammeorrhoe.

c. Riwayat penyakit sekarang


Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu
kemudiandisusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada
mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya
perdarahan pervagina :
1.      Kadang disertai muntah
2.      Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3.      Terkumpulnya darah di rongga perut :
a) Menegakkan dinding perut nyeri
b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik

d. Riwayat penyakit masa lalu


1. Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
2. Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi

e. Status obstetri ginekologi


1. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun,
berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan
anak.

16
2. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan
di petugas kesehatan atau di dukun
3. Grade multi
4. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

f. Riwayat kesehatan keluarga


1. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri
dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.

g. Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguankonsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau KET Post
Dateakutan

h. Pola aktivitas sehari – hari


1. Pola nutrisi
2. Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul
dirongga abdomen.
3. Eliminasi
4. Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri,
adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada
rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output

17
urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang
kurang.
5. Personal hygiene
6. Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul
nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
7. Pola aktivitas (istirahat tidur)
8. Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi
akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah
kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi
(Prawiroharjo, 1999 ; 255)
3. Pemeriksaan kepala dan leher
4. Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)
5. Pemeriksaan leher dan thorak
6. Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan
melalui leher dan thorax, Payudara pada KET POST DATE, biasanya
mengalami perubahan.
7. Pemeriksaan abdomen
8. Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus,
dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor
yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak

18
rata disamping uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada
repture tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan
bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah
yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun
padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999,
hal 257).
9. Pemeriksaan genetalia
a. Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia
eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina.
Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah
kehitaman.
b. Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan
genetaliadapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.
10. Pemeriksaan ekstremitas
11. Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin
akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.

2.Diagnosa
1. Perubahan perfusi jaringan b.d perdarahan yang lebih banyak pada
uterus.
2. Defisit volume cairan b.d rupture pada lokasi implantasi , perdarahan
3. Nyeri b.d rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
4. Risiko infeksi b.d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
5. Duka cita b.d kematian janin
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumber-sumber informasi.

19
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1. Perubahan Setelah diberikan 1. Awasi tanda vital, 1. Memberikan
perfusi asuhan keperawatan kaji pengisisn informasi tentang
jaringan selama…..x jam kapiler, warna kulit derajat/keadekuatan
berhubungan diharapkan pasien atau membran perfusi jaringan dan
dengan mampu mukosa dan dasar membantu
perdarahan mendemonstrasikan kuku. menentukan
yang lebih perfusi yang adekuat 2. Kaji respon verbal kebutuhan intervensi.
banyak pada secara individual melambat, mudah 2. Dapat
uterus dengan KH: terangsang, agitasi, mengindikasikan
1. Kulit hangat dan gangguan memori, gangguan funsi
kering bingung. serebral karena
2. Ada nadi perifer 3. Catan keluhan rasa hipoksia atau
kuat dingin. Pertahankan defisiensi vitamin
3. Tanda vital suhu lingkungan dan B12
dalam batas tubuh hangat sesuai 3. Fase konstriksi
normal indikasi (organ vital)
4. Pasien 4. Kolaborasi : Berikan menurunkan sirkulasi
sadar/berorientas SDM yang perifer. Kenyamanan
i lengkap/packed, pasien atau
5. Keseimbangan produk darah sesuai kebutuhan rasa
pemasukan/peng indikasi. Awasi KET hangat harus
eluaran Post Dateat untuk seimbang dengan
6. Tak ada edema komplikasi tranfusi. kebutuhan untuk
5. Berikan oksigen menghindari panas
tambahan sesuai berlebihan pencetus

20
indikasi fasodilatasi
(penurunan perfusi
organ).
4. Meningkatkan jumlah
sel pembawa
oksigen ;
memperbaiki
defisiensi untuk
menurunkan risiko
perdarahan.
5. Memaksimalkan
transfer oksigen ke
jaringan.
2. Defisit Setelah diberikan 1. Awasi tekanan darah 1. Perubahan dapat
volume askep selama …x dan frekuensi menunjukkan efek
cairan yang jam diharapkan jantung hipovolemik
berhubungan pasien menunjukkan 2. Evaluasi turgor kulit, (perdarahan/dehidrasi
dengan volume cairan yang pengisian kapiler 2. Indicator langsung
rupture pada adekuat dengan dan kondisi umum status cairan/hidrasi
lokasi criteria hasil : membran mukosa 3. Simtomatologi dapat
implantasi 1. Tanda vital stabil 3. Catat respon berguna dalam
sebagai efek 2. Nadi teraba fisiologis individual mengukur berat/
dari tindakan 3. Haluaran urine, pasien terhadap lamanya episode
pembedahan berat jenis dan perdarahan misalnya perdarahan.
pH dalam batas : perubahan mental, Memburuknya gejala
normal kelemahan, gelisa, dapat menujukkan
ansietas, pucat, berlanjutnya
berkeringat, perdarahan atau tidak
tacipnea, adekuatnya

21
peningkatan suhu. penggantian cairan.
4. Pertahankan 4. Potensial kelebihan
pencatatan akurat tranfusi cairan
sub total cairan / khususnya bila
darah selama terapi volume tambahan
penggantian diberikan sebelum
5. Kolaborasi : Berikan tranfusi darah.
cairan Iv sesuai 5. Mempertahankan
indikasi keseimbangan
6. Memberikan SDM, cairan/elektrolit pada
trombosit, dan factor tak adanya
pembekuan pemasukan melalui
oral; menurunkan
risiko komplikasi
ginjal.
6. Memperbaiki/
menormalkan jumlah
SDM dan kapasitas
pembawa oksigen
untuk memperbaiki
anemi, berguna untuk
mencegah/ mengobati
perdarahan
3. Nyeri yang Setelah dibserika 1. Tentukan sifat, 1. Membantu dalam
berhubungan askep selama….x lokasi, dan dirasi mendiagnosis dan
dengan jam diharapkan nyeri. Kaji kontraksi menentukan tindakan
rupture tuba nyeri pasien hilang uterus, perdarahan, yang akan dilakukan.
fallopii, dengan KH: atau nyeri tekan KET Post
perdarahan 1. Nyeri hilang abdomen Dateidaknyamanan

22
intraperitonia 2. pasien dapat 2. Kaji stress psikologi dihubungkan dengan
l mendemonstrasi ibu atau pasangan aborsi spontan dan
kan teknik dan respon molahidatidosa
relaksasi, tanda- emosional terhadap karena kontraksi
tanda vital dalam kejadian. uterus yang mungkin
batas normal, 3. Berikan lingkungan diperberat oleh infuse
tidak meringis yang tenang dan oksitosin. Ruptur
aktifitas untuk kehamilan ektopik
menurunkan rasa mengakibatkan nyeri
nyeri. Instruksikan hebat karena
klien untuk hemoragi yang
menggunakan tersembunyi saat tuba
metode relaksasi fallopii rupture ke
misalnya nafas dalam abdomen.
dalam, visualisasi 2. Ansietas sebagai
distraksi dan respon terhadap
jelaskan prosedur. situasi darurat dapat
4. Kolaborasi : Berikan memperberat KET
narkotik atau Post
sedative berikut Dateidaknyamanan
obat-obat praoperatif karena sindrom KET
bila prosedur Post Dateegangan,
pembedahan KET Post Dateakutan
diindikasikan dan nyeri.
5. Siapkan untuk 3. Dapat membantu
prosedur bedah bila dalam menurunkan
terdapat indikasi tigkat nyeri dan
karenanya mereduksi

23
ketidaknyamanan
4. Meningkatkan
kenyamanan,
menurunkan risiko
komplikasi
pembedahan.
5. Tindakan terhadap
penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
4. Risiko Setelah dibserikan 1. Kaji adanya tanda- 1. Menentukan tindak
infeksi askep selama….x tanda infeksi lanjut intervensi
berhubungan jam, diharapkan 2. Ukur tanda-tanda 2. Untuk mendeteksi
dengan luka infeksi tidak terjai vital secara dini gejala
operasi dan dengan KH: 3. Observasi tanda- awal terjadinya
pemasangan           Dolor (-) tanda infeksi infeksi
alat-alat           Rubor (-) 4. Lakukan perawatan 3. Deteksi dini terhadap
perawatan           Tumor (-) luka dengan infeksi akan
          Kalor (-) menggunakan teknik mempermudah dalam
Fungsiolaesa (-) septik dan aseptik penanganan
5. Observasi luka insisi 4. Menurunkan
6. Kolaborasi: Berikan terjadinya resiko
antibiotik sesuai infeksi dan
indikasi penyebaran bakteri.
5. Memberikan deteksi
dini terhadap infeksi
dan perkembangan
luka
6. Mencegah terjadinya

24
infeksi
5. Duka cita Seteleh diberikan 1. Berikan lingkungan 1. Kemampuan
berhubungan askep selama …x yang terbuka dimana komunikasi terapiutik
dengan jam diharapkan pasien merasa bebas seperti aktif
kematian pasien menunjukkan untuk dapat mendengarkan, diam,
janin rasa pergerakan kea mendiskusikan selalu bersedia, dan
rah resolusi dari rasa perasaan dan pemahaman dapat
duka dan harapan masalah secara memberikan pasien
untuk masa depan realistis kesempatan untuk
2. Identifikasi rasa berbicara secara
duka (seperti bebas dan
penyangkalan, berhadapan dengan
marah, tawar perasaan/ kerugian
menawar, depresi, actual
dan penerimaan) 2. 2.Kecermatan akan
3. Identifikasi dan memberikan pilihan
solusi pemecahan intervensi yang
masalah untuk sesuai pada waktu
keberadaan respon- individu menghadapi
respon fisik rasa duka dslam
misalnya : makan, berbagai cara yang
tidur, tingkat berbeda
aktifitas, dan hasrat 3. Mungkin dibutuhkan
seksual tambahan bantuan
4. Dengarkan dengan untuk berhadapan
aktif pandangan dengan aspek-aspek
pasien dan selalu fisik dari rasa
sedia untuk berduka
membantu jika 4. Proses berduka tidak

25
diperlukan berjalan dalam cara
5. Kolaborasi : Rujuk yang teratur, tetapi
pada sumber-sember fluktuasinya dengan
lainnya misalnya berbagai aspek dari
konseling berbagai tingkat yang
psikoterapi sesuai muncul pada suatu
petunjuk. kesempatan atau pada
kesempatan yang
lain. Jika prosesnya
bersifat disfungsional
atau perpanjangan
intervensi yang lebih
agresif mungkin
dibutuhkan untuk
mepermudah proses
5. Mungkin dibutuhkan
bantuan tambahan
untuk mengatasi rasa
duka membuat
rencana dan
menghadapi masa
depan.
6. Kurangnya Seteleh diberikan 1. Menjelaskan 1. Memberikan
pengetahuan askep selama …..x tindakan dan informasi,
yang jam pasien rasional yang menjelaskan
berhubungan berpartisipasi dalam ditentukan untuk kejelasan konsep
dengan proses belajar, kondisi hemoragi pemikiran ibu
kurang mengungkapkan 2. Berikan kesempatan mengenai prosedur
pemahaman dalam istilah bagi ibu untuk yang akan dilakukan

26
atau tidak sederhana mengenai mengajukan dan menurunkan
mengenal patofisiologi dan pertanyaan dan stress yang
sumber- implikasi klinis. mengungkapkan berhubungan dengan
sumber kesalahan konsep. prosedur yang
informasi. 3. Diskusikan diberikan
kemungkinan 2. 2.Memberikan
komplikasi jangka klarifikasi dari
pendek pada konsep yang salah,
ibu/janin dari identifikasi masalah-
keadaan perdarahan masalah dan
4. Tinjau ulang kesempatan untuk
komplikasi jangka memulai
panjang terhadap mengembangkan
situasi yang KET Post
memerlukan Daterampilan
evaluasi dan penyesuaian atau
tindakan tambahan koping.
3. 3.Memberikan
informasi tentang
kemungkinan
komplikasi dan
meningkatkan
harapan realitas dan
kerjasama dengan
aturan tindakan.
4. Ibu dengan
kehamilan ektopik
dapat memahami

27
kesulitan
mempertahankan
setelah pengankatan
tuba atau ovarium
yang sakit.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan
independen (mandiri) dan kolaborasi.

5. Evaluasi
Hari / No.
Evaluasi Paraf
Tanggal DX
1 1. Kulit pasien hangat dan kering
2. Ada nadi perifer kuat
3. Tanda vital dalam batas normal
4. Pasien sadar/berorientasi
5. Keseimbangan pemasukan/pengeluaran
6. Tak ada edema
2 1. Tanda vital stabil
2. Nadi teraba
3. Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam
batas normal
3 Nyeri hilang, pasien dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-
tanda vital dalam batas normal, tidak meringis

28
4           Dolor (-)
          Rubor (-)
          Tumor (-)
          Kalor (-)
Fungsiolaesa (-)
5 Pasien menunjukkan rasa pergerakan kea rah
resolusi dari rasa duka dan harapan untuk
masa depan
6 Pasien berpartisipasi dalam proses belajar,
mengungkapkan dalam istilah sederhana
mengenai patofisiologi dan implikasi klinis
penyakitnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang


dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.

29
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama
di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen,
maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan
ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit
radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine
Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang
memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi
perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan
meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia
yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media
Aesculapius FKUI

30
v  http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005

v  http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar


kandungan/page:1-4

v  Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi.


Bandung : FK UNPAD

v  Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

www.google.com

31

Anda mungkin juga menyukai