Anda di halaman 1dari 13

Perubahan Status Fungsional Dan Kognitif Pada Lansia

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara


kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan
adalah: Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming)
dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori
(speed of information retrieval from memory). Intelegensia Dasar (fluid intelligence)
yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan
dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan
dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi.
Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan
berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial, kemampuan membuat konsep dan
intelegensi (Kaplan, 1997; American Psychology Assosiation, 2007). Kemampuan
kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan lajunya proses penuaan, tetapi
perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia
menunjukkan penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan
kognitif sama seperti usia muda. Penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu
yang mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif
tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu,
proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi
gangguan kognitif atau demensia.
Gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat
terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat
kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan
dipengaruhi oleh keadaan otak.

Etiologi gangguan fungsional dan kognitif


Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf
pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman
nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah
penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins
dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat
menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan
jiwa fungsional.
Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa
anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia.
Semua Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan
metabolisme sering mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia.
Racun, virus dan virus menyerang otak mengakibatkan gangguan fungsi otak,
misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma atau tumor juga mengubah
fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi
kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat
mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang
tepat.

Akibat gangguan kognitif


Menurunnya kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya,
pertanyaan harus diulang).
Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.
Minimal 2 dari yang berikut :
Menurunkan tingkat kesadaran.
Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.
Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari
Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.
Disorientasi, tempat, waktu, orang.
Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama
beberapa benda setelah lima menit.

Jenis gangguan kognitif


Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah :
a) Delirium
b) Demensia
c) Insomnia
Penilaian Status Fungsional dan Kognitif pada Lansia
Penentuan status fungsional menggunakan Indeks ADLs Barthel, seyogyanya
mengikut sertakan keluarga, dilakukan beberapa kali untuk mengevaluasi kemajuan
atau kemunduran.

1) Indeks ADL Barthel


NO AKTIVITAS KEMAMPUAN SKOR

1 Berbaring duduk Mandiri 3

Dibantu satu orang 2

Dibantu dua orang 1

Tak mampu 0

2 Berjalan Mandiri 3

Dibantu satu orang/walker 2

Dengan kursi roda 1

Tak mampu 0

3 Penggunaan Toilet ke/dari Mandiri 2


WC, melepas / mengenakan
celana, menyeka, menyiram Perlu pertolongan(sebagian) 1

Tergantung orang lain 0

4 Membersihkan diri (lap Mandiri 1


muka, sisir rambut, sikat
gigi) Perlu pertolongan 0

5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2

Kadang-kadang inkontinen 1

inkontinen 0
6 Mengontrol BAK mandiri 2

Kadang-kadang inkontinen 1

Inkontinen / kateter 0

7 Mandi Mandiri 1

Tergantung orang lain 0

8 Berpakaian Mandiri 2

Sebagian dibantu 1

Tergantung orang lain 0

9 Makan Mandiri 2

Perlu pertolongan(sebagian) 1

Tergantung orang lain 0

10 Naik turun tangga Mandiri 2

Perlu pertolongan 1

Tak mampu 0

SKOR TOTAL

A. Indeks IADL
Aktivitas Skor

Dapatkah menggunakan telepon? 1

Mampukah pergi ke suatu tempat? 1

Dapatkah berbelanja? 1

Dapatkah menyiapkan makanan? 1


Dapatkah melakukan pekerjaan rumah tangga? 1
Dapatkah melakukan pekerjaan tangan? 1

Dapatkah mencuci pakaian? 1


Dapatkah mengatur obat-obatan? 1

Dapatkah mengatur keuangan 1

1 = mandiri, 2 = butuh bantuan, 3 = ketergantungan (nilai maksimum = 27)

B. Penilaian EQ-5D

Pada penilaian ini, pasien disuruh untuk menandai pilihan mana yang cocok
dengan keadaannya saat ini. (Keterangan : * adalah jawaban yang dipilih oleh
pasien)

Mobilitas
Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan
Saya ada masalah untuk berjalan*
Saya hanya mampu berbaring
Perawatan Diri Sendiri
Saya tidak mempunyai kesulitan dalam merawat diri sendiri *
Saya mengalami kesulitan untuk membasuh badan, mandi atau berpakaian
Saya tidak mampu membasuh badan, mandi atau berpakaian sendiri
Aktivitas Sehari-hari (misalnya pekerjaan rumah tangga, aktivitas
keluarga, bersantai)
Saya tidak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari *
Saya mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Saya tak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari
Rasa Nyeri / Tak Nyaman
Saya tidak mempunyai keluhan rasa nyeri atau rasa tak nyaman
Saya suka merasakan agak nyeri / agak kurang nyaman*
Saya menderita karena keluhan rasa nyeri atau tidak nyaman
Rasa Cemas / Depresi
Saya tidak merasa cemas / gelisah atau depresi (jiwa tertekan)*
Saya suka merasa agak cemas atau depresi
Saya merasa sangat cemas atau sangat depresi
Tingkat Kesehatan Bapak/Ibu dalam skala 0-100? 85

C. Penilaian WHO_UNESCAP

Pertanyaan : 1 2 3 4

Apakah Ibu/Bapak mengalami


kesulitan untuk melihat walaupun
menggunakan kacamata?

Apakah Ibu/Bapak mempunyai


kesulitan pendengaran walaupun
menggunakan alat bantu dengar?

Apakah Ibu/Bapak mengalami


kesulitan berjalan?

Ibu/Bapak mengalami kesulitan


merawat diri sendiri (contoh : mandi,
membasuh badan, berpakaian)

Apakah Ibu/Bapak mengalami


kesulitan dalam berkomunikasi?
(Keterangan: sulit dipahami ketika
bercakap-cakap dengan orang lain)
karena kondisi kesehatan Ibu/Bapak
(fisik,mental atau emosional

Catatan : 1 (tidak mengalami kesulitan), 2 (sedikit mengalami kesulitan), 3


(sangat mengalami kesulitan), 4 (tak mampu sama sekali)
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK (STATUS MENTAL DAN KOGNITIF)
Geriatri depresion Scale
1 Apakah anda merasa puas dengan kehidupan Ya/TIDAK
anda?

2 Apakah anda telah meninggalkan banyak YA/Tidak


kegiatan dan minat atau kesengangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA/Tidak

4 Apakah and sering merasa bosan? YA/Tidak

5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya/TIDAK


setiap saat?

6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk YA/Tidak


akan terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian Ya/TIDAK


besar hidup anda?

8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA/Tidak

9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah YA/Tidak


daripada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu
hal yang baru?

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak YA/Tidak


masalah dengan daya ingat anda dibandingkan
kebanyakan orang?

11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang Ya/TIDAK


ini menyenangkan?

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti YA/Tidak


perasaan anda saat ini?

13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya/TIDAK

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak YA/Tidak


ada harapan?

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik YA/Tidak


keadaannya dari anda?

Skor: 3
(Catatan : kata yang digarisbawahi adalah jawaban pasien)
-Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
-Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
-Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi

2). The Mini Mental State Examination (MMSE)


Di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, psikogeriatris menggunakan the
Mini Mental State Examination (MMSE) sebagai instrumen untuk menilai kognitif
pasien. Tes ini meski paling sering digunakan, memiliki kelemahan pada waktu yang
dibutuhkan untuk tes tersebut. MMSE menggunakan instrumen penilaian 30 poin.
Instrumen ini pertama dikembangkan sebagai skrining kelainan kognitif untuk
membedakan antara kelainan organik dan non organik (misalnya schizophrenia).
Pada saat ini, MMSE merupakan metode untuk skrining dan monitoring
perkembangan demensia dan delirium. MMSE berkorelasi baik dengan skor tes
skrining kognitif yang lain. Waktu yang dibutuhkan rata-rata 8 menit dengan rentang
4-21 menit. Skor pada MMSE bisa bias karena pengaruh tingkat pendidikan,
perbedaan bahasa, dan hambatan budaya. Pasien dengan tingkat pendidikan lebih
rendah dapat keliru diklasifikasikan sebagai gila, dan pada pasien dengan tingkat
pendidikan tinggi bisa tidak terdeteksi. Skor MMSE umumnya menurun dengan
bertambahnya usia. Beberapa penulis menyarankan untuk menurunkan batas pada
usia lanjut, yaitu <20 untuk indikasi adanya kelainan. Meskipun rata-rata skor yang
rendah pada usia lanjut dapat disebabkan tingginya prevalensi demensia pada
kelompok ini (Tangalos,1996; Parker,2004).
Skor 30 tidak selalu berarti fungsi kognitif normal dan skor nol bukan berarti
tidak ada kognisi secara absolut. Tes ini tidak punya kapasitas mencukupi untuk tes
fungsi frontal/ eksekutif atau fungsi visuospasial (khususnya parietal kanan). Tugas
segilima pada MMSE memerintahkan pasien menirukan gambar dan tidak menilai
kemampuan merencanakan. Sebagai akibatnya tes ini mempunyai keterbatasan untuk
mendeteksi demensia non Alzheimer, seperti kelainan kognitif pasca stroke, dan
demensia frontotemporal atau subkortikal pada fase awal (Tangalos,1996).
Untuk mengurangi bias atau kelemahan MMSE, dikembangkan beberapa tes
lain seperti Standardized Mini-Mental State Examination (SMMSE) diperkenalkan
sebagai upaya menurunkan variasi skor inter rater (Parker,2004). The Abbreviated
Mental Test (AMT), Mini-Cog (dapat dikerjakan dalam 3 menit) dan Six-Item
Screener (SIS) (mempunyai 6 pertanyaan) sehingga lebih memungkinkan
penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah sakit yang sibuk atau
di UGD. Clock Drawing Test (CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar dari
bias karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya. The General Practitioner
Assessment of Cognition (GPCOG) digunakan untuk menguji memori kejadian yang
baru terjadi dan orientasi. Six-Item Cognitive Impairment Test (6CIT) menggunakan
beban skor yang berbeda pada masing-masing item (Holmes,1996; Tangalos,1996;
Swain,1999).

Nama Responden : Nama Pewawancara :

Umur Responden : Tanggal Wawancara :

Pendidikan : Jam mulai :

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Nilai Nilai
Maksimum Responden

ORIENTASI

5 Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?

5 Sekarang kita berada di mana?

(Nama rumah sakit atau instansi)

(Instansi, jalan, nomor rumah, kota, kabupaten, propinsi)

REGISTRASI

3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, misalnya:


(bola, kursi, sepatu). Satu detik untuk tiap benda. Kemudian
mintalah responden mengulang ketiga nama benda tersebut.

Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih


salah ulangi penyebutan ketiga nama tersebut sampai
responden dapat mengatakannya dengan benar:

Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah : ______ kali

ATENSI DAN KALKULASI


5 Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke
bawah. Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-72-65).
Kemungkinan lain ejaan kata dengan lima huruf, misalnya
'DUNIA' dari akhir ke awal/ dari kanan ke kiri :'AINUD'

Satu (1) nilai untuk setiap jawaban benar.

MENGINGAT

3 Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah disebut di


atas.

Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar

BAHASA

9 a. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil dan


arloji (2 nilai)

b. Ulangi kalimat berikut :"JIKA TIDAK, DAN


ATAU TAPI" (1 nilai)

c. Laksanakan 3 perintah ini :

Peganglah selembar kertas dengan tangan


kananmu, lipatlah kertas itu pada pertengahan
dan letakkan di lantai (3 nilai)

d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut

"PEJAMKAN MATA ANDA" (1 nilai)

e. Tulislah sebuah kalimat ! (1 nilai)

f. Tirulah gambar ini ! (1 nilai)

Jam selesai :

Tempat
wawancara :

Interpretasi penilaian MMSE


Setelah dilakukan penilaian, skor dijumlahkan dan didapatkan hasil akhir.
Hasil yang didapatkan diintrepetasikan sebagai dasar diagnosis. Ada beberapa
interpretasi yang bisa digunakan. Metode yang pertama hanya menggunakan single
cutoff, yaitu abnormalitas fungsi kognitif jika skor <24. metode lain menggunakan
range. Jika skor <21 kemungkinan demensia akan meningkat, sedangkan jika skor
>25 kecil kemungkinan demensia.
Interpretasi lainnya memperhitungkan tingkat pendidikan pasien. Pada pasien
dengan tingkat pendidikan rendah (di bawah SMP) ambang batas abnormal
diturunkan menjadi 21, pada tingkat pendidikan setingkat SMA abnormal jika skor
<23, pada tingkat perguruan tinggi skor abnormal jika <24.
Berat ringannya gangguan kognitif dapat diperkirakan dengan MMSE. Skor
24-30 menunjukkan tidak didapatkan kelainan kognitif. Skor 18-23 menunjukkan
kelainan kognitif ringan. Skor 0-17 menunjukkan kelainan kognitif yang berat
(Folstein, 1975).
Interpretasi MMSE
Metode Skor Interpretasi
Single Cutoff <24 Abnormal
Range <21 Kemungkinan demesia lebih besar
>25 Kemungkinan demesia lebih kecil
Pendidikan 21 Abnormal pada tingkat pendidikan kelas 2 SMP
<23 Abnormal pada tingkat pendidikan SMA
<24 Abnormal pada tingkat pendidikan Perguruan
Tinggi
Keparahan 24-30 Tidak ada kelainan kognitif
18-23 Kelainan kognitif ringan
0-17 Kelainan kognitif berat

3. Abbreviated Mental Test Score (AMT)


Perkiraan penggunaan waktu pelaksanaan harus diperhatikan, karena waktu
penilaian lebih panjang pada penderita dengan kelainan kognitif daripada yang tidak.
Oleh sebab itu, dikembangkan beberapa instrumen untuk menilai fungsi kognitif
pada penderita lanjut usia dengan waktu yang lebih pendek daripada MMSE. Salah
satu instrumen yang dikembangkan adalah Abbreviated Mental Test Score (AMT)
(MacKenzie,1996; Tangalos,1996). AMT mempunyai sensitifitas dan spesivisitas
yang lebih rendah dalam mendeteksi adanya kelainan kognitif daripada MMSE.
AMT tampaknya kurang menyenangkan, meskipun lebih mudah dan cepat untuk
digunakan. (Tombaugh,1992; MacKenzie,1996). Interpretasi skor pada AMT adalah
jika skor AMT <6 menunjukkan adanya demensia.
The Abbreviated Mental Test (AMT) lebih singkat, terdiri dari 10 soal yang
digunakan untuk skrining kelainan. Tes ini terdiri dari 10 pertanyaan yang diseleksi
berdasarkan nilai diskriminatif dari Mental Test Score yang lebih panjang. AMT
termasuk komponen-komponen yang mengikuti memori baru dan lama, atensi, dan
orientasi. Skor <8 merupakan batas yang menunjukkan defisit kognitif yang
bermakna. Tes ini menunjukkan secara cepat penilaian beratnya penyakit
dibandingkan tes yang lebih panjang. Tes ini mampu mendeteksi perubahan kognisi
yang berhubungan dengan perkembangan pasca operatif pada delirium. Pada pasien
usia lanjut, tes ini dapat dikerjakan dalam 3 menit.

SETIAP JAWABAN BENAR MENDAPAT SKOR SATU POIN

1. Umur

2. Waktu (jam)
3. Alamat lengkap (pertanyaan diulang saat akhir wawancara)

4. Tahun
5. Nama rumah sakit, institusi atau alamat rumah (tergantung tempat
wawancara)

6. Mengenal 2 orang (misalnya dokter, perawat, istri, dll)

7. Tanggal lahir

8. Tahun Perang Dunia I mulai


9. Nama raja sekarang

10. Menghitung mundur dari 20 ke 1

Total skor
SKOR KURANG DARI 6 MENUNJUKKAN ADANYA DEMENSIA
2.4 Derajat keparahan gangguan, dan pemantauan perkembangan
penyakit
Beberapa skala penilaian memberikan nilai numerik derajat keparahan yang
berguna bagi penilaian perkembangan penyakit daripada kesimpulan dengan skala
biner 'ada' atau 'tidak ada'. Sehingga mempengaruhi pemilihan tes. Pada AD biasanya
terjadi penurunan MMSE tahunan 3-4 poin, sehingga menjadikan MMSE dapat
digunakan untuk memantau perkembangan penyakit dalam kondisi tertentu. MMSE
juga telah diusulkan sebagai alat untuk menentukan tingkat keparahan gangguan
kognitif. Skor antara 23 - 18 digolongkan ringan, skor < 17 digolongkan berat. Skala
kualitatif yang lebih panjang dapat memberikan kepekaan lebih besar untuk
mendeteksi perubahan kognitif. Namun, terjadinya kerusakan fungsional tampaknya
lebih relevan dengan pasien dan perawat mereka daripada skor numerik sederhana.
Kemampuan menggunakan alat sehari-hari, misalnya penggunaan telepon, alat
transportasi, mengambil obat sendiri dan penanganan keuangan, berkorelasi baik
dengan kerusakan kognitif. Meskipun pada orang dengan ko-morbiditas, mungkin
sulit untuk membedakan secara khusus efek penurunan fungsi kognitif
(Graham,1997).

Anda mungkin juga menyukai