Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN

ANTARA DEPRESI
DENGAN
DIABETES
MELLITUS

FERNANDA KRISTY ORIZA


P E M B I M B I N G : D R . A N D R I , S P. K J
PENDAHULUAN
• Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat
• WHO: kasus Diabetes Melitus di Indonesia semakin meningkat mencapai 8,4 juta jiwa. Pada
tahun 2025 jumlah ini akan terus bertambah meebihi 21 juta jiwa serta lebih banyak terjadi
pada rentang usia produktif.
• Gangguan psikosomatik yang sering ditemukan pada pasien diabetes melitus adalah depresi
dan ansietas.
• Sekitar 45 % dari kasus gangguan mental dan stres psikologik yang berat tidak terdeteksi
diantara pasien diabetes
DIABETES MELLITUS
• Patofisiologis DM Tipe 2: sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara
normal/ Resistensi Insulin

• Karbohidrat dicerna menjadi monosakarida dan


diabsorpsi terutama dalam duodenum dan jejunum
proksimal kadar gula darah
• Pengaturan fisiologi kadar gula darah bergantung
pada hati yang mengekstraksi glukosa, mensintesis
glikogen, dan melakukan glikogenolisis.
• Glucagon, epinefrin, glukokortikoid, growth
hormone
Bukan DM Belum Pasti DM DM

GDS Plasma vena <110 110-199 ≥200

Darah kapiler <90 90-199 ≥200

GDP Plasma vena <110 110-125 ≥126

Darah kapiler <90 90-109 ≥110


ANSIETAS
• Kurang lebih 5-10% masyarakat umum mengalami kecemasan. Dimana 94% masyarakat
Indonesia mengidap kecemasan dari tingkat ringan hingga yang paling berat.
• Seseorang dengan penyakit kronis, rentan mengalami kecemasan salah satunya adalah
penderita Diabetes. Penelitian dari Ferris tahun 2004 menyatakan dari 391 orang yang diteliti
terdapat 26% kecemasan pada penderita diabetes terkait dengan hospitalisasi
• Dampak kecemasan terhadap sistem saraf sebagai neurotransmitter terjadi peningkatan sekresi
norepinefrin, serotonin, dan gama aminobutyric acid/GABA:
– Fisik, antara lain perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual, muntah, diare, sakit
kepala, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa
– gejala gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas psikomotorik bertambah atau berkurang, sikap
menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang aneh-aneh
– gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, kehilangan kemampuan persepsi, phobia,
ilusi dan halusinasi
DEPRESI gangguan alam perasaan hati (mood)
yang ditandai oleh kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan sampai hilangnya
kegairahan hidup.

Norepinefrine: Malfungsi dari locus seruleus ini diduga mendasari


gangguan mood seperti depresi, cemas, gangguan perhatian,
gangguan pemrosesan informasi

Serotonin: Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan


beberapa pasien yang bunuh diri, mempunyai konsentrasi metabolik
serotonin dalam cairan serebrospinal yang rendah

Dopamin: aktivitas dopamine menurun pada depresi dan meningkat


pada mania. Obat yang menurunkan konsentrasi dopamin akan
disertai gejala depresi.
GEJALA DEPRESI:

o Anhedonia
o Afek depresi
• Dari hasil penelitian dengan metaanalisis pada o Menurunnya energi sehingga
pasien diabetes diperkirakan 11% mengalami mudah lelah
depresi berat dan 31% mengalami peningkatan o merasa bersalah, sulit
gejala kearah depresi. berkonsentrasi,
o mengalami hilangnya nafsu
makan adanya perubahan fungsi
• Kontrol gula darah yang buruk dan vegetative (tidur, aktivitas
seksual dan ritme biologis yang
peningkatan terjadinya penyakit lain) terganggu
mikrovaskular dan makrovaskular sebagai
komplikasinya Gangguan depresi ini hampir selalu
mengakibatkan hendaya interpersonal,
sosial, dan fungsi kerja. Kecemasan adalah
gejala tersering dari depresi dan menyerang
90% pasien depresi.
HUBUNGAN DEPRESI DAN DIABETES
MELLITUS
Depresi terjadi sebagai hasil perubahan biokimia akibat langsung dari diabetes atau
terapinya. Hipotesis ini didasarkan dari penemuan sebagai berikut

Pada sebagian besar


DM tipe I Depresi Depresi terjadi lebih
pasien DM, ditemukan
tinggi pada tahun
Depresi DM tipe II adanya gangguan
pertama didiagnosis DM
perasaan

hiperaktivitas HPA, meningkatnya depresi


stress oksidatif, pada pasien DM dengan
proses inflamasi adanya komplikasi
Depresi terjadi sebagai akibat dari faktor psikologik dan psikososial yang berhubungan
dengan penyakit atau terapinya. Tekanan tersebut merupakan hasil dari kesulitan beradaptasi
terhadap komplikasi DM. Hubungan antara ketidakmampuan adaptasi dengan gejala depresi
ditentukan oleh beberapa faktor:

perasaan negatif terjadi Coping strategi yang baik


Dukungan sosial yang kurang
dapat menghindarkan dari
akibat pandangan yang baik dapat memperberat
pikiran untuk lari dari
keliru mengenai penyakit depresi dan kondisi penyakit
kenyataan dan dapat
yang dideritanya yang buruk
beradaptasi dengan baik
GANGGUAN TIDUR
• Insomnia merupakan gejala yang didapatkan pada pasien yang mengalami ansietas
dan depresi
• Insomnia pada pasien dengan ansietas biasanya merupakan inisial insomnia,
sedangkan insomnia pada pasien depresi bersifat delayed insomnia.
• Serotonin berperan dalam pengontrolan afek, agresivitas, tidur, dan nafsu makan.
Neuron serotoninergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang otak ke korteks
serebri, hipotalamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus.
• Proyeksinya ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya pada gangguan
psikiatrik
• Situasi emosional dapat mempengaruhi kualitas tidur pasien, yaitu rasa cemas dan
takut berlebihan
PUSAT MAKAN

• Sistem limbik pada susunan saraf pusat selain sebagai pusat emosi dan pengaturan sistem saraf
otonom juga kerlibatan dalam pengaturan nafsu makan dan perilaku makan.
• Pada penelitian yang dilakukan pada hewan percobaan telah dibuktikan pada lesi di amigdala
yang merupakan bagian dari sistem limbik menyebabkan timbulnya perilaku hiperfagia.
Stimulus di nucleus amigdala juga menimbulkan gangguan makan. Disisi lain bersama dengan
hipotalamus, sistem limbik mempunyai hubungan dengan emosi kemarahan, kecemasan, dan
bentuk emosi lainnya
FAKTOR PSIKOLOGIK YANG MEMPENGARUHI KONDISI
MEDIS

• Tekanan kehidupan, gaya hidup tidak sehat, dan berbagai penyakit yang sedang di derita
menyebabkan penurunan kondisi seseorang sehingga memicu terjadinya stress
• Stres menyebabkan produksi berlebihan pada kortisol, yaitu suatu yang melawan efek insulin
(mengurangi sensitivitas tubuh terhadap insulin) sehingga kadar gula dalam darah tinggi
STRES DAN REGULASI GLUKOSA

• Aktivitas Hipotalamus-Pituitari-Adrenal
(HPA) dan sistem saraf simpatis dapat
merangsang hormon ketekolamin dan
kortisol yang dapat menyebabkan
gangguan toleransi glukosa dan resistensi
insulin.
PENATALAKSAAN
Pengelolaan depresi dan diabetes ini dilakukan bersama-sama dengan memberikan psikoterapi,
psikoedukasi dan psikofarmaka secara serentak.

Trisiklik
• Amitriptyline: 25 mg (anjuran: 75-300 mg/hari)
– ES: berefek pada norepinefrin dari pada serotonin sehingga golongan ini akan meningkatkan resistensi insulin.
Meningkatkan nafsu makan
MAOI (Monoamine Oksidase Inhibitor)
• Moclobemide : 150 mg, 300 mg (anjuran 300-600 mg/hari)
- ES: hipotensi ortostatik dan krisis hipertensi
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
• Sertraline 50 mg (anjuran: 50-150 mg/hari)
• Fluoxetine 20 mg (anjuran: 10-40 mg/hari)
– Mengurangi resistensi insulin, menurunkan BB
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang kronis sehingga seorang
penderita diabetes tentunya harus mampu menyesuaikan dirinya untuk menjalani
perubahan pola hidup yang baru. Perubahan dalam hidup yang mendadak
membuat penderita DM menunjukan beberapa reaksi psikologis yang negatif
diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat dan
depresi yang berujung pada kontrol glukosa darah yang terganggu. Oleh karena
dibutuhkan peran dokter untuk mengenali gejala depresi pada pasien diabetes
agar jangan jatuh kekeadaan yang lebih buruk
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai