Anda di halaman 1dari 38

Bipolar Disorder

Epidemiologi & Etiologi


Pendahuluan
• pertamakali hadir dalam literatur pada tahun 1850  melancholia
dan mania bersamaan dalam satu kondisi

• tahun 1980 DSM-III merilis bahwa Bipolar Disoreder merupakan suatu


gangguan dengan karakteristik mood swing yang ekstrim – dari
keadaan depresi hingga euforia atau mania- dengan tiap episode
biasanya terdapat periode tanpa gejala yang dikategorikan eutimia
Definisi

Gangguan afektif bipolar merupakan gangguan yang tersifat oleh


episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas : bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode.

Episode manik : antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,


Episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata
sekitar 6 bulan).
Klasifikasi
• DSM-IV-TR Membagi 3 subtipe spesifik dan 1 subtipe non spesifik
Bipolar I
1 atau > episode manik, episode depresi/hipomanik tak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Namun sering menyertainya

Bipolar II
Tak ada episode manik, terdapat 1/> episode hipomanik/depresi mayor. Kadang sulit di diagnosis
sebagai Bipolar II, karena episode hipomanik sering tidak merupakan keluhan pasien, sebaliknya
merasakan optimisme dan keberhasilan karena menigkatnya produktivitas.

Cyclotimia
Riwayat episode hipomanik disertai periode depresi yang tidak memenuhi kriteria episode mayor,
kadang tampak sebagai ciri kepribadian saja.

Lainnya (Bipolar Disorder NOS)


Apabila tidak termasuk 3 kelompok di atas, tapi gejalanya secara bermakna mempengaruhi kwalityas
hidup individu.
Epidemiologi
• Di Indonesia, Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi,
berkisar antara 0,3-1,5%. Risiko kematian terus membayangi
penderita bipolar dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu
bunuh diri.
TABEL PERBANDINGAN
USIA I 15 - 19 II 20 - 24

JENIS KELAMIN Wanita ++ Pria +

RIWAYAT KELUARGA >+ <-


Etiologi
1. Genetik
2. Kerentanan Psikologis
3. Tekanan Lingkungan
4. Gangguan Neurotransmitter Otak
5. Gangguan Keseimbangan Hormonal
Patofisiologi
Gangguan Bipolar
NOREPINEFRIN
Teori ini merujuk  penurunan
regulasi dan sensitivitas dari
reseptor B-adrenergik  yang
dibuktikan oleh respon
penggunaan SNRI pada POLA ASUH MASA
pengobatan depresi.
KANAK-KANAK

SEROTONIN B
I STRESS BERAT,
• Teori ini didukung oleh P MENYAKITKAN, SERTA
pengobatan SSRI dalam NEUROTRANSMITTER O BIO-PSIKOSOSIAL BERKEPANJANGAN
mengatasi depresi.
• Pasien dengan dorongan
L
bunuh diri memiliki A
konsentrasi serotonin yg R OFFSPRING 
rendah dalam cairan CSF. Beberapa studi
membuktikan adanya
keterkaitan ggn. Bipolar
DOPAMINE dengan kromosom 5,
Teori jalur mesolimbic dopamine  11, dan 10.
TIDAK BERFUNGSI saat terjadi
depresi dan Dopamin reseptor D1
hipoaktif pada keadaan depresi,
hiperaktif pada saat mania.
Tanda dan Gejala Bipolar
Bipolar

• Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya


terdapat episode manic paling tidak dengan durasi 1
minggu
Episode manik ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang


dalam, yang ditandai dengan suasana perasaan
yang meningkat (elasi)

Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3


atau lebih)

Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan


oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis
lain
Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala -gejala berikut ini :


Perasaan kebesaran atau mengagumi diri sendiri; gangguan
tidur; nada suara tinggi; flight of ideas

Gangguan mood tampak oleh orang lain

Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat


(elasi), adanya keinginan untuk keluar rumah, atau mudah
marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari

Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh


penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain
Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

Sebab sama waktu 2 minggu + gejala perasaan depresi

Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan


penyalahgunaan zat / gangguan medis
Episode campuran ditandai dengan gejala-gejala berikut ini :

• Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manic maupun


depresi, dengan gejala depresi hanya terjadi selama 1 minggu.

• Gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial


dan kerja.

• Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh


penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
• Pemeriksaan fisik kemungkinan normal, sedangkan pada pemeriksaan
status mental dapat diperoleh :
- Penampilan/kesan umum : retardasi psikomotor, postur
membungkuk, pandangan putus asa, memalingkan pandangan,sulit
bergerak spontan sampai kataton
- Mood depresif
- Bicara : kuantitas dan kualitas cenderung berkurang
- Arus pikir : flight of idea, word salad, neologisme, inkoherensi
(manik akut)
- Isi pikir : dapat disertai waham sesuai mood
- Bentuk pikir : dapat nonrealistik maupun realistik
- Persepsi : dapat disertai halusinasi dan/ ilusi
- Sensorium dan kognisi : kemungkinan berkurang (atau malas
menjawab pertanyaan yang diberikan)
- Pengendalian impuls : dapat sulit dikendalikan atau sebaliknya
tidak memiliki energi untuk bertindak
- Judgement : buruk (kemungkinan pelanggaran aturan sangat
tinggi)
- Tilikan : biasanya buruk
- Reabilitas : pasien dapat memberikan informasi palsu sehingga
klinisi harus jeli
Pemeriksaan Penunjang
- Hitungan cBC
- Tingkat ESR
- Kadar glukosa puasa
- Tingkat elektrolit
- Tingkat protein
- Kadar hormon tiroid
- Kadar nitrogen kreatinin dan darah urea
- Hepar dan panel lipid
- Substansi dan skrining alkohol
- Elektrokardiografi
DIAGNOSIS BANDING
• Skizofrenia
• Gangguang afektif depresi berat
• Intoksikasi obat
• Hiper dan hipotiroid
• Skizoafektif
PENATALAKSANAAN BIPOLAR
TERAPI MAINTENANCE
• Menurunkan gejala residual
• Mencegah kekambuhan gejala mood baru
• Menurunkan risiko ide bunuh diri
• Memperbaiki fungsi psikososial
MOOD STABILIZERS PADA BIPOLAR
LITHIUM
• Gejala efek samping yang dini (kadar 0,8-1,2 mEq/L)
• Mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah diare, feses
lunak), kelemahan otot, polyuria, tremor halus.
• Tidak ada efek sedasi dan gangguan ekstrapiramidal.
• Efek samping lain :
• Hypothyroidism, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid, oedema
pada tungkai, metallic taste, leukositosis, gangguan daya ingat, dan
konsentrasi pikiran.
LITHIUM

• Gejala intoksikasi : (Kadar serum lithium > 1,5 mEq/L)


• Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak
stabil.
• Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun
dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, kejang-
kejang.
LITHIUM
• Interaksi obat :
• Lithium + diuretika thiazide  meningkatkan konsentrasi lithium sebanyak 50%
sehingga risiko intoksikasi menjadi besar sehingga dosis lithium harus dikurangi 50%
agar tidak terjadi intoksikasi. Sedangkan “loop diuretics” seperti furosemide, kurang
mempengaruhi lithium.
• ACE Inhibitors + Lithium  meningkatkan konsentrasi serum lithium sehingga
menimbulkan gejala intoksikasi.
• Haloperidol + Lithium  efek neurotoksik bertambah (dyskinesia, ataksia), tetapi
efek samping neurotoksik tidak tampak pada penggunaan kombinasi lithium dengan
haloperidol dosis rendah (<20 mg/h). Keadaan yang sama untuk lithium dengan
carbamazepine.
• NSAID + Lithium  dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium, sehingga risiko
intoksikasi menjadi besar.
• Aspirin dan paracetamol (analgesik), tidak ada interaksi dengan lithium.
LITHIUM
• Lama pemberian :
• Pada penggunaan sindrom mania akut, setelah gejala mereda, lithium
carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan secara
gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi.
• Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar, penggunaan harus diteruskan
sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom
mania / depresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam “dosis
minimum” dengan kadar serum lithium terendah yang masih efektif untuk
terapi profilaksis (kadar serum lithium diukur setiap hari).
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
• Electroconvulsive Therapy (ECT)
• Terapi utama pada pasien dengan ide bunuh diri yang berat, psikotik berat,
katatonik, manik delirium
• Indikasi ECT yaitu pada pasien yang resisten terhadap beberapa pengobatan.
• Kelompok Psikoedukasi
• Berfokus pada meningkatkan kesadaran terhadap keadaan sakit yang dialami.
• Topik : kesadaran gejala, pilihan pengobatan dan kepatuhan, identifikasi tanda
prodromal, menghindari penyalahgunaan zat, dan pengaturan kebiasaan.
• Dilakukan oleh psikiater, psikolog, psikiater perawat, atau pekerja sosial.
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
• Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
• Efektif pada pasien depresi dan paling berguna untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan.
• Meliputi :
• Edukasi mengenai gejala, perjalanan penyakit, dan terapi pada bipolar
• Membuat jadwal yang menyenangkan untuk mengisi kegiatan
• Mengajarkan keterampilan penataan kembali kognitif
• Belajar untuk mengidentifikasi pemikiran maladaptif dan menantang mereka
berdasarkan alasan logis
• Belajar mengubah pikiran maladaptif dengan pemikiran seimbang atau adaptif
• Keterampilan memecahkan masalah
• Belajar mendeteksi tanda-tanda awal kekambuhan gejala dan menerapkannya
lebih awal rencana intervensi
TERAPI NON MEDIKAMENTOSA
• Interpersonal and Social Rhytm Therapy (IPRST)
• Ini bisa dipertimbangkan pasien dengan gangguan bipolar yang telah
mencapai remisi dari episode mania akut dan dipertahankan pada
pengobatan profilaksis.
Komplikasi dan Prognosis
Gangguan Bipolar
Komplikasi Gangguan Bipolar

Gangguan memori
Bunuh diri &
Adiksi psikotropika jangka panjang dan
pembunuhan
pendek

Pada ibu hamil :


Gangguan Pemikiran premature,
penilaian penyimpangan gangguan pada
pertumbuhan fetus
Prognosis Gangguan Bipolar
• Bipolar I
• Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif berat
• 40-50% pasien dengan gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2
tahun setelah episode pertama
• 7% tidak kambuh, 45% memiliki lebih dari satu episode, 40% menjadi kronik
• Jangka panjang  15% pasien membaik, 45% membaik dengan kekambuhan beberapa kali,
30% dalam remisi sebagian, 10% kronis
• 1/3 pasien dengan gejala kronik memiliki bukti penurunan social bermakna
• Bipolar II
• Memiliki diagnosis yang sama selama 5 tahun kedepan, penyakit kronik yang memerlukan
strategi terapi jangka panjang

Sumber: Kaplan N Sadock's Synopsis of Psychiatry – BS - Clinical Psychiatry, 11E (2015)


Prognosis Gangguan Bipolar

Hanya 50-60% pasien BP I yang di terapi dengan lithium memiliki


control terhadap gejalanya

Pada 7% pasien gejala tidak kambuh

Pada 40% pasien memiliki gejala yang menetap

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview#a6
Prognosis Gangguan Bipolar
Faktor yang menunjukkan prognosis Faktor yang menunjukkan prognosis
lebih buruk lebih baik
• Riwayat pekerjaan buruk • Fase manik yang pendek
• Penyalahgunaan alcohol • Onset pada usia lanjut
• Dengan gejala psikotik • Sedikit ide untuk bunuh diri
• Tipe depresi • Sedikit gejala psikotik
• Jenis kelamin laki - laki • Sedikit masalah medis & psikiatri
yang timbul

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/286342-overview#a6

Anda mungkin juga menyukai