Anda di halaman 1dari 32

MIASTENIA GRAVIS

DEFINISI

Miastenia gravis adalah gangguan transmisi n


euromuscular yang disebabkan oleh respons
autoimun. Miastenia berasal dari Bahasa yuna
ni yang berarti “otot” dan “kelemahan”, sement
ara gravis berarti “parah” dalam bahasa latin.
Oleh karena itu, arti nama tersebut adalah “kel
emahan otot yang parah” yang merupakan ga
mbaran klinis primernya, disertai keletihan yan
g abnormal (Patricia dkk,2002).
Miastnia gravis adalah penyakit auto imun.
Faktor yang memicu proses autoimun tidak
diketahui, namun kelenjar timus terlibat.
Timus terletak dibelakang sternum dan
dapat memanjang kebawah hingga
diagfragma atau keatas hingga
leher.Kelenjar ini berperan dalam repon
sifisitas sel T terhadap anti gen
asing.Kelenjar timus ukurannya besar pada
anak anak dan kecil pda orang
dewasa.Pada masa remaja, kelenjar
tersebut mengecil dan hampir digantikan
oleh lemak.Kelainan kelejar timus sering
ETIOLOGI kali terjadi pada pasien yang mendrita
miastenia gravis.80% pasien yang
menderita miastenia gravis mengalami
hyperplasia timus, sementara 10% nya
mengalami timoma (Patricia dkk,2002).
MANIFESTASI KLINIS
Miastrnia gravis dapat ditandai dengan
miastenia ocular atau mia stenia gravis
generalisata.
Pada mia stenia ocular, pasien dapat
datang dengan masalah seperti petosis
dan diplopia, Pada miastenia gravis
generalisata, pasien dapat menunjukan
manifestasi ocular serta kesulitan dalam
mengunyah, disvagia, dan disartria.Suara
pasien dapat terdengar sengow.Kesulitan
bicara dan menelan dianggap disebabkan
oleh terkenanya bulbus pada penyakit
ini.Kelemahan motoric juga tampak pada
penyakit ini
KLASIFIKASI

1 2 3 4 5

MIASTENIA UMUM MIASTENIA UMUM MIASTENIA MIASTENIA BERAT MIASTENIA BERAT


OKULAR RINGAN. UMUM SEDANG AKUT LANJUT
KOMPLIKASI
1. Krisis miastenik 2. Krisis kolinergik
Krisis miastenik yaitu Krisis kolinergik yaitu
keadaan dimana keadaan yang
dibutuhkan diakibatkan kelebihan
antikolinesterase yang obat-obat
lebih banyak.Keadaan ini antikolinesterase.Halini
dapat terjadi pada kasus mungkin disebabkan
yang tidak memperoleh karena pasien tidak
obat secara cukup dan sengaja telah minum
dapatdicetuskan oleh obat berlebihan, atau
infeksi. mungkinjuga dosis
menjadi berlebihan
karena terjadi remisi
spontan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Antibodi anti-reseptor
asetilkolin
2. Antibodi anti-reseptor
asetilkolin
3. Tes tensilon
(edrofonium klorida)
4. Foto dada
5. Tes Wartenberg
6. Tes prostigmin
PENATALAKSANAAN

1. Antikolinesterase
2. Steroid
3. Azatioprin
4. Timektomi
5. Plasmaferesis
Keluhan Utama
Hal yang sering menyebabkan klien miastenia
meminta bantuan medis adalah kondisi
penurunanatau kelemahan otot-otot, dengan
manifestasi: diplopia (pengelihatan ganda), ptosis
PENGKAJIAN (jatuhnyakelopak mata) merupakan keluhan utama
dari 90% klien miastenia gravis, disfonia
(gangguansuara), masalah menelan, dan
mengunyah makanan. Pada kondisi berat keluhan
utama biasanyaadalah ketidakmampuan menutup
rahang, ketidakmampuan batuk efektif dan dispnea.
PENGKAJIAN FISIK

B1 (Breathing)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
 
DIAGNOSE KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi secret,
kemampuan batukmenurun
2) Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan kelemahan otot pernapasan
3) Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan
penurunan control tersedak dan batuk efektif
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan denganketidakmampuan
menelan
5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan otot-otot volunter
RENCANA KEPERAWATAN
1. BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
BERHUBUNGAN DENGAN AKUMULASI
SECRET, KEMEMPUAN BATU MENURUN
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan jalan napas kembali efektif
Kriteria :
Secara subyektif sesak napas (-), frekuensi
napas 16-20 kali/mnt, tidak
menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS
(-), ronki (-/-), mengi (-/-), dapat
mendemonstrasikan cara batuk efektif.
INTERVENSI

1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas


tambahan, perubahan irama dan
kedalaman,penggunaan otot aksesori,
warna dan
kekentalan spuntum.
2. Atur posisi fowler dan semifowler
3. Ajarkan cara batuk efektif
4. Lakukan fisioterapi dada, vibrasi dada
5 . Lakukan penghisapan lender di jalan
napas
6. Penuhi hidrasi cairan via oral, spt minum
air putih dan pertahankan asupan cairan
2500 ml/ hari
2. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF BERHUBUNGAN
DENGAN KELEMAHAN OTOT PERNAPASAN
Tujuan: Setelah diberikan tindakaan keperawatan
diharapkan pola napas kembali efektif
Kriteria :
Secara subyektif sesak napas (-), frekuensi napas 16-
20 kali/mnt, tidak
menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal
INTERVENSI
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas
tambahan, perubahan irama dan
kedalaman, penggunaan otot
aksesoriserangangagal napas dan menjadi data
dasar intervensi selanjutnya.
2 Evaluasi keluhan sesak napas, baik secara
verbal dan nonverbal.
Seorang laki-laki usia 39 tahun datang ke
RS Margono dengan keluhan sesak nafas
sudah 3 hari, kemudian klien mengatakan
nafsu makan nya menurun, namun masih
dapat makan sedikit dan klien mengeluh
sulit menelan saat makan, klie juga
mengeluh saat berbicara.
 
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas
1). Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
No. Cm : 00765620
Tanggal masuk : 20 Januari 2020
Tanggal pengkajian : 21 Januaari 2020
Diagnosa medis : Miatenia gravis
Alamat : Jln. Tegal Sari Rt 02 Rw 03 Purwokerto
2) Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. A
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Indonesia
Hubungan dengan klien: Istri pasien
Alamat : Jln. Tegal Sari Rt 02 Rw 03 Purwokerto
 
RIWAYAT KESEHATAN

1) Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas
2) Riwayat pasien sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas sudah 3
hari, nafsu makan nya menurun, klien
mengeluh sulit menelan saat makan, klie
juga mengeluh saat berbicara.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
4) Riwayat penyakit sekarang
Tidak ada
No Symptom Problem Etiologi
1. DS = Pasien mengatakan Pola nafas tidak efektif Hambatan upaya nafas
sesak nafas.
DO = - TD = 110 /70
mmHg
- RR = 32 x/menit
- S = 36,5 C
- Spo2 = 92 %

2. DS = Pasien mengatakan Resiko defisit Ketidakmampuan menelan


nafsu makan nya makanan
menurun dan
kesulitan untuk
menelan.
DO = Pasien terlihat
makan nya sedikit
hanya
menghabiskan 1/4
porsi.

3. DS = Pasien mengeluh Gangguan komunikasi verbal Gangguan neuromuskular


sulit bicara.
DO = Pasien terlihat
kesulitan
berbicara.
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan - Monitor pola nafas
efektif b.d hambatan keperawatan selama 1x24 jam - Monitor bunyi nafas
upaya nafas diharapkan pola nafas tidak tambahan
efektif terpenuhi dengan kriteria - Posisikan semifowler
hasil : - Kolaborasi pemberian
No. Indikator A T bronkodilator
1. Penggunaan 1 4
otot bantu
nafas
2. Frekuensi 1 4
nafas
3. Kedalaman 1 4
nafas

Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
Resiko defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
ketidakmampuan menelan 1x24 jam diharapkan resiko defisit nutrisi terpenuhi
makanan dengan kriteria hasil :
No. Indikator A T
1. Porsi makan 2 4
yang
dihabiskan
2. Kekuatan 1 4
otot menelan
Keterangan :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Gangguan Setelah dilakukan tindakan -Monitor
komunikasi verbal keperawatan selama 1x24 jam kecepatan,tekanan,kuantitas
b.d neuromuskuler diharapkan Gangguan volume dan diksi bicara
komunikasi verbal terpenuhi - Monitor proses kognitif,
dengan kriteria hasil : anatomis, dan fisiologi
No. Indikator A T yang berkaitan dengan
1. Kemampuan 1 4 bicara
berbicara - Gunakan metode
2. Pemahaman 2 4 komukasi alternatif
komunikasi -Ulangi apa yang
Keterangan : disampaikan pasien
1. Menurun - Anjurkan bicara perlahan
2. Cukup menurun - Anjurkan pasien dan keluarga
3. Sedang proses kognitif,anatomis dan
4. Cukup meningkat fisiologis yang berhubungan
5. Meningkat kemampuan berbicara
- Rujuk ke ahli patologi bicara
. Implementasi Keperawatan

No Tanggal Jam Tindakan Evaluasi TT


diagnosa
1. 21 Januari -Memonitor pola S = Pasien
2020 nafas mengatakan
08.00 WIB -Memonitor sesak nafas
bunyi nafas O = - TD = 110 /70
tambahan mmHg
-Memposisikan - RR = 32 x/menit
semifowler - S = 36,5 C
-Kolaborasi - Spo2 = 92 %
pemberian A = Masalah pola
bronkodilator nafas efektif
belum teratasi
P = Lanjutkan
Intervensi
2. 21 Januari -Memonitor S=Pasien
2020 asupan mengatakan
08.00 WIB dan keluarnya nafsu makan nya
makanan menurun dan
dan cairan serta kesulitan untuk
kebutuhan menelan
kalori O = Pasien terlihat
-Mendiskusikan makan nya
perilaku makan sedikit hanya
dan jumlah menghabiskan
aktivitas fisik 1/4 porsi
-Mengajarkan pengaturan A = Masalah resiko
diet yang tepat defisit nutrisi
-Mengkolaborasi belum
dengan ahli gizi teratasi
tentang target P = Lanjutkan
berat bedan, intervensi
kebutuhan
kalori dan
pilihan
makanan
3 21 Januari -Memonitor S = Pasien
2020 kecepatan,tekanan,kuantitas mengeluh
08.00 WIB volume dan diksi bicara sulit bicara.
-Memonitor proses O = Pasien terlihat
kognitif, kesulitan
anatomis, dan fisiologi berbicara
yang berkaitan dengan A = Masalah
bicara gangguan
- Menggunakan metode komunikasi
komukasi alternatif verbal belum
-Mengulangi apa yang teratasi
disampaikan pasien P = Lanjutkan
-Menganjurkan bicara intervensi
perlahan
-Menganjurkan pasien dan
keluarga
proses kognitif,anatomis
dan
fisiologis yang
berhubungan
kemampuan berbicara
- Merujuk ke ahli patologi
bicara
Defek taut neuromuskular pada
miastenia gravis di sebabkan ole
h:
a. a.serangan antibodi di tempat
reseptor asetilkolin
b. Hipokalemia akibat gangguan
transmisi neuron
c. Letupan neuron yang salah
d. d.Stimulus berlebihan pada si
stem saraf parasimpatis.
KESIMPULAN
1. Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi
sebagai kelemahan dan kelelahanotot yang bersifat progresif,
dimulai dari otot mata dan berlanjut keseluruh tubuh hingga ke
ototpernapasan.
2. Miastenia gravis disebabkan oleh kerusakan reseptor asetilkolin
pada hubungan neuromuscular akibat penyakit otoimun.
3. Gejala utama miastenia gravis adalah kelemahan otot setelah
mengeluarkan tenaga yang sembuhkembali setelah istirahat.
4. Diagnosis miastenia gravis ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit dan gambaran klinis, sertates diagnostik yang terdiri
atas: antibodi anti-reseptor asetilkolin, antibodi anti-otot skelet,
testensilon, foto dada, tes wartenberg, dan tes prostigmin.
5. Pengobatan miastenia gravis adalah dengan menggunakan obat-

obat antikolinesterase yangkerjanya menghancurkan asetilkolin .


Thank you

Anda mungkin juga menyukai