Anda di halaman 1dari 48

Konsep Asuhan Keperawatan

Pasien Usia Lanjut

Ns.SOBIRIN,S.Kep,MM
Proses Keperawatan
Lansia
• Assessment
• Nursing Diagnosis
• Intervention
• Implementation
• Evaluation
Askep Lansia di tatanan Klinis
(clinical area)

• Upaya perawat memberikan bantuan bagi usia


lanjut yang mengalami masalah kesehatan
• Bertujuanmemecahkan masalah kesehatan
klien dengan menggunakan pendekatan
proses Keperawatan
Pengkajian
• Pertimbangan Khusus pada pengkajian
penurunan seluruh fungsi tubuh (penglihatan,
pendengaran, kondisi ekstremitas atas dan
bawah, fungsi sistem perkemihan,dan status
nutrisi klien serta psikososial dan
lingkungannya)
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengkajian,
yaitu:
 ruang yang adekuat,

 kebisingan minimal,

 suhu cukup hangat,

 hindari cahaya langsung,

 posisi duduk yang nyaman,

 dekat dengan kamar mandi,

 privasi yang mutlak,

 bersikap sabar, relaks,

 tidak tergesagesa,

 beri kesempatan pada lansia untuk berpikir,

 waspada tanda-tanda keletihan


Pengkajian
• Mulut dan Gigi  gigi rusak,gusi atrophy, mulut
kering sehingga air liur mudah mengental.
Mukosa mulut mudah pecah  stomatitis
• Kulit gatal-gatal, kulit kering dan mudah
terluka
• Ekstremitas atas dan bawah kulit kaki dan
tangan kering, terjadi penebalan pada daerah
yang tertekan, beberapa bagian kulit bahkan
menipis, kulit terkelupas, pecah-pecah dan
mudah tergores. Selain itu terkjadi berbagai
kelainan kuku seperti lapisan tanduk, yang
semakin mengeras
Pengkajian
• Mobilitas  kemampuan beraktifitas
• Eliminasi Konstipasi, inkontinensia urin dan
fekal, diare.
– Hal-hal yang dikaji  frekuensi dan pola defekasi,
penggunaan laxative,pola diet, masukan dan
keluaran cairan, aktiftas klien, integritas kulit
sekitar anus
• Penglihatan  Kehilangan ketajaman
penglihatan, glaukoma dan katarak.
INDEKS ADL’S BARTHEL
No Aktivitas Kemampuan Skor
1 Transfer (tidur Duduk) Mandiri 3
Dibatu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tak Mampu 0
2 Mobilisasi (3berjalan) Mandiri 3
Dibantu satu orang/walker 2
Dengan kursi roda 1
Tak Mampu 0
3 Penggunaan toilet (pergi ke/dr WC, melepas/mengenakan celana, Mandiri 2
menyekadan menyiram Perlu pertolongan 1
Tergantung orang lain 0
4 Membersihkan diri (lap muka,sisir rambut, sikat gigi) Mandiri 1
Perlu pertolongan orang lain 0
5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
6 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
7 Mandiri Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
8 Berpakaian Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Makan Mandiri 2
Perlu pertolongan memotong 1
Tergantung pertolongan orla 0
10 Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tak mampu 0

20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = ketergantungan sedang
5-8 = ketergantungan berat
0-4 = ketergantungan total
Pengkajian
• Pengengaran Penurunan fungsi
pendengaran
• Jantung dan pembuluh darah Peningkatan
tekanan darah (HT), gagal jantung
• Pernapasan Pneumonia dan PPOMkaji
kemampuan batuk, dan mengeluarkan
dahak,mudah lelah, lemah, berat badan
menurun, dan tidak nafsu makan
Pengkajian
• Endokrine  Diabetes dan penyakit tiroid  kaji
BB, nafsu makan, toleransi terhadap panas
dingin, pola BAK dan aktifitas
• Nyeri skala nyeri, menangis,mengerang,agitasi
dan kelemahan fisik
• Depresi sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan
pesimis, sulit tidur, kehilangan BB, hilangnya
minat melakukan aktifitas
• Demensia Gangguan berbahasa, kehilangan
daya ingat
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS
QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Skore Pertanyaan Jawaban

+ - No

+ 1 Tanggal berapa hari ini ? 30

+ 2 Hari apa sekarang ini ? Rabu

+ 3 Apa nama tempat ini ? Mawar, Panti Lansia Budi Agung Kupang

+ 4 Berapa nomor telepon anda ? -


a. Dimana alamat anda ? ( tanyakan bila
tidak memiliki telepon)

+ 5 Berapa umur anda ? Tidak tahu

+ 6 Kapan anda lahir ? Tidak tahu

- 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Tidak tahu

_ 8 Siapa presiden sebelumnya ? Tidak tahu

+ 9 Siapa nama kecil ibu anda ? Martina

+ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 17, 14, 11, 8, 5, 2, tidak ada
setiap angka baru semua secara menurun

8 2 10 Jumlah kesalahan total 4

Keterangan
• Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh Kerusakan
• Kesalahan 3-4 intelektual ringan Kerusakan
• Kesalahan 5-6 Intelektual sedang
• Kesalahan 7-10 Kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalaham subyek, dengan kriteria pendidikan yang sama (Dari Pfeiffer E (1975)
Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik

Katagori Diagnosis Keperawatan


1. Diagnosis keperawatan aktual
2. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi
3. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Contoh :
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi,

2) Kesiapan meningkatkan komunikasi,

3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan


pembuatan keputusan,
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan

4) Kesiapan meningkatkan religiusitas.


4. Diagnosis keperawatan sindrom
Adalah clinical judgement yang menggambarkan
suatu kelompok diagnosis keperawatan yang
terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama
dan melalui intervensi yang sama
Contoh:
1) Sindrom kelelahan lansia,
2) Sindrom tidak berguna,
3) Sindrom post trauma,
4) Sindrom kekerasan.
Diangosa Keperawatan
• Gangguan Mobilitas fisik
• Gangguan pemenuhan kebutuhan sehar-hari: toileting,
makan, minum,kebersihan diri, dan rekreasi
• Gangguan eliminasi urine dan fekal
• Gangguan persepsi sensori
• Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Intoleransi aktifitas
• Tidak efektifnya pola napas
• Nyeri
• Gangguan proses berpikir
• Gangguan pola tidur
Prioritas Masalah Keperawatan

A. Berdasarkan tingkat kegawatan


Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan
(mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi oleh
prinsip pertolongan pertama, dengan membagi
beberapa prioritas yaitu
1.prioritas tinggi,
2.prioritas sedang
3.dan prioritas rendah.
B. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis yang
akan direncanakan berdasarkan kebutuhan,
diantaranya kebutuhan
1. fisiologis

2. keselamatan dan keamanan,

3. mencintai dan memiliki,

4. harga diri

5. dan aktualisasi diri


Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Di Harapkan

A. Tujuan
merupakan hasil yang ingin dicapai untuk
mengatasi masalah diagnosis keperawatan, dengan
kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria hasil
(hasil yang diharapkan) yang mempunyai komponen
sebagai berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk
menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
B. Kriteria hasil (hasil yang diharapkan)
merupakan standard evaluasi yang merupakan
gambaran faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai
Contoh:
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pada lansia teratasi dengan kriteria hasil berat
badan seimbang, porsi makan habis; setelah
dilaksanakan asuhan keperawatan selama 7
hari,
Rencana Tindakan

 Setelah menetapkan tujuan, kegiatan


berikutnya adalah menyusun rencana
tindakan.
 Berikut ini dijelaskan rencana tindakan
beberapa masalah keperawatan yang lazim
terjadi pada lansia.
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah
penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap,
rasa penuh pada perut dan susah buang air besar,
otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia :
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang
dibutuhkan,
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu
asin,
3) Berikan makanan yang mengandung serat,
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
5) Batasi minum kopi dan teh.
b. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia :
Penyebab kecelakaan pada lansia :
1) Fleksibilitas kaki yang berkurang.
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran
menurun.
3) Pencahayaan yang berkurang.
4) Lantai licin dan tidak rata.
5) Tangga tidak ada pengaman.
6) Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
Tindakan mencegah kecelakaan :
1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk
meningkatkan keselamatan.
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika
tidur.
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih
klien untuk menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia
yang menggunakan obat penenang/deuretik.
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau
melakukan sesuatu.
7) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
8) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau.
lanjutan

9) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara


penggunaannya.
10) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
11) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia
menempatkan alat-alat yang biasa digunakannya.
12) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
13) Pasang pegangan dikamar mandi/WC
14) Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya
gunakan lampu 70-100 watt.
15) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia
untuk memejamkan mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia
adalah :
1) Penurunan daya ingat,
2) Kurangnya motivasi,
3) Kelemahan dan ketidak mampuan fisik.

Rencana tindakan untuk kebersihan diri, antara lain :


1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri,
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak
yang mengandung minyak atau berikan skin lotion
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata,
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku.
d. Gangguan istirahat tidur
Rencana tindakannya, antara lain :
1) Sediakan tempat tidur yang nyaman,
2) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-
hari,
3) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup,
bebas dari bau-bauan,
4) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk
memperlancar sirkulasi darah dan melenturkan
otot (dapat disesuaikan dengan hobi),
5) Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya
susu hangat.
Perencanaan Tindakan
Keperawatan
• Prinsip tindakan keperawatan Lansia :
– Continuum of Care  Kerjasama tim perawatan,
dokter dan ahli gizi
– Rehabilitasi  Discharge planning
– Kemandirian  memberikan fasiltas pada klien
utk menolong diri, dan motivasi
– Long-Term Care
– Home Based Care perawatan di rumah
terutama kesiapan keluarga, perawat perlu
mengidentifikasi masalah kesehatan klien
Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan
• Tindak Lanjut operasional dari rencana
tindakan yang telah dirancang sebelumnya
• Tindakan bantuan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, pemberian oksigen, perawatan
kebersihan diri, melakukan mobilisasi,
mengorientasi klien terhadap tempat,waktu
dan orang
Evaluasi Keperawatan Gerontik
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir
dari proses keperawatan gerontik.
Penilaian yang dilakukan dengan membandingkan
Kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan pada
rencana.
Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan
dengan melibatkan lansia dan tenaga kesehatan
lainnya.
menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986,
dalam Craven & Hirnle, 2003),Evaluasi terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan
tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan
kerja perawat, dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi
proses mencakup jenis informasi yang didapat
pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik,
validasi dari perumusan diagnosa
keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan
fungsi klien. Respons perilaku lansia merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil
Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Hasil evaluasi yang
menentukan apakah masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi, adalah dengan
cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-
Objektive-Assesment-Planning) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan
Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan
makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula
BB=51 kg menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan
ASKEP PADA LANSIA DENGAN
PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Menjadi tua tidak berarti mundur secara
psikologis. Daya ingat memang berkurang, sebab
orang lebih memperhatikan hal-hal penting,
sedangkan yang kurang penting tidak diingat.
Di luar negeri pernah diadakan percobaan
mendirikan universitas yang menerima
mahasiswa yang sudah berusia lanjut. Ternyata
banyak orang yang berusia lanjut yang berhasil.
Semangat belajar mereka lebih besar daripada
orang orang muda. Hal ini disebabkan mereka
mempunyai pengalaman hidup yang lebih
banyak dibandingkan dengan yang muda.
Beberapa masalah sosial dan psikologi yang
dihadapi
pada usia lanjut antara lain :
a. Pensiun
Idealnya, masa pensiun merupakan waktu untuk
menikmati hal lain dalam hidup ini, menjadi
santai, melaksanakan cita-cita berkelana, aktif
dalam bidang sosial dan filsafat. Tetapi kadang-
kadang dalam kenyataannya pensiun sering
diartikan sebagai ”kehilangan” pekerjaan,
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran sosial,
dan juga harga diri.
b. Fungsi Mental
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
pemahaman, pengertian, tindakan dan lain-lain
menurun, sehingga perilaku cenderung lebih lambat.
Usia senja yang menderita demensia,perubahan dan
penurunan fungsi kognitif akan lebih jelas dan
progresif.
Fungsi psikomotor yang meliputi dorongan
kehendak/bertindak pada umumnya mulai
melambat sehingga reaksi dan koordinasinya juga
menjadi lambat. Sedangkan hal yang positif yaitu
dihormati, dituakan, disegani, lebih bijaksana, lebih
hati-hati dalam tindakan, tempat meminta nasehat
5 tipe kepribadian pada usia senja :

1. Tipe Konstruktif :
Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan,
menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang
toleran dan fleksibel, sehingga lentur dalam menerima kenyataan
misalnya pensiun, kehilangan pasangan dan sebagainya, mereka
nrimo tetapi bukan pasrah.

2. Tipe Dependen :
Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan
terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena
pensiun dan santai, banyak makan dan menikmati hari libur.
Tetepi bila mereka kehilangan pasangan hidupnya merasa
kehilangan tempat bergantung yang merupakan masalah besar,
sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan
akhirnya menyusul pasangannya lebih cepat.
3. Tipe Independen (mandiri):
Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif dalam pergaulan
sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung menolak
tawaran / bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung
dipertahankan sampai usia senja sehingga cemas menghadapi masa
tua, misalnya cenderung menunda masa pensiun atau tetap
bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya dan tidak tampak
menikmati masa tuanya.

4. Tipe Bermusuhan :
Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk
kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan
tidak tetap, tidak dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut
akan kematian, iri terhadap orang muda. Sering menunjukkan
perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan sebagai gambaran
yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
5. Tipe Benci diri :
Orang yang kritis terhadap dirinya, tidak
berambisi dalam pekerjaan.Perkawinan kurang
bahagia karena banyak menyesali diri, anak
serta pasangan hidupnya, seolaholah masa lalu
yang seharusnya diisi dengan segala keinginan
sudah lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak
”nrimo”. sehingga banyak mengalami krisis.
Takut akan kematian.
c. Kehilangan pasangan
Kematian pasangannya merupakan stress psikososial
yang sangat berat.

d. Fungsi Seksual
Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung
koroner, diabetes melitus, artritis. Akibatnya harus
makan obat anti hipertensi, anti diabetika, steroida, obat
penenang. Sebagian usia senja harus menjalani
pembedahan seperti prostatektomi.Menderita vagintis
dan malnutrisi.
e. Menemukan Kebahagiaan
Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan
kegembiraan yang khas pada masa muda, tidak lagi
mempunyai daya tarik pada masa usia senja. Ada
beberapa kegiatan menarik yang tidak bisa dilaksanakan,
misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik
misalnya olah raga atau perjalanan jauh Kebahagiaan di
masa lampau sewaktu masih muda, kini bagi kebanyakan
usia senja halhal tersebut hanya menjadi kenangan.
Setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk
mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi sementara
orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber
kesenangan dan kepuasan. Orang lain mengembangkan
perhatiannya di bidang seni, musik dan buku- buku
f. Kematangan Iman
Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi
persoalanpersoalan mengenai kesehatan, dorongan
seksual, jaminan ekonomi. Hal-hal seperti ini nampak
tidak stabil lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Maka tidaklah mengherankan apabila timbul
kebimbangan iman. Orang akan mempunyai problema
yang berat, apabila imannya tidak berkembang matang.
Pada usia senja, iman kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu
diperdalam dan dimatangkan, agar persoalan-persoalan
yang dihadapi tidak menjadi terlalu berat.
g. Menemukan Makna Hidup
Salah satu persoalan pokok orang usia senja ialah pemikiran
yang menakutkan bahwa mungkin dirinya sudah tidak berarti
lagi. Dia merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi ditempat
kerjanya, dalam keluarga dan masyarakat. Banyak orang usia
senja yang menderita neurosis dan bermacam-macam
ketidakseimbangan mental karena kekosongan dan tidak adanya
tujuan hidup di masa senja.
Bagi beberapa orang, merawat cucu-cucunya dapat
menghilangkan rasa takut dan dapat mengembalikan kesadaran
baru akan tujuan hidup dan kegembiraan di usia senja. Banyak
orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika diminta memberi
nasihat. Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah menipis dan
memberikan makna hidup baru dan tujuan hidupnya.
h. Membina Perkawinan Menjadi Satu Kesatuan Yang Baru
Bagi pasangan suami istri, saat suami pensiun dapat
merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat menjadi awal
hidup bersama yang sempurna. Pada waktu pensiun,istri
takut apabila suami mencampuri urusan tumah tangga.
Dengan ikut campurnya suami dalam urusan rumah
tangga, sering menimbulkan pertengkaran. Akan tetapi
perkawinan dapat juga mengalami perubahan yang
sebaliknya. Pada masa suami pensiun hubungan suami
istri dapat menjadi intim. Untuk membina perkawinan
menjadi satu kesatuan diperlukan komunikasi, hubungan
yang mendalam antara suami dan istri.
Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional
atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup, agar
tidak merasa terasing atau diasingkan
 Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang
lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang- barang tak
berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada
umumnya lansia yang memiliki keluarga masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi
lansia yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan
hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.

Anda mungkin juga menyukai