Anda di halaman 1dari 28

PSIKOSOMATIS

I. DEFINISI
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (psyche berarti psikis dan soma
berarti badan).Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam
kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya
faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik.
J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah satu
penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.
Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik yang
dipengaruhi oleh faktor psikologis.Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor
psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan
ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis.1
Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus
berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan
antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang mempunyai latar belakang
komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada interdependensi (saling
ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi fungsi somatic (jasmani,
fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan
peringan kecemasan dan gangguan mental.
Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya
bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya
suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak
jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksi asthenis (kelemahan) pada
badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang
diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis.
Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena, yaitu:
1.

Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering).

2.
Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat
seringkali menjadi pingsan)..
3.

Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi)

4.

Gangguan gastrointestinal misalnya tukak lambung.

II. ETIOLOGI
David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam penelitiannya mengatakan
bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai gangguan psikosomatis. 1,2

1.Konflik
Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang yang
saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama baiknya namun karena
bertolak belakang akibatnya timbul masalah.
Contohnya adalah seorang manajer yang selalu sakit kepala pada akhir bulan.Ternyata
ada dua bagian dari dirinya yang konflik. Satu bagian dirinya ingin agar ia istirahat di rumah
bersama keluarganya. Yang satu lagi ingin agar ia tetap bekerja agar menerima uang lembur
lebih banyak dengan menyelesaikan laporan bulanan.
Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat sukses namun
memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha menghindar untuk berjabat tangan.
Padahal dalam menjalankan aktivitasnya ia seringkali harus berjabat tangan memperkenalkan
diri dengan pelanggannya. Setelah dilakukan hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja ia
sering melakukan masturbasi dan ia ketakutan membayangkan orang-orang yang dikenalnya
akan bisa mengenali keburukannya.

2. Organ Language / Unresolved problem


Merupakan salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara tentang masalah yang belum
terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa sakit pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi
masalah itu dimunculkan dalam bentuk symptom. Dengan adanya symptom diharapkan
pikiran bawah sadar mendapatkan perhatian dari pikiran sadar. Inilah penyakit yang bersifat
psikosomatis. Pasien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di pikiran bawah
sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah, menurut pikiran sadar, ternyata
berbeda dengan yang dinyatakan oleh pikiran bawah sadar.

3. Motivation
Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan tersembunyi demi
keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak yang malas sekali belajar
sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.Ternyata hal ini adalah salah satu
upayanya agar mendapatkan teguran dari orangtua.Ia menyamakan teguran dengan perhatian.
Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami migrain. Setelah
diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini membuat wanita ini mengalami
4

migrain karena dengan demikian suami dan anak-anaknya memperhatikannya.Bila dalam


kondisi normal, tanpa migrain, keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang
memperhatikan wanita ini.
4. Past Experience
Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran bawah
sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.Contohnya adalah phobia.
Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu, terbawa hingga masa kini dan sangat
mengganggu seseorang.
5. Identification
Pada kasus ini Pasien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia kagumi.
Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan kerjanya.
Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya ditipu berkali-kali sehingga
akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini adalah sebuah program yang bekerja sangat
halus yang jika digunakan dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu
hal yang perlu diingat bila kita menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat pada
seorang figur biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini bertentangan dengan nilai
hidup kita. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan baru yang masuk dalam kategori
conflict.
6. Self-punishment
Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali termanifestasi
dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi dilakukan dengan membantu
klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai
suatu kesalahan yang ia lakukan.
7. Sugesstion/Imprint
Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran klien, biasanya
oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang wanita berumur 40 an tahun
menderita batuk puluhan tahun. Tak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan batuknya.
Akhirnya ia pun mencoba hipnoterapi dan setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap
pada saat ia berusia 4 tahun ia sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menderita batuk
yang sangat parah. Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat seorang dokter mengatakan bahwa
ia tak akan pernah sembuh dari batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya
ketakutan dan saat itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang diterima
pikiran bawah sadarnya.

Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa stress yang berlangsung kronik, dengan
berbagai tingkatan dan intensitas merupakan etiologi utama dari gangguan psikosomatis.
Sebanyak 85% dari pasien yang didiagnosa mengalami gangguan psikosomatis menunjukkan
adanya bukti stressor dalam kehidupannya pada saat dikeluhkannya suatu penyakit fisik
ketika dilakukan anamnesa lebih mendalam dan tajam yang juga memperhatikan faktor
psikologis selain hanya menggali mengenai keluhan fisiknya saja.

III. PATOFISIOLOGI
Efek faktor psikologis terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)
Konflik dan gangguan jiwa dapat memperburuk atau mengeksaserbasi gangguan fisik
secara terus menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga
berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Berikut ini reaksi tubuh ketika
mengalami stress, sebagai etiologi utama gangguan psikosomatis :
a. Sistem Saraf
Saat stress baik secara fisik maupun psikologis tubuh akan secara tiba-tiba
memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap serangan stress. Ini
apa yang dikenal dengan respons fight or flight (melawan atau terserang) dimana saraf
simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan
adrenalin. Hormon ini akan menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan
darah, mengubah pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis
telah lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung
terus-menerus, maka hormon-hormon tadi dapat mengganggu kemampuan mengingat dan
belajar sehingga kita rentan depresi.
b. Sistem Kardiovaskuler
Stress akut yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi kemacetan
lalulintas akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan kontraksi yang berlebihan
pada otot jantung, menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian
tubuh. Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri
koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.
Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau kecemasan
yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan
6

darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.Kehilangan semangat dan putus asa
mengurangi frekuensi, daya pompa jantungdan tekanan darah.
Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,nyeri
perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur. Gejala- gejala
seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan kecemasan.
c. Sistem Pernafasan
Stress bisa menyebabkan kita sulit bernapas dan pernapasan yang cepat atau
hiperventilasi dimana bisa menyebabkan keadaan panik pada beberapa orang.
Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom
hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang menyertainya.
Hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat menjadi suatu kebiasaan,
seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang, yang lain mulai bernafas panjang.
Kecemasan dapat menggangu ritme pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan
serangan asma. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita juga menimbulkan kontriksi
bronkoli.
d. Sistem Muskuloskeletal (Otot dan Rangka)
Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kontraksi. Kontraksi otot-otot dalam
waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache), migrain dan gangguan
otot yang lain.
Nyeri otot atau mialgia sering terdapat dalam praktek kedokteran . Karena tekanan
psikologik, maka tonus otot meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan
nyeri punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan
menimbulkan nyeri sendi.
Contoh kasus, seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah melaporkan
bahwa nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres.Disamping itu reaksi pasien
terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan depresi yang
berlebihan.

e. Sistem Pencernaan
7

Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling


sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul untuk
menyingkirkan penyebab somatogenik
Kerongkongan
Stress akan menyebabkan Anda makan lebih banyak ataupun lebih sedikit dari yang
biasanya. Jika Anda makan berlebihan, atau mengganti makanan, atau merokok lebih banyak,
ataupun meminum alkohol, hal ini akan menyebabkan perasaan terbakar pada dada
(heartburn) ataupun naiknya asam lambung ke atas (reflux).
Perut
Anda akan merasa seperti ada kupu-kupu, bisa juga mual ataupun perih. Pada
keadaan lanjut bahkan sampai terasa muntah. Muntah, disebabkan adanya kontraksi otot-otot
dinding perut dan diafragma dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu refleks yang
kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara lain : pengaruh dari
olfaktorius, dari penglihatan dan dari vestibularis.
Usus
Stress akan menghambat penyerapan nutrisi dalam usus. Ia juga dapat mempengaruhi
seberapa cepat makanan bergerak dalam tubuh. Anda mungkin mengalami konstipasi ataupun
diare.

f. Sistem Endokrin
Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik mengenai sistem endokrin yang
mungkin terjadi adalah hipertiroid dan syndrome menopause.
Sebelum gejala-gejala hipertiroid timbul sering didahului konflik atau stress dalam
hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional sebelum sakit. Sering
gejala-gejala pada hipertiroid hanya merupakan mengerasnya sifat-sifat kepribadian yang ada
sebelumnya, seperti: lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya
keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan.
Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini yang
merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.
8

Contoh Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa
kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Secara
khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin dihipotesiskan berperan penting
sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi, meningkat secara bertahap,
dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai.
Faktor psikososial, dan biologis telah terlibat didalam patogenesis gangguan.
g. Sistem Reproduksi
Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem reproduksi.
Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan menyebabkan impotensi.
Pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi ataupun siklus menstruasi
yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi dengan rasa sakit. Stress juga mengurangi
gairah seksual.
h. Kulit
Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahuntahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya neurodermatitis
dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran penyesuaian diri terhadap stress
dalam hidup manusia.
IV. PEMERIKSAAN
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan suatu keluhan-keluhan fisik, namun
pada anamnesa lebih lanjut selalu didapati masalah diluar fisik yang mendasari, misalnya
saat pasien sedang mengalami stres karena berbagai hal. Hal ini cenderung memperparah
atau mengeksaserbasi penyakit fisik yang sudah ada sebelumnya. Pada 239 penderita dengan
gangguan psikosomatis Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering didapati dari
segi psikologis, yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45%
merasa kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa
faktor yaitu: 4
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi,

pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain,
minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam
9

hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.


3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit,

pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.


4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu

penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.


Cara pemeriksaan dibagi dalam 3 lapangan yaitu lapangan psikis, lapangan sosial dan
lapangan somatis.Yang ditujukan pada lapangan kejiwaan dinamakan psikoterapi indentik.
Yang ditujukan pada lapangan sosial dan somatik disebut psikoterapi non identik, yang terdiri
dari pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik dengan obat, memperbaiki kondisi sosial
ekonomi, lingkungan, kebiasaan hidup sehat.4
V. DIAGNOSIS BANDING
V.1 Gangguan Somatoform
1. Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani soma yang berarti tubuh.
2. Gangguan somatoform didefinisikan sebagai kelompok kelainan dimana 2 :
a. Gejala fisik yang mengarahkan kepada dugaan gangguan medis namun
tidak dapat dibuktikannya patologi atau bukti-bukti yang mendukung penyakit
fisik sebagai penyebab gejala.
b. Adanya dugaan kuat bahwa gejala- gejala tersebut berkaitan dengan faktor
psikologis.
3. Gangguan ini mencakup interaksi antara tubuh dengan pikiran (body-mind
interaction).
4. Gangguan-gangguan yang termasuk di dalam kategori gangguan somatoform
memiliki beberapa ciri umum yang sama-sama :
a. Manifestasi stres psikologik menjadi gejala somatic
b. Perilaku sakit yang abnormal (abnormal illness behavior) yaitu disebabkan
adanya ketidaksesuaian antara pengertian yang ditangkap pasien tentang
kondisi sakitnya (perceived illness) dengan penyakit yang dialaminya
(documented disease)
10

c. Adanya amplifikasi, yaitu dimana sensasi dari gejala fisik mengakibatkan


rasa cemas (anxiety), kemudian rasa cemas dan aktivasi autonomik yang
diasosiasikan dengan rasa cemas tersebut mengakibatkan eksaserbasi gejala
fisik.
d. Penderitaan (distress) yang bermakna dan seringnya angka kunjungan untuk
pelayanan medis
Klasifikasi Gangguan Somatoform
Terdapat beberapa versi penggolongan gangguan somatoform.
1. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth
edition (DSM-IV) terdapat 7 gangguan di dalam kategori gangguan somatisasi
a. Gangguan somatisasi (somatization disorder)
b. Gangguan somatisasi tidak terinci (undifferentiated somatoform disorder)
c. Gangguan konversi (conversion disorder)
d. Gangguan nyeri (pain disorder)
e. Hipokondriasis (hypochondriasis)
f. Body Dysmorphic Disorder (BDD)
g. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan (somatoform disorder not
otherwise specified-NOS)
2. Menurut ICD-10/PPDGJ-III
a. Gangguan somatisasi (F.45.0)
b. Gangguan somatoform tidak terinci (F.45.1)
c. Gangguan hipokondrik (F 45.2)
d. Disfungsi otonomik somatoform (F 45.3)
e. Gangguan nyeri somatoform menetap (F 45.4)
f. Gangguan somatoform lainnya (F. 45.8)
11

V.1.1 Gangguan Somatisasi


Gangguan somatisasi merepresentasikan bentuk ekstrim dari gangguan somatoform
dimana gejala multipel yang melibatkan berbagai sistem organ tidak dapat dijelaskan secara
medis. Beberapa bentuk kronis dari proses somatisasi tidak dapat memenuhi kriteria
gangguan somatisasi, sehingga dimasukkan dalam kategori gangguan somatoform tidak
terinci.
Presentasi Klinis
Pasien yang memiliki gangguan somatisasi datang dengan keluhan somatik yang
banyak serta riwayat yang rumit.Bahkan terkadang pasien sudah melakukan pemeriksaan
dengan alat-alat canggih.Gejala umum yang dikeluhkan adalah mual, muntah, sulit menelan,
sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek, amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi.
Pasien beranggapan ia sakit sepanjang hidupnya. Sering terdapat gejala neurologik seperti
gangguan keseimbangan, merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, hilang
modalitas sensorik raba dan nyeri, buta, bangkitan, hilang kesadaran bukan karena pingsan. 1
Pasien merasa menderita dan sering mengalami depresi serta kecemasan.Ancaman
bunuh diri sering dilaporkan namun angka bunuh diri aktual sangat jarang.Pasien gangguan
somatisasi biasanya tampak mandiri, terpusat pada diri, haus penghargaan, serta manipulatif.
Menurut DSM-IV-TR, gangguan somatisasi memiliki kriteria diagnosis sebagai
berikut :
a. Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit) yang
mulai sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan mengakibatkan
perilaku mencari pertolongan medis (medical seeking behavior) atau hendaya yang
bermakna.
b. Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpun selama
perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi. Gejala-gejala yang dimaksud
antara lain:
i. 4 gejala nyeri (melibatkan minimal 4 lokasi atau fungsi yang berbeda
meliputi kepala dan leher, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum,
selama menstruasi, selama hubungan seksual, dan saat berkemih)

12

ii. 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (meliputi mual, kembung, muntah,


diare, dan intoleransi makanan)
iii. Satu gejala seksual (kehilangan keinginan seksual, disfungsi seksual, mens
ireguler, perdarahan mens yang berlebihan, muntah-muntah selama hamil)
iv. Satu gejala pseudoneurologik yang bukan nyeri (meliputi gangguan
keseimbangan, kelemahan, kesulitan menelan, afonia, retensi urin, halusinasi,
pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, disosiasi, dan kehilangan kesadaran)
c. Gejala-gejala tersebut bukanlah akibat gangguan kondisi medis, ataupun kalau
terdapat gangguan kondisi medis, gejala dan efeknya pada pasien melebihi dari apa yang
biasanya dapat disebabkan gangguan kondisi medis tersebut.
d. Gejala-gejala tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat secara sengaja atau
berpura-pura
Diagnosis Diferensial
a. Gangguan medis dengan ciri gejala kronis yang multipel dan samar. Biasanya
penyakit-penyakit tersebut masuk dalam golongan infeksi kronis, neoplasma, endokrin,
reumatologik, dan neurologik. Macam-macam kemungkinan yang dapat ditemukan2 :
i. Penyakit tiroid dan paratiroid
ii. Penyakit adrenal
iii. Porfiria
iv. Multipel Sklerosis
v. Lupus Eritematosus Sistemik dan bentuk vaskulitis lainnya
vi. Myasthenia gravis
vii. Endometriosis
viii. Fibromyalgia
ix. Gejala awal dari keganasan
x. Sifilis
13

xi. Penyakit Lyme


xii. Infeksi HIV
xiii. Sindroma Temporomandibular
xiv. Irritable bowel disease atau Inflammatory bowel disease
xv. Sindroma lelah kronik
b. Gangguan Psikiatrik relevan yang mungkin menjadi diagnosa diferensial utama
ataupun ko-morbid :
i. Schizophrenia dengan waham somatik multipel dan gangguan delusional tipe
somatik
i. Pada schizophrenia keluhan umumnya bersifat aneh-aneh, serta disertai gejala khas
psikotik seperti halusinasi dan gangguan berpikir yang jelas.
ii. Pada gangguan delusional tidak terdapat gejala psikotik. Preokupasi somatik yang
spesifik ada tanpa gangguan berpikir serta lebih terkesan masuk akal
ii. Gangguan panik : gejala fisik hanya saat episode serangan
iii. Malingering : terjadi ketika pasien hendak mendapatkan secondary gain
iv. Gangguan Factitius : pasien tidak memiliki motif mendapatkan secondary gain,
namun menikmati menjadi orang sakit. Ia mengarang gejala dan riwayat penyakit yang
dideritanya
v. Depresi kronik
vi. Gangguan cemas umum dengan manifestasi somatik multipel
vii. Penyalahgunaan zat
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik. Diagnosis biasanya
ditegakkan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal sudah dimulai saat remaja. Masalah
menstruasi merupakan gejala paling dini yang muncul pada wanita.Keluhan seksual sering
berkaitan dengan perselisihan dalam perkawinan.Periode keluhan yang ringan 6-9 bulan,
14

sedangkan yang berat 9-12 bulan.Biasanya pasien sudah memulai mencari pertolongan medis
sebelum 1 tahun.
Prognosis
Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis dan berfluktuasi. Remisi total jarang
tercapai. Dengan tatalaksana yang tepat maka distress dapat dikurangi namun tidak dapat
sama sekali dihilangkan.
V.1.2 Gangguan Somatoform Tidak Terinci
Pasien yang memiliki riwayat gangguan somatisasi dan pada kunjungan tidak
memenuhi kriteria lengkap (jumlah dan lokasi spesifik) dari gangguan somatisasi dimasukkan
sebagai gangguan somatoform tidak terinci (undifferentiated somatoform disorder)
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut DSM IV-TR adalah :
a. Satu atau lebih gejala fisik selain nyeri (lelah, hilang nafsu makan, gejala
gastrointestinal atau berkemih)
b. Gejala bukan akibat kondisi medis umum, yang kalaupun ada, tidak
diperkirakan memiliki dampak yang sedemikian berlebihan pada pasien
c. Gejala bukan dibuat-buat dan disengaja
d. Durasi 6 bulan atau lebih
e. Bukan diakibatkan gangguan mental lain seperti depresi
V.1.3 Gangguan Konversi
Gangguan konversi didefinisikan sebagai kehilangan fungsi tubuh yang tidak sesuai
dengan konsep anatomi dan fisiologi dari sistem saraf pusat dan tepi. DSM-IV membatasi
gangguan konversi hanya pada gejala neurologik.
Gejala Klinis
Dapat terjadi berbagai macam gejala neurologis pada gangguan konversi.Presentasi
klinis

yang

dianggap

paling

umum

adalah

psychogenic

non-epileptic

seizure
15

(pseudoseizure).Gejala pseudoneurologik berupa kelemahan ekstremitas lebih jarang.Gejala


konversi yang ringan kadang-kadang terjadi, misalnya nyeri dada pada saat kehilangan orang
yang dicintai.
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV adalah:
a. Satu atau lebih gejala atau defisit motorik volunter atau sensorik yang
diperkirakan sebagai suatu kondisi neurologis atau kondisi medik umum lainnya
b. Faktor psikologis dinilai berkaitan dengan gejala dan defisit karena
permulaan atau eksaserbasi gejala dan defisit didahului stressor psikologis
c. Gejala atau defisit tidak dengan sengaja dibuat atau berpura-pura
d. Gejala atau defisit setelah cukup penelusuran tidak dapat dijelaskan secara
penuh sebagai kondisi medik umum atau sebagai akibat langsung dari zat, atau secara
kultural sebagai perilaku atau pengalaman penebusan.
e. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan atau hendaya yang bermakna
secara klinis di bidang sosial, pekerjaan atau fungsi lain atau menuntut evaluasi medis
f. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak
terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan bukan karena
gangguan mental lainnya.
Diagnosis Diferensial
a.

Gangguan Medis
Gangguan medis seperti yang tercantum dalam diferensial diagnosis untuk gangguan

somatisasi perlu dipertimbangkan sebelum membuat diagnosis gangguan konversi


b.

Gangguan Psikiatris
Lihat daftar yang sama pada bagian diferensial diagnosis untuk gangguan somatisasi

Perjalanan Penyakit
Hampir semua gejala awal (90-100%) dari pasien dengan gangguan konversi
membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan.Sebanyak 75% pasien tidak
16

pernah mengalami gangguan ini lagi, namun 25% mengalami episode tambahan saat stresor
psikis muncul kembali.

Prognosis
Faktor-faktor yang membuat prognosis lebih baik antara lain onset yang akut, stresor
yang teridentifikasi, durasi gejala singkat, level kecerdasan pasien, gejala kelumpuhan, gejala
kebutaan. Pasien dengan gejala kejang atau tremor biasanya memiliki prognosis lebih buruk.

V.1.4 Hipokondriasis
Hipokondriasis didefinisikan sebagai seseorang yang berpreokupasi dengan
ketakutan atau keyakinan menderita penyakit yang serius dan tidak mau menerima penjelasan
medis yang menunjukkan bahwa dirinya tidak menderita sakit.1,2
Gambaran Klinik
Pasien terus merasa dirinya menderita suatu penyakit serius yang belum bisa dideteksi
walaupun hasil laboratorium sudah menyatakan negatif dan dokter sudah meyakinkan bahwa
pasien tidak mengidap sakit yang serius.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis berdasarkan DSM-IV, kriteria diagnosis hipokondriasis adalah sebagai
berikut:
a. Preokupasi dengan ketakutan atau ide bahwa seseorang mempunyai penyakit serius
berdasarkan interpretasi yang salah terhadap gejala-gejala tubuh
b. Preokupasi menetap meskipun telah dilakukan evaluasi medik dan penentraman
c. Keyakinan pada kriteria A tidak mempunyai intensitas seperti waham
d. Preokupasi menimbulkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya
dlaam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya
e. Lamanya gangguan sekurangnya 6 bulan
17

f. Preokupasi bukan disebabkan gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif


kompulsif, gangguan panik

Diferensial Diagnosis
a. Gangguan Medis
i. Gangguan reumatologik, endokrinologik, infeksi, neoplasma, neurologik harus
disingkirkan sebelum mendapatkan diagnosis hipokondriasis
ii. Komorbid yang sering adalah fibromyalgia, irritable bowel syndrome, chronic
fatigue syndrome, dan TMJ syndrome
b. Gangguan Psikiatrik
i. Gangguan Obsesif-Kompulsif
ii. Gangguan Afektif
iii. Demensia
iv. Skizofrenia
v. Gangguan delusional tipe somatik
vi. Body Dysmorphic Disorder
vii. Malingering
viii. Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit hipokondriasis biasanya episodik, yang durasinya setiap episode
berkisar antara bulan-tahun.Dapat terjadi periode tenang di antara episode-episode.
Prognosis
Hipokondriasis cenderung menjadi kronis dengan periode remisi dan eksaserbasi yang
dipicu stres.Prognosis yang baik berkaitan dengan status sosial ekonomi yang tinggi,
pengobatan terhadap cemas dan depresi yang responsif, onset gejala mendadak, tidak ada
18

gangguan kepribadian, dan tidak ada gangguan medis non-psikiatrik yang terkait. Bila yang
menderita hipokondriasis adalah anak-anak maka akan membaik saat remaja atau dewasa
awal.
V.1.5 Gangguan Nyeri
Menurut DSM-IV gangguan nyeri adalah nyeri yang merupakan keluhan utama dan
menjadi fokus perhatian klinis. Faktor psikologislah yang berperan dalam pengalaman nyeri
pasien dan perilaku mencari pertolongan medis.
Gambaran klinis
Pasien dengan gangguan nyeri akan datang dengan keluhan utama nyeri di berbagai
lokasi biasanya nyeri pinggang bawah, nyeri kepala, nyeri fasial atipikial. Pasien umumnya
punya riwayat panjang perawatan medis dan pembedahan.Banyak yang mengunjungi
beberapa dokter, meminta obat dalam jumlah besar, bahkan mendesak pembedahan.
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan DSM-IV
a. Nyeri pada satu tempat atau lebih yang menjadi fokus utama dan cukup
berat untuk menjadi perhatian klinis
b. Nyeri menyebabkan penderitaan klinis bermakna atau hendaya dalam
bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya
c. Faktor psikologis berperan penting dalam awitan, keparahan, eksaserbasi,
atau bertahannya nyeri
d. Gejala atau defisit tidak dibuat dengan sengaja atau berpura-pura
e. Nyeri tidak dapat dijelaskan sebagai akibat gangguan mood, cemas, atau
psikotik, dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Diagnosis Diferensial
a. Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik umum
b. Gangguan somatisasi yang menonjol gejala nyerinya

19

c. Hipokondriasis
d. Malingering

Perjalanan Klinis
Nyeri muncul secara tiba-tiba dan derajat keparahan meningkat dalam beberapa
minggu atau bulan
Prognosis
Prognosis umumnya kronik dan pada akhirnya menimbulkan penderitaan dan
ketidakberdayaan.

V.1.6 Body Dysmorphic Disorder


Pasien dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) mempunyai perasaan subyektif
pervasif bahwa penampilannya buruk padahal penampilannya normal atau bahkan baik.Inti
dari kelainan ini adalah bahwa pasien berkeyakinan kuat bahwa dirinya tidak menarik atau
menjijikkan.Keyakinan ini sulit diredakan dengan pujian atau penentraman. Pasien biasanya
mencari ahli kulit, bedah plastik, atau internis.
Gambaran klinis
Pasien mengeluhkan bagian tubuh tertentu yang paling sering ialah wajah dan hidung,
rambut, buah dada, dan genitalia. Ada penelitian menyatakan pasien mengeluhkan 4 bagian
tubuh selama penyakit berlangsung.Varian pada pria adalah usaha untuk memperbesar ototototnya sampai menganggu kehidupan sehari-hari. Pasien seringkali mempunya kepribadian
dengan ciri obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Kriteria Diagnosis
BDD menurut DSM-IV :
a. Preokupasi dengan cacat yang dikhayalkan, kalaupun ada anomali ringan,
keprihatinannya sangat berlebihan

20

b. Preokupasinmya mengakibatkan penderitaan dan hendaya yang bermakna secara


klinis di bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya
c. Preokupasinya bukan karena gangguan mental lainnya, seperti ketidakpuasan
bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa
Diagnosis Diferensial
a. Depresi
b. OCD. Memiliki kemiripan secara fenomena maupun neurobiologis dengan BDD.
Pasien BDD akan berulangkali melihat tubuhnya di cermin dan memakan waktu
berjam-jam untuk memikirkan penampilan mereka.
c. Anorexia nervosa.
d. Transeksualisme
e. Skizofrenia dengan delusi somatik
f. Gangguan waham, tipe somatik
Perjalanan Klinis
Awitan bertahap, dimana kepedulian tehadap bagian tubuh tertentu akan semakin
menjadi-jadi sehingga mencari bantuan medis atau operasi untuk mengatasinya. Derajat
kepedulian dapat meningkat atau menyusut, tetapi umumnya menjadi kronis bila tidak
diobati.

V.1.7 Gangguan Somatoform yang tidak tergolongkan


Kategori ini adalah suatu kategori untuk pasien yang memiliki gejala diperkirakan
sebagai gangguan somatoform tetapi tidak memenuhi kriteria spesifik untuk salah satu jenis
gangguan somatoform. Bisa jadi pasien tersebut memiliki gejala yang tidak ada pada kategori
lain seperti pseudocyesis atau tidak memenuhi kriteria waktu 6 bulan4.
Kriteria Diagnosis

21

Kategori Gangguan somatoform tidak tergolongkan (somatoform disorders not


otherwise specified) berdasarkan DSM-IV TR antara lain4 :
a. Pseudocyesis. Suatu kepercayaan yang salah bahwa diri sedang hamil
diikuti tanda obyektif kehamilian seperti pembesaran abdomen, berkurangnya aliran
mens, amenorea, sensasi subjektif gerakan fetal, mual, perbesaran dan sekresi
payudara, nyeri seperti mau melahirkan pada hari perkiraan kelahiran. Dapat terjadi
perubahan endokrin tetapi tidak dapat dijelaskan melalui penjelasan medis umum
seperti adanya tumor pensekresi hormone.
b. Gangguan melibatkan gejala hipokondriasis non-psikotik dengan durasi
kurang dari 6 bulan
c. Gangguan melibatkan gejala fisik yang tak dapat dijelaskan dalam durasi
kurang dari 6 bulan dan bukan disebabkan gangguan mental lain

22

VI. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah kesembuhan, maksudnya adalah resolusi gangguan, reorganisasi
gangguan, rerganisasi kepribadian, adaptasi yang lebih matang, meningkatkan kapasitas fisik
dan okupasi serta proses penyembuhan, perbaikan penyakit, mengurangi secondary gain
terhadap kondisi medisnya, serta menjadi patuh dengan pengobatan.7
Aspek Psikiatrik
Terapi gangguan psikosomatik dari pandangan psikiatrik merupakan suatu tugas yang
sulit.Psikiater harus memusatkan terapi pada pemahaman motivasi dan mekanisme fungsi
yang terganggu serta membantu pasien menyadari sifat penyakit mereka serta kaitan pola
adaptif yang merugikan tersebut. Tilikan ini harus menghasilkan pola perilaku yang berubah
dan lebih sehat.2
Pasien dengan gangguan psikosomatik biasanya lebih enggan menghadapi masalah
emosional daripada pasien dengan masalah psikiatrik lain. Pasien psikosomatik mencoba
menghindari tanggung jawab untuk penyakitnya dengan mengisolasi organ yang sakit serta
datang ke dokter untuk didiagnosis dan disembuhkan. Mereka mungkin memuaskan
kebutuhan infantil untuk dirawat secara pasif, sambil menyangkal kalau mereka dewasa,
dengan semua stres dan konflik yang ada.2

Aspek Medis
Terapi

internis

gangguan

psikosomatik

harus

mengikuti

peraturan

pengelolaan medis yang telah ditegakkan.Umumnya, internis harus menghabiskan sebanyak


mungkin waktu dengan pasien dan mendengarkan banyak keluhan dengan simpatik; mereka
harus bersikap menenangkan dan suportif. Sebelum melakukan prosedur yang memanipulasi
fisikterutama jika menyakitkan, seperti kolonoskopiinternis harus menjelaskan pada
pasien apa yang akan dihadapi. Penjelasan akan menghilangkan ansietas pasien, membuat
pasien lebih kooperatif, dan akhirnya memudah kan pemeriksaan.2

23

Sikap pasien terhadap minum obat juga dapat memengaruhi hasil terapi psikosomatik.
Contohnya, pasien dengan diabetes yang tidak menerima penyakitnya dan memiliki -impuls
merusak diri yang tidak mereka sadari dapat dengan sengaja tidak mengendalikan diet
mereka, akibatnya akan mengalami koma hiperglikemik. Pasien lain menggunakan penyakit
mereka sebagai hukuman untuk rasa bersalah atau sebagai cara untuk menghindari tanggung
jawab. Terapi pada kasus seperti ini hams berusaha membantu pasien meminimalkan rasa
takut mereka dan berfokus pada perawatan diri sendiri serta pembentukan kembali citra tubuh
yang sehat.2

Perubahan Perilaku
Peran penting psikiater dan dokter lain yang bekerja dengan pasien psikosomatik
adalah memobilisasi pasien untuk mengubah perilaku dengan cara yang mengoptimalkan
proses penyembuhan. Hal ini memerlukan perubahan umum gaya hidup (cth., berlibur) atau
perubahan perilaku spesifik (cth., berhenti merokok). Terjadi atau tidaknya ini bergantung
pada ukuran besar kualitas hubungan antara dokter dan pasien. Kegagalan dokter
menciptakart rapport yang baik menyebabkan ketidakefektivan untuk membuat pasien
berubah.2
Rapport adalah perasaan disadari dan spontan mengenai responsivitas yang harmonis
antara pasien dan dokter.Rapport mengesankan pengertian dan kepercayaan di antara
keduanya.Dengan rapport, pasien merasa diterima, meskipun mereka dapat berpikir aset
mereka melebihi kewajiban mereka. Yang sering, dokter adalah orang yang dapat diajak
bicara oleh pasien mengenai hal-hal yang tidak dapat ia bicarakan dengan orang lain.
Sebagian besar pasien merasa bahwa mereka dapat percaya pada dokter, terutama psikiater
untuk menyimpan rahasia.Kepercayaan ini tidak boleh dikhianati. Perasaan yang diketahui,
dimengerti seseorang, dan menerimanya adalah sumber kekuatan yang dapat memungkinkan
pasien memulai perilaku yang sehat, seperti mengikuti Alcoholics Anonymous (AA) atau
mengubah kebiasaan makan.2

Jenis Terapi Lain


Psikoterapi Kelompok dan Terapi Keluarga.Pendekatan kelompok memberikan
kontak interpersonal dengan orang lain yang menderita penyakit yang sama dan memberikan
dukungan untuk pasien yang takut akan ancaman isolasi dan pengabaian. Terapi keluarga
24

memberikan harapan perubahan hubungan antaranggota keluarga yang sering mengalami


stres dan bersikap bermusuhan pada anggota keluarga yang sakit.2
Teknik Relaksasi. Edmund Jacobson pada tahun 1983 mengembangkan suatu metode
yang dinamakan relaksasi otot progresifuntuk mengajarkan relaksasi tanpa menggunakan
instrumentasi seperti yang digunakan di dalam biofeedback.Pasien diajari untuk merelaksasikan kelompok otot seperti yang terlibat di dalam "tension headache".Ketika mereka
menghadapi dan menyadari situasi yang menyebabkan tegangan pada otot mereka, pasien
dilatih untuk relaksasi. Metode ini adalah suatu tipe desensitisasi sistematiksuatu tipe terapi
perilaku.2
Herbert Benson pada tahun 1975 menggunakan konsep yang dikembangkan dari
meditasi transcendental, di sini pasien dipertahankan pada perilaku yang lebih pasif,
memungkinkan relaksasi terjadi dengan sendirinya.Benson menciptakan tekniknya dari
berbagai praktik dan agama Timur, seperti yoga. Semua teknik ini memiliki kesamaan posisi
nyaman, lingkungan yang damai, pendekatan pasif, dan citra mental yang menyenangkan
tempat seseorang dapat berkonsentrasi.2
Hipnosis. Hipnosis efektif untuk menghentikan merokok dan menguatkan perubahan
diet. Hipnosis digunakan dalam kombinasi dengan perumpamaan yang tidak disukai (cth.,
rokok terasa menjijikkan). Beberapa pasien menunjukkan angka relaps yang cukup tinggi dan
dapat memerlukan pengulangan program terapi hipnotik (biasanya tiga hingga empat sesi).2
Biofeedback. Neal Miller pada tahun 1969 mempublikasikan tulisan pelopornya
"Learning of Visceral and Glandular Response", yang melaporkan bahwa pada hewan,
berbagai respons viseral yang diatur oleh sistem saraf otonom involuntar dapat dimodifikasi
dengan pencapaian pembelajaran melalui operant conditioning yang dilakukan di
laboratorium. Hal ini membuat manusia mampu mempelajari cara mengendalikan respons
fisiologis involuntar tertentu (disebut biofeedback),seperti vasokonstriksi pembuluh darah,
irama jantung, dan denyut jantung. Perubahan fisiologis ini tampak memainkan peranan yang
bermakna di dalam perkembangan dan terapi atau penyembuhan gangguan psikosomatik
tertentu. Studi seperti itu, faktanya, mengonfirmasi bahwa pembelajaran yang disadari dapat
mengendalikan denyut jantung dan tekanan sistolik pada manusia.2
Biofeedback dan teknik-teknik terkait telah berguna pada tension headache, sakit
kepala migrain, dan penyakit Raynaud. Meskipun teknik biofeedback awalnya memberikan
25

hasil yang menyokong di dalam menerapi hipertensi esensial, terapi relaksasi telah
menghasilkan efek jangka-panjang yang lebih signifikan daripada biofeedback.2
Acupressure

dan

Akupuntur.

Acupressure

dan

akupuntur

adalah

teknik

penyembuhan Cina yang disebutkan di dalam teks medis kuno pada tahun 3000 SM.
Keyakinan dasar pengobatan Cina adalah keyakinan bahwa energi vital (qi atau chi) mengalir
sepanjang jalur khusus (meridian), kira-kira memiliki 350 titik (acupoints), yang
manipulasinya memperbaiki ketidakseimbangan dengan merangsang atau membuang
hambatan terhadap aliran energi. Konsep fundamental lainnya adalah gagasan mengenai dua
medan energi yang berlawanan (yin dan yang), yang harus seimbang untuk mempertahankan
kesehatan. Di dalam acupressure, acupoints dimanipulasidengan jari; di dalam akupuntur,
jarum perak atau emas yang steril (berdiameter rambut manusia) dimasukkan ke dalam kulit
dengan kedalaman yang bervariasi (0,5 mm hingga 1,5 cm) dan diputar atau ditinggalkan di
tempatnya selama berbagai periode waktu untuk memperbaiki setiap ketidakseimbangan
qi.Teknik akupuntur telah digunakan pada hampir semua gangguan yang disebutkan di bagian
ini dengan hasil yang beragam.2

Terapi Spesifik
Sistem kardiovaskular. Pada penyakit arteri koroner, untuk menghilangkan
ketegangan psikis yang berhubungan dengan penyakit, klinisi menggunakan obat
psikotropika, contohnya diazepam.Terapi yang digunakan untuk membantu melindungi
terhadap aritmia akibat emosi adalah psikotropika dan obat penghambat Beta seperti
propanolol.Pengobatan psikofarmaka ditujukan bila terdapat gejala yang menonjol pada
penyakit jantung psikogenik.Obat antiansietas dapat digunakan bila kecemasan yang timbul
berat.Derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa
cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas.
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat
diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg sehari dalam 2 atau 4
pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg sehari; pemberian suntikan dapat diulang tiap 3-4
jam.Klorazepam diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. Klordiazepoksid
tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg.Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. Diazepam
tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektal pada anak dengan kejang demam.10

26

Terapi medis harus suportif dan menentramkan, dengan suatu penekanan psikologis
untuk menghilangkan stres psikis, kompulsivitas dan ketegangan.Psikoterapi supotif dan dan
teknik perilaku (biofeedback, meditasi, terapi relaksasi) telah dilaporkan berguna dalam
pengobatan.
Sistem Pernapasan. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan berbagai
disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri, menghilangkan alergi serta
mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obat-obatan. Pada penderita tuberkulosis, faktor
psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin mempengaruhi daya tahan pasien
terhadap penyakit.Psikoterapi suportif adalah berguna karena peranan stres dan situasi
psikososial yang rumit.
Sistem gastrointestinal. Pada penyakit gastrointestinal, terapi mencakup penggunaan
agen antibiotik, obat imunosupresan, dan kortikosteroid. Penggunaan obat psikotropika
umum dalam pengobatan berbagai gangguan GI. Pengobatan pada pasien dengan penyakit GI
dipersulit oleh gangguan motilitas lambung, penyerapan, dan metabolism berkaitan dengan
gangguan GI yang mendasarinya .
Psikoterapi bisa menjadi komponen kunci dalam pendekatan pengobatan IBSdan
gangguan GI fungsional. Beberapamodel yang berbeda dari psikoterapi telah digunakan.Ini
termasuk jangka pendek, berorientasi dinamis, psikoterapi individu, psikoterapisuportif,
hipnoterapi, teknik relaksasi, dan terapi kognitif.3
Sistem neurologis. Migrain dan cluster headache paling baik diterapi selama periode
prodromal dengan ergotamine tartrate (Cafergot) dan analgesik.Pemberian propranolol atau
verapamil (Isoptin) profilaktik berguna jika sakit kepala sering terjadi.Sumatriptan (Imitrex)
diindikasikan untuk terapi jangka pendek migrain dan dapat menghentikan serangan.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) juga berguna untuk profilaksis. Psikoterapi
untuk menghilangkan efek konflik dan stres serta teknik perilaku tertentu (cth.,biofeedback)
telah dilaporkan berguna.2
Psikofarmaka

Terapi penyakit psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara.
Komponen-komponen yang harus dibedakan, ialah:
1. Terapi somatik
27

Hanya bersifat somanya saja dan pengobatan ini bersifat simtomatik.


2. Psikoterapi dan sosioterapi
Pengobatan dengan memperhatikan faktor psikisnya atau kepribadian secara
keseluruhan.
3. Psikofarmakoterapi
Pengobatan psikosomatik dengan menggunakan obat-obat psikotrop yang bekerja
pada sistem saraf sentral. Tiga golongan senyawa psikofarmaka:
1. obat tidur (hipnotik)
2. obat penenang minor
3. obat penenang mayor (neuroleptik)
4. antidepresan.
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat-obat psikofarmaka:
a) Mudah terjadi ketergantungan psikologis dan fisis, mungkin terjadi ketergantungan
obat.
b) Depresi atau kehilangan sifat menahan diri dapat terjadi, yang akhirnya dapat
menimbulkan kekacauan pikir.
c) Semua depresan sistem saraf sentral merupakan kontraindikasi pada payah paru
(asma, emfisema, dispnea oleh sebab-sebab lain).
d) Gangguan psikomotorik
e) Lekas marah, kegelisahan dan anksietas serinng terjadi bila obat dihentikan.11

Hipnotik sebaiknya diberikan dalam jangka waktu pendek, 2-4 minggu cukup,
walaupun sering timbul insomnia pantulan (rebound), bila pengobatan dihentikan. Oleh
karena itu obat diberikan hanya beberapa malam saja tiap minggu. Yang dianjurkan senyawasenyawa benzodiazepin berkhasiat pendek, yaitu:
28

Nitrozepam (Dumolid, Mogadon)

Flurazepam (Dalmadorm)

Triazolam (Halcion)

Pada insomnia dengan kegelisahan (ansietas), digunakan senyawa-senyawa fenotiazin, yaitu:


-

Tioridazin (Melleril)

Prometazin (Phenergan).11

Obat Penenang Minor. Diazepam (valium) digunakan untuk ansietas, agitasi,


spasme otot, delirium tremens hingga pada epilepsy. Pengobatan dengan benzodiazepin
hanya diberikan pada ansietas hebat, dan maksimal 2 bulan sebelum dicoba dihentikan.
Karena berakumulasinya benzodiazepin berkhasiat panjang, hingga khasiat obat berkurang.11
Obat Penenang Mayor. Kegagalan fungsi otak menimbulkan gangguan-gangguan
kelakuan berupa rasa takut, penderitaan batin, atau menimbulkan kegelisahan, keluyuran,
kegaduhan, agresi hingga kekerasan karena halusinasi dan khayalan. Hal ini bisa diatasi
dengan menggunakan sedatif walaupun pemberian sedatif tidak dianjurkan karena sering
timbul imobilitas. Yang paling sering digunakan ialah senyawa fenotiazin dan butirofenon,
antara lain Klorpromazin (Largactil), Tioridazin (Melleril), dan Haloperidol (Serenace,
Haldol).11
Gejala-gejala psikosomatik sering ditemukan pada depresi. Depresi sering merupakan
komplikasi penyakit fisis. Yang dianjurkan ialah senyawa-senyawa trisiklik dan tetrasiklik,
yaitu Amitriptilin (Laroxyl), Imipramin (Tofranil), Mianserin (Tolvon), dan Maprotilin
(Ludiomil).11
Golongan benzodiazepin umumnya bermanfaat pada gangguan ansietas, yaitu pada
ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder - GAD) obat pilihannya ialah Buspiron.
Pada ansietas panik, obat pilihannya ialah alprazolam namun ada beberapa penelitian
anksietas panik dapat diobati dengan antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).11
Obsessive Compulsive Disorder (OCD) ialah varian gangguan cemas namun obat
yang efektif untuk gangguan ini adalah golongan antidepresan misalnya Klomipramin
maupun golongan SSRI seperti Sertralin, Paroksetin, Fluoksetin, dan sebagainya. 11
Fobia juga varian gangguan cemas dan berespons baik pada pengobatan antidepresan.
Misalnya fobia sosial membaik dengan pemberian Moklobemid (golongan RIMA-Reversible
Inhibitory Monoamine Oksidase type A). Gangguan campuran ansietas-depresi juga
29

memberikan perbaikan dengan obat-obat antidepresan. Beberapa obat antidepresan yang baru
seperti telah disebut di atas antara lain:
-

Golongan SSRI : sertralin, paroksetin, fluoksetin, fluvoksamin

Golongan RIMA : moklobemid

Tianeptine

Penggunaan psikofarmaka hendaknya bersama-sama dengan psikoterapi yang efektif


sehingga hasilnya akan lebih baik.11

PENUTUP

Psikosomatik,

berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan faktor psikologis yang

mempengaruhi keadaan medis sebagai satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku yang
memiliki makna terhadap perjalanan dan hasil keadaan medis umum, atau yang
meningkatkan risiko seseorang secara signifikan untuk memperoleh hasil yang merugikan.
Proses psikosomatik berawal dari emosi yang terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan
saraf otonom vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom
vegetatif, seperti kardiovaskular, traktus digestivus, respiratorius, sistem endokrin dan traktus
urogenital. Stres akan merubah neurotransmiter, respon imun dan endokrin yang akan
mempengaruhi saraf-saraf otonom vegetatif dan menimbulkan gangguan spesifik pada alatalat viseral. Manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis terdiri dari suatu kondisi medis
umum dan faktor psikologis yang merugikan mempengaruhi kondisi medis umum. Terapi
tidak hanya ditujukan kepada penyakit, tetapi gangguan psikologis yang diderita. Pemahaman
motivasi, membantu pasien menyadari sifat penyakit dan mobilisasi pasien untuk mengubah
perilaku dapat mengoptimalkan proses penyembuhan pasien.

30

Anda mungkin juga menyukai