Anda di halaman 1dari 13

Kesehatan Jiwa Dalam Pandangan Islam

Puji syukur kehadirat Allah SWT telah memberikan kita begitu banyak
nikmat terutama nikmat Islam dan iman. Alhamdulillah kita masih diberi
kesempatan oleh Allah untuk bertemu ditempat ini.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rosulullah


saw, kepada keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman.

‫ن ْال َعالَ ِم ْي َربَّ يَا اَ ِمين‬


Ikhwan wa akhwat fillah yang dicintai Allah SWT, Dalam
perkembangan hidup, manusia seringkali berhadapan dengan berbagai
masalah yang berat untuk diatasi. Akibatnya, timbullah kecemasan,
ketakutan, dan ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia yang
akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yang semula
dianggap tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap
orang lain, maupun melakukan kejahatan terhadap diri sendiri seperti
meminum minuman keras dan obat-obat terlarang hingga tindakan bunuh
diri.

Oleh karena itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan


dalam hidup ini yang terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya setiap
orang ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yang tenang kehidupan
ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yang dikehendaki
Allah dan rasul-Nya.

A. Apakah yang dimaksud Kesehatan Jiwa?

Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi
segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah
swt untuk hamba- Nya dari segala macam bencana dan tipu daya.
Perlindungan Allah swt itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh
secara sempurna kecuali bagi orang- orang yang mematuhi petunjuk- Nya.
Ikhwan wa akhwat fillah yang dicintai Allah SWT, beliau bersabda
dalam Al Qur’an:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.” QS. Ar-Ra’d :28

Dalam al qur’an manusia memiliki beberapa potensi yang harus


dimengerti dan dikembangkan, yaitu :
1. Al- jasadu Yaitu fisik manusia yang tersusun dari jaringan- jaringan
tubuh seperti tangan, kaki, kepala dan lain sebagainya.
2. Ar- ruh Yaitu sesuatu yang ditiupkan ke dalam badan manusia
setelah berumur tiga kali empat puluh hari.
3. An- nafs Yaitu sebutan dari ar- ruh apabila telah bersatu dengan
badan / jasad manusia.
4. Al- aql Yaitu alat untuk berfikir atau memahami sesuatu.
5. Al- qalbu yaitu dengan pendekatan secara jasmani mengandung arti
jantung Dengan pendekatan secar ruhaniah mengandung arti hati
nurani. Al-qalbu merupakan potensi dalam diri manusia yang
terpenting karena mempunyai hubungan dengan al-jasad, an-nafs
dan alaql. Semua potensi yang ada pada manusia tersebut harus
dimanfaatkan sebagai manifestasi khalifah di muka bumi yang
mempunyai fungsi membangun dan memelihara alam.

Didalam Al Qur‟an disebut adanya Qalbu ( hati ), nafs, dan aql


( akal ) yang dapat dianggap sebagai potensi kejiwaan, yang ketiganya
berkembang sejak masa bayi sampai mencapai dewasa, dan ketiganya
saling beritegrasi dengan baik dan membentuk jiwa yang sehat.

Sebaliknya bila salah satu dari padanya terganggu perkembangannya


terutama bila terjadi pada qalbu (hati), maka dapat terjadi gangguan
jiwa.

B. Apa saja bentuk-bentuk penyakit kejiwaan dan gejalanya

Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw “Ilmiah


Nafsi” membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu:
1. Pamer (riya‟)
Dalam riya terdapat unsur-unsur kepura-puraan, penipuan,
munafik, seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang
lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Over acting, menutup-
nutupi kejelekannya dan seterusnya . Dalam suatu perbincangan
dengan para sahabat nabi, beliau pernah mengutarakan
kekhawatiranya tentang hal ini dengan terjemahan:
“Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya‟ dan
syahwat yang tersembunyi”.
2. Marah (al-ghadhab)
As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa emosi marah akan
menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan
memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan
menimbulkan tindakan-tindakan destruktif. Marah juga dapat
berpengaruh pada hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati,
menyembunyikan kejahatan, rela melihat orang lain menderita,
cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya. Atas dasar
inilah maka nabi melarang orang yang sedang marah untuk melakukan
putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya:
“Seseorang jangan membuat keputusan diantara dua orang
(yang berselisih) sementara ia dalam keadaan marah”.
Nabi juga sangat memuji tindakan pengendalian diri terhadap
emosi marah ini dan menganggapnya sebagai orang yang kuat,
sebagaimana sabdanya:
“Tidaklah orang dikatakan kuat itu adalah orang yang pandai
bergulat, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan
amarahnya”.
3. Lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah)
Lupa merupakan sifat asal (tabiat) manusia. Tabiat inilah
yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal yang
penting, lalai akan Allah swt, dan perintah-Nya, sementara setan
selalu menggodanya. Dari aspek ini kita melihat keberhasilan iblis
dalam menggoda Adam a.s.
4. Was-was (al-was-wasah)
As-Samarqandi, seperti yang dikutip oleh As-Syarqawi
menyebutkan bahwa setan senantiasa berusaha menggoda dan
memperdaya manusia. Jalan yang ditempuhnya adalah antara lain:
melalui sifat su‟uzzan baik kepada Allah maupun kepada manusia,
melalui kemewahan hidup, melalui sikap menghina orang lain,
hasut, dengki, bakhil, riya‟, kikir, tamak, dan sebagainya. Menurut
as-Samarqandi cara mengatasi penyakit ini adalah dengan cara
memperkuat keyakinan (iman) kepada Allah dan berpuasa diri
(qana‟ah) akan karunia dan nikmat yang telah diberikan-Nya.
5. Frustrasi (al-ya‟s)
Frustrasi (al-Ya‟s) menurut as-Syarqawi adalah putus
harapan dan cita. Munculnya perasaan ini biasanya ketika seseorang
berhadapan dengan macam-macam cobaan dan persoalan hidup yang
bertolak belakang dengan hawa nafsunya.
Allah swt melarang manusia berputus asa akan rahmat-Nya,
sebagaimana firman-Nya:

“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya


tiada berputus ada sari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S.
Yusuf:87).
6. Rakus (tama‟)
Tamak atau rakus adalah keinginan yang berlebih-lebihan
yang didasari oleh kemauan hawa nafsu yang tidak terkendali. jika
seseorang mengikuti hasa nafsunya secara belebihan, maka selama ia
bersikap tamak dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia
terima, selama itu pulaia terperangkap oleh angan-angan dunia yang
tidak pernah terwujudkan.
7. Terperdaya (al-ghurur)
Pemahaman yang tidak benar terhdap kehidupan duniawi
dimaksudkan salah, bahwa dunia dianggap segala-galanya, dunia
merupakan tujuan akhir, harapan dan cita-citanya. penderita penyakit
ini selalu meragukan kehidupan akhrat, akhirat dianggap ilusi, tidak
kekal, sementara kehiudupan dunia dianggapnya segala-galanya.
Persepsi yang demikian ini dikenal dalam filsafat sebagai penganut
hedonisme.
8. Sombong (al-ujub)
Ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam penampilannya
tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. „Ujub lebih terfokus
kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan
menonjolkan diri sendiri.
9. Dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Secara umum dapat dikatakan, bahwa rasa iri muncul akibat
kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu tujuan. Oleh sebab itu
emosi ini sangat kompleks, dan ada dasarnya terdiri atas rasa ingin
memiliki, rasa marah, dan rasa rendah diri.

C. Apa penyebab – penyebab timbulnya penyakit kejiwaan

Menurut ilmu kesehatan jiwa yang sedang berkembang saat ini, ada
beberapa kejadian yang bisa menjadi sebab timbulnya konflik batin yang
perlu diperhatikan sejak dini pada individu atau seorang anak, yaitu:
1. Kegagalan
Kegagalan seorang anak yang bright meraih cita-cita, atau
tuntutan yang terlalu besar pada seorang anak yang kemampuannya
terbatas, tuntutan yang terlalu besar dari orang tua terhadap prestasi
anak.
2. Kebimbangan
Adanya fenomena yang kontras yang dihadapi anak,
misalnya antara nasehat orang tua dan kenyataan orang tua sebagai
suri tauladan yang keduanya tidak saling mendukung.
3. Norma
Pantangan dan adat istiadat yang terlampau ketat. Penanaman
norma, adat-istiadat yang tidak bijaksana
4. Ove-protection yang kurang bijaksana
Kasih sayang yang melimpah, selalu dibantu, diawasi,
menyebabkan anak menjadi individu yang kurang mandiri, serba
ketakutan, ragu-ragu, kurang percaya diri, rapuh dan kurang berani
berfikir.
Sementara perlindungan yang berlebihan menyebabkan anak
menjadi individu yang penakut, munafik, kepatuhan yang
mengandung pemberontakan, ekstrim, yang pada gilirannya menjadi
individu yang penuh dendam, ingin berkuasa, dominan, ingin
menjajah setiap orang, egois, mau menang sendiri dan
mementingkan diri sendiri.
5. Ditolak orang tua
Kehadiran anak bagi mereka adalah beban. Pada akhirnya
anak mereka menjadi individu yang merasa kehadirannya tidak
dikehendaki, merana, kecewa, penuh dendam, penuh penyesalan,
tidak betah dirumah, dan sebagainya.
6. Broken Homes
Keluarga yang berantakan menyebabkan anak menjadi
bimbang, tidak punya figur teladan, susah, dan memunculkan
konflik batin.
7. Cacat Jasmaniah
Kekurangan fisik pada anak perlu disikapi dengan bijaksana.
Jika tidak maka anak menjadi individu yang mudah tersinggung,
mudah sedih, terhina, merasa berdosa, dan sebagainya.
8. Lingkungan sekolah yang buruk
Disipilin yang sangat ketat, aturan-aturan yang sangat
mengikat dengan tuntutan kegiatan yang padat,menyebabkan anak
menjadi individu yang serba ketakutan, pasif, tidak memiliki
pemikiran yang kreatif, dan sebagainya.
9. Pengaruh buruk orang tua
Orang tua adalah suri tauladan dan menjadi pusat figur anak.
Kegagalan orang tua menjadi teladan menyebabkan anak menjadi
bingung, dan pada akhirnya mencari figur lain yang menurut
seleranya disukainya yang bisa jadi adalah figur yang tidak baik.

D. Apa saja dampak penyakit kejiwaan terhadap individu

Hadirin sekalian secara garis besar dampak penyakit kejiwaan


terhadap individu adalah sebagai berikut:
 Depresi
Kata depresi sering disalah artikan oleh masyarakat kita. Adapun
yang dimaksud dengan depresi adalah kumpulan gejala yang dialami
oleh seseorang dalam dua minggu terakhir seperti secara terus menerus
merasa sedih, murung yang dialami hampir sepanjang hari atau hampir
setiap hari, menjadi kurang berminat terhadap banyak hal atau kurang
bisa menikmati halhal yang biasanya disenangi, serta merasa cepat lelah
atau tidak bertenaga.
Terkadang seseorang tidak menyadari dirinya mengalami depresi
karena biasanya gejala yang muncul berupa gangguan fisik seperti sakit
di ulu hati (maag) yang tidak kunjung membaik, sakit kepala menahun,
sakit kulit, dan lainlain
 Asietas (Cemas)
Begitu pula dengan gejala cemas dapat terlihat sebagai gejala fisik
dan psikologis. Gejala-gejala yang biasanya muncul seperti jantung
tibatiba berdebardebar, berkeringat, gemetar, merasa mulut kering, sulit
menelan, kesulitan bernapas, merasa leher tercekik, merasa tertekan atau
tidak enak di dada, mengalami mual atau gangguan perut, kepala pusing,
sempoyongan, merasa asing dengan sekelilingnya, takut menjadi gila,
kehilangan kendali atau pingsan, takut mati, merasa nyeri atau tegang
otot, merasa gelisah atau tidak bisa santai, merasa pikiran tegang, mudah
kaget atau terkejut, sulit berkonsentrasi atau merasa pikiran kosong,
merasa mudah tersinggung, sulit tidur karena khawatir akan suatu hal.
 Gangguan Psikotik
Gangguan jiwa berat yang juga harus di deteksi dini adalah
gangguan psikotik (skizofrenia) dengan munculnya gejalagejala seperti
apakah Anda, keluarga atau orangorang di sekitar Anda pernah yakin
bahwa seseorang sedang mematamatai, atau bahwa seseorang sedang
berkomplot untuk menyerang atau mencoba mencederai, percaya bahwa
seseorang atau suatu kekuatan di luar memasukkan ide atau pikiran yang
bukan miliknya ke dalam pikiran, pernah mendapat penampakan atau
pernah melihat halhal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, pernah
mendengar suarasuara di telinga yang tidak dapat didengar oleh orang
lain dan sumber suaranya tidak ada.
Jika individu tersebut sudah mengalami gangguan kejiwaan dan
tidak berupaya untuk menyembuhkannya maka cepat atau lambat
keadaan psikologis akan terganggu dan berdampak juga pada fisiknya,
seperti gangguan kesehatan atau sakit, seperti :
 Jantung berdebar
 Sering pusing
 Sakit perut (seperti mual & melilit)
 Sesak nafas
 Gatal-gatal
 Badan sering nyeri
 Sering keluar keringat dingin
 Dll

E. Cara mengatasi dan mengurangi penyakit kejiwaan

Hadirin yang dirakhmati Allah SWT, tentunya setelah mendengar


hal-hal buruk yanf dapat ditimbulkan akibat penyakir kejiwaat ini
tentunya kita sebagai umat Allah ingin untuk selalu dijauhkan dari
penyakit hati, dan apa saja yang dapat kita lakukan agar dapat menjaga
kesehatan jiwa dan terhindar dari penyakit tersebut.
1. Psikoterapi Dzikir
Doa merupakan permintaan tolong kepada Allah swt, pemilik
kekuatan tanpa batas. Saat berdoa kepada Tuhannya, individu akan
merasakan adanya kekuatan mahabesar diatasnya karena telah
menyatukan hatinya dengan Sang Pemilik kekuatan tak terbatas.
Tidak ada aktivitas yang akan menentramkan hati dan
melembutkan jiwa selain senantiasa ingat dan berdzikir kepada
Allah. Karena itulah Allah menyeru kepada kita agar kita senantiasa
berdzikir pada-Nya.

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat


(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku”.(Al-Baqarah : 152).
2. Puasa
Puasa dalam bahasa Arab di sebut al-shaum yang berarti
menahan (imsak). Sedangkan secara terminologis, puasa adalah
suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang
beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan,
minum, dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang
merusak nilai puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.
Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif
kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance),
bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar
dan ikhlas

َ ‫تَ ْعلَ ُم‬


‫ون ُكنتُ ْ&م إِن‬
“Dan, andai kalian memilih puasa tentulah itu lebih baik bagi
kalian jika kalian mengetahui.” QS Al-Baqarah : 184

Abu Umamah: ”Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepadaku


satu amalan yang Allah akan memberikan manfaat-Nya kepadaku
dengan sebab amalan itu.” Maka Rasulullah bersabda, ”Berpuasalah,
sebab tidak ada satu amalan pun yang setara dengan puasa.” (HR
Nasaa’i).

3. Shalat
Peranan shalat bagi kesehatan jiwa banyak dikupas oleh para
ilmuwan. Ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam shalat :
aspek olahraga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek
kebersamaan. Dengannya, ketenangan hidup semakin terasa,
semangat hidup semakin besar, stres berkurang, fikiran semakin
jernih, jiwa semakin bugar dan seterusnya. Bahkan ibadah-ibadah
semacam ini dapat dikategorikan sebagai obat penenang jiwa yang
sangat mujarab.
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan
Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang
Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan
serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang
mendapat tempat kesudahan (yang baik)” Q.S. Ar-Ra’d : 22
4. Tawasul
Keyakinan terhadap tawasul (bahwa para hamba-hamba
terdekat dengan Tuhan atau kekasih-Nya, dapat membantu kita-
penerj) menghasilkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi
dialam semesta ini adalah kehendak Allah swt dan para wali-Nya
merupakan perantara-Nya dalam mencurahkan rahmat dan karunia.
Oleh karena itu, saat sedang berada dalam kesusahan, disarankan
untuk bertawasul kepada mereka (para kekasih Allah). Dalam pada
itu, mereka adalah agensi bagi tercurahnya rahmat dari sisi Allah
swt.
Bertawasul dapat menguatkan ketawakalan (penyerahan diri
kepada Allah Swat) individu. Dengan menjalin hubungan dengan
wali-wali Allah Swt yang punya kedudukan tinggi di sisi-Nya, serta
memiliki pengaruh dalam mekanisme alam semesta, jiwa individu
akan merasa tentram dan tidak kesepian.
5. Ziarah ketempat suci
Ziarah merupakan upaya untuk mengikat janji, bertumpu
pada tauhid, dan menyatukan jiwa dengan kebenaran wahyu. Ziarah
adalah baiat dan sumpah setia kepada para imam dan wali Allah Swt
yang paling dekat dengan-Nya.
Allah berfirman dalam Al qur’an:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari
syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”. Q.S. Al baqarah : 158

Penutup
Sehat fisik bukan berarti juga sehat jiwa. Terkadang kita
menyepelekan kesehatan jiwa, padahal jika kesehatan jiwa kita terganggu
maka kesehatan fisik pun akan terganggu. Oleh sebab itu, marilah kita lebih
memperbanyak amal dan juga ibadah, sehingga kita lebih dekat kepada
Allah, dan juga kita dapat ketenangan jiwa yang sesungguhnya.
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada
kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya mohon
dimaafkan, yang benar datangnya atas bimbingan Allah SWT Yang Maha
Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi
sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah,

‫َوبَ َر َكاتُهُ هللاِ َو َرحْ َمةُ َعلَ ْي ُك ْم ال َّسالَ ُم َو‬


DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an & Hadits


2. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit UMM.
3. Bakan, Hamdani. 1990. Psikoterapi dan Konseling Islam. Jakarta :
Erlangga.
4. Dep Kes, RI. 2001. Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : Dirjen Binkesmas Depkes RI.
5. Depag RI. 1989. Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Terj. Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an. Semarang : CV. Toha Putra.
6. Depkes, RI. 2004. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di
Puskesmas. Jakarta : Dirjen Binkesmas Depkes RI.
7. El Quusiy, Abdul Aziz. Diterjemahan oleh Dzakia Drajat. 1974. Pokok-
Pokok Kesehatan Jiwa/Mental.
8. Hamka, Tasauf Modern. 1996. Pustaka Panji Mas. Jakarta.
9. Hawari, H. Dadang Hawari. 1999. Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Kesehatan Mental. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa.
10. Heerdjan, S. 1987. Apa itu Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit FKUI.
11. Ishak Husaini Kehsari. 2012. Al-Qur‟an dan Tekanan Jiwa : Diagnosis
Kejiwaan Manusia Modern dan Solusi Qur‟ani dalam Mengatasi dan
Menyembuhkannya. Jakarta : The Islamic College Jakarta.
12. Jaya, Y. 1992. Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental.
Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dasar dan Menengah
13. Jaya, Yahya. 1994. Spiritualisasi Islam : Dalam Menumbuhkembangkan
Kepribadian dan Kesehatan Jiwa. Jakarta : CV. Ruhama.
14. Jaya, Yahya. 2002. Kesehatan Mental.
15. Khazana Pemikiran Islam
16. Lumbantobing. 2007. Skizofrenia/ Gila. Jakarta : Penerbit FKUI.
17. Maramis. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga press.
18. MUI DKI Jakarta. 2006.
19. Musfir bin Said Az-Zahrani. Diterjemahkan oleh Sari Marulita. 2005.
Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai