Ns.SOBIRIN,S.Kep,MM
Proses Keperawatan
Lansia
• Assessment
• Nursing Diagnosis
• Intervention
• Implementation
• Evaluation
Askep Lansia di tatanan Klinis
(clinical area)
kebisingan minimal,
tidak tergesagesa,
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = ketergantungan sedang
5-8 = ketergantungan berat
0-4 = ketergantungan total
Pengkajian
• Pengengaran Penurunan fungsi
pendengaran
• Jantung dan pembuluh darah Peningkatan
tekanan darah (HT), gagal jantung
• Pernapasan Pneumonia dan PPOMkaji
kemampuan batuk, dan mengeluarkan
dahak,mudah lelah, lemah, berat badan
menurun, dan tidak nafsu makan
Pengkajian
• Endokrine Diabetes dan penyakit tiroid kaji
BB, nafsu makan, toleransi terhadap panas
dingin, pola BAK dan aktifitas
• Nyeri skala nyeri, menangis,mengerang,agitasi
dan kelemahan fisik
• Depresi sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan
pesimis, sulit tidur, kehilangan BB, hilangnya
minat melakukan aktifitas
• Demensia Gangguan berbahasa, kehilangan
daya ingat
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS
QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Skore Pertanyaan Jawaban
+ - No
+ 3 Apa nama tempat ini ? Mawar, Panti Lansia Budi Agung Kupang
+ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 17, 14, 11, 8, 5, 2, tidak ada
setiap angka baru semua secara menurun
Keterangan
• Kesalahan 0-2 Fungsi intelektual utuh Kerusakan
• Kesalahan 3-4 intelektual ringan Kerusakan
• Kesalahan 5-6 Intelektual sedang
• Kesalahan 7-10 Kerusakan intelektual berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalaham subyek, dengan kriteria pendidikan yang sama (Dari Pfeiffer E (1975)
Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik
4. harga diri
A. Tujuan
merupakan hasil yang ingin dicapai untuk
mengatasi masalah diagnosis keperawatan, dengan
kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria hasil
(hasil yang diharapkan) yang mempunyai komponen
sebagai berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk
menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
B. Kriteria hasil (hasil yang diharapkan)
merupakan standard evaluasi yang merupakan
gambaran faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai
Contoh:
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
pada lansia teratasi dengan kriteria hasil berat
badan seimbang, porsi makan habis; setelah
dilaksanakan asuhan keperawatan selama 7
hari,
Rencana Tindakan
1. Tipe Konstruktif :
Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan,
menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang
toleran dan fleksibel, sehingga lentur dalam menerima kenyataan
misalnya pensiun, kehilangan pasangan dan sebagainya, mereka
nrimo tetapi bukan pasrah.
2. Tipe Dependen :
Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan
terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena
pensiun dan santai, banyak makan dan menikmati hari libur.
Tetepi bila mereka kehilangan pasangan hidupnya merasa
kehilangan tempat bergantung yang merupakan masalah besar,
sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan
akhirnya menyusul pasangannya lebih cepat.
3. Tipe Independen (mandiri):
Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif dalam pergaulan
sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung menolak
tawaran / bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung
dipertahankan sampai usia senja sehingga cemas menghadapi masa
tua, misalnya cenderung menunda masa pensiun atau tetap
bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya dan tidak tampak
menikmati masa tuanya.
4. Tipe Bermusuhan :
Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk
kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan
tidak tetap, tidak dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut
akan kematian, iri terhadap orang muda. Sering menunjukkan
perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan sebagai gambaran
yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
5. Tipe Benci diri :
Orang yang kritis terhadap dirinya, tidak
berambisi dalam pekerjaan.Perkawinan kurang
bahagia karena banyak menyesali diri, anak
serta pasangan hidupnya, seolaholah masa lalu
yang seharusnya diisi dengan segala keinginan
sudah lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak
”nrimo”. sehingga banyak mengalami krisis.
Takut akan kematian.
c. Kehilangan pasangan
Kematian pasangannya merupakan stress psikososial
yang sangat berat.
d. Fungsi Seksual
Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung
koroner, diabetes melitus, artritis. Akibatnya harus
makan obat anti hipertensi, anti diabetika, steroida, obat
penenang. Sebagian usia senja harus menjalani
pembedahan seperti prostatektomi.Menderita vagintis
dan malnutrisi.
e. Menemukan Kebahagiaan
Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan
kegembiraan yang khas pada masa muda, tidak lagi
mempunyai daya tarik pada masa usia senja. Ada
beberapa kegiatan menarik yang tidak bisa dilaksanakan,
misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik
misalnya olah raga atau perjalanan jauh Kebahagiaan di
masa lampau sewaktu masih muda, kini bagi kebanyakan
usia senja halhal tersebut hanya menjadi kenangan.
Setiap orang harus menemukan caranya sendiri untuk
mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi sementara
orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber
kesenangan dan kepuasan. Orang lain mengembangkan
perhatiannya di bidang seni, musik dan buku- buku
f. Kematangan Iman
Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi
persoalanpersoalan mengenai kesehatan, dorongan
seksual, jaminan ekonomi. Hal-hal seperti ini nampak
tidak stabil lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Maka tidaklah mengherankan apabila timbul
kebimbangan iman. Orang akan mempunyai problema
yang berat, apabila imannya tidak berkembang matang.
Pada usia senja, iman kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu
diperdalam dan dimatangkan, agar persoalan-persoalan
yang dihadapi tidak menjadi terlalu berat.
g. Menemukan Makna Hidup
Salah satu persoalan pokok orang usia senja ialah pemikiran
yang menakutkan bahwa mungkin dirinya sudah tidak berarti
lagi. Dia merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi ditempat
kerjanya, dalam keluarga dan masyarakat. Banyak orang usia
senja yang menderita neurosis dan bermacam-macam
ketidakseimbangan mental karena kekosongan dan tidak adanya
tujuan hidup di masa senja.
Bagi beberapa orang, merawat cucu-cucunya dapat
menghilangkan rasa takut dan dapat mengembalikan kesadaran
baru akan tujuan hidup dan kegembiraan di usia senja. Banyak
orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika diminta memberi
nasihat. Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri yang sudah menipis dan
memberikan makna hidup baru dan tujuan hidupnya.
h. Membina Perkawinan Menjadi Satu Kesatuan Yang Baru
Bagi pasangan suami istri, saat suami pensiun dapat
merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat menjadi awal
hidup bersama yang sempurna. Pada waktu pensiun,istri
takut apabila suami mencampuri urusan tumah tangga.
Dengan ikut campurnya suami dalam urusan rumah
tangga, sering menimbulkan pertengkaran. Akan tetapi
perkawinan dapat juga mengalami perubahan yang
sebaliknya. Pada masa suami pensiun hubungan suami
istri dapat menjadi intim. Untuk membina perkawinan
menjadi satu kesatuan diperlukan komunikasi, hubungan
yang mendalam antara suami dan istri.
Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional
atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran
sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan
keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas,
selama yang bersangkutan masih sanggup, agar
tidak merasa terasing atau diasingkan
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang
lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, mengumpulkan barang- barang tak
berguna serta merengek-rengek dan menangis
bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada
umumnya lansia yang memiliki keluarga masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti
anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat
umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi
lansia yang tidak punya keluarga atau sanak saudara
karena hidup membujang, atau punya pasangan
hidup namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.