Anda di halaman 1dari 17

Referat

MEDICATION OVERUSE HEADACHE

Oleh:

Hery Akbar, S.Ked 04054821719088


Dita Triyasa, S.Ked 04054821719092

Pembimbing:

dr. Henry Sugiharto, Sp. S

BAGIAN / DEPARTEMEN NEUROLOGI


RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat

Medication Overuse Headache

Oleh:

Hery Akbar, S.Ked 04054821719088


Dita Triyasa, S.Ked 04054821719092

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Neurologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 17 September
2018 s.d 22 Oktober 2018.

Palembang, 7 Oktober 2018

dr. Henry Sugiharo, Sp.S


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Medication Overuse Headache”
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Neurologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Henry Sugiharto, Sp. S
atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan telaah ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan
datang.

Palembang, 7 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................2

KATA PENGANTAR ...........................................................................................3

DAFTAR ISI ..........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8

2.1 Definisi .............................................................................................................8


2.2 Epidemiologi .....................................................................................................8
2.3 Faktor Risiko ....................................................................................................9
2.4 Klasifikasi ......................................................................................................17
2.5 Patofisiologi ...................................................................................................17
2.6 Diagnosis .........................................................................................................19
2.7 Pengobatan ......................................................................................................19
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

Penyalahgunaan obat pada gangguan sakit kepala primer adalah fenomena


di seluruh dunia dan memiliki peran dalam perjalanan kronis gangguan sakit
kepala. Terlalu sering menggunakan obat simtomatik menjadi masalah umum
pada pasien dengan sindrom sakit kepala primer. Sakit kepala seperti migrain atau
sakit kepala tipe tegang menyebabkan pengalaman menyakitkan dan kecacatan
yang signifikan pada pasien. Oleh karena itu penggunaan analgesik dibenarkan
ketika benar dimanfaatkan. Penderita nyeri kepala biasanya menggunakan
analgesik untuk mengatasi nyeri kepalanya, tetapi penggunaan analgesik yang
berkepanjangan dapat menyebabkan fenomena nyeri kepala withdrawal.
Menurut Depkes, Medication Overuse Headache (MOH) adalah kondisi
medis yang secara luas diakui menurut uji coba epidemiologi baru ini dilakukan,
telah berkembang menjadi jenis sakit kepala yang paling sering, ketiga setelah
migrain dan sakit kepala tipe tegang (TTH). MOH merupakan nyeri kepala kronik
akibat penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Penggunaan zat analgesik yang
sering dapat memperburuk sakit kepala yang sudah ada. Istilah yang paling umum
digunakan adalah migraine kronis, sakit kepala harian, robound headache,
medication misuse headache, drug-indued headache.
Data epidemiologis menunjukkan bahwa prevalensi sakit kepala kronis,
seperti yang didefinisikan oleh International Headache Society (IHS), adalah
antara 2 dan 5% dari populasi orang dewasa. Sakit kepala kronis dikaitkan dengan
penggunaan berlebihan obat simtomatik di sekitar setengah dari pasien ini,
sehingga prevalensi sakit kepala kronis dengan obat-obatan berlebihan adalah
sekitar 1%, tetapi mungkin sampai 2% di Amerika Serikat. Prevalensi MOH
sekitar 1-2% pada populasi umum, 2,6% pada wanita, meningkat sampai 5% pada
dekade ke-5, dan 0,19% pada laki-laki. Prevalensi mencapai 55-70% pada
populasi penderita nyeri kepala. Penggunaan obat simptomatik berlebihan untuk
penyakit selain nyeri kepala tidak menyebabkan MOH. Studi meta analisis
menunjukkan bahwa di antara pasien MOH, 65% menderita migren, 27% TTH
dan 8% nyeri kepala campuran. Indonesia sendiri masih belum ada data yang pasti
mengenai prevalensi nyeri kepala kronis akibat penggunaan obat-obatan analgesik
yang berlebihan.
Oleh karena begitu buruknya dampak yang diakibatkan medication
overuse headache maka dibutuhkan suatu diagnosis dan penatalaksanaan yang
cepat dan tepat pada medication overuse headache, mengingat hal ini sudah
menjadi masalah umum yang terjadi di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi4,7
Medication Overuse Headache (MOH) adalah kondisi medis yang secara
luas diakui menurut uji coba epidemiologi baru ini dilakukan, telah berkembang
menjadi jenis sakit kepala yang paling sering, ketiga setelah migrain dan sakit
kepala tipe tegang (TTH). MOH merupakan nyeri kepala kronik akibat
penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Penggunaan zat analgesik yang sering
dapat memperburuk sakit kepala yang sudah ada. Istilah yang paling umum
digunakan adalah migraine kronis, sakit kepala harian, robound headache,
medication misuse headache, drug-indued headache.

2.2 Epidemiologi2,3
Data epidemiologis menunjukkan bahwa prevalensi sakit kepala kronis,
seperti yang didefinisikan oleh International Headache Society (IHS), adalah
antara 2 dan 5% dari populasi orang dewasa. Sakit kepala kronis dikaitkan dengan
penggunaan berlebihan obat simtomatik di sekitar setengah dari pasien ini,
sehingga prevalensi sakit kepala kronis dengan obat-obatan berlebihan adalah
sekitar 1%, tetapi mungkin sampai 2% di Amerika Serikat. Prevalensi MOH
sekitar 1-2% pada populasi umum, 2,6% pada wanita, meningkat sampai 5% pada
dekade ke-5, dan 0,19% pada laki-laki. Prevalensi mencapai 55-70% pada
populasi penderita nyeri kepala. Penggunaan obat simptomatik berlebihan untuk
penyakit selain nyeri kepala tidak menyebabkan MOH. Studi meta analisis
menunjukkan bahwa di antara pasien MOH, 65% menderita migren, 27% TTH
dan 8% nyeri kepala campuran. Indonesia sendiri masih belum ada data yang pasti
mengenai prevalensi nyeri kepala kronis akibat penggunaan obat-obatan analgesik
yang berlebihan.

2.3 Faktor Risiko6


1. Nyeri kepalanya sendiri.
Kebanyakan ahli setuju bahwa MOH terutama terjadi pada penderita nyeri
kepala primer seperti migren atau TTH.
2. Penggunaan obat berlebihan.
Penggunaan analgesik harian atau mingguan meningkatkan risiko menjadi
migren secara signifi kan. Hasil ini dikonfi rmasi oleh Katsarava et al. bahwa
pasien migren episodik yang menggunakan obat anti migren secara berlebihan
memiliki risiko 20 kali lipat menjadi nyeri kepala kronik. Risiko ini juga
meningkat dua kali bila menggunakan dua atau lebih obat yang berbeda.
3. Status sosial ekonomi rendah.
Pada populasi Belanda, prevalensi nyeri kepala kronik tiga kali lipat lebih
tinggi pada imigran daripada populasi umum. Di Jerman, prevalensi nyeri kepala
kronik tujuh kali lipat lebih tinggi pada imigran Turki.
4. Nyeri kepala withdrawal.
Bagi banyak pasien, berhenti minum obat menyebabkan nyeri kepala
bertambah berat sehingga membuat mereka melanjutkan penggunaan obat
berlebihan.
5. Analgesik kombinasi.
Banyak analgesic mengandung tambahan zat seperti barbiturat atau kafein.
Penghentian obat-obat mengandung kafein dapat mengakibatkan cepat marah,
gugup, gelisah dan caffeine withdrawal headache. Gejala-gejala ini dapat
berlangsung selama beberapa hari atau menyebabkan penggunaan obat berlebihan
berlanjut. Hal ini dikonfi rmasi oleh sebuah studi populasi yang menggolongkan
kafein sebagai faktor risiko nyeri kepala kronik. Oleh karena itu, obat nyeri kepala
mengandung kafein tidak boleh digunakan.
6. Faktor psikologis.
Banyak pasien takut kehilangan pekerjaan atau nyeri kepalanya kambuh
sehingga mereka mengkonsumsi obat untuk mencegah nyeri kepala.

2.4 Klasifikasi1,8
The International Classification of Headache Disorders 3rd edition beta
(ICHD-III β) membagi sakit kepala menjadi bentuk primer dan sekunder. Sakit
kepala primer adalah gangguan idiopatik tanpa penyebab lain yang dikenal,
sedangkan sakit kepala sekunder adalah sakit kepala diasumsikan disebabkan oleh
penyakit lain atau factor eksternal (misalnya trauma, operasi, efek racun dari zat
atau obat atau infeksi). Menurut ICHD-III MOH, sakit kepala yang terjadi pada 15
hari atau lebih per bulan berkembang sebagai konsekuensi dari terlalu sering
menggunakan rutin obat sakit kepala akut atau gejala (pada 10 atau lebih, atau 15
hari atau lebih per bulan, tergantung pada obat) selama lebih dari 3 bulan.
Biasanya, tapi tidak selalu, sembuh setelah berlebihan dihentikan. MOH
diklasifikasikan sebagai sakit kepala kronis sekunder, tetapi apakah sakit kepala
primer atau sekunder masih dalam perdebatan, dan konsep berlebihan obat sakit
kepala sekunder lainnya tidak jelas.
Klasifikasi Internasional Headache Disorders, kriteria-3 beta edition
(ICHD-IIIß) untuk medication overuse headache:
A. Sakit kepala hadir di> 15 hari / bulan.
B. Berlebihan reguler untuk> 3 bulan dari satu atau lebih obat yang dapat diambil
untuk perawatan akut dan / atau gejala sakit kepala.
C. Sakit kepala telah dikembangkan atau nyata memburuk selama pengobatan
berlebihan. (Untuk analgesik sederhana dan untuk kombinasi dari obat akut,
asupan harus 15 hari atau lebih per bulan untuk triptans, ergotamins, opioid dan
analgesik kombinasi;. 10 hari per bulan sudah cukup untuk mendapatkan
diagnosis MOH)

2.5 Patofisiologi5
Patofisiologi MOH masih belum jelas diketahui; genetik, regulasi reseptor
(up/down regulation) serta faktor psikologis diduga berperan. Risiko MOH
meningkat tiga kali jika ada riwayat keluarga dengan MOH atau penyalahgunaan
obat lain atau alkohol. Sebaliknya risiko penyalahgunaan obat meningkat empat
kali lipat pada pasien dengan riwayat keluarga MOH.
Faktor genetik yang menjadi fokus penelitian patofisiologi MOH adalah
BDNF (brainderived neurotrophic factor) yang merupakan salah satu bentuk
polimorfi sme dari Val66Met polymorphism. Polimorfisme ini berkaitan dengan
gangguan perilaku dan penyalahgunaan obat pada penderita MOH. Penelitian lain
menemukan hubungan bermakna alel 10 dari gen transporter dopamin (SLC6A)
dengan MOH dibandingkan dengan migren episodik. Pada pasien MOH reseptor
5-HT2 mengalami up-regulation dan densitas reseptor tersebut di platelet lebih
besar dibandingkan kontrol sehat. Gangguan reuptake reseptor 5-HT2
mengakibatkan rendahnya kadar 5-HT2 ini di dinding platelet. Hal ini yang
mendasari timbulnya MOH. Temuan ini juga didukung oleh penelitian lain yang
menunjukkan penderita MOH memiliki konsentrasi 5-HT rendah di dinding
platelet dan aktivitas transporter serotonin lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Aspek penting dalam kronisitas nyeri kepala adalah fenomena sensitisasi
sentral. Bendtsen et al. seperti dikutip Katzarava et al. menemukan penurunan
ambang batas nyeri pada pasien TTH kronik. Pada penderita nyeri kepala kronis
terjadi fasilitasi sistem nosiseptif trigeminal pada tingkat supraspinal. Baru-baru
ini, teknik pencitraan menggunakan fluorine-18-labelled-fluorodeoxy-glucose
(18-FDG) Positron Emission Tomography (PET) menemukan penurunan tingkat
metabolisme otak di daerah talamus bilateral, girus singuli anterior, insula, lobus
parietal inferior dan korteks orbitofrontal pada penderita MOH. Tiga minggu
setelah withdrawal analgetik, daerah-daerah tersebut mengalami perbaikan,
kecuali korteks orbitofrontal.
Faktor psikologi yang berperan dalam patofisiologi MOH adalah adiksi
zat, tipe kepribadian, genetik, dan rasa takut nyeri. Diasumsikan bahwa adiksi
terhadap analgetik sama dengan adiksi terhadap obat psikotropik seperti
barbiturat, opioid, dan kafein, tetapi tidak ada bukti bahwa triptans atau analgesik
sederhana menimbulkan adiksi yang signifi kan; oleh karena itu mekanisme ini
belum sepenuhnya dapat menjelaskan terjadinya MOH. Depresi dan kecemasan
juga merupakan faktor penting untuk memprediksi ketergantungan jangka panjang
terhadap analgetik.

2.6 Diagnosis
Kriteria diagnostik International Headache Society untuk Medication Overuse
Headache:
Kriteria diagnostik
A. Sakit kepala timbul > 15 hari / bulan dan memenuhi kriteria C dan D
B. Berlebihan dan regular > 3 bulan dengan satu atau lebih obat yang dapat
diambil untuk akut dan / atau pengobatan simtomatik sakit kepala
C. Sakit kepala yang berkembang dan memburuk selama penyalahgunaan obat
D. Sakit kepala yang beralih ke pola sebelumnya dalam waktu 2 bulan setelah
penghentian obat secara berlebihan
a
Sebuah Sakit kepala yang berhubungan dengan penyalahgunaan obat adalah
variabel dan sering memiliki pola aneh dengan karakteristik pergeseran, bahkan
dalam hari yang sama, dari migrain seperti dengan yang nyeri kepala tipe tegang.
b
Berlebihan didefinisikan dalam hal durasi dan pengobatan hari per minggu. Apa
yang penting adalah bahwa pengobatan terjadi baik sering dan teratur, yaitu, pada
2 atau lebih hari setiap minggu. Pengobatan dengan waktu yang lama tanpa
asupan obat-obatan, dipraktekkan oleh beberapa pasien, jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk menyebabkan MOH dan tidak memenuhi kriteria II B.
c
MOH dapat terjadi pada pasien sakit kepala rawan ketika obat sakit kepala akut
yang diambil untuk indikasi lain.
d
Sebuah periode 2 bulan setelah penghentian berlebihan ditetapkan di mana
perbaikan (resolusi sakit kepala, atau pengembalian dengan pola sebelumnya)
harus terjadi jika diagnosis adalah untuk menjadi definitif. Sebelum Penghentian,
atau menunggu perbaikan dalam waktu 2 bulan setelah penghentian, diagnosis
8.2.8 Kemungkinan MOH harus diterapkan. Jika perbaikan tersebut tidak maka
terjadi dalam 2 bulan, diagnosis ini harus dibuang.

Subtipe dari MOH


8.2.1 Ergotamin-overuse headache
Penggunaan ergotamin pada > 10 hari / bulan secara teratur selama > 3 bulan
8.2.2 Triptan-overuse headache
Penggunaan triptan (setiap formulasi) > 10 hari / bulan secara teratur selama > 3
bulan
8.2.3 Analgesik-overuse headache
Penggunaan analgesik sederhana > 15 hari / bulan secara teratur selama > 3 bulan
8.2.4 Opioid-overuse headache
Penggunaan opioid pada > 10 hari / bulan secara teratur selama> 3bulan
8.2.5 Kombinasi analgesik-overuse headache
Asupan obat analgesik kombinasi > 10 hari / bulan secara teratur selama > 3 bulan
8.2.6 MOH dikaitkan dengan kombinasi obat akut
Asupan kombinasi dari ergotamine, triptans, analgesik, dan / atau opioid pada >
10 hari / bulan secara teratur selama > 3 bulan tanpa berlebihan dari setiap kelas
tunggal sajab
8.2.7 Sakit kepala dikaitkan dengan penggunaan obat lain yang terlalu sering
Regular berlebihanc untuk > 3 bulan obat selain yang dijelaskan sebelumnya
8.2.8 Kemungkinan MOH
A. Sakit kepala yang memenuhi kriteria pengisian A, C, dan D untuk 8.2 MOH
B. Obat berlebihan yang memenuhi kriteria pengisian B untuk salah satu dari
subforms 8.2.1-8.2.7
C. Satu atau lain dari yang berikut:
1. Obat yang terlalu sering digunakan belum ditarik
2. Obat berlebihan telah berhenti dalam 2 bulan terakhir, tapi sakit kepala belum
sejauh diselesaikan atau kembali ke pola sebelumnya

a. Sebuah kombinasi biasanya terlibat adalah yang mengandung analgesik


sederhana dikombinasikan dengan opioid, butalbital, dan / atau kafein.
b. Subtipe 8.2.1-8.2.5 harus didiagnosis jika kriteria B terpenuhi sehubungan satu
atau lebih kelas tunggal dari obat-obat ini.
c. Definisi dari berlebihan dalam hal hari perawatan per minggu mungkin
bervariasi dengan sifat obat.

2.7 Pengobatan5,9
Tujuan pengobatan pasien MOH adalah mengurangi frekuensi dan atau
keparahan nyeri kepala, mengurangi konsumsi obat akut, memperbaiki respons
terhadap obat akut dan preventif, mencegah kecacatan serta memperbaiki kualitas
hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghentikan penggunaan berlebihan
obat-obatan (withdrawal treatment).
A. Prosedur withdrawal
Prosedur withdrawal pada pasien MOH sangat bervariasi. Kebanyakan
spesialis nyeri kepala menghentikan obat secara tiba-tiba, atau secara bertahap
khususnya untuk opioid, barbiturat dan benzodiazepin.11 Prosedur withdrawal
dapat dilakukan di unit rawat jalan maupun rawat inap. Prosedur rawat inap
dilakukan pada pasien pengguna opioid, barbiturat, benzodiazepin, gejala
withdrawal berat, komorbiditas berat dan gagal pada withdrawal sebelumnya.
Gejala utama withdrawal adalah bertambah buruknya nyeri kepala, mual, muntah,
hipotensi, takikardi, gangguan tidur, gelisah, cemas, dan gugup. Gejala ini
normalnya berhenti setelah 2-10 hari tetapi bisa menetap sampai 4 minggu. Rata-
rata durasi nyeri kepala withdrawal adalah 4,1 hari untuk triptans, 6,7 hari untuk
ergotamine, dan 9,5 hari untuk analgesik. Lamanya gejala penyerta (misalnya
mual, muntah, gangguan tidur) lebih pendek untuk triptans daripada ergotamin
atau analgesik (masing-masing 1 hari, 2,5 atau 2,2 hari). Perbaikan keseluruhan
terjadi dalam 7-10 hari untuk triptans, setelah 2-3 minggu untuk analgesik
sederhana dan setelah 2-4 minggu untuk opioid.11,12,13 Tingkat keberhasilan
rata-rata untuk terapi withdrawal yaitu setidaknya 50% pengurangan hari nyeri
kepala adalah sekitar 72%. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi
withdrawal antara lain:
a. Durasi minum obat (durasi lebih lama terkait dengan prognosis buruk)
b. Jenis obat yang digunakan secara berlebihan (misalnya withdrawal triptans
memiliki prognosis lebih baik daripada obat lain)
c. Jenis nyeri kepala yang mendasari (misalnya TTH, gabungan TTH dan migren
memiliki risiko kambuh lebih tinggi daripada jenis nyeri kepala lain)
d. Kualitas tidur yang buruk (terkait dengan prognosis buruk)
e. Nyeri badan (terkait dengan prognosis buruk).
Berikan dukungan dan informasi pada pasien bila komitmen kurang.
Ketergantungan psikologis mungkin memerlukan rujukan untuk cognitive
behavioural therapy (CBT).
B. Mengobati gejala withdrawal
Pasien yang melakukan prosedur withdrawal sebaiknya dievaluasi
terutama 1-2 minggu pertama. Pasien dapat diberi terapi simptomatis seperti:
a. Anti emetik (metoclopramide, domperidone) untuk mengurangi muntah.
b. NSAID seperti naproksen 250 mg tiga kali sehari atau 500 mg dua kali sehari,
diminum teratur atau bila ada gejala. Beberapa spesialis merekomendasikan
naproksen selama 3-4 minggu atau diminum untuk 6 minggu yaitu tiga kali sehari
untuk 2 minggu, dua kali sehari selama 2 minggu, sekali sehari selama 2 minggu,
kemudian berhenti.
c. Kortikosteroid, sejumlah 97 pasien MOH menjalani withdrawal obat
menggunakan prednisolon dengan dosis awal 60 mg sehari, dengan penurunan
dosis sampai 6 hari. Tidak ada perbedaan antara kelompok prednisolon dan
plasebo dalam intensitas dan jumlah hari dengan nyeri kepala dalam 6 hari
pertama setelah withdrawal. Penelitian lain melibatkan 400 pasien MOH
menggunakan prednisone 60 mg selama 2 hari kemudian diturunkan 20 mg setiap
2 hari efektif mengurangi nyeri kepala dan gejala withdrawal.15. Penelitian lain
pada 9 pasien diobati dengan plasebo atau 100 mg prednison selama 5 hari
menemukan durasi nyeri kepala withdrawal berkurang di kelompok prednison.
d. Terapi preventif
Pemilihan terapi preventif sebaiknya berdasarkan nyeri kepala primer yang
mendasari, efek samping obat, komorbiditas, pilihan pasien dan pengalaman
terapi sebelumnya. Penelitian terbaru menyarankan bahwa asam valproat dan
topiramat bermanfaat mengurangi frekuensi nyeri kepala dengan cara
menghambat aktivitas neuronal. Namun, topiramat juga memiliki potensi efek
tidak diinginkan (gangguan kognitif, depresi) yang membatasi penggunaannya.
Pasien harus dievaluasi setelah 2-3 minggu untuk memastikan withdrawal
telah tercapai. Pemulihan berlangsung perlahan-lahan dalam beberapa minggu
sampai bulan. Kebanyakan pasien kembali ke jenis nyeri kepala semula dalam 2
bulan. Penggunaan obat-obatan diperkenankan kembali untuk mengurangi gejala
setelah 2 bulan jika perlu, dengan aturan tegas bahwa frekuensi penggunaannya
tidak melebihi 2 hari per minggu. Pasien nyeri kepala yang berhenti berespons
terhadap pengobatan profi laksis dapat menggunakan obat-obat simptomatik,
terapi profi laksis mungkin kembali efektif setelah withdrawal berhasil.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Ghiotto N, Sances G, Galli F, Tassorelli C, Guaschino E, Sandrini G, Nappi G.


Medication overuse headache applicability of the ICDH-II diagnostic criteria: 1
year follow-up study (CARE ICDK-220/ vol. 41 no. 9, th. 2014 659 protocol).
Cephalalgia 2008;29:233-43.
2. Katsarava Z, Obermann M. Medication-overuse headache. Curr Opin Neurol,
2013;26:276-81.
3. Diener HC, Limmroth V, Katzarava Z. Ch. 11. Medication overuse medication.
In: Goadsby PJ, Silberstein SD, Dodick D. eds. Chronic Daily Headache for
Clinicians. BC Decker, 2005:pp.117-27.
4. William D. Medication overuse headache. Australian Prescriber
2005;28(6):143-5.
5. Evers S, Marziniak M. Clinical features, pathophysiology, and treatment of
medication-overuse headache. Lancet Neurology 2010;9:391-401.
6. Sances G, Ghiotto N, Galli F, Guaschino E, Rezzani C, Guidetti V, Nappi G.
Risk factors ini medication-overuse headache: A 1-year follow up study (care
II protocol). Cephalalgia 2010;30(3):329-36.
7. Kavuk I, Katzarava Z, Selekler M, Sayar K, Agelink W, Limmroth V, Diener
HC.Clinical Features and Therapy of Medication Overuse Headache. Eur. J.
Med. Res.,2004;9:565-9.
8. Headache Committee of the International Headache Society (IHS). The
International Classification of Headache Disorders 3rd ed (beta version).
Cephalalgia 2013;33(9):733-5.
9. Evers S, Jensen R. Treatment of medication overuse headache - guide line of
the EFNS headache panel. Eur. J. Neurol. 2011;18:1115-21.

Anda mungkin juga menyukai