Anda di halaman 1dari 7

Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

Sindrom Brugada
Nofia Dian Ardiani Sukamto1, Muhammad Galih Irianto2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Sindrom brugada merupakan kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal dominan dengan karakteristik adanya
elevasi segmen ST pada sadapan prekordial kanan. Terdapat 12 gen yang berkaitan dengan sindrom brugada. Sindrom
brugada merupakan penyebab kematian mendadak pada pasien tanpa kelainan struktur jantung. Prevalensi sindrom
brugada di Asia lebih tinggi daripada di Amerika dan Eropa. Sindrom ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita
dengan rasio 8:1 terutama pada usia <40-45 tahun. Gejala yang timbul pada sindrom brugada biasanya terjadi pada saat
istirahat atau tidur. Beberapa tanda dan gejala yang berhubungan dengan sindrom ini, yaitu sinkop, nocturnal agonal
respiration, fibrilasi ventrikel atau kematian mendadak, palpitasi, nyeri dada, demam. Gambaran EKG pada sindrom
brugada memilliki 3 tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Tipe 1 dengan elevasi segmen ST (coved type) ≥2 mm (0,2 mV)
diikuti defleksi negatif gelombang T. Tipe 2 memiliki kriteria elevasi segmen ST yang tinggi disertai dengan gelombang T
positif atau bifasik yang memberi gambaran seperti saddleback. Tipe 3 dengan elevasi segmen ST berbentuk coved type
atau saddleback type <1 mm dengan gelombang T positif. Implantable cardioverter-defibrillator (ICD) merupakan terapi lini
pertama untuk pasien yang beresiko tinggi (sinkop tanpa episode prodormal, riwayat keluarga dengan kematian mendadak)
dan pasien dengan gambaran EKG tipe 1 atau tipe 2. Pembuktian kasus kasus kematian mendadak yang melibatkan sistem
kardiovaskular harus selalu melibatkan pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi penyebab kematian tersebut.

Kata kunci: EKG,Elevasi segmen ST, Kematian mendadak, Sindrom brugada

Brugada Syndrome
Abstract
Brugada syndrome is an inhereted autosomal dominant genetic disorder characterized by ST-segment elevation in the right
precordial leads. Twelve genes have been linked to brugada syndrome. Brugada syndrome is a cause of sudden cardiac
death in patient without structural cardiac abnormalities. The prevalence of brugada syndrome is in Asia is higher than
United States and Europe. This syndome occurs more often in men than in women with a ratio 8:1 especially at age <40-45
years. These symptoms are usually occurs at rest or during sleep. Several signs and symptoms related to brugada syndrome
include syncope, nocturnal agonal respiration, ventricular fibrillation or sudden cardiac death, palpitation, chest pain, and
fever. There are three ECG pattern in brugada syndrome: type 1, type 2, and type 3. Type 1 with a coved type ST-segment
elevation ≥2 mm (0,2 mV) followed by a negative deflection T wave. Type 2 high ST segment elevation with positive or
biphasic T wave and saddleback appearance. Type 3 has either saddleback apearance or a coved type ST-segment elevation
<1mm wit positif T wave. Iimplantable cardioverter defibrillator (ICD) is first line therapy for patient with high risk feature
(syncope with nonprodrome episode , family history of sudden cardiac death) and patient with ECG pattern type 1 or type
2. To proof the sudden death cases that involved the cardiovascular system should be investigated with workup to confirm
the causes of the death.

Key word : Brugada syndrome, ECG, ST-segment elevation, Sudden cardiac death

Korespondensi: Nofia Dian Ardiani S, Alamat Purwosari Batanghari Nuban Lampung Timur, HP 082177890079, Email :
nofiadian8@gmail.com

Pendahuluan
Sindrom brugada adalah suatu kelainan (EKG) adanya elevasi segmen ST di sadapan
aritmogenik yang diturunkan secara autosomal prekordial kanan V1-V3 tanpa adanya kelainan
dominan. Sindrom brugada memiliki pada struktur jantung baik secara makroskopis
karakteristik adanya elevasi segmen ST pada maupun mikroskopis.2
sadapan prekordial kanan. Sindrom ini Suatu studi di Eropa mengatakan bahwa
berkaitan dengan peningkatan risiko kematian insidensi kematian mendadak pada populasi
jantung mendadak akibat takikardia ventrikel umum (usia 7 sampai 64 tahun) adalah 1,34 per
polimorfik dan fibrilasi ventrikel.1 100.000 per hari. Prevalensi sindrom brugada di
Pada tahun 1992, elektofisiologis Pedro Asia lebih tinggi daripada di Amerika dan Eropa.
dan Joseph Brugada melaporkan 8 kasus Gambaran EKG sindrom brugada tipe 1 di Asia
mengenai sinkop atau henti jantung mendadak adalah (0%-0,36%) dan di Eropa (0%-0,25%).
pada pasien dengan hasil elektrokardiografi Tipe 2 dan 3 lebih sering terjadi di Asia (0,12%-

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 65


Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

2,23%) daripada di Eropa (0,0%-0,6%) atau irama jantung. Atrial fibrillation menyertai 10-
Amerika (0,02%). Sindrom ini lebih banyak 20% pasien sindrom brugada.5
menyerang pria daripada wanita dengan rasio
8:1 terutama pada usia <40 sampai 45 tahun. Isi
Sindrom brugada jarang menyerang anak- Sindrom brugada merupakan kelainan
anak.3,4 genetik yang diturunkan secara autosomal
Sindrom brugada beresiko menyebabkan dominan dengan berbagai derajat ekspresi
kematian mendadak terutama pada pasien yang fenotipe. Terdapat 12 gen yang berkaitan
memiliki riwayat keluarga yang mengalami dengan sindrom brugada. Kromosom yang
kematian mendadak pada usia muda (<40 terkait dengan sindrom brugada antara lain
sampai 45 tahun), sinkop tanpa episode 3p21, 3p24, 12p13.3, 10p12.33, 19q13.1, 11q13-
prodromal, dan adanya episode paroxysmal q14, 11q23.3, 12p11.23, 7q21-q22, 1p13.3,
atrial fibrillation (PAF).4 Pasien yang memiliki 17p13.1, 12p12.1.1 Berikut ini adalah mutasi gen
riwayat keluarga dengan kematian mendadak yang terjadi pada sindrom brugada yang dapat
lebih beresiko 11 kali lipat mengalami gangguan dilihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Mutasi gen pada sindrom brugada (BrS)
Subtipe Lokus kromosom Kanal ion Gen/protein Insidensi (%)
BrS1 3p21 INa↓ SN5A/Nav1.5 11-28
BrS2 3p24 INa↓ GPD1-L <1
BrS3 12p13.3 ICa↓ CACNA1C/Cav1.2 6.6
BrS4 10p12.33 ICa↓ CACNAB2b/Savβ2b 4.8
BrS5 19q13.1 INa↓ SCN1B/Navβ1 <1
BrS6 11q13-q14 Ito↑ KCNE3/MiRp2 <1
BrS7 11q23.3 INa↓ SCN3B/Navβ3 <1
BrS8 12p11.23 IK-ATP↑ KCNJ8 2
BrS9 7q21-q22 ICa↓ CACNA2D1/Cavα2δ <1
BrS10 1p13.3 Ito↑ KCND3 <1
BrS11 17p13.1 INa↓ MOG1 <1
BrS12 12p12.1 IK-ATP↑ ABCC9/SUR2A <1

Berdasarkan tabel diatas, sekitar 20% besar kelainan ini terjadi pada epikardium
pasien sindrom brugada menunjukkan adanya karena pada bagian ini memiliki ekspresi Ito
mutasi gen pada kanal natrium (BrS 1, 5, 7, dan yang paling tinggi pada saat potensial aksi di
11) dan sekitar 10% pasien dengan mutasi gen endokardium tidak mengalami perubahan.
pada kanal kalsium (BrS 3, 4, dan 9). Pada kasus Adanya perbedaan voltase saat melewati
yang jarang (<1%), telah dilaporkan adanya miokardium menyebabkan munculnya elevasi
mutasi pada glycerol-3-phospate segmen ST pada gambaran EKG.5
dehydrogenase-1-like enzyme (BrS 2), transient Kelainan kanal natrium pada sel sel
outward current (BrS 6 dan 10), dan kanal KATP epikardium akan menyebabkan blokade
(BrS 8 dan 12).4 konduksi yang terlokalisir. Dampak dari tidak
Pada tahun 1998 pertama kali ditemukan efektifnya kerja kanal natrium juga dapat
penyebab mutasi yaitu SCN5A yang merupakan menyebabkan pemendekan fase plateu dan fase
gen yang mengkoding subunit α dari kanal 2 karena penurunan aktivasi kanal kalsium
natrium jantung.3 Akibat dari mutasi ini sehingga menyebabkan memendeknya durasi
menyebabkan hilangnya fungsi kanal natrium potensial aksi di lapisan epikardium.
jantung yang berdampak pada menurunnya Pemendekan fase 2 akan memberi dampak pada
aliran inflow natrium sehingga fase 0 memendeknya periode refrakter. Kombinasi dari
depolarisasi potensial aksi berkurang. Keadaan konduksi blok yang terlokalisir dan pemendekan
ini menyebabkan kerja transient outward fase 2 di epikardium menyebabkan penyebaran
current (Ito) berlawanan dengan penurunan listrik di epikardium cenderung menimbulkan
aliran inward natrium dan menyebabkan reentry fase 2 sehingga dapat menyebabkan
adanya gambaran “spike and dome”. Sebagian terjadinya aritmia ventrikular.5
Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 66
Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

Sejak saat itu >100 mutasi SCN5A pada melakukan deteksi abnormalitas gambaran
sindrom brugada telah dilaporkan. Mutasi yang EKG.3 Berdasarkan pernyataan dari konsensus
telah dilaporkan antara lain missense mutation, “Europe Heart for Brugada Syndrome”, terdapat
nonsense mutation, nucleotide 3 tipe gambaran EKG, yaitu :
insertion/deletion, dan splice site mutation.3 1. Tipe 1 ditegakkan berdasarkan adanya
Penyebab mutasi yang lain juga elevasi segmen ST (coved type) ≥2 mm
ditemukan di calcium channel genes (CACNA1C, (0,2mV) pada ≥1 sadapan pada sadapan
CACNB2b, CACNA2D1), sodium channel β- prekordial kanan V1-V3 dan diikuti dengan
subunit genes (SCN1B, SCN3B), glycerol-3- defleksi negatif gelombang T.
phosphate dehydrogenase1-like enzyme Ditemukannya elevasi segmen ST ini dapat
3
(GPD1L), dan MOG1. terjadi secara spontan,
Manifestasi sindrom brugada yang paling 2. Tipe 2 ditegakkan berdasarkan adanya
berbahaya adalah kematian mendadak. Sindrom elevasi segmen ST yang tinggi namun
brugada kemungkinan besar merupakan amplitudo gelombang J meningkat ≥ 2 mm
penyebab 4% kematian mendadak dan 20% dan akan perlahan menurun dengan elevasi
kematian mendadak pada pasien tanpa kelainan segmen ST tetap ≥ 1 mm yang disertai
struktur jantung. Beberapa risiko dapat dengan gelombang T positif atau bifasik
meningkatkan terjadinya henti jantung yang memberi gambaran seperti
mendadak, seperti : saddleback,
1. Pria, 3. Tipe 3 ditegakkan berdasarkan adanya
2. Riwayat keluarga dengan kematian elevasi segmen ST berbentuk coved type
mendadak pada usia muda (<40 sampai 45 atau saddleback type < 1 mm dengan
tahun), gelombang T positif.8,9
3. Sinkop tanpa episode prodromal,
4. Episode paroxysmal atrial fibrillation Elektrokardiografi perlu dilakukan pada
(PAF).4,5 pasien sindrom brugada untuk melihat apakah
Gejala yang timbul pada sindrom brugada adanya abnormalitas pada jantung. Pada pasien
biasanya terjadi pada saat istirahat atau tidur. sindrom brugada dapat dilakukan “drug
Beberapa tanda dan gejala yang berhubungan challenge” secara intravena dengan
dengan sindrom brugada antara lain : menggunakan obat obat seperti antiaritmia.
1. Fibrilasi ventrikel atau kematian mendadak, Pada beberapa pasien, pemberian obat yang
2. Sinkop, dapat memblok kanal natrium dapat
3. Nocturnal agonal respiration, memodifikasi hasil EKG dan membantu
4. Palpitasi, mendiganosis sindrom brugada.7 Ketika
5. Nyeri dada, dilakukan perekaman 12 sadapan EKG saat drug
6. Demam, challenge, letakkan sadapan prekordial pada
7. Asimptomatik, namun EKG menunjukkan sela iga kedua. Pada posisi ini dapat
adanya elevasi segmen ST pada sadapan meningkatkan sensitivitas identifikasi gambaran
V1-V3.6,7 EKG sindrom brugada.1 Berikut ini adalah
Pemeriksaan fisik pada pasien sindrom beberapa obat yang dapat digunakan untuk drug
brugada biasanya normal. Namun tetap challenge yang dapat dilihat pada Tabel 2.
diperlukan pemeriksaan fisik untuk Drug challenge tidak perlu dilakukan pada
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari sindrom brugada tipe 1 karena tidak akan
sinkop atau henti jantung pada pasien yang memberi informasi baru. Drug challenge
sehat (murmur jantung pada kardiomiopati dianjurkan pada pasien dengan gambaran EKG
hipertrofi atau defek septal).7 tipe 2 atau 3 untuk mendapatkan diganosis yang
Kriteria diagnosis sindrom brugada yaitu pasti.
dengan melihat gejala yang timbul dan
7

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 67


Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

9
Gambar 1. Gambaran EKG pada sindrom brugada

3
Tabel 2. Obat yang dapat digunakan untuk drug challenge
Obat Dosis Kapan harus
maksimum dihentikan
Flecainide 2 mg/kg selama  Jika timbul
10 menit sindrom
Procainamide 10 mg/kg brugada
selama 10 tipe 1
menit  Jika elevasi
Pilsicainide 1 mg/kg selama segmen ST
10 menit ≥ 2 mm
Ajmaline 1 mg/kg selama pada tipe 2
5 menit  Jika QRS
melebar >
130%
 Jika timbul
disaritmia

Pada pemeriksaan penunjang dapat 2. Arrthythmogenic right ventricular


dilakukan pemeriksaan kadar serum pottasium cardiomiopathy (ARVC)
dan kalsium pada pasien dengan elevasi segmen 3. Perikarditis akut
ST di sadapan perikordial kanan. Hiperkalemia 4. Emboli paru
dan hiperkalsemia dapat memberikan gambaran 5. Angina pektoris
EKG yang serupa dengan sindrom brugada. 6. Hemopericardium
Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan 7. Iskemia ventrikel kanan
creatinine kinase-MB (CK-MB) dan troponin 8. Hipertrofi ventrikel kiri
pada pasien yang memiliki gejala yang 9. Efusi perikardium
kompatibel dengan sindrom koroner akut.7 10. Tumor mediastinum
Ekokardiografi, magnetic resonance 11. Multiple mieloma
imaging (MRI), computed tomography (CT) 12. Defisiensi thiamine
dilakukan untuk menyingkirkan kardiomiopati 13. Hiperkalemia
ventrikel kanan, iskemia miokard, cidera 14. Hiperkalsemia
miokard, miokarditis atau penyebab aritmia 15. Hipotermia
lainnya.6 Implantable cardioverter-defibrillator
Diagnosis banding gambaran EKG sindrom (ICD) merupakan terapi lini pertama untuk
brugada yaitu :10 pasien yang beresiko tinggi (sinkop tanpa
1. Infark miokard akut episode prodormal, riwayat keluarga dengan
Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 68
Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

kematian mendadak) dan pasien dengan  Psikotropik :brupropion, karbamazepin,


gambaran EKG tipe 1 atau tipe 2.5 Pasien dengan klotiapin, dosulepin, doxepin, fluoxetine,
sindrom brugada dan riwayat keluarga dengan fenitoin
henti jantung mendadak harus diterapi dengan 3. Obat antiaritmia
ICD. Pasien asimtomatik tanpa riwayat keluarga  Bepridil
dengan henti jantung mendadak tidak  Isoproterenol
direkomendasikan untuk dilakukan ICD, cukup  Isoprenalin
dilakukan follow-up. Pasien dengan sinkop atau  Quinidin
henti jantung dan diduga atau terdiagnosis  Cilostazol
sindrom brugada harus dirawat.Pantau jantung 4. Obat diagnostik
secara berlanjut hingga terapi definitif (ICD)  Ajmalin
dapat dilakukan.7  Flekainid
Pemasangan ICD dapat menimbulkan  Pilsicainid
komplikasi seperti pneumotorak, efusi perikard,
 Prokainamid
tombosis vena, hematoma, sinus takikardi,
Pada tahun 2015, European Society of
aritmia supraventrikular, kerusakan alat,
Cardiology (ESC) mengeluarkan guidelines untuk
sadapan tidak berfungsi dengan baik.11
manajemen ventrikel aritmia dan pencegahan
Hati hati dalam penggunaan obat obat
henti jantung mendadak
seperti obat antiaritmia, obat psikotropik,
1. Kelas I → perubahan gaya hidup
anestesi, antihistamin, dan kokain karena dapat
 Menghindari obat obat yang dapat
menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel dan
menyebabkan elevasi segmen ST di
gambaran EKG tipe 1. Terapi antiaritmia dapat
sadapan prekordial kanan
dipertimbangkan apabila pasien mengalami
 Menghindari konsumsi alkohol
aritmia yang rekuren.3,5
 Segera obati demam dengan antipiretik
Demam dapat memicu terjadinya fibrilasi
2. Kelas IIA
ventrikel dan gambaran EKG tipe 1. Apabila
episode sinkop dalam keadaan demam  Pertimbangkan pemasangan ICD pada
menunjukkan adanya aritmia maligna, dapat pasien dengan gambaran EKG tipe 1 dan
dilakukan pemeriksaan EKG dan diberi obat riwayat adanya sinkop
antipiretik.5  Pertimbangkan penggunaan quinidine
Berdasarkan penelitian yang dilakukan atau isoprotenol untuk mengobati
oleh Postema et al tentang keamanan obat pada electrical storm
pasien sindrom brugada, terdapat empat  Pertimbangkan penggunaan quinidine
kategori obat yang telah disetujui oleh American untuk pasien yang tidak memenuhi
College of Cardiologi (ACC), American Heart syarat untuk menggunakan ICD dan
Association (AHA), dan European Society of pasien yang perlu terapi untuk
Cardiology (ESC) yaitu obat yang harus dihindari, supraventrikular aritmia.
obat yang sebaiknya dihindari, obat antiaritmia, 3. Kelas IIB
dan obat diagnostik12  Pertimbangkan ICD pada pasien yang
mengalami fibrilasi ventikrl selama
1. Obat yang harus dihindari stimulasi ventrikel terprogram
 Antiaritmia : ajmalin, ethacizine,  Pertimbangkan penggunaan ablasi
prokainamid, propafenon, pilsicanid kateter pada pasien dengan riwayat
 Psikotropik : amitripilin, klomipramin, electrical storm atau syok ICD berulang7
desipramin, oxacarbazepin Sorajja et al merekomendasikan algoritma
 Anestesi/analgesik : bupivacain, procain, manajemen perioperatif untuk pasien sindrom
propofol brugada, yaitu :5
1. Evaluasi preoperatif
 Obat lain : asetilkolin, kokain, kanabvis,
ergonovin  Konsultasi EP
 Skrining obat obatan yang digunakan
2. Obat yang sebaiknya dihindari oleh pasien
 Antiaritmia : amiodaron, verapamil,  Pemeriksaan laboratorium
lidokain, propanolol o Elektrolit
o Kalsium
Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 69
Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

o Magnesium berhubungan dengan mutasi gen yang terjadi


 Hentikan terapi takiaritmia jika ICD pada sindrom brugada, yaitu SN5A, GPD1-L,
sudah terpasang CACNA1C, CACNAB2b, SCN1B, KCNE3, SCN3B,
 Letakkan external defibrillatior pads KCNJ8, CACNA2D1, KCND3, MOG1, dan ABCC9.
 Jika terpasang pacemaker atau Gejala yang timbul pada sindrom brugada
membutuhkan pacing melalui ICD, atur biasanya terjadi pada saat istirahat atau tidur.
alat ke nontracking pacing mode Beberapa tanda dan gejala yang berhubungan
2. Pengelolaan intraoperatif dengan sindrom ini, yaitu sinkop, nocturnal
 Monitoring dengan EKG agonal respiration, fibrilasi ventrikel atau
o Jika terjadi elevasi segmen ST, beri kematian mendadak, palpitasi, nyeri dada,
infus isoproterenol demam.
o Jika terjadi fibrilasi ventrikel atau Gambaran EKG pada sindrom brugada
takikardi, beri infus proterenol memilliki 3 tipe, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3.
o Jika terjadi bradikardi, beri atropin Tipe 1 dengan elevasi segmen ST (coved type) ≥2
dengan atau tanpa epinefrin mm (0,2 mV) diikuti defleksi negatif gelombang
 Pasang probe suhu dan pertahankan T. Tipe 2 memiliki kriteria elevasi segmen ST
pasien pada keadaan normotermia yang tinggi disertai dengan gelombang T positif
 Gunakan obat obatan atau bifasik yang memberi gambaran seperti
o Antiemetik : droperidol dan saddleback. Tipe 3 dengan elevasi segmen ST
ondansetron berbentuk coved type atau saddleback type < 1
o Opioid dan analgesik : fentanil, mm dengan gelombang T positif. Drug challenge
meperidin, ketorolak dianjurkan pada pasien dengan gambaran EKG
o Anestesi lokal : pilih obat kerja cepat tipe 2 atau 3 untuk mendapatkan diganosis yang
seperti lidokain, pasti.
mepivakain.ropivakain Pasien dengan sindrom brugada dan
o Anestesi inhalasi : sevofluran riwayat keluarga dengan kematian mendadak
o Anestesi intravena :propofol, harus diterapi dengan ICD. Pasien asimtomatik
etomidat tanpa riwayat keluarga dengan kematian
o Neuromuscular blockers : mendadak tidak direkomendasikan untuk
suksinilkolin, vekuronium dilakukan ICD, cukup dilakukan follow-up. Terapi
o Neuromuscular blockers reversal antiaritmia dapat dipertimbangkan apabila
agent : neostigmin dengan atropin pasien mengalami aritmia yang rekuren.
atau glikoprolat
3. Pengelolaan post operatif Simpulan
 Atur kembali ICD atau pacemaker ke Sindrom brugada diturunkan secara
pengaturan awal autosomal dominan yang disebabkan karena
 Monitoring irama jantung secara berkala adanya mutasi gen. Gejala gejala timbul pada
hingga 36 jam post operatif saat istirahat atau tidur. Hasil pemeriksaan fisik
Ketika terjadi kematian mendadak dapat pada pasien dengan sindrom brugada biasanya
dilakukan pemeriksaan molekular untuk normal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
mengatahui apakah kematian tersebut yang timbul dan deteksi gambaran abnormalitas
disebabkan oleh sindrom brugada atau kelainan dari EKG.
jantung lainnya.13 Terapi lini pertama sindrom brugada
adalah pemasangan implantable cardioverter-
Ringkasan defibrillator (ICD). Namun ICD tidak
Sindrom brugada adalah suatu kelainan diindikasikan untuk pasien asimtomatik tanpa
aritmogenik yang diturunkan secara autosomal riwayat keluarga dengan henti jantung
dominan dengan karakteristik adanya elevasi mendadak. Penggunaan obat obatan seperti
segmen ST pada sadapan prekordial kanan. obat antiaritmia, psikotropika, anestesi,
Sindrom brugada lebih sering menyerang pria antihistamin, dan kokain harus hati hati karena
usia <40 sampai 45 tahun dan paling banyak dapat menyebabkan ventrikel fibrilasi dan
ditemukan di Asia. Terdapat 12 gen yang gambaran EKG tipe 1.

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 70


Nofia Dian Ardiani Sukamto dan Muhammad Galih Irianto | Sindrom Brugada

Daftar Pustaka 9 Januari 2017]. Tersedia dari :


1. Gehshan JM, Rizzolo D. Understanding https://emedicine.medscape.com/article/1
brugada syndrome. J Am Acad Physician 63751-clinical#b2
Assist. 2015; 28(6):32-6. 8. Brugada R, Brugada J, Brugada P. Clinical
2. Brugada P, Brugada J, Brugada R. The approach to sudden cardiac death
brugada syndrome : From bench to syndromes. London: Springer London;
bedside. Edisi ke-2. Malden: Blackwell 2010.
Futura; 2008. 9. Nishizaki M, Yamawake N, Sakurada H. ECG
3. Mizusawa Y, Wilde AAM. Brugada interpretation in brugada syndrome. J
syndrome. Circ Arrhythmia Electrophysiol. Arrhythmia. 2013;29(2):56-64.
2012; 5(3):606-16. 10. Sheikh AS, Ranjan K. Brugada syndrome: a
4. Kusano KF. Brugada syndrome: Recent review of the literature. Clin Med. 2014;
understanding of pathophysiological 14(5):482-9.
mechanism and treatment. J Arrhythmia. 11. Shimizu A. Indication of ICD in brugada
2013; 29(2):77-82. syndrome. J Arrhythmia. 2013; 29(2):110-6.
5. Sorajja D, Ramakrishna H, Poterack A, Shen 12. Postema PG, Wolpert C, Amin AS. Drugs
W-K, Mookadam F. Brugada syndrome and and brugada syndrome patients: review of
its relevance in the perioperative period. the literature, recommendations and an up-
Ann Card Anaesth. 2015; 18(3):403-13. to-date website. Hear Rhythm. 2009;
6. Shimizu W. Clinical features of brugada 6(9):1335-41.
syndrome. J Arrhythmia. 2013; 29(2):65-70. 13. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove
7. Dizon JM, Nazif TM. Brugada syndrome. J. J. Simpson’s Forensic Medicine. Edisi ke-3.
Cardiology [internet]. 2013 [disitasi tanggal London : Hodder Arnold; 2011.

Majority | Volume 7 Nomor 1| November 2017| 71

Anda mungkin juga menyukai