Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN KASUS

“Seorang anak laki-laki usia 1 tahun dengan


kejang demam komplek, common cold dan
diare cair akut”

Pembimbing : dr. Vita Susianawati, MSc, Sp.A


Disusun Oleh : Elita Purnama H2A010015

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak


FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
RS PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan
mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,
anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan
terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan
tubuh belum terbangun secara sempurna.

Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri


mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80% disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa
Tengah sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap
tahunnya. 25-50% kejang demam akan mengalami bangkitan
kejang demam berulang.
BAB II
KASUS

Anak laki-laki berusia 1 tahun BB 11 kg datang


dibawa orang tuanya ke IGD RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu tanggal 19 januari 2017
pukul 07.30 dengan keluhan demam yang lalu
diikuti oleh kejang.
IDENTITAS PASIEN
 No Catatan Medis : 16-1964-XX
 Nama pasien : An. F

 Umur : 12 bulan

 Jenis kelamin : Laki-Laki

 Tanggal lahir : 17 Januari 2016

 Agama: Islam

 Alamat : Ploso, Polan, Polanharjo


 Tanggal masuk RS : 19 Januari 2017
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. I
Usia 42 tahun 38 tahun
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Buruh Ibu rumah tangga
Alamat Ploso, Polan, Polanharjo Ploso, Polan, Polanharjo
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesa dari
Ibu Pasien tanggal 20 Januari 2017 jam 11.00
WIB di Bangsal Hamka 3E RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu.
KELUHAN UTAMA :
Demam hari ke I yang lalu diikuti oleh kejang
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu (19/01/2017) dengan keluhan kejang.
Kejang sudah terjadi sebanyak 2 x SMRS. Kejang pertama terjadi
pada pukul 16.00 (18/01/2017), yang kedua pada pukul 06.30
(19/01/2017).

Setiap kali kejang berlangsung sekitar 2 menit. Saat kejang tangan


kanan dan kiri pasien mengepal dan kedua lengan atas dan kedua
tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata tidak
mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit.

Saat kejang pasien sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi
badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang
pasien mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini
merupakan serangan kejang yang kedua, serangan pertama terjadi
sekitar 2 bulan yang lalu sebanyak 5 x kejang dalam 24 jam.
Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari SMRS sekitar
pukul 13.00 (18/01/2017). Demam muncul tiba-tiba dan
dirasakan terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi
sehingga oleh ibu pasien diberikan obat penurun
panas.

Pada pukul 16.00 (18/01/2017) pasien mengalami kejang


dan ibu pasien membawa anaknya berobat kebidan
dan diberi obat penurun panas namun belum ada
perbaikan.

Pada pukul 06.30 (19/01/2017) pasien mengalami kejang


lagi kemudian setelah sadar baru pasien di bawa ke
UGD RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Sebelum
demam ibu pasien juga mengeluhkan anaknya terkena
batuk dan pilek.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Riwayat saki serupa : diakui (2 bulan yang lalu)

 Riwayat rawat inap : diakui (2 bulan yang lalu)

 Riwayat asma : disangkal


 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal

 Riwayat thypoid : disangkal


 Riwayat DBD : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat penyakit serupa : diakui (ibu)

 Riwayat DBD : disangkal

 Riwayat darah tinggi : disangkal

 Riwayat sakit gula : disangkal


 Riwayat sakit jantung : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal

 Riwayat asma : disangkal

 Riwayat alergi obat atau makanan: disangkal


RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

 Orang tua pasien bekerja sebagai buruh tani.

 Pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara.

 Pasien tinggal bersama bapak ibu dan 1 saudara


kandungnya. Bapak pasien merokok dan tidak
mengkonsumsi alcohol.
 Didaerah tempat tinggal dan keluarga tidak ada
penderita BDB atau sakit demam tidak kunjung
membaik.
 Kesan ekonomi cukup
RIWAYAT NATAL
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
 Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien
melakukan ANC setiap bulan. Selama kehamilan ibu tidak pernah
mengalami sakit dan tidak pernah mengonsumsi obat selain vitamin
khusus ibu hamil. Selama kehamilan gizi ibu baik, tidak merokok,
tidak minum alkohol.

2. Riwayat persalinan/natal :
 Bayi lahir spontan, usia kehamilan 9 bulan, air ketuban jernih,
langsung menangis kuat, dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat
badan saat lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm, cacat bawaan
tidak ada.

3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :


 Bayi lahir sehat, tidak terdapat perdarahan spontan dan bayi hanya
mengkonsumsi ASI. Ibu rutin melakukan pemeriksaan neonates.
 Riwayat imunisasi
VAKSIN DASAR (umur)
BCG 1 bulan - - - - -
DPT/ DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
CAMPAK 9 bulan - - - - -
HEPATITIS B 0 bulan 1 bulan 4 bulan 6 bulan - -

 Riwayat makan dan minum


Umur Makanan dan Minuman
0 – 6 bulan ASI saja
7 bulan Bubur saring
1 tahun Mengikuti makan orang dewasa yang
disesuaikan.

Kesan : ASI eksklusif


 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
anak : Ibu pasien mengaku tumbuh kembang
pasien sama dengan anak seusianya.
 Riwayat Pertumbuhan : Berat badan naik
setiap bulannya
 Kesan : Tumbuh kembang sesuai dengan
anak seusianya
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 20 Januari
2017 jam 11.30 WIB di Bangsal Hamka 3E RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu.
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesaaran : compos mentis
 Status Gizi
 BB : 11 Kg
 PB : 73 cm
Berdasarkan kurva pertumbuhan WHO 2007
didapatkan :
 PB / Usia pada persentil -1 SD
 BB/ Usia pada persentil +1 SD
 BB /PB pada persentil +1 SD
Dapat disimpulkan status nutrisi bayi ini sebagai berikut :
 Perawakan bayi normal berdasarkan PB/U
 Berat badan bayi normal berdasarkan BB/U
 Status gizi bayi beresiko lebih berdasarkan PB/BB
Vital sign
• Nadi : 88 x/menit regular, isi dan tegangan cukup
• Respirasi Rate: 22 x/menit

• Suhu : 37,3oC aksila

Status Interna
• Kepala : mesocefal

• Mata : mata cekung (-/-), konjungitva palpebra anemis (-/-) ,


Sklera ikterik (-/-), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/
+), edem palpebra (-/-),
• Hidung: nafas cuping hidung (-/-) , septum deviasi (-/-) , secret (-/-)

• Telinga : serumen (-/-), secret (-/-), darah (-/-)

• Mulut : bibir kering (-),sianosis (-), lidah kotor (-)

• Leher : simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran limfonodi (-/-)


Thorax :
Cor
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis (teraba kuat angkat)
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, gallop (-), murmur(-)
Pulmo
Paru Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi simetris, kelainan kulit (-), pengembangan simetris, kelainan kulit (-),
pernafasan paru normal ,retraksi (-) pengembangan pernafasan paru normal ,
retraksi (-)
Palpasi Simetris, gerak dada tidak ada yang Simetris, gerak dada tidak ada yang
tertinggal, massa (-) tertinggal, massa (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesicular, Wheezing (-) Suara dasar vesicular, Wheezing (-),
ronkibasah kasar (-) ronki basah kasar (-)
 Abdomen
 Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar,
massa (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : turgor cukup.< 2 dtk, tes undulasi (-), hepatomegali
(-), splenomegali (-),
 Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen

 Genitalia : Inspeksi : diapper rash (-)


 Extremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
Ptekie -/- -/-
Palpasi A.dorsalis pedis +/+ +/+
Convalescent rash -/- -/-
Tanda Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk (-)
 Brudzinsky I (-)

 Brudzinsky II (-)

 Kernig Sign (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Darah rutin tanggal 19 Januari 2017 pukul
07.24
PEMERIKSAAN HASIL RUJ UKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.0 9.5-14.0 g/dl
Lekosit 10.7 4.0-12.0 10^3/uL
Trombosit 281.0 150.0 -400.0 10^3/uL
Eritrosit 4.53 4.0 -5.0 10^6/uL
Hematokrit L. 35.8 37.0 - 43.0 Vol
Hitungjenis
Granulosit 65.9 50.0 -80.0
Limfosit 20.6 20.5 - 51.1
Monosit H. 14 2–9
MCV, MCHC, MCHC
MCV L 79.1 80,3 – 103.4 U^3
MCH 26.5 26.0 – 34.4 Pg
MCHC 33.5 31.8 – 36.3 g/dL
DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan fsik Laboratorium
1. Usia 12 bulan 9. Tampak lemas 11. Hematokrit 35.8(L)
0
2. Demam hari ke I 10. Suhu : 37,3 C 12. Monosit 14 (H)
3. Demam sepanjang hari 13. MCV 79,1 (L)
tidak terlalu tinggi
4. Demam tidak turun
dengan penurun panas
5. Kejang 2x dalam 24
jam
6. Saat kejang dan setelah
kejang pasien sadar.
7. Batuk (+)
8. Pilek (+)
ASSESMENT
Diagnosa Kerja :
 Diagnosa klinis : Kejang demam komplek dan
common cold
 Diagnosa tumbang : Tumbuh kembang sesuai usia
 Diagnosa gizi : Status gizi beresiko lebih

 Diagnosa imunisasi : Imunisasi dasar sudah lengkap

 Diagnosa etiolgi : Suspek infeksi ekstra kranium


INISIAL PLAN
a. Tatalaksana Kejang demam komplek  Extra dexa ¼ ampul

 Infuse Ringer Laktat 10 tpm mikro. Jika  Asam valproate 15


demam 15 tpm mikro mg/kg/hari  165 mg/hari 
2 x 1,7cc
 Penurun panas
 Infeksi
 Sanmol 10-15ml/kgBB/kali  4-6jam x 1 cth
po (kp)  Cefotaxim 50-100 mg/kb/hari
250 mg / 12 jam
 Atau infus sanmol 110 mg bila suhu > 390C
b. Tatalaksana Batuk dan Pilek
 Anti kejang
 Trifed 3 x 1/2 cth po
 Bila suhu > 38,5oC  Diazepam 0,3 – 0,5
mg/kg  3 x 1,5 mg po

 Atau bila kejang  diazepam iv 3.5-5 mg


Monitoring
 Keadaan Umum

 Tanda Vital (Suhu, nadi, Respirasi)

Edukasi
 Menjelaskan tentang penyakit meliputi definisi, penyebab, gejala,
terapi dan komplikasi yang mungkin terjadi
 Pengobatan dilakukan secara rutin dan memberikan informasi
mengenai kemungkinan kejang kembali.
 Selalu mengecek suhu anak secara rutin. Bila suhu > 380C atau terjadi
kejang segera lapor ketenaga medis
 Memantau tumbuh kembang secara rutin tiap bulan di Pelayanan
Kesehatan
PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : ad bonam
 Quo ad sanam : ad bonam
 Quo ad fungsionam : ad bonam
FOLLOW UP PASIEN
Tangg Keluha Pemeriksaan Fisik Diagn Terapi Pemeriksaan
al n osis Lab
19janu Demam KU : tampak lemas Kejang - Infuse Ringer Laktat Hb: 12.0
ari (+) hari VT: t : 38.7 0 C demam 10 tpm mikro. AL : 10.7
2017 1, Cranium: mata SI (-/-) komple Demam  15 tpm AT : 281.0
08.45 batuk CA (-/-) epistaksis (-) k mikro Eritrosit : 4.53
(+), Leher : KGB (-/-) Comm - Sanmol syirup 4-6 HT 35.8
pilek Cor : S1>S2 reg, Bising on cold x1 cth (kp) Granulosit:
(+) jtg (-) - Trifed syrup 3 x 1/2 65.9
Pulmo: SDV (+/+), cth Limfosit: 20.6
wheezing (-) - Bila suhu
0
>38,5 C Monosit 14
Abd: BU + N, timpani, diazepam 3 x MCV 79.1
H/L + N 1,5 mg MCH 26,5
Ext :ADP kuat angkat, MCHC 33.5
- Bila kejang
akral dingin (-)
diazepam injeksi
3,5-5 mg.
20 Demam KU : tampak sakit ringan Kejang - Infuse Ringer Laktat Tidak
0
januar (+) hari VT: t : 37,7 C demam 10 tpm mikro. dilakukan
i 2017 1, Cranium: mata SI (-/-) komple Demam  15 tpm pemeriksaan
08.30 batuk CA (-/-) k mikro penunjang
(+), Leher : KGB (-/-) Comm - Sanmol syirup 4-6
pilek Cor : S1>S2 reg, Bising on cold x1 cth (kp)
(+) jtg (-) - Trifed syrup 3 x 1/2
Pulmo: SDV (+/+), cth
wheezing (-) - Bila suhu >38,5 0 C
Abd: BU + N, timpani, diazepam 3 x
H/L + N 1,5 mg
Ext : ADP kuat angkat,
- Bila kejang
akral dingin (-).
diazepam injeksi
3,5-5 mg.
- Cefotaxim injeksi
250 gr setiap 12
jam
- Extra dexa ¼
ampul injeksi
- Asam valproat 2 x
1,7cc
- Demam  cek
DR
21 Demam KU : tampak sakit ringan Kejang - Obseravsi aff infus Hb: 11.8
0
januar (-), VT: t : 36,9 C demam - Asam valproat 2 x AL :7.8
i 2017 BAB Cranium: mata SI (-/-) komple 1,7cc AT : 269.0
08.00 6x (+) CA (-/-), cekung (-/-) k - InterZinc Syirup Eritrosit : 4.51
ampas Leher : KGB (-/-) DCA 1x1 cth HT 35.7
(+), Cor : S1>S2 reg, Bising - Xepagel 1 x 1 sue Granulosit:
darah (- jtg (-) - Demam (-), BAB 34.7
), lendir Pulmo: SDV (+/+), ampas  boleh Limfosit:
(-) wheezing (-) pulang 57.5
muntah Abd: BU + N, timpani, Monosit 8
(-) H/L + N, turgor <2’’ MCV 79.1
batuk(+ Ext : ADP kuat angkat, MCH 26.2
) akral dingin (-) tanda MCHC 33.1
dehidrasi (-)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
> 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Menurut consensus statment on
febrile seizures kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan
dengan demam tetapi tidak terbukti adanya
infeksi intrakranial
Etiologi
Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang
demam adalah
 infeksi saluran pernafasan atas terutama
tonsillitis dan faringitis, otitis media akut (cairan
telinga yang tidak segera dibersihkan akan
merembes ke saraf di kepala pada otak akan
menyebabkan kejang demam),
 gastroenteritis akut
 infeksi saluran kemih.
Faktor Resiko

 Faktor demam
 Faktor usia
 Riwayat keluarga
 Faktor Prenatal dan Perinatal
 Faktor Paskanatal
Patofisiologi
Klasifikasi
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
Kejang demam sederhana (harus Kejang demam kompleks (hanya
memenuhi semua kriteria dengan salah satu kriteria berikut)
berikut)
 Kejang berlangsung lama, lebih
 Berlangsung singkat dari 15 menit

 Umumnya serangan berhenti  Kejang fokal atau parsial satu


sendiri dalam waktu < 15 menit sisi, atau kejang umum
didahului dengan kejang parsial
 Bangkitan kejang tonik, tonik-
klonik tanpa gerakan fokal  Kejang berulang 2 kali atau
lebih dalam 24 jam, anak sadar
 Tidak berulang dalam waktu kembali di antara bangkitan
24 jam kejang.
Diagnosa

Anamnesa
 Identitas

 Riwayat Penyakit

 Riwayat Kehamilan Ibu

 Riwayat Persalinan

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

 Riwayat Imunisasi

 Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

 Riwayat Keluarga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan untuk
membedakan apakah kejang disebabkan oleh
proses ekstra atau intrakranial. Jika kita
mendapatkan pasien dalam keadaan kejang, perlu
diamati teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik,
umum, atau fokal. Amati pula kesadaran pada
waktu kejang. Perlu diperiksa keadaan pupil; adanya
tanda-tanda lateralisasi; rangsangan meningeal
(kaku kuduk, Kernig sign, Brudzinski I, II); adanya
paresis, paralisa; adanya spastisitas; pemeriksaan
reflek patologis dan fisiologis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium  darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, fosfor, magnesium, ureum,
kreatinin, urinalisis, biakan darah, urin, feses.
2. Pungsi Lumbal
 Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
 Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
 Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.
 Bayi >18 bulan tidak rutin (jika dicurigai menderita meningitis)
3. Pencitraan (CT scan atau MRI) dapat diindikasikan pada
keadaan :
 Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
 Kemungkinan adanya lesi struktural di otak
 Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial
4. Elektroensefalografi
Tatalaksana
Dalam Penanggulangan Kejang demam ada 4
faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
 Memberantas kejang secepat mungkin
 Pengobatan penunjang
 Memberikan pengobatan rumatan
 Mencari dan mengobati penyebab
1. Memberantas kejang secepat mungkin
2. Pengobatan Penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan
memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan
memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya
semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan
untuk mencegah aspirasi lambung. Pengisapan lendir
dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah
dengan pemberian oksigen. Cairan intavena sebaiknya
diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan
metabolik atau elektrolit.

Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan


kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti
deksametason diberikan 0,5-1 ampul
3. Pengobatan Rumatan

Pengobatan rumatan diberikan Pengobatan rumatan


jika kejang demam menunjukan dipertimbangkan jika :
ciri sebagai berikut (salah satu) :
 Kejang berulang 2kali/lebih
 Kejang lama > 15 menit
dalam 24 jam
 Kelainan neurologis yang
nyata sebelum/sesudah
 Kejang demam terjadi pada
kejang : hemiparesis,peresis bayi kurang dari 12 bulan
Todd,palsi serebral, retradasi
 Kejang demam >/= 4 kali per
mental,hidrosefalus.
tahun.
 Kejang fokal
Profilaksis intermiten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari,
penderita kejang demam diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan
kepada anak selama episode demam. Antipiretik yang
diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10-
15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari.

Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan


untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah
diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5
mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg
pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg setiap 8 jam.
Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk
menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang
stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk
mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.
Salah satu obat yang dipakai untuk profilaksis
jangka panjang ialah:
 Sodium valproat / asam valproat dosisnya ialah
15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
 Fenobarbital dosisnya ialah 3-4 mg/kgBB/hari
dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatan rumatan :
 Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.

4. Mencari dan mengobati penyebab


Penyebab dari kejang demam baik sederhana
maupun kompleks biasanya infeksi traktus
respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu
untuk mengobati infeksi tersebut.
Edukasi pada orang tua Rujukan
 Meyakinkan bahwa kejang  Pasien kejang demam dirujuk
demam umumnya mempunyai atau dirawat di rumah sakit
prognosis yang baik. pada keadaan berikut:

 Memberitahukan cara  Kejang demam kompleks.


penanganan kejang.
 Hiperpireksia (suhu rektal >
 Memberikan informasi 39°C).
mengenai kemungkinan kejang
kembali.  Usia dibawah 6 bulan.

 Pemberian obat untuk  Kejang demam pertama.


mencegah rekurensi memang
efektif tetapi harus diingat  Dijumpai kelainan neurologis.
adanya efek samping obat.
Prognosis
 Kematian  Dalam penelitian ditemukan angka
kematian 0,46 % s/d 0,74 %.
 Terulangnya Kejang  Kemungkinan terjadinya
ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan
pertama dari serangan pertama.
 Epilepsi  Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 %
dari KDS dan 97 % dari KDK.
 Hemiparesis  Diperkirakan + 0,2 % KD mengalami
hemiparese sesudah kejang lama.
 Retardasi Mental
Diare Cair Akut

Diare cair akut adalah diare yang berlangsung


kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja
lunak ataupun cair yang lebih sering dan tanpa
darah.
Cara Penularan
Diare pada umunya ditularkan melalui fekal-
oral yaitu melalui makanan atau minuman yang
telah tercemar enteropatogen, atau kontak
langsung dengan tangan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja
penderita atau secara tidak langsung melalui
lalat.
Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen:
 Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan bayi.
 Penggunaan botol susu

 Tidak memadainya penyediaan air bersih.

 Pencemaran air oleh tinja.

 Kurangnya sarana kebersihan.

 Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis.

 Cara penyapihan yang tidak baik.


Etiologi

 Faktor Infeksi
 Faktor Malabsorbsi
 Faktor Makanan
 Faktor Psikologi
Patofisiologi
Faktor

Infeksi Kuman masuk dan Toksin dalam Hipersekresi air


berkembang dalam dinding usus elektrolit (isi
usus halus rongga) usus
meningkat

Malabsorpsi Tekanan
osmotik Pergeseran air Isi rongga usus
meningkat dan elektrolit ke meningkat
rongga usus

Makanan Toksik tidak dapat Kemampuan


diabsorpsi
Hiperperistaltik absorpsi
menurun

Psikologis Hiperperistaltik Kemampuan absorpsi


menurun

Diare
Gejala Klinis
Gejala yang timbul saat bayi atau balita mengalami
diare adalah bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, nafsu makan berkurang namun bisa saja
nafsu makan tidak mengalami perubahan, tinja cair dan
mungkin dapat disertai lendir atau darah, warna tinja
semakin lama berubah menjadi kehujau-hijauan, anus
san daerah sekitarnya lecet, bayi muntah dan timbul
gejala dehidrasi.
Pemeriksaan penunjang
 Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas
darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika.
 Urine lengkap, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika.
 Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja
Tatalaksana
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare cair akut
yang diderita anak balita baik yang dirawat dirumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit,yaitu:
 Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
 ASI dan makanan tetap diteruskan
 Antibiotik selektif
 Nasihat kepada orang tua
Klasifikasi Dehidrasi
Rencana Terapi A
Rencana Terapi B
Rencana Terapi C
BAB IV
PEMBAHASAN
 Kejang demam ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada  Pada kasus ini pasien termasuk
kenaikan suhu tubuh (suhu kedalam kejang demam karena
rektal > 38oC) yang disebabkan pada anamnesis didapatkan
oleh suatu proses pasien berusia 12 bulan
ekstrakranium. mengalami kejang sebanyak 2 x
SMRS. Ibu pasien mengaku
 Menurut consensus statment on
sebelum kejang pasien
febrile seizures kejang demam mengalami demam tetapi tidak
adalah suatu kejadian pada bayi terlalu tinggi berkisar 37,80C.
dan anak biasanya terjadi antara
umur 3 bulan sampai 5 tahun
berhubungan dengan demam
tetapi tidak terbukti adanya
infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu.
Menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia, membagi kejang demam
menjadi dua:

 Kejang demam sederhana


Pada kasus ini pasien termasuk
 Kejang demam kompleks (hanya kedalam kejang demam kompleks
dengan salah satu kriteria karena dalam anamnesis ditemukan
berikut) : yaitu kejang sudah terjadi sebanyak 2
x dalam 24 jam. Kejang pertama
 Kejang berlangsung lama, lebih terjadi pada pukul 16.00 (18/01/2017),
dari 15 menit yang kedua pada pukul 06.30
(19/01/2017). Saat kejang pasien sadar
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, dan setelah kejang pasien sadar
atau kejang umum didahului
dengan kejang parsial

 Kejang berulang 2 kali atau lebih


dalam 24 jam, anak sadar kembali
di antara bangkitan kejang.
Pemeriksaaan fisik untuk Pada kasus ini pada
kejang sendiri lebih pemeriksaan pupil ditemukan
diarahkan untuk reflek pupil direk (+/+), reflek
membedakan apakah kejang pupil indirek (+/+), edem
palpebra (-/-), tidak ada tanda-
disebabkan oleh proses
tanda latelarisasi. Pada
ekstra atau intrakranial.
rangsang meningeal
Perlu diperiksa keadaan didapatkan kaku kuduk (-),
pupil; adanya tanda-tanda Kernig sign (-), Brudzinski I
lateralisasi; rangsangan (-),Brudzinski II (-). Paresis (-),
meningeal (kaku kuduk, spastisitas (-). Dari hasil
Kernig sign, Brudzinski I, II); pemeriksaan fisik, kejang
adanya paresis, adanya disebabkan oleh proses
spastisitas. ekstrakranial.
Untuk membantu penegakkan
diagnose dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti

 Pemeriksaan laboratorium,
dapat meliputi: darah perifer Pada kasus ini pasien hanya
lengkap, gula darah, elektrolit, dilakukan pemeriksaan darah
dll. rutin dan didapatkan hasil
yang abnormal antara lain
 Pungsi Lumbal, dianjurkan pada: hematokrit 35.8(L), Monosit
14 (H), MCV 79,1 (L) dan tidak
1. Bayi kurang dari 12 bulan dilakukan pemeriksaan fungsi
sangat dianjurkan dilakukan. lumbal.
2. Bayi antara 12-18 bulan
dianjurkan.

3. Bayi >18 bulan tidak rutin (jika


dicurigai menderita
meningitis)
Dalam Penanggulangan
Kejang demam ada 4 faktor
yang perlu dikerjakan yaitu :

1. Memberantas kejang
secepat mungkin Pada kasus ini dirumah pasien
telah diberikan obat serbuk
anti kejang diazepam (0,3-
0,5mg/kgBB) sebanyak 1 x.
Kemudian dirumah sakit jika
pasien kejang dapat diberikan
diazepam iv 3.5-5 mg.
2. Pengobatan penunjang
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan
kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan
glukokortikoid seperti deksametason diberikan
0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.

Pada kasus ini pasien diberikan deksametason


sebanyak ¼ ampul.
3. Memberikan pengobatan rumatan

Pengobatan rumatan dipertimbangkan jika :


 Kejang berulang 2kali/lebih dalam 24 jam

 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

 Kejang demam >/= 4 kali per tahun.

Pada kasus ditemukan pasien sudak mengalami kejang


2 kali dalam 24 jam dan terdapat Kejang demam >/= 4
kali per tahun. Sehingga pasien ini dapat
dipertimbangkan untuk diberikan pengobatan
rumatan.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:

a. Profilaksis intermitten
 Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari,
penderita kejang demam diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak
selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah
paracetamol dengan dosis 10- 15mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan
untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam,
baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak
dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan
berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap
8 jam.
 Pada kasus ini jika pasien demam > 380C berikan sanmol syirup
1 cth tiap 4-6jam. Bila suhu > 38,5oC  Diazepam 3 x 1,5 mg po.
b. Profilaksis jangka panjang
 Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin
terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup
di dalam darah penderita untuk mencegah
terulangnya kejang di kemudian hari. Salah satu obat
yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
Sodium valproat / asam valproat dosisnya ialah 15-40
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
 Pada kasus ini pasien diberikan asam valproate  15
mg x 11 = 165 mg/hari  2 x 1,7cc
4. Mencari dan mengobati penyebab
 Penyebab dari kejang demam baik sederhana
maupun kompleks biasanya infeksi traktus
respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu
untuk mengobati infeksi tersebut.
 Pada kasus ini pasien mengalami batuk (+) dan pilek
(+). Sehingga pasien diberikan antibiotik cefotaxim
(50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis) yang
diberikan 250 gr tiap 12 jam. Serta diberikan Trifed 3 x
1/2 cth.
Diare Cair Akut
 Diare cair akut adalah diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak ataupun
cair yang lebih sering dan tanpa darah.
 Pada kasus ini pasien mengalami diare cair akut
karena pada anamnesis didapatkan BAB 6 X dalam
semalam, ampas (+), lendir (-), darah (-).
 Klasifikasi derajat dehidrasi :

 Pada kasus ini didapatkan pemeriksaan fisik keadaan


umum baik, kesadaran compos mentis, mata cekung
(-/-),turgor <2’’ serta keinginan nank untuk minum
masih normal. Sehingga pasien dimasukkan kedalam
diare tanpa dehidrasi.
Pengobatan pada diare tanpa dehidrasi adalah

Pada kasus ini diberikan


terapi InterZinc Syirup 1x1
cth dan memberikan
edukasi kepada orang tua
agar anak diberi cairan
lebih dari biasanya.
BAB V
KESIMPULAN
 Kejang merupakan suatu kegawatdaruratan yang dapat
menyebabkan kematianKejang pada anak dapat terjadi
dengan berbagai macam etiologi yaitu infeksi atau
noninfeksi.Kejang yang sering terjadi pada masa anak-anak
adalah Kejang Demam dan Epilepsi.
 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal>38oC),tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau
metabolit.
 Tatalaksana kejang yaitu memberantas kejang secepat
mungkin, pengobatan penunjang,memberikan pengobatan
rumatan,dan mencari dan mengobati penyebab

Anda mungkin juga menyukai