STEP 3
1.
Teori Psikoanalitik
Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya 1926 Inhibitons, Symptoms, Anxiety
bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak
dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai
suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif
terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkatan rendah intensitas
karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul sebagai serangan panik.
Teori Perilaku
Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang spesifik.
Contohnya,
seorang
anak
laki-laki
yang
dibesarkan
oleh
ibunya
yang
Neurotransmiter
Neurotransmiter
A. Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan
panik,insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari
peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada
gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem
noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Selsel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada
rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks serebri, sistem limbik,
medula oblongata, dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukan bila
diberi stimulus pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan
inhibisi, primata tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia,
didapatkan pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor adrenergik ( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat mencetuskan
serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis
reseptor -2 menunjukan pengurangan gejala cemas.
B. Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran
serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan
hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obatobatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif kompulsif.
Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan relasi
antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik
ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada
korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.
C. GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A.
Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala gangguan
cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam dan clonazepam
ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik
Pada suatu studi struktur dengan CT scan dan MRI menunjukan peningkatan ukuran
ventrikel otak terkait dengan lamanya pasien mengkonsumsi obat benzodiazepine.
Pada satu studi MRI, sebuah defek spesifik pada lobus temporal kanan ditemukan
pada pasien dengan gangguan serangan panik. Beberapa studi pencitraan otak lainnya
juga menunjukan adanya penemuan abnormal pada hemisfer kanan otak, tapi tidak
ada pada hemisfer kiri. fMRI, SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal
pada korteks frontal pasien dengan gangguan cemas, yang ditemukan juga pada area
oksipital, temporal, dan girus hippocampal. Pada gangguan obsesif kompulsif diduga
terdapat kelainan pada nukleus kaudatus. Pada PTSD, fMRI menunjukan
pengingkatan aktivitas pada amygdala.
Sistem Saraf Otonom
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah:
gastrointestinal (diare)
respirasi (takipneu)
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada pasien
dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus simpatetik,
yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.
Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri
dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.
Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate
gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks
temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya
kemiripan antara presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus
temporal dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada
primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan
takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan
aktivitas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan
cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif.
Gangguan Cemas, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas
Tarumanegara
Respon Fisiologis terhadap Kecemasan:
terjadi sangat halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya deteksi
dilakukan denganmenggunakan instrumen khusus.
Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang dewasa, frekuensi dominan adalah 10 Hz dan
kurang pada anak-anak dan orang tua.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor fisiologi. Salah satu hipotesis
tradisional menyebutkan bahwa tremor merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang
dihasilkan oleh aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu bukanlah
penjelasan keseluruhan dari tremor fisiologis. Seperti yang dikemukakan oleh Marsden, beberapa
faktor tambahan (seperti input spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan
frekuensi resonansi natural dan inersia otot dan struktur lain) mungkin memegang peranan lebih
besar.
Tremor abnormal
Tremor abnormsal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor postural atau aksi, dan paling
tidak satu tipe dari tremor familial) disebut sebagai tremor fisiologis yang berlebihan (enhanced
physiologic tremor). 1
Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika menggunakan kata tremor dalam
kondisi klinis, mempengaruhi grup otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun.
Grup otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari dan tangan), bagian
proksimal anggota gerak (lebih jarang), kepala, lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh
(jarang).
Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari frekuensi tremor fisiologis.
Pada orang yang terkena, frekuensi tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena.
Dengan menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik, tremor abnormal
dibagi berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan postur anggota gerak dan pergerakan
volunter, pola aktivitas EMG (synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon
terhadap obat-obatan tertentu.1
Table 1. Kisaran frekuensi tremor pada berbagai keadaan. 2
14-18
Tremor ortostatik primer
Hz
Tremor fisiologis atau fisiologis yang
7-12 Hz
enhanced
4-12 Hz
Tremor esensial
4-10 Hz
Tremor psikogen
3-12 Hz
Sindrom tremor distonik
3-10 Hz
Tremor terkait tugas atau posisi
3-10 Hz
Tremor Parkinson
2-12 Hz
Tremor neuropatik
2-12 Hz
Tremor yang diinduksi obat
2-10 Hz
Multiple sklerosis
2-5 Hz
Tremor Holmes
Bain, 2002
Ropper, Allan H. dan Robert H. Brown. Adams and Victors Principles of Neurology. Ed. Ke8. USA: The McGraw-Hill Companies, 2005: 80-3.
Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :
Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
2.
3.
Elastisitas
Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.
Otot mempunyai 4 fungsi utama yaitu, kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas dan elastisitas.
Contractility (kontraktilitas) adalah kemampuan otot untuk memendek dengan kekuatan tertentu.
Ketika otot berkontraksi, hal tersebut menyebabkan pergerakan struktur internal otot (filamen
otot) dan akan menngakibatkan tekanan pada organ dan pembuluh darah.
Excitability (eksitabilitas) adalah kemampuan otot untuk merespon stimulus, dimana
umumnya otot, khususnya otot rangka berkontraksi sebagai akibat stimulasi oleh saraf.
Otot polos dan jantung dapat berkontraksi tanpa stimulus luar, tetapi keduanya juga
berkontraksi akibat stimulus saraf dan hormon.
Extensibility (ekstensibilitas) adalah dapat meregang pada panjang tertentu dengan derajat
tertentu.\
Elasticity (elastisitas) adalah kemampuan otot untuk kembali ke kondisi semula setelah
melakukan proses meregang
Sumber : MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIASISTEM OTOT Disusun oleh :
CHRISTIANI SIANTURI
Kecemasan abnormal
Teori psikologis
- Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego
untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan
menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan
psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu
pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi,
ini menimbulkan gejala.
- Teori perilaku
teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan
terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki
respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya
(MPJidentitas).
- Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan
yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan
tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.
Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu kardiovaskuler,
gastrointestinal, dan pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus
terhadap kecemasan maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan
subyektif.
- Neurotransmitter
4. why the symptoms of the patient appearance in the public area and crowded?
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ)
Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau
pikiran obsesif.
b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua dari
situasi berikut :
Banyak orang
Tempat-tempat umum
Bepergian keluar rumah
Bepergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang menonjol
Etiologi agorafobia belum diketahui secara pasti tapi patogenesis fobia berhubungan
dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.
DSM IV TR
Menurunnya sensitivitas terhadap reseptor 5HT1A, 5HT2A/2C
Meningkatnya sensitivitas discharge dari reseptor adrenergic pada saraf pusat,
terutama reseptor alfa-2 katekolamin meningkatnya aktivitas locus coereleus
GANGGUAN
NEUROTIK,
GANGGUAN
SOMATOFORM
DAN
Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk
fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk
berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jarijari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari
sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
Fase 2
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan
tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada
motivasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa
sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan
dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras
dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan
motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah,
kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa
berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala
yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya
tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti.
intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat
sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
5) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk
menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan
masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat ini sangat
tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan anggota keluarga lainnya. Mereka
akan berusaha bersama-sama Anda untuk memecahakan masalah Anda yang terbaik.
6) Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan
stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan rasa
nyaman kepada diri Anda.
http://www.pikirdong.org/psikologi/psi18axdi.php
tensinggung.
2.
dan lesu.
3.
konsentrasi.
6.
Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
8.
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan
panas di perut.
12.
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan
cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 114 dengan hasil:
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7 14 = kecemasan ringan.
3. Skur 15 27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
Gangguan Neurotik
o Gangguan Cemas
o Gangguan Somatoform
o Gangguan Dissosiasi
GANGGUAN NEUROTIK
Neurosa atau juga disebut dengan Psikoneurosa (istilah lama, tak dipakai lagi), istilah ini
kurang tepat karena tak ada gangguan neuron (sel saraf) atau disebut Psikogenik.
Definisi:
Prof Maramis:
Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tak
dapat diselesaikannya suatu konflik a-sadar. Kecemasan yg timbul dirasakan
secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan
psikologik (defence-mechanism) dan muncullah gejala-gejala subjektif lain yg
mengganggu.
Karena ada konflik, maka mengganggu sistem/susunan saraf otonom
Lubis (ahli Psikoanalisa FK UI)
Neurosa dapat dipandang sebagai suatu bentuk khusus dari penjelmaan
ansietas dan penjelmaan ikhtiar individu untuk meniadakan ansietas itu
Contoh : Phobia Pisau
PPDGJ III
Menghindar
F.41 Gangguan anxietas lainnya. Manifestasi anxietas menonjol dan tidak
o
o
o
o
o
DSM IV
o Gangguan kecemasan umum
o Agoraphobia, agorapobia spesifik dan social
o Gangguan obsesi kompulsif
o Gangguan distimik
o Gangguan konversi
o Gangguan depersonalisasi
o Gangguan Hipokondriasis
o Gangguan seksual
1.GANGGUAN CEMAS
-
Definisi:
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan
suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air
besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. ( Harold I. LIEF)
Anenvous condition of unrest ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL)
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan
akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. ( J.J
GROEN)
Cemas adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-olah terus
mengancam, yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja.
(Psikiatri II Simtomatologi, FK UNDIP)
Kecemasan : suatu sinyal yang menyatakan; ia memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
ancaman. Atau respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal, samar-samar, dan konfliktual
Cemas Normal suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari
perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari
penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.
Ex. anak masuk sekolah pertama kali
Cemas Patologis
respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang
diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya.
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)
- Etiologi
Ada 2 teori :
1) Teori Psikologis
a. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, kecemasan sebagai sinyal guna menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri.
Kecemasan id atau impuls berhubungan dengan ketidaknyamanan primitif dan
difus dari seorang bayi jika mereka merasa terlanda oleh kebutuhan dan stimuli
dimana keadaan tidak berdaya mereka tidak memungkinkan pengendalian.
Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang agak besar tapi masih dalam
masa praoedipal, yang takut kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh
orangtuanya jika mereka gagal mengendalikan dan mengarahkan impulsnya sesuai
dengan standar dan kebutuhan orangtuanya.
Kecemasan Kastrasi menandai anak oedipal, khususnya dalam hubungan dengan
impuls seksual anak yang sedang berkembang, dicerminkan dalam kecemasan
kastrasi dari dewasa.
Kecemasan Superego merupakan akibat langsung dari perkembangan akhir
superego yang menandai berlalunya kompleks Oedipus dan datangnya periode
latensi prapubertal.
b. Teori Perilaku
Menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap
stimuli lingkungan spesifik.
Ex : seseorang dapat belajar untuk memiliki suatu respon kecemasan internal
dengan meniru respon kecemasan orangtuanya.
c. Teori Eksistansial
Bahwa seseorang menjadi menyadarinya adanya kehampaan yang menonjol di
dalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih mengganggu daripada penerimaan
kematian mereka yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi dan arti yang
berat tersebut.
2) Teori Biologis
a. Sistem Saraf Otonom
Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu (cor : takikardia,
muskular : nyeri kepala, GIT : diare, pernafasan : nafas cepat)
b. Neurotransmitter
NE, serotonin & GABA
NE agonis adrenergik beta & antagonis adrenergik-alfa2 pencetus
c. Penelitian Pencitraan Otak
Kelainan di korteks fro ntalis, occipital, dan temporal
Manifestasi Klinis:
- Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut
-
Gangguan Panik
Gangguan Fobik
Gangguan Obsesif-kompulsif
Gangguan Stres Pasca Trauma
Gangguan stres Akut
Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik
dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.
GAMBARAN KLINIS
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik
kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma
emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului
serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10
menit.
Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien
biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk
mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.
Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit mendapatkan
bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.
PEDOMAN DIAGNOSTIK AGORAFOBIA
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit meloloskan diri
Situasi dihindari, misal jarang bepergian
Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan mental lain, misal fobia sosial
PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek /situasi)
Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan kecemasan
Menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar situasi yang
ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan konseling banyak
pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari.
Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta
blokerdapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap
3. GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 2-3 persen.
OBSESIF adalahpikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.
PEDOMAN DIAGNOSIS
= Pikiran, impuls, yang berulang
= Perilaku yang berulang
lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan biasanya
menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa .
Kerentanan individu dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan
keparahannya suatu reaksi stres akut.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar biasa dengan
onset dan gejala. Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian. Selain itu
ditemukan
(a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa
keadaan terpaku , semua gejala berikut mungkin tampak: depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan,
overaktif dan penarikan diri, akan tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu lama.
(b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang dengan
cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru
mulai mereda setelah 24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.
6. GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan
lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran,
ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah
keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita
sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung hampir setiap hari selama beberapa
minggu, bahkan biasanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut :
kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik
7. GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI
Kategori campuran ini harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas maupun depresi, di mana masingmasing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diaognosis tersendiri.
(Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.KJ,SIMPOSIUM SEHARI KESEHATAN JIWA, IKATAN DOKTER
INDONESIA)
STEP 4
genetic
environment( experience
d)
biological
in brain
social interacton
anxiety symptoms
fobis anxiety
crowded place
other anxiety