Anda di halaman 1dari 23

asuhan keperawatan alergi

ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Pengkajian (data subjektif dan data objektif)
1.1.  Data dasar, meliputi :
a.       Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis, sumber biaya, dan sumber informasi)
b.      Identitas penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
1.2.  Riwayat keperawatan, meliputi :
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a)      Alasan masuk rumah sakit :
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada
kulit, mual muntah, dan terasa gatal.
b)      Keluhan utama
1.      Pasien mengeluh sesak nafas
2.      Pasien mengeluh bibirnya bengkak
3.      Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah
4.      Pasien mengeluh nyeri di bagian perut
5.      Pasien mengeluh gatal- gatal dan timbul kemerahan di sekujur tubuhnya
6.      Pasien mengeluh diare
7.      Pasien mengeluh demam
c)      Kronologis keluhan
Pasien mengeluh nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul kemerahan pada
kulit, mual muntah dan terasa gatal tertahankan lagi sehingga pasien dibawa ke rumah sakit.
b.  
    Riwayat kesehatan masa lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini di derita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami nyeri perut, sesak nafas, demam, bibirnya bengkak, timbul
kemerahan pada kulit, mual muntah, dan terasa gatal dan pernah menjalani perawatan di RS
atau pengobatan tertentu.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/ tidak yang mengalami penyakit yang sama
d.      Riwayat Psikososial dan spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien
terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stress,
persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan system
nilai kepercayaan.
a)      Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
1.      Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi
rate.
2.      Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan persi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien
mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
3.      Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih
banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya)
4.      Eliminasi (BAB/ BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
5.      Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan /keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat
menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat
menjalani perawatan di RS.
6.      Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien
merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri)
7.      Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
8.      Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS
9.      Social dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar
(termasuk terhadap pasien lainnya)
10.  Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini dan terapi yang
akan diberikan untuk kesembuhannya
11.  Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi
12.  Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya
adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya
1.3.   Pemeriksaan fisik
1.3.1.      Pemeriksaan fisik
a.      Keadaan umum
Tingkat kesadaran GCS
b.      Tanda-tanda vital
c.       Keadaan fisik
d.      Kepala dan leher
e.      Dada
f.        Payudara dan ketiak
g.      Abdomen
h.      Genitalia
i.        Integument
j.        Ekstremitas
k.      Pemeriksaan neurologis
1.4.   Pemeriksaan penunjang
1.4.1.      Uji kulit : sebagai pemeriksaan penyaring (misalnya dengan allergen hirup tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau allergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan)
1.4.2.      Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit 5000/ml
disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan
1.4.3.      IgE total dan spesifik : harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun. Kadar
IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah atopi, atau
mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler
1.4.4.      Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya
1.4.5.      Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitive
1.4.6.      Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food chalenge didapatkan
inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit intraepitelial dan IgM. IgE ( dengan
mikroskop imunofluoresen )
1.4.7.      Pemeriksaan/ tes D Xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
1.4.8.      Diit coba buta ganda ( Double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti
1.5.   Analisa data
1.5.1.      Data subjektif
a.       Sesak nafas
b.      Mual, muntah
c.       Meringis, gelisah
d.      Terdapat nyeri pada bagian perut
e.       Gatal- gatal
f.       Batuk
1.5.2.      Data objektif
a.       Penggunaan O2
b.      Adanya kemerahan pada kulit
c.       Terlihat pucat
d.      Pembengkakan pada bibir
e.       Demam (suhu tubuh diatas 37,5oC )
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1
2.      Rumusan diagnose
a.       Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan  terpajan allergen
b.      Hipertermi berhubungan dengan  proses inflamasi
c.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
d.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan  cairan berlebih
e.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)

C.     RENCANA KEPERAWATAN


Tgl/jam Diagnose Tujuan/kriteria Rencana Rasional
kep. hasil tindakan
Pola nafas Setelah diberikan 1.      Kaji frekuensi, 1.      Kecepatan
tidak asuhan kedalaman biasanya
efektif keperawatan pernafasan dan meningkat.
selama …x 15 ekspansi paru. Dispenea dan
menit. Diharapkan Catat upaya terjadi
pasien pernafasan, peningkatan
menunjukkan pola termasuk kerja nafas.
nafas efektif penggunaan otot Kedalaman
dengan frekuensi bantu/ pelebaran pernafasan
dan kedalaman masal. berfariasi
rentang normal. 2.      Auskultasi tergantung
kriteria hasil : bunyi napas dan derajat gagal
1.      Frekuensi catat adanya nafas. Ekspansi
pernafasan pasien bunyi napas dada terbatas
nolmal (16-20 kali/ adventisius yang
menit) seperti krekels, berhubungan
2.      Pasien tidak mengi, gesekan dengan
merasa sesak pleura. atelektasis atau
3.      Pasien tidak 3.      Tinggi kepala nyeri dada
tampak memakai dan bantu pleuritik.
alat bantu mengubah 2.      bunyi napas
pernafasan posisi. menurun/ tak
4.      Tidak terdapat Bangunkan ada bila jalan
tanda-tanda pasien turun dari napas obstruksi
sianosis tempat tidur dan sekunder
ambulansi terhadap
sesegera pendarahan,
mungkin. bekuan/ kolaps
4.      Observasi pola jalan napas kecil
batuk dan (atelektasis).
karakter secret. Ronci dan
5.      Berikan oksigen mengi menyertai
tambahan. obstruksi jalan
6.      Berikan napas/
humidifikasi kegagalan
tambahan, mis: pernapasan.
nebulizer 3.      duduk tinggi
ultrasonic. memungkinkan
ekspansi paru
dan
memudahkan
pernapasan.
Pengubahan
posisi dan
ambulansi
meningkatkan
pengisian  udara
segmen paru
berbeda
sehingga
memperbaiki
difusi gas.
4.      kongesti
alveolar
mengakibatkan
batuk kering
atau iritasi.
Sputum
berdarah dapat
diakibatkan oleh
kerusakan
jaringan atau
antikoagulan
berlebihan.
5.      memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan
kerja napas.
6.      memberikan
kelembaban
pada membran
mukosa dan
membantu
pengenceran
secret untuk
memudahkan
pembersihan
Hipertermi setelah diberikan 1.      Pantau suhu 1.      Suhu 38,9-
askep selama pasien ( derajat 41,1C
….x24 jam dan pola menunjukkan
diharapkan suhu 2.      Pantau suhu proses penyakit
tubuh pasien lingkungan, infeksius akut
menurun batasi atau 2.      Suhu
kriteria hasil : tambahkan linen ruangan/jumlah
1.      suhu tubuh pasien tempat tidur selimut harus
kembali normal sesuai indikasi diubah untuk
(36,5 C -37,5 C)
o  o 3.       Berikan mempertahanka
2.      Bibir pasien tidak kompres mandi n mendekati
bengkak lagi hangat; hindari normal
penggunaan 3.      Dapat
alcohol membantu
mengurangi
demam
Kerusakan setelah diberikan 1.      Lihat kulit, 1.      Kulit berisiko
integritas askep selama adanya edema, karena gangguan
kulit ….x24 jam area sirkulasinya sirkulasi perifer
diharapkan pasien terganggu atau 2.      Edema
tidak akan pigmentasi interstisial dan
mengalami 2.      Hindari obat gangguan
kerusakan intramaskular sirkulasi
integritas kulit memperlambat
lebih parah absorpsi obat
kriteria hasil : dan predisposisi
1.      Tidak terdapat untuk kerusakan
kemerahan,bentol- kulit
bentol dan odema
2.      Tidak terdapat
tanda-tanda
urtikaria,pruritus
dan angioderma
3.      Kerusakan
integritas kulit
berkurang
Kekuranga setelah diberikan 1.      Ukur dan pantau1.      peningkatan
n volume askep selama TTV, contoh suhu atau
cairan ….x24 jam peningakatan memanjangnya
diharapkan suhu/ demam demam
kekurangan memanjang, meningkatkan
volume cairan takikardia, laju metabolic
pada pasien dapat hipotensi dan kehilangan
teratasi ortostatik cairan melalui
kriteria hasil : 2.      Kaji turgor kulit, evaporasi. TD
1.      Pasien tidak kelembaban ortostatik
mengalami diare membrane berubah dan
lagi mukosa (bibir, peningkatan
2.      Pasien tidak lidah) takikardia
mengalami mual 3.      Monitor intake menunjukkan
dan muntah dan output  kekurangan
3.      Tidak terdapat cairan cairan sistemik
tanda-tanda 4.      Beri obat sesuai2.      indicator
dehidrasi indikasi langsung
4.      Turgor kulit misalnya keadekuatan
kembali normal antipiretik, volume cairan,
antiemetic meskipun
5.      Berikan cairan membrane 
tambahan IV mukosa mulut
sesuai keperluan mungkin kering
karena napas
mulut dan
oksigen
3.      mengetahui
keseimbangan
cairan
4.      berguna
menurunkan
kehilangan
cairan
5.      pada adanya
penurunan
masukan/
banyak
kehilangan,
penggunaan
parenteral dapat
memperbaiki
atau mencegah
kekurangan
Nyeri akut Setelah dilakukan1.      Ukur TTV 1.      untuk
tindakan 2.      Kaji tingkat mengetahui
keperawatan nyeri (PQRST) kondisi umum
selama …x 24 jam3.      Berikan posisi pasien
diharapkan nyeri yang nyaman 2.      Untuk
pasien teratasi sesuai dengan mengetahui
kriteria hasil : kebutuhan faktor pencetus
1.      Pasien 4.      Ciptakan nyeri
menyatakan dan suasana yang 3.      memberikan
menunjukkan tenang rasa nyaman
nyerinya hilang 5.      Bantu pasien kepada pasien
2.      Wajah tidak melakukan 4.      membantu
meringis teknik relaksasi pasien lebih
3.      Skala nyeri 0 6.      Observasi relaks
4.      Hasil pengukuran gejala-gejala 5.      membantu
TTV dalam batas yang dalam
normal, TTV berhubungan, penurunan
normal yaitu : seperti dyspnea, persepsi/respon
a.       Tekanan mual muntah, nyeri.
darah              : palpitasi, Memberikan
140-90/90-60 keinginan kontrol situasi
mmHg berkemih meningkatkan
b.      7.      Kolaborasi perilaku positif
Nadi                         dengan dokter 6.      tanda-tanda
     : 60-100 dalam tersebut
kali/menit pemberian menunjukkan
c.       analgesik gejala nyeri
Pernapasan              yang dialami
      : 16-20 pasien
kali/menit 7.      Analgesik dapat
d.      meredakan nyeri
Suhu                        yang dirasakan
      : Oral (36,1- oleh pasien
37,5 C), Rektal
0

(36,7-38,10C),
Axilla (35,5-
36,40C)

D.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Tgl/jam No. dx. Kep. Tindakan Respon Paraf
keperawatan pasien/ hasil

E.     EVALUASI
Nama : ………………………..                      No Regristasi
Umur : ………………………...                     No Kamar :
Hari/tgl/jam No. Dx. Kep. Catatan perkembangan/ evaluasi
1.        S : pasien mengeluh tidak sesak lagi
O : pasien bernafas normal (16-24
x/menit),tidak terdapat tanda-tanda
sianosis,pasien tidak mengalami gangguan
pola nafas,pasien tidak tampak
menggunakan alat bantu pernapasan
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
2.        S : Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak
merah-merah lagi
O : kerusakan integritas kulit pada pasien
berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus
dan urtikaria sudah mulai berkurang,kulit
pasien tidak terdapat kemerahan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
3.        S : Pasien mengatakan kulitnya sudah tidak
merah-merah lagi
O : kerusakan integritas kulit pada pasien
berkurang,tanda-tanda angioderma,pruritus
dan urtikaria sudah mulai berkurang,kulit
pasien tidak terdapat kemerahan
A : tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi (  no 1 dan 2)
4.        S : pasien mengatakan tidak merasa
mual,muntah dan mencret lagi
O : intake & output pasien seimbang,TTV
dalam batas normal(TD : 120/80-
140/90,Suhu aksila: 36,5 oC -
37,5 oC,Frekuensi pernapasan : 16-24 x /
menit,Nadi: 60-100x/menit),tidak terdapat
tanda-tanda sianosis,turgor kulit kembali
normal
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
5.        S : pasien  mengatakan nyerinya sudah
berkurang
O : wajah pasien tampak tenang dan tidak
meringis
A : tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi pasien
askep alergi

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis
yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya.
Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan
pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan,
hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun
dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama,
kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan
mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada
umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian
tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu
penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
1.Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu
kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
2.Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
3.Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa
dengan tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya
setelah pada tempat kontak.
4.Rasa gatal
5.Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah :
1.Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu
seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita
dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan
memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang
merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan
kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
2.Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
3.Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, sering dijumpai pada telapak tangan
dan telapak kaki, dengan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam.
4.Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan efloresensi kulit bersifat
polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang lebih aktif.
5.Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka
terdapat di sekitar alae nasi, alis mata dan di belakang
6.telinga.
7.Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengalami iritasi atau
sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kontak alergik bentuk kronik.

B.Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit seperti
dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
1.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2.Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3.Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
6.Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi

C.Intervensi Keperawatan
Diagnosa :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Tujuan :
Kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit, berkurangnya
derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan,
penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab
selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi
busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak
membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

Diagnosa :
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan menghindari alergen
Intervensi
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen
Hindari binatang peliharaan.
Rasional : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau
batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di
lingkungan.

Diagnosa :
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat
garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal, klien mengungkapkan adanya
peningkatan rasa nyaman
Intervensi
Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip
terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta
penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia
lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau
komponen pelembut pakaian.
Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang
tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritas

Diagnosa :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Tujuan :
Klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
1.Mencapai tidur yang nyenyak.
2.Melaporkan gatal mereda.
3.Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4.Menghindari konsumsi kafein.
5.Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6.Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang
baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Diagnosa :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
Tujuan :
Pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
1.Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2.Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3.Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4.Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5.Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6.Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7.Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan
Intervensi :
1.Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata
bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2.Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3.Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
5.Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6.Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Diagnosa :
Kurang pengetahuan tentang program terapi
Tujuan :
Terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan
klien merasakan manfaat.
3.Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4.Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali

D.Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
1.Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2.Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3.Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4.Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5.Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Askep Alergi

ASKEP ALERGI
1.      Definisi
Alergi adalah perubahan daya reaksi tubuh terhadap suatu zat yang di peroleh pada kontak
kemudian sebagai akibat terbentuknya kompleks antigen antibodi
2.      Etiologi
a.      Makanan yang banyak mengandung zat toksik.
b.      Obat
c.      Debu
d.     Mikroorganisme, bakteri
e.      Cuaca
3.      Patofisiologis

stimulasi sel-sel masuk oleh antigen

(obat, makanan, cuaca,kosmetik,debu,vaksin)

pengeluaran mediator kimia

(histamin, leukosit, sitokinin, brakikardi,


prostatglandin)

                      hipersensitif anasilatik                         hipersensitif sitotoksik                        hipersensitif


kompleks imun                        hipersensitif tipe lambat

                         (tipe I)                                                  (tipe II)                            


(tipe III)                                                       (tipe IV)

                    penyakit atopik              reaksi tranfusi    sindrom good     anemia                terjadi pada
sejumlah   adanya amina        gatal      lesi yang menonjol      eritema

 
                                                                    darah yang         pasture     hemolik umum    komplek imun
yang       vasoditif                  

                                                                      
kompersibel                                           beredar
 

         respiratorik          gastrointes    dermatitis           kerusakan paru-


paru                                                                                           g3               ganguan citra tubuh

                                       final           atopik                 dan gagal


ginjal                                                                                                 pola

 
                                                                                                                                                                     
                          istirahat

       - asma                     anoreksia                                                                  destruksi


sel                    -  meningkatkan

       - bronkospasme                                       
darah merah                              permeabilitas vaskuler
       - edema saluran                                                                                                                       - 
cedera jaringan

          nafas                                          trombosi menurun    


menurunkan kadar Hb

       - dispneu
       - distalgia 
                                      ganguan               trombositopenia       menurunkan
ikatan O2       serum sickness    SLE   artritis rematoid

                                      pola nutrisi    

gangguan                                                    
anemia                           nyeri                             nyeri
pola nafas             

ikteri               spenomegali                                                     intoleransi aktivitas

4.      Pengkajian Keperawatan


a.      Biodata
b.      Keluhan utama
c.      Riwayat kesehatan klien
d.     Pola aktifitas atau istirahat
e.      Pola makan dan minum
f.       Pola higiene
g.      Pemeriksaan fisik
  kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan terutama
daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
  Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak yang
sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
  Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
  Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic shiners,
allergic facies.
  Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema.
Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang menonjol kadang-
kadang disebabkan alergi kronik.
  Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma
kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan.
  Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
5.      Pemeriksaan Diagnostik.
a.      Pemeriksaan pada jumlah leukosit dan hitung jenis sel.
b.      Pemeriksaan sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung, sputum.
c.      Pemeriksaan serum Ig E total dan Ig G spesifik.

Pemeriksaan dilakukan dengan


a.      Tes kulit.
Untuk menentukan antibodi Ig E spesifik dalam kulit pasien.
  Tes tusuk (Prick Test)
Hasil tes negatif apabila tidak ada bentol atau eritema atau hasil tes sama dengan kontrol
Hasil tes positif apabila terjadi bentul atau eritema
-          Positif 1 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema < 20 mm.
-          Positif 2 : bila didapatkan tidak ada bentul dan diameter eritema > 20 mm.
-          Positif 3 : bila didapatkan bentul dan eritema.
-          Positif 4 : bila didapatkan dengan psudopodia.
  Tes tempel (Patch Test)
Tes negatif bila tidak ada reaksi terhadap zat yang ditempati yang menunjukkan alergi.
Hasil tes positif
-          Positif 1 : bila ada eritema.
-          Positif 2 : bila ada eritema dan papula.
-          Positif 3 : bila ada eritema, papula dan vesikuler.
b.      Tes provokasi
  tes hidung
Hasil tes positif bila dalam beberapa menit timbul bnersin-bersin, pilek, hidung tersumbat,
kadang-kadang batuk, pada mukosa hidung tampak bengkak.
  Tes provokasi bronkial
Tes yang sering dipakai adalah tes kegiatan jasmani, tes inhalasi antigen, tes inhalasi
metakolin, tes inhalasi histamin.
c.      Foto thorax
Untuk melihat komplikasi asma dan sinus paranasal untuk mengetahui komplikasi rinitis.
d.     Spirometri
Untuk menentukan obstruksi saluran nafas baik beratnya maupun reversibilitas.
e.      Pemeriksaan tinja
Untuk melihat cacing dan telurnya pada kasus ursikaria.
6.      Diagnosa Keperawatan
a.      ketidak efektifan pola nafas b/d obstruksi bronkial.
b.      Gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi yang menonjol.
c.      Gangguan pola istirahat b/d gatal-gatal.
d.     Intoleransi aktivitas b/d nyeri.
7.      Intervensi Keperawatan.
a.      Dx : ketidakefektifan pola pernafasan bd obstruksi bronkial.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu mempertahankan pola pernafasan
efektif.
Kriteria hasil : - pasien tidak mengalami sesak nafas.
                        - bebas dari tanda dan gejala sesak nafas.
Mandiri
Intervensi Rasional
     Mengidentifikasi faktor pencetus      Tepat dalam memilih tindakan
terapeutik
     Awasi kesesuaian pola nafas      Kesulitan nafas dan peningkatan
     Auskultasi bunyi nafas, tandai tekanan jalan nafas dapat
daerah paru adanya bunyi memperburuk kondisi terjadinya
adventisius, misal: krekels, mengi, komplikasi
ronchi
     Berikan periode istirahat yang     Memperkirakan adanya
cukup dientara waktu aktivitas perkembangan komplikasi / infeksi
perawatan pernafasan
     Pertahankan perilaku tenang, bantu     Menurunkan konsumsi O2.
pasien kontrol diri dengan nafas
lambat atau dalam

     Ajarkan cara batuk efektif      Membantu pasien mengalami efek
fisiologis hipoksia yang dapat di
menifestasikan sebagai rasa takut
     Membantu mengeluarkan sputum

Kolaborasi
Intervensi Rasional
     Berikan tambahan O2 melalui cara     Mempertahankan ventilasi /
yang sesuai lewat masker, kanul oksigenasi efektif untuk mencegah /
memperbaikai krisis pernafasan
     Berikan obat-obatan sesuai indikasi     Mungkin diperlukan untuk
seperti bronkodilator, ekspektoran meningkatkan / mempertahankan
jalan nafas

b.      Dx : gangguan konsep diri, gambaran diri b/d adanya lesi


Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien dapat meningkatkan integritas diri
Kriteria hasil : - mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi penyakit
                        - perubahan gaya hidup
Intervensi Rasional
     Berikan kesempatan     Berikan kesempatan untuk
mengungkapkan masalah tentang mengidentifikasi rasa takut atau
proses penyakit, harapan masa kesalahan konsep dan
depan. menghadapinya secara langsung
     Diskusikan persepsi pasien     Isyarat verbal atau non verbal
mengenai bagaimana orang terdekat oranmg terdekat dapat mempunyai
menerima keadaan atau pengaruh mayor pada bagaimana
keterbatasan pasien memandang dirinya sendiri
     Dukung pasien untuk     Ungkapam perasaan pasien dapat
mengungkapkan aktualisasi dirinya mengurangi perasaam cemas

c.      Dx : ganguan pola istirahat b/d gatal-gatal


Tujuan : setelah dilakukan intervensi maka pasien mampu untuk mentoleransi
Kriteria hasil : - pasien melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
                        - mengurangi atau menghilangkan rasa gatal

Intervensi Rasional
     Berikan bedak pada area yang gatal      Mengurangi pelebaran area yang
     Beritahu pasien untuk tidak gatal
menggaruk area yang gatal      Mencegah terjadinya luka akibat
     Beritahu pasien untuk menghindari garukan
makanan yang dapat menimbulkan     Makanan dapat memperparah gatal
alergi
     Kolaborasi dengan tim medis dalam     Untuk lebih mempermudah dalam
pemberian obat proses pengobatan

d.     Dx : intolerasi aktivitas b/d nyeri


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien maka diharapkan beradaptasi dengan
nyeri
Kriteria hasil : - perasaan nyeri berkurang
                        - pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Mandiri
Intervensi Rasional
     Kaji derajat nyeri melalui isyarat     Tindakan dan reaksi nyeri adalah
verbal maupun non verbal individual dan berdasarkan
pengalaman
     Dengan nafas panjang otot menjadi
     Ajarkan teknik relaksasi kendur atau rileks sehingga nyari
berkurang
     Dengan teknik distraksi bisa
     Ajarkan teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian klien dari
masase rasa nyeri

Kolaborasi
Intervensi Rasional
     Berikan analgesik dan obat-obatan     Obat-obat analgesik dapat
lain sesuai indikasi mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai