Anda di halaman 1dari 16

RESUME KASUS ENDOKRIN DAN METABOLISME

SKILLS LAB KELOMPOK 2.2

Oleh :

Kasus 1 (Hipertiroid)
1. Identitas
Nama

: Nia

Umur

: 33 tahun

Alamat

: Jalan Kaliurang

Pekerjaan

: Sekertaris

2. Keluhan Utama
Lemas sudah sejak 2 bulan lalu dan terus menerus, istirahat tidak membaik, minum
vitamin enerfon C tidak membaik, ingin beraktivitas tapi badan rasanya tidak kuat.
3. Keluhan Penyerta
Dada berdebar-debar, badan gemetar dan panas, berat badan mengalami penurunan sudah
2 bulan bersamaan dengan gejala yang lain, siklus menstruasi tidak teratur, keringat dingin
4.
5.
6.
7.

8.

dan sulit tidur.


Riwayat Penyakit Dahulu
:Riwayat Penyakit Sekarang
:Riwayat Penyakit Keluarga
:LifeStyle
:
Makan : teratur ( sehari 3x pagi,siang,malam)
Rokok
(-)
Alkohol
(-)
Olahraga
(-)
Pemeriksaan Fisik
:
TD
: 120/80
Nadi : 110
Nafas : 20
Suhu : 37
BMI : terjadi penurunan berat badan
Didapatkan pembesaran di kelenjar tiroid
Bola mata menonjol (eksoptalmus)
Kelopak mata tertarik ke atas (retraksi)
Tremor
Px Jantung
: normal/ reguler
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb
: 12 (normal)
Hitung eritrosit
: Normal
EKG
: Normal

Pemeriksaan laboratorium : T4, T3, FT4, FT3 dan TSHs. Pada hipertiroid T4, T3, FT4,
FT3 akan meningkat dan TSHs akan menurun.
Radioactive iodine uptake test. Tingginya uptake menandakan ada hipertiroid.
Radioscan tiroid +
10. Terapi
: Propiltiourasil 100 mg tab no XXI
S.3dd tab I PC
11. Edukasi
Pengelolaan hipertroid meliputi :
1. Perubahan pola hidup:
Hindari rokok, kopi, alkohol, Konsumsi kalsium dan vitamin yang cukup,
olahraga teratur, konsumsi vitamin D dan kalsium.
2. Efek samping propiltiourasil : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah,

Kasus II (Dislipidemia)
Nama

: Tuyat

Umur

: 40 tahun

Alamat

: Klitren

Pekerjaan

: Karyawan

Hasil anamnesa :
Pak Tuyat datang mengeluhkan sakit kepala. Sakitnya terasa hanya di bagian belakang kepala
yang sudah di rasa selama sebulan terakhir ini, dan selalu muncul secara tiba tiba. Ia sudah

meminum obat paramex yang dibelinya di warung tetapi belum merasakan baikan. Sebelumnya
Pak Tuyat belum pernah merasakan hal demikian.
Pak Tuyat tinggal bersama istrinya dan kedua anaknya, dimana mereka semua tidak mengalami
hal yang sama dengan yang beliau rasakan. Pak Tuyat memiliki riwayat penyakit Diabetes
Melitus dan Hipertensi, dan tidak pernah mengkonsumsi obat karena gejalanya sudah tidak
pernah nampak.
Akhir akhir ini nafsu makan terus meningkat, beliau suka sekali makan makanan berlemak
terutama daging kambing. Pak Tuyat merokok, sehari bisa habis sebungkus. Beliau tidak
mengkonsumsi alkohol dan tidak pernah olahraga.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik di temukan tekanan darah 130/80. Nadi = 80x/menit. Napas
= 18x/menit. Pada pemeriksaan lab ditemukan GDS = 140mg/dL. Trigliserida = 300 mg/dL.
HDL = 32 mg/dL. Kolesterol total = 420 mg/dL. LDL=356 mg/dL.
Dx : Dislipidemia
DD : Sindrom Metabolik
Patofisiologi :
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.
Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki peran yang penting dan
sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri.
Ketiganya dikenal sebagai trias lipid, yaitu:
a.

Kolesterol total

b.

Kolesterol HDL dan kolesterol LDL

c.

Trigliserida

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai berikut:


a)

Dislipidemia Primer yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan
kelainan kadar lipid dalam darah.

b)

Dislipidemia Sekunder yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolesterolemia


yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa,

dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh DM, konsumsi alkohol,
gagal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kadar lipid :
Dalam batasan ilmiah, dislipidemia terjadi adanya akumulasi kolestrol dan lipid pada dinding
pembuluh darah. Dislipidemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor
resiko utama penyakit jantung koroner. Penelitian mendukung bahawa dislipidemia memiliki
lebih dari asatu penyebab. Faktor genetic, pola makan, gaya hidup, obesitas dan faktor lain.
a.

Faktor genetik
Dislipidemia cenderung terjadi dalam keluarga, mendukung bahwa hal itu mungkin
memiliki suatu penyebab genetic. Dalam dunia medis dislipidemia yang diturunkan familial
dislipidemia (FD). FD ini merupakan penyakit genetic yang diturunkan secara dominan
autosomal (kromosom yang bukan untuk produksi) dalam sel manusia. Penyebab penyakit ini
adalah adanya mutasi yang terjadi pada reseptor kolestrol LDL. Reseptor LDL merupakan
reseptor sel perukaan yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis kolestrol. Cara
sederhana untuk menerangkan bahwa penyebab dislipidemia dari faktor genetik yiatu sebesar
80% dari kolestrol di dalam darah di produksi oleh tubuh sendiri ada sebagian orang yang
memproduksi kolestrol lebih banyak dibandingkan yang lain. Ini disebabkan karena factor
keturunan. Pada orang tersebut meskipun hanya mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol atau lemak jenuh tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolestrerol lebih banyak.

b.

Faktor pola makan


Terjadi penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner tersebut disebabkan oleh
penumpukan zat-zat lemak ( kolesterol, trigliserida) di bawah lapiasan terdalam (endothelium)
dan dinding pembuluh nadi. Salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya penimbunan zat lemak ini adalah gaya hidup, khususnya pola makan. Penyakit
jantung kerap diidentikan dengan penyakit akibat hidup enak, yaitu terlalu banyak
mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolestrol. Hal ini semakin menjadi dengan
kian membudayanya konsumsi makanan siap saji junk food. Kolestrol yang mengendap lamalama akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga mengganggu metabolisme otot
jantung. Untuk menghindari penimbunan lemak jenuh seperti lemak sapi, kambing,

makananan bersantan dan gorengan kerena dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Lemak
jenuh tunggal mempunyai pengaruh sedikit terhadap peningkatan kadar kolestrol darah,
terdapat pada minyak jaitun, minyak biji kapas, minyak wijen.
c.

Faktor obesitas
Obesitas digunakan untuk memahami batasan sederhana dari kelebihan berat badan yang
dihasilkan dari makan terlalu banyak dan aktifitas terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil
interaksi kompleks antara factor-faktor genetic, perilaku dan lingkungan menyebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy. Peningkatan berat badan 20% atau
lebih diatas berat badan normal adalah titik dimana kelebihan berat badan berkembang
menjadi gangguan kesehatan. Tingkat kelebihan berat badan yang rendah dapat berkaitan
dengan resiko kesehatan, terutama timbulnya gangguan kesehatan lain seperti diabetes,
hipertensi dan penyakit jantung.
Orang dengan obesitas maka didalam tubuhnya cenderung akan banyak timbunan lemak
yang berlebih, dan timbulnya lemak yang ada dalam tubuh ini akan menyebabkan
penyempitan pada pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini kemudian akan dapat
meningkatkan kadar kolestrol total dan LDL kolestrol.

d.

Faktor kebiasan merokok


Disebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin
dapat menurunkan HDL dan meningkatkan LDL dalam darah. Pada kebanyakan orang yang
merokok ditemukan bahwa kadar HDLnya rendah. Berarti kadar pembentukan kolestrol baik
yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu, sementara
kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL nya. Pada orang merokok ditemukan kadar LDL
nya tinggi , berarti lemak daru justru dibawa kembali ke jaringan tubuh. Bahan dasar rokok
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam satu batang rokok terdapat
kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, 40% diantaranya beracun. Bahan kimia yang berbahaya
terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok.
Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang
bertugas membawa oksigen ke jantung. Selain mempurburuk profil lemak atau kolestrol
darah, rokok juga dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi.

e.

Kurang keteraturan berolahraga.

Aktifitas yang efektif dapat menurunkan kadar kolestrol yaitu berupa olahraga teratur
yang dilakukan minimal tiga kali seminggu masing-masing dengan lama waktu antara kurang
lebih 45 menit. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang melibatkan otot-otot besar
tubuh seperti paha, lengan atas serta pinggul,seperti senam, aerobic, jalan kaki, berenang,
jogging, atau bersepeda. Olahraga merupakan bagian dari aktifitas fisik yang dilakukan untuk
tujuan memperoleh manfaat kesehatan. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh
tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi luar
metabolisme untuk bergerak. Banyaknya energy yang dibutuhkan tergantung seberapa banyak
otot bergerak, berapa lama dan berapa berat aktifitas yangdilakukan.
Manfaat olahraga yang teratur yaitu :
1)Meningkatkan kadar HDL kolestrol.
2)Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard.
3)Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersamasama dengan menurunkan LDL kolestrol.
4)Membantu menurunkan tekanan darah.
5)Meningkatkan kesegaran jasmani.

f.

Stress
Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu
terganggu keseimbangannya. Stress terjadi akibat adanya situasi eksternal atau internal yang
memunculkan gangguan dan menurunkan individu untuk berespon adaptif. Stress merupakan
sesuatu yang terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan stress seperti merupakan bagian
dari kehidupan itu sendiri.

Kasus III (DM tipe 2)


Identitas Pasien
Nama : Pak Pandu
Umur : 40 tahun
Alamat : Condongcatur
Pekerjaan : Pedagang burjo
Anamnesis
1

Keluhan Utama :
Merasa gampang mengantuk dan lesu selama 3 bulan terakhir. Aktivitas yang dilakukan
seperti biasa namun merasa lesu walaupun sudah minum kopi atau pun istirahat tidak

2
3
4
5

membaik. Tenggorokan terasa kering sehingga ingin minum terus. Porsi makan masih
sama seperti biasa. Tidak ada penurunan berat badan. Lebih sering buang air kecil.
Keluhan Penyerta :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Bapak dan kakek nya mengalami hipertensi dan ibu gula darah nya tinggi
Riwayat penyakit Dahulu :
Tidak ada
Life Style :
Merokok 12-16 batang sehari, tidak pernah berolahraga, dan pola makan sering makan
gorengan.

Pemeriksaan fisik
1

2
3
4
5

Vital Sign
Tekanan darah : 120/80
Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 16x/menit
Suhu
: 36,70C
Berat badan : 85 kg
Tinggi badan :165 kg
Konjungtiva tidak anemis (menyingkirkan gejala anemia)
Turgor kulit baik (menyingkirkan adanya dehidrasi)
Inspeksi tenggorokan baik

Pemeriksaan penunjang
1
2

Gula darah sewaktu : 270 (tinggi)


Gula darah PP, dan gula darah puasa

Diagnosis
Diabetes mellitus tipe II. Karena didapatkan gejala banyak minum (polidipsi), banyak kencing
(poliuri) dan badan lemas. Faktor resiko yang mendukung yaitu ibu pernah menderita diabetes
mellitus, jarang berolahraga, dan kebiasaan merokok dan pola makan yang kurang baik.
Pemeriksaan penunjang berupa gula darah sewaktu yang didapatkan 270 (tinggi) semakin
memperkuat diagnosis.
Tatalaksana

Ex : R/ metformin tab 500 mg NO XXX


S012h.tab I. sambal makan
Metformin termasuk gol biguanides yang digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan
dengan sulfonilurea , thiazolidinediones , atau insulin . obat ini diminum selagi atau setelah
makan untuk meminimalkan efek GI yang merugikan .
Edukasi

Latihan fisik
Penilaian aktivitas fisik ; paling sedikit setiap tiga bulan sekali
Rencana latihan: penggabungan dengan pilihan aktivitas sekarang ini dan level aktivitas;
ditingkatkan sampai batas toleransi. Dianjurkan 150 menit / minggu (durasi 30-45 menit
dengan interval 3-5 x / minggu) dengan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang (50-70%
Maximum Heart Rate).
Batasi makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:

o Karbohidrat 45 65 %
o Protein 15 20 %
o Lemak 20 25 %
Perawatan kaki
Beritahu penangganan kondisi darurat seperti hipoglikemia

Kasus IV (DM tipe 1)


Nama : Deni
Umur : 15 tahun
Alamat : Condong Catur
Pekerjaan : Siswa kelas 3 SMP
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan utama :

Pasien mengeluhkan mengalami penurunan berat badan sebanyak 10 kg selama 1 bulan


padahal porsi makan tidak berkurang dan masih makan seperti biasa

Pasien juga mengeluhkan tenggorokan kering selama 1 bulan, badan lemes dari sejak
bangun tidur

Keluhan penyerta :

Pasien sudah buang air kecil sebanyak 15 kali dalam satu hari ini, pasien mengatakan
kemungkinan karena sering minum akibat selalu merasa haus dan tenggorokan kering

Pasien sudah meminum multivitamin Enervon C tetapi masih merasa lemas

Tidak ada nyeri

Tidak ada demam

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya

Belum pernah rawat inap di rumah sakit

Pasien tidak memiliki riwayat alergi

Seharusnya ditanyakan :
Apakah pasien pernah melakukan pemeriksaan kadar gula darah, kadar kolesterol dalam darah
untuk mengetahui resiko DM dan hiperkolesterolemia sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga pasien yaitu kakeknya memiliki riwayat diabets melitus (DM)

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi

Seharusnya ditanyakan :
Apakah ada keluarga yang memiliki riwayat hiperkolesterol

Life Style :

Pasien biasa makan bervariasi, tetapi tidak suka makan sayur

Pasien berolahraga hanya jika ada pelajaran olahraga di sekolah

Pasien juga menerangkan tidak merokok dan tidak minum alkohol

Pemeriksaan fisik :
Vital sign :
Tekanan Darah : 110/70
Suhu : 36,5
Nadi : 80 x/m
Nafas : 20 x/m
Seharusny dilakukan :

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui berat badan terakhir dan
membandingkan dengan berat badan pasien sebelumnya, menilai adanya peninagkatan
atau penurunan berat badan serta menghitung body mass index untuk berat badan ideal

Mengukur lingkar pinggang untuk melihat obesitas

Pemeriksaan Head-to-Toe :

Konjungtiva tidak anemis

Mukosa bibir normal, tidak kering

Limfonodi normal

Pemeriksaan Penunjang :
Lab : Gula Darah Sewaktu : 350
Dapat juga dilakukan pemeriksaan :

Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan


menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat

Diagnosis : Diabetes Melitus (DM) tipe 1


DD:
1. DM tipe 2 : disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa
tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia.
2. Ketoasidosis diabetikum : salah satu komplikasi akut DM akibat defisiensi (absolut ataupun
relatif) hormon insulin dengan tanda gejala DM dan kesadaran menurun, napas cepat dan dalam
(kussmaul), dan tanda-tanda dehidrasi.
Terapi :
Farmakologi :
1. Insulin. Insulin merupakan terapi utama pada pasien dengan DM tipe 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan insulin adalah lokasi penyuntikkan (dinding
perut tercepat, kemudian berturut-turut lengan, paha, dan bokong), kedalaman penyuntikkan
(suntikan intra muskular akan mempercepat absorpsi), jenis insulin, dosis nsulin (dosis kecil
diabsorpsi lebih cepat), kegiatan fisik, ada tidaknya lipodistrofi atau lipohipertrofi (keadaan
ini akan memperlambat absorpsi), dan perbedaan suhu (suhu tinggi akan mempercepat
absorpsi).
Insulin harus disuntikkan secara subkutan dalam dengan melakukan pinched (cubitan) dan
jarum suntik harus membentuk sudut 450 , atau 900 apabila jaringan subkutannya tebal.5,8
Tempat penyuntikkan dapat dilakukan di abdomen, paha bagian depan, pantat, dan lengan
atas. Penyuntikan dapat dilakukan di daerah yang sama setiap hari, tetapi tidak dianjurkan di
titik yang sama. Sebaiknya dilakukan rotasi tempat penyuntikan. Penyuntikan insulin kerja
cepat dianjurkan di daerah abdomen sedangkan insulin kerja menengah di daerah paha dan
bokong

2. Obat hipoglikemik oral (OHO)

Sulfoniurea Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan,


menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa.

Biguanid Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal.
Dianjurkan untuk pasien gemuk.

Inhibitor glukosidase Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase


sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

Insulin sentizing agent Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa


menyebabkan hipoglikemia.

Non-farmakologi :
1. Diet edukasi meliputi

waktu, jumlah, jadwal, atau jenis makanan untuk mencegah

hipoglikemia atau hiperglikemia post prandial.

Distribusi kalori sangat penting diperhatikan; rekomendasi yang biasa adalah 20% dari
kalori harian untuk sarapan, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan 15%
untuk snack sore.

Kebutuhan protein minimum untuk nutrisi yang baik adalah 0,9 g/kg/hari (range = 1-1,5
g/kg/hari) tetapi intake protein harus dikurangi bila ada nefropati.

Intake lemak sebaiknya dibatasi hingga 30% atau kurang dari kalori total. Diet rendah
kolesterol direkomendasikan untuk DM.

Pasien sebaiknya mengkonsumsi sukrosa dan menambah intake serat. Pada beberapa
kasus, snack pagi dan siang penting untuk mencegah hipoglikemia.

2. Olahraga Edukasi pasien tentang bagaimana efek olahraga terhadap kadar glukosa darah.
Jika pasien berolahraga keras atau lebih dari 30 menit, dikhawatirkan kemungkinan hipoglikemi
Untuk mencegah hipoglikemia, mereka di edukasi untuk menurunkan insulinnya 10-20% atau
menambah ekstra snack. Pasien-pasien ini juga harus dapat mempertahankan status hidrasinya
selama olahraga.
Prognosis :
Sekitar 60 % pasien DM Tipe1 yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal, sisanya dapat mengalami komplikasi seperti kebutaan, gagal ginjal kronik, dan
kemungkinan untuk meninggal lebih cepat. Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik
bila tidak diterapi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai