Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)

DI RUANG RANAP PENYAKIT DALAM


PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (PPKMB)

Nama : Elfa El Yana

NPM : 2214901110019

Kelompok/Ruangan : 2A/R. Ranap Penyakit Dalam

Preseptor Akademik : Julianto, Ns.,M.Kep

Preseptor Klinik : Maulidaturrahmah, S.Kep., Ns

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2022/2023
A. Definisi
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra legulator (glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan), yang menyebabkan keadaan
hiperglikemi (Brunner and Suddart, 2002).

Diabetik ketoasidosis adalah keadaan yang mengancam hidup komplikasi dari


diabetes melitus tipe 1 tergantung insulin dengan kriteria diagnostik yaitu glukosa,
>250 mg/dl, Ph = <7.3, serum bikarbonat < 18 mEq/L, ketoanemia atau ketourinia.
(Urden Linda, 2008)

B. Etiologi
Ketoasidosis diabetikum didasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya umlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan dengan sodid yang kurang
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, misalnya : pneumonia, kolestisitis, iskemia
usus dan apendisitis.
Keadaan sakit dan infeksi dakan menyertai resistensi insulin. Sebagai respon
terhadap stres fisik (atau emosional), terjadi peningkatan hormon – hormon
“stres” yaitu glukagon, epinefrin, nonepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan.
Hormon – hormon ini akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan
mengganggu penggunaan glukosa oleh hati dan menganggu
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati. (Brunner and Suddart, 2002).

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gelaja Ketoasidosis menurut (Brunner and Suddart, 2002) sebagai berikut :
- Hiperglikemia yang menyebabkan poliuri dan polidipsi
- Penglihatan kabur
- Kelemahan dan sakit kepala
- Hipotensi ortotastik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau lebih pada
saat berdiri)
- Nadi lemah dan cepat
- Gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
- Nafas bau aseton (manis seperti buah)
- Pernafasan kusmaul (pernafasan yang terlalu dalam tetapi tidak berat/sulit)
- GCS berfariasi antara pasien, mulai dari komposmetis sampai koma
- Dehidrasi ( turgor kulit berkurang, lidan dan bibir kering)
- Kehilangan elektrolit
- Asidosi

D. Phatway
E. Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas - Untuk mengetahui pernafasan
keperawatan selama 3x24 (I.01011 PPNI 2018) pada pasien
Definisi: jam maka pola nafas Observasi - Untuk mengtehaui ada atau
Pola nafas tidak efektif membaik dengan kriteria - Monitor pola nafas tidak nya susra nafas
adalah inspirasi dan/ atau hasil: (frekuensi, kedalaman, tambahan pada pasien yang
ekspirasi yang tidak Pola nafas membaik dan usaha nafas) nantinya akan meghambat
memberikan ventilasi (L.01004 PPNI, 2019) - Monitor bunyi nafas proses kesembuhan pasien
adekuat
1. dispnea menurun tambahan (mis; gurgling, - Untuk mengetahui ada atau
mengi, wheezing dan tidaknya sputum yang
Batasan krakteristik:
2. penggunaan otot
ronchu kering) berlebihan
bantu nafas menurun
1. Mengeluh sesak nafas
- Monitor sputum (jumlah,
2. Penggunaan otot bantu 3. pemanjangan fase
warna, aroma)
pernafasan ekspirasi menurun
Edukasi - Agar memudahkan pasien
3. Fase ekspirasi 4. frekuensi nafas
- Ajarkan teknik batuk dalam pengeluaran sputum
memanjang membaik
efektif - Agar proses penyembuhan
4. Pola nafas abnormal 5. kedalaman napas Kolaborasi pasien lebih cepat
(mis. Takipnea, membaik - Kolaborasi pemberian
hperventilasi)
bronkodilator,
5. Adanya bunyi nafas
ekspektoran, mukolitik
tambahan (mis.
jika perlu
Wheezing, rales)

Etiologi:
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya nafas
(mis. Nyeri saat
bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan nuerologis
(mis.
Elektroensefalogram
positif,

(SDKI D. 0005, PPNI, 2017)


2. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuannya dalam waktu Manajemen Nutrisi (NIC. 1. untuk mengetahui penyebab
kurang dari kebutuhan tubuh 3x24 jam setelah 1100. Hal 197) dari mual dan muntah pada
b/d Asupan diet kuat diberikan intervensi 1. kaji penyebab keenganan pasien
keperawatan kebutuhan untuk makan 2. untuk mengobservasi status
Definisi : nutrisi tercukupi dengan 2. tentukan status gizi klien gizi dan pemenuhan yang
Asupan nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : dengan kemampuan untuk tepat untuk pemenuhan
untuk memenuhi kebutuhan Nafsu Makan (1014) memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
metabolik. (sebutkan 1-5 : sangat nutrisi 3. untuk menentukan batasan
terganggu, banyak 3. anjurkan klien kalori yang sesuai dengan
Batasan karakteristik : terganggu, cukup mengkonsumsi makanan kebutuhan nutrisi pasien
1. Kram abdomen terganggu, sedikit tinggi zat besi atau Fe 4. sebagai motivasi dalam
2. Nyeri abdomen terganggu, atau tidak seperti sayuran hijau pemenuhan nutrisi
3. Gangguan sensasi rasa terganggu) 4. anjurkan klien makan 5. agar nafsu makan pasien ada
4. Berat badan 20% atau 1. hasrat/keinginan sedikit tapi sering kembali dan pasien mau
lebih dibawah rentang untuk makan 5. kolaborasi dengan spesialis untuk makan
berat badan ideal 2. menyenangi makanan gizi
5. Kerapuhan kapiler 3. mencari makanan
6. Diare 4. intake makanan
7. Enggan makan 5. intake nutrisi
8. Bising usus hiperaktif 6. intake cairan
9. Kurang informasi

Faktor yang berhubungan :


Asupan diet kurang

Populasi beresiko :
- Faktor biologis
- Kesulitan ekonomi

Kondisi terkait :
- Ketidakmampuan
mengabsorsi nutrien
- Ketidakmampuan
mencerna makanan
- Ketidakmampuan makan
- Gangguan psikososial
-
NANDA
Domain 2. Kelas 1. Kode
Diagnosis 00002
3. Defisien volume cairan Setelah dilakukan Manajemen Cairan 1. Rasional: untuk mengetahui
tindakan keperawatan (NIC. 4120. Hal 157) : apakah ada terjadi
Definisi : selamat 1x45 menit, 1. Timbang berat badan peningkatan atau penuruan
Penurunan cairan keseimbangan cairan setipa hari dan monitor berat badan pasien
intravaskuler, interatisial,, pasien dapat teratasi status pasien 2. Rasional: untuk mengetahui
dan atau intraseluler, ini dengan kriteria hasil: 2. Jaga intake/asupan yang apakah pasien kekurangan
mengacu pada dehidrasi, 1. Turgor kulit dari akurat dan catat output cairan atau tidak
kehilangan cairan saja tanpa sangat terganggu (pasien) 3. untuk mengetahui apakah
perubahan kadar natrium menjadi cukup 3. Monitor tanda-tanda vital tanda-tanda vital pasien
terganggu pasien dalam batas normal atau
Batasan karakteristik : 2. Tekanan darah dari 4. Berikan cairan dengan tidak
1. perubahan status mental sangat terganggu tepat 4. untuk memenuhi kebutuhan
2. penurunan turgor kulit menjadi cukup 5. Monitor status gizi cairan pasien
3. penurunan tekanan darah terganggu 5. untuk mengetahui
4. penurunan tekanan nadi 3. Kelembaban bagaimana status gizi pasien
5. penurunan volume nadi membrane mukosa apakah tercukupi dan
6. penurunan turgor lidah dari sangat terganggu seimbang atau tidak.
7. penurunan pengeluaran menjadi cukup
urine terganggu
8. penurunan pengisian
vena (NIC. 0601. Hal 192)
9. memberan mukosa
kweing

faktor berhubungan :
- hambatan mengakses
cairan
- Asupan cairan kurang
- Kurang pengetahuan
tentang kebutuhan cairan

Populasi beresiko :
- Usia ektrem
- Berat badan ektrem
- Faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan cairan

Kondisi terkait :
- Kehilangan cairan aktif
- Gangguan mekanisme
pengaturan
- Gangguan yang
memengaruhi absopsi
cairan
- Gangguan yang
memengaruhi asupan
cairan
- Kehilangan cairan hebat
melalui rure normal

NANDA
Domain 2. Kelas 5.
Kode Diagnosis 00027
DAFTAR PUSTAKA

Widhamar, 2014. ”Laporan Pendahuluan Kad (Ketoasidosis Diabetik)”,


https://www.scribd.com/doc/239371560/LP-KAD, diakses pada 06 Nopember 2022
pukul 15.00.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M. & Wagner, C. M., 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Singapore: Singapore.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Moorhead, S., Johnson , M., Maas, M. L. & Swanson, E., 2016. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Singapore: Elsevier.

Banjarmasin, ...........................2022
Preseptor akademik, Preseptor klinik,

( Julianto, Ns.,M.Kep ) ( Maulidaturrahmah, S.Kep., Ns )

Anda mungkin juga menyukai