Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA KRONIK AURIS SINISTRA

Pembimbing: dr. Hj. Abla Ghanie, Sp. T.H.T.K.L. (K), FICS

Dika Dwiyasa, S.Ked 04054821820075


Irinne Karina Putri, S.Ked 04054821820076
Sy. Maryam Haninah, S.Ked 04054821820015
Cornellia Agatha, S.Ked 04054821820034
Violantina Linardi, S.Ked 04084821821025

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

OUTLINE
Status
Pendahuluan
Pasien

Tinjauan Analisis
Pustaka Kasus
1.
PENDAHULUAN

3
Peradangan kronis dari telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul
OTITIS MEDIA
KRONIK (OMK)
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa
nanah

OMA > 2 bulan


dengan perforasi OTITIS MEDIA
membrane KRONIK (OMK)
Terlambat terapi
timpani Terapi tidak adekuat
Virulensi kuman tinggi
Daya tahan tubuh pasien rendah
Higiene buruk
EPIDEMIOLOGI
Negara berkemabang >> INDONESIA
Anak usia sekolah >> Angka kejadian :
3,1% dari jumlah
penduduk

KLASIFIKASI:
1. Tipe aman (Beningna)
2. Tipe bahaya (Maligna)
65 dari 330 juta penduduk Kolesteatoma à >>
60% diantaranya à gang. pendengaran komplikasi berbahaya
2.
STATUS PASIEN

6
IDENTIFIKASI
◎ Nama : Tn. RL
◎ Umur : 28 tahun (31/07/1990)
◎ Jenis Kelamin : Laki-laki
◎ Agama : Kristen
◎ Bangsa : Chinese
◎ Pekerjaan : Karyawan swasta
◎ Pendidikan : S1
◎ Alamat : Pasar Baru, Lahat
7
ANAMNESIS (Atoanamnesis pada tanggal 24 Mei 2019, pukul 13.00 WIB)

◎ Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri sejak 5 tahun yang lalu.
◎ Keluhan Tambahan : Penurunan pendengaran.

Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kiri. Cairan
keluar hilang timbul, warna putih kekuningan, kental, bau (-), darah (-), pus (-).
Nyeri telinga hilang timbul (+), berdenging (+), penurunan pendengaran (+) pada
telinga kiri. Gangguan penciuman (-), nyeri menelan (-), sulit menelan (-). Sakit
kepala (-), rasa berputar (-), demam (-), batuk (-), pilek (-), sakit gigi (-), mulut
mengot (-). Pasien kemudian berobat ke Puskesmas di daerah dekat rumahnya dan
dirujuk ke Poliklinik Rawat Jalan RSMH Palembang. 8
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
◎ Riwayat trauma pada kepala dan telinga disangkal
◎ Riwayat batuk, pilek berulang disangkal
◎ Riwayat adanya keluar cairan pada telinga 8 tahun yang lalu
◎ Riwayat alergi disangkal
◎ Riwayat operasi telinga disangkal
RIWAYAT PENGOBATAN
◎ Pasien menggunakan obat tetes telinga (pasien lupa nama obat)
◎ Konsumsi obat-obatan lain/ obat-obatan jangka panjang disangkal

9
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
◎ Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

RIWAYAT KEBIASAAN
◎ Kebiasaan mengorek telinga (+) saat telinga terasa gatal dengan cotton bud
◎ Riwayat sering berenang disangkal
◎ Riwayat kemasukan air di telinga disangkal

10
PEMERIKSAAN FISIK (24 Mei 2019, pukul 13.30 WIB)
◎ Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
◎ Kesadaran : Compos mentis
◎ Tekanan Darah : 130/80 mmHg
◎ Nadi : 82 kali/menit
◎ Pernapasan : 20 kali/menit
◎ Suhu : 36,5º C
◎ BB / TB : 60 kg / 175 cm

11
PEMERIKSAAN FISIK – KEADAAN SPESIFIK
◎ Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
◎ Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), massa (-)
◎ Thoraks :
Jantung
○ Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
○ Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
○ Perkusi : Batas jantung normal
○ Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-).
12
PEMERIKSAAN FISIK – KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru
○ Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan dan kiri
○ Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, krepitasi (-)
○ Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
○ Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
◎ Abdomen :
○ Inspeksi : Datar
○ Palpasi : Lemas
○ Perkusi : Timpani
○ Auskultasi : Bising usus (+) normal
◎ Ekstremitas : Akral pucat (-), edema pretibia (-), deformitas (-) 13
I. Telinga Luar Kanan Kiri
STATUS LOKALIS– TELINGA Meatus Akustikus Eksternus
-Lapang/sempit Lapang Lapang
I. Telinga Luar Kanan Kiri -Oedema - -
Regio Retroaurikula -Hiperemis - -
-Abses - - -Pembengkakan - -
-Sikatrik - - -Erosi - -
-Pembengkakan - - -Krusta - -
-Fistula - - -Sekret - -
-Jaringan granulasi - - (serous/seromukus/mukopus/pus)
Regio Zigomatikus -Serumen - -
-Kista Brankial Klep - - -Perdarahan - -
-Fistula - - -Bekuan darah - -
-Lobulus Aksesorius - - -Cerumen plug - -
Aurikula -Epithelial plug - -
-Mikrotia - - -Jaringan granulasi - -
-Efusi perikondrium - - -Debris - -
-Keloid - - -Benda asing - -
-Nyeri tarik aurikula - - -Sagging - -
-Nyeri tekan tragus - - -Exostosis - - 14
STATUS LOKALIS– TELINGA
II. Membran Timpani Kanan Kiri
-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Putih Sulit dinilai
-Bentuk (oval/bulat) Oval Sulit dinilai
-Pembuluh darah Normal Sulit dinilai
-Refleks cahaya (+) arah jam 5 (-)
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) (-) (+) sentral
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/seromukus/ mukopus/pus) - -
-Tulang pendengaran Sulit dinilai Sulit dinilai
-Kolesteatoma Tidak terlihat Tidak terlihat
-Polip - -
15
-Jaringan granulasi - -
STATUS LOKALIS– MEMBRAN TIMPANI

16
STATUS LOKALIS– MEMBRAN TIMPANI
KANAN KIRI

17
STATUS LOKALIS– TELINGA
III. Tes Khusus Kanan Kiri
1.Tes Garpu Tala
- Tes Rinne Positif Negatif
- Tes Weber Lateralisasi ke telinga kiri
- Tes Scwabach Sama dengan pemeriksa Memanjang
2.Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3.Tes Fungsi Tuba
Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4.Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan
18
STATUS LOKALIS– HIDUNG
I. Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Cukup Cukup
-Tes penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Teh
Kopi
Tembakau
II. Hidung Luar Kanan Kiri II. Hidung Luar Kanan Kiri
-Dorsum nasi Normal Normal -Krepitasi - -
-Akar hidung Normal Normal -Hiperemis - -
-Puncak Hidung Normal Normal -Erosi Kulit - -
-Sisi hidung Normal Normal -Vulnus - -
-Ala nasi Normal Normal -Ulkus - -
-Deformitas - - -Tumor - -
-Hematoma - - -Duktus nasolakrimalis Tidak tersumbat Tidak
-Pembengkakan - - (tersumbat/tidak tersumbat) tersumbat 19
STATUS LOKALIS
c. Kavum nasi
– HIDUNG -Luasnya (lapang/cukup/sempit) Lapang Lapang
-Sekret - -
(serous/seromukus/mukopus/pus) - -
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
-Krusta - -
1. Rinoskopi Anterior
-Bekuan darah - -
a.Vestibulum nasi
-Perdarahan - -
-Sikatrik - -
-Benda asing - -
-Stenosis - -
-Rinolit - -
-Atresia - -
-Polip - -
-Furunkel - -
-Tumor - -
-Krusta - -
d. Konka Inferior
-Sekret - -
-Mukosa (erutopi/hipertropi/atropi) Eutrofi Eutrofi
b. Kolumela
(basah/kering) Basah Basah
-Utuh/tidak utuh Utuh Utuh
(licin/tak licin) Licin Licin
-Sikatrik - -
-Warna
-Ulkus - -
(merah muda/hiperemis/pucat/livide) Merah muda Merah muda
-Tumor - - 20
STATUS LOKALIS– HIDUNG
e. Konka media Sulit dinilai Sulit dinilai
g. Meatus Medius Tidak dapat Tidak
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)
-Lapang/ sempit dinilai dapat
(basah/kering)
-Sekret dinilai
(licin/tak licin)
(serous/seromukus/mukopus/pus)
-Warna
-Polip
(merah muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
-Tumor
h. Meatus inferior Tidak dapat Tidak
f. Konka superior Tidak dapat Tidak dapat
-Lapang/ sempit dinilai dapat
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) dinilai dinilai
-Sekret dinilai
(basah/kering)
(serous/seromukus/mukopus/pus)
(licin/taklicin)
-Polip
-Warna
-Tumor
(merah muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
21
STATUS LOKALIS– HIDUNG
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutrofi/hipertrofi/atrofi) Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna Merah muda Merah muda
-Tumor - -
-Deviasi - -
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -
2. Rinoskopi Posterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan
22
STATUS LOKALIS– HIDUNG
Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

23
STATUS LOKALIS
IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri
-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-regio infraorbitalis
-regio palatum durum
24
STATUS LOKALIS– RONGGA MULUT
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies) 25
STATUS LOKALIS– RONGGA MULUT
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Di tengah Di tengah
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) (granuler/ulkus) Tenang Tenang
(secret/membran)
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T1 T1
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) - -
(kripta lebar/tidak) Tidak lebar Tidak lebar
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - - 26
STATUS LOKALIS– RONGGA MULUT
Gambar Rongga Mulut dan Faring Rumus Gigi Geligi

27
STATUS LOKALIS– LARING
III.Laring Kanan Kiri
1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista) - -
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi) Eutrofi Eutrofi
-Valekula (benda asing/tumor) - -
-Fosa piriformis (benda asing/tumor) - -
-Epiglotis (hiperemis/udem/ulkus/membran) Normal Normal
-Aritenoid (hiperemis/udem/ulkus/membran) NormaL Normal
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal) Normal Normal
(nodus/polip/tumor) (gerak simetris/asimetris)
Gambar laring
-Pita suara palsu (hiperemis/udem) Normal Normal
(laringoskopi tidak
-Rima glottis (lapang/sempit) Lapang Lapang langsung)
-Trakea Normal Normal
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak dilakukan Tidak dilakukan 28
DIAGNOSIS KERJA
Otitis media kronis AS
PENGOBATAN
Non Medikamentosa:
◎ Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan telinga guna mencegah
komplikasi penyakit menjadi lebih parah.
◎ Edukasi pasien untuk tidak sering mengorek telinga.
◎ Edukasi pasien untuk melakukan proteksi terhadap telinga dengan
menghindari air masuk ke dalam telinga seperti menggunakan ear plug
atau cotton wad ketika mandi agar air tidak masuk ke dalam telinga.
◎ Konsul bagian anestesi 29
PENGOBATAN
Medikamentosa:
◎ Lokal :
○ Tetes telinga: Ofloxacin eardrop gtt V / 12 jam AS
○ Irigasi dengan H2O2 3% AS
◎ Sistemik:
○ Cefixime tablet 100 mg / 12 jam PO
○ Paracetamol tablet 500 mg / 8 jam PO
◎ Pro timpanoplasti

30
PEMERIKSAAN ANJURAN
◎ Audiometri
◎ Swab telinga
◎ CT Scan mastoid dengan kontras

PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
31
3.
TINJAUAN PUSTAKA

32
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN
OTITIS MEDIA KRONIS - KLASIFIKASI
1. TIPE AMAN/TIPE MUKOSA/TIPE BENIGNA/TUBOTIMPANI
• Perforasi sentral atau pars tensa
• Gejala klinik bervariasi à luas dan keparahan penyakit
• Faktor yang mempengaruhi:
o Patensi tuba Eustachius
o Infeksi saluran nafas atas
o Pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan
daya tahan tubuh yang rendah
o Luas dan derajat perubahan mukosa
o Migrasi sekunder dari epitel skuamous
• TERBAGI JADI : PENYAKIT AKTIF – PENYAKIT TIDAK AKTIF
OTITIS MEDIA KRONIS - KLASIFIKASI
A. PENYAKIT AKTIF
- Terdapat sekret pada telinga dan tuli
- Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga
luar
- Sekret bervariasi à mukoid sampai mukopurulen

B. PENYAKIT TIDAK AKTIF


- Perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat
- Tuli konduktif ringan
- Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam
telinga
OTITIS MEDIA KRONIS - KLASIFIKASI

2. TIPE BAHAYA/TIPE TULANG/TIPE MALIGNA


• Ditemukan kolesteatoma
• Lokasi à Pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya
kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatoma
OTITIS MEDIA KRONIS - ETIOLOGI

Penyebab OMSK antara lain lingkungan, genetik, riwayat infeksi


sebelumnya, infeksi saluran napas atas, autoimun, alergi, dan gangguan
fungsi tuba Eustachius.

• Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut
dan/atau otitis media dengan efusi
• Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-negatif, flora tipe-usus, dan beberapa
organisme lainnya
OTITIS MEDIA KRONIS - PATOGENESIS

Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis


kolesteatoma à teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi,
dan teori implantasi.
“Kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang terperangkap”

Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah Cul-de-sac à serumen padat di
liang telinga dalam waktu yang lama à epitel kulit yang berada medial dari serumen
tersebut seakan terperangkap à kolesteatoma
OTITIS MEDIA KRONIS – GEJALA KLINIS
• Telinga berair (otorrhea)
Tipe jinak à mukopus, tidak berbau, hilang timbul, meningkat
saat ISPA/ setelah mandi/berenang,
Tipe inaktif à sekret (-)
• Gangguan pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran
• Otalgia (nyeri telinga) à Bendungan drainase pus
• Vertigo
OTITIS MEDIA KRONIS - DIAGNOSIS

GEJALA KLINIS + PEMERIKSAAN THT (OTOSKOPI)

• PEMERIKSAAN PENALA à untuk mengetahui adanya gangguan


pendengaran
• AUDIOMETRI NADA MURNI/AUDIOMETRI TUTUR/BERA à jenis dan
derajat gangguan pendengaran
• Foto rontgen mastoid
• Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
OTITIS MEDIA KRONIS – TATALAKSANA
• TIPE AMAN/BENIGNA
o Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah
konservatif/medikamentosa
o Sekret keluar terus menerus à obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari
o Sekret berkurangà tetes telinga yang mengandung
antibiotika dan kortikosteroid
o Oral à antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin
(bila pasien alergi terhadap penisilin)
OTITIS MEDIA KRONIS – TATALAKSANA
• TIPE BAHAYA/MALIGNA
o OPERASI
o Konservatif/medikamentosa à sementara
o Abses subperiosteal (+) à insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi
o Jenis operasi:
• Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
• Mastoidektomi radikal
• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
• Miringoplasti
• Timpanoplasti
• Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
OTITIS MEDIA KRONIS – KOMPLIKASI
Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut:
Telinga tengah Telinga dalam Ekstradural SSP
Perforasi persisten Fistel labirin Abses ekstradural Meningitis
Erosi tulang Labirinitis supuratif Trombosis sinus lateralis Abses otak
pendengaran Tuli saraf sensorineural Petrositis Hindrosefalus otitis
Paralisis nervus fasial
Otologik Intrakranial
Mastoiditis koalesen Abses ekstradural
Paparella dan Shumrick (1980) Petrositis Trombosis sinus lateralis
membagi dalam Paresis fasialis Abses subdural
Labirinitis Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
OTITIS MEDIA KRONIS – KOMPLIKASI
Cara penyebaran:
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak
3. Masuk ke jaringan otak
4.
ANALISIS KASUS

48
LITERATUR KASUS
OMK à Keluhan utama berupa keluar cairan
SEJAK ± 3 BULAN YANG LALU
pada telinga kanan yang hilang timbul
• Keluar cairan dari telinga kiri
(otorrhea), gangguan pendengaran, dan nyeri
• Penurunan pendengaran pada telinga kiri
telinga (otalgia) yang sudah berlangsung lebih
• Nyeri telinga hilang timbul
dari 2 bulan.

LITERATUR KASUS
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan FISIK:
• Gangguan pendengan à konduktif namun • Telinga kiri à refleks cahaya tidak ada,
dapat pula bersifat campuran terdapat sekret, perforasi sentral.
• Derajat gangguan pendengaran à Tes • Tes penala à Kesan : gangguan
Audiometri pendengaran konduktif pada telinga kiri
• Perforasi sentral à lokasi di pars tensa, à • Direncanakan tes audiometri
OMK tipe aman
LITERATUR KASUS

TATALAKSANA OMK TIPE AMAN TATALAKSANA


• Pencuci telinga untuk secret yang keluar dari Non-medikamentosa à Edukasi
telinga. Medikamentosa à
• Obat tetes telinga yang mengandung - Ofloxacin eardrop gtt V/12 jam AS
antibiotik - H2O2 3% gtt V / 12 jam AS
• Antibiotika sistemik - Cefixime tablet 100 mg/ 12 jam
• Obat simptomatik - Paracetamol tablet 500 mg/ 8 jam P.O.
- Pro timpanoplasti.

LITERATUR - KASUS
PEMERIKSAAN ANJURAN
• Audiometri à mengetahui derajat gangguan pendengaran
• Swab telinga à kultur dan uji resistensi dari sekret telinga
• CT Scan mastoid dengan kontras à membantu memperlihatkan kemungkinan kerusakan
dinding mastoid yaitu dengan menentukan letak anatomi lesi.
LITERATUR KASUS

PROGNOSIS
Proses peradangan pada OMK tipe aman PROGNOSIS
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya Quo ad vitam: bonam
tidak mengenai tulang serta umumnya Quo ad functionam : dubia ad bonam
jarang menimbulkan komplikasi yang Quo ad sanationam: dubia ad malam
berbahaya
TERIMA KASIH

52
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini D. Otitis Media Supuratif Kronis Dan Tonsilitis Kronis Serta Karies Dentis Dan Perilaku Kuratif Ibu. Medula. 2013:1(2).
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Upaya Kesehatan Telinga dan Pencegahan Gangguan Pendengaran Untuk Puskesmas.
Jakarta 2003: Depkes RI.
3. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: burden of illness and management options Child and Adolescent Health and
Development Prevention of Blindness and Deafness. World Health Organization, Geneva, Switzerland: 2004.
4. Soepardi EA, dkk. Kelainan Telinga Tengah, Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 6th Ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal. 69-74.
5. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK Dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika Di Bagian THT FK USU/RSUP H.
Adam Malik Medan. Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. 2003.
6. Lasisi AO, Olaniyan FA, Muibi SA, Azeez IA, Abdulwasiu KG, Lasisi TJ, et al. Clinical and demographic risk factors associated with
chronic suppurative otitis media. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2007:71: 1549–1554. [PubMed]
7. Soetirto Indro, Bashiruddin Jenny, Bramantyo Brastho, Gangguan pendengaran Akibat Obat Ototoksik, Buku ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung,Tenggorok Kepala & Leher. Edisi IV. Penerbit FK-UI, Jakarta: 2007, halaman 9-15,53-56.

53

Anda mungkin juga menyukai