SINDROM EKSTRAPIRAMIDAL
Oleh:
Annisa Amalina 1840312430
Intan Putri Feriza 1840312442
Irfan Ghani Nasution 1740312431
Preseptor:
dr. Taufik Ashal, Sp.KJ
Penulis
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19
PENDAHULUAN
otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak
dari ekstrapimidal adalah terutama di formatio retikularis dari pons dan medulla,
yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi
pemberian dalam dosis tinggi paling sering memberikan efek samping pada pasien
Obat antipsikotik tipikal yang paling sering memberikan efek samping gejala
bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet, spasme atau rigiditas, tetapi gejala-
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau jangka panjang dari medikasi
2.2 Epidemiologi
potensi tinggi.1
Reaksi distonia akut terjadi pada kira-kira 10% pasien, biasanya pada
pria muda. Tardive dyskinesia berupa gerakan involunter otot seperti mulut,
kurun waktu 6 bulan atau lebih, berkembang menjadi tardive dyskinesia. Sindrom
parkinson umumnya timbul 1-3 minggu setelah pengobatan awal, lebih sering
2.3.1 Distonia
lama dan menyebabkan terjadi perubahan gerak atau postur. Tidak seperti reaksi
akut distonia / Acute Dystonic Reaction dimana kontraksi otot terjadi secara
transient, kondisi tardive distonia ini bersifat persisten dan biasanya terjadi karena
pasien dengan penggunaan obat anti psikotik adalah usia muda, jenis kelamin
laki-laki, ras kulit hitam, riwayat reaksi distonia sebelumnya, riwayat keluarga
distonia umum.4,5
Jenis, dosis, potensi, dan tingkat titrasi dari penggunaan obat antipsikotik
berhubungan erat dengan risiko terjadinya distonia. Dosis sedang atau tinggi akan
lebih berisiko untuk terjadinya distonia. Jenis obat dengan efek antikolinergik
dopamin-nya akan mengurangi risiko terjadinya distonia, seperti jenis obat dari
bahwa penggunaan obat antipsikotik generasi pertama dengan potensi terapi yang
lebih lemah seperti perphenazine akan memiliki risiko yang sama dengan
distonia.4,5
yang diinduksi obat antipsikotik. Hipotesis pertama yaitu disebut hipotesis miss-
reseptor dopamin oleh obat antipsikotik. Sekresi dopamin di pre sinaps akan
neurotransmitter-neurotransmitter lainnya.
2.3.2 Akhatisia
Akatisia merupakan gejala yang sering terjadi dan merupakan efek samping
yang serius terhadap penggunaan obat antipsikotik. Gejala dari akatisia mencakup
gejala subjektif dan objektif. Gejala subjektif berupa perasaan gelisah pasien dan
peningkatan aktivitas motorik yang terdiri dari gerakan yang kompleks, sering
kali berulang.3
antagonis dopamin yang lebih lemah, memiliki risiko kejadian akathisia yang
akhatisia.4,5
Patogenesis dari akhatisia masih belum jelas. Akan tetapi diduga mekanisme
menunjang mekanisme ini adalah efek antagonis dopamin dari antipsikotik dan
terapi dari restless leg syndrome menggunakan agonis dopamin. Respon akhatisia
2.3.3 Parkinsonisme
risiko terjadinya parkinsonisme yang diinduksi obat adalah peningkatan usia, jenis
adalah adanya riwayat gejala katatonik sebelumnya atau gejala katatonik yang
masih ada. Katatonia paling sering disebabkan oleh obat antipsikotik dengan
potensi tinggi, walaupun obat antipsikotik generasi kedua juga dapat menginduksi
tetapi paling sering melibatkan efek obat pada jaras dopamin di sirkuit ganglia
basalis-thalamokortikal. 4
Faktor risiko yang berkaitan dengan kejadian tardive dyskinesia (TD) adalah
antipsikotik yang lama, dosis obat kumulatif yang lebih besar, terapi beberapa
obat bersamaan, gejala negatif dan gangguan pikiran yang lebih dominan,
diabetes. Di antara semua faktor risiko tersebut, yang dianggap paling berperan
ekstrapiramidal dini, ras non kaukasian, usia tua, predisposisi genetik untuk
terjadinya skizofrenia. Tardive dyskinesia dapat terjadi secara spontan pada pasien
psikotik yang tidak diterapi. Diduga TD terkait dengan kerentanan genetik untuk
kejadian skizofrenia.4,5
teori. Teori pertama yaitu blokade reseptor dopamin akan meningkatkan produksi
radikal bebas yang akan merusak sel saraf. Teori lainnya menyebutkan bahwa
dan pemberian obat antipsikotik potensi tinggi dosis tinggi yang diberikan secara
lithium, SSRI dan SNRI juga dianggap berisiko untuk terjadinya SNM.
2.4.1 Distonia
yang bersifat terus menerus atau intermiten yang terlihat sebagai gerakan atau
tubuh tertentu. Biasanya serangan bersifat fokal, namun juga bisa menyerang
beberapa kelompok otot. Kelompok otot yang biasa dikenai adalah otot kepala,
mata, rahang, mulut dan leher yang akan terlihat sebagai krisis oculogyric,
kadang juga ditemui sesak nafas, sianosis, camptocormia (fleksi anterior tubuh),
menyakitkan.4,5,6
Berdasarkan onsetnya distonia dapat dibagi menjadi reaksi distonia akut dan
tardive distonia. Setengah kejadian reaksi distonia akut terjadi pada 2 hari pertama
terapi antipsikotik, dan 90% kasus terjadi dalam 4 hari pertama terapi antipsikotik.
Distonia akut biasanya terjadi saat inisiasi obat antipsikotik, peningkatan dosis
antipsikotik long acting, saat pemberian obat lain yang menginhibisi metabolisme
2.4.2 Akathisia
Akathisia terdiri atas gejala subjektif dan objektif. Secara subjektif pasien
tidak bisa duduk tenang. Secara objektif, terjadi peningkatan aktivitas motorik
yang kompleks, gerakan tanpa arti dan gerakan yang berulang-ulang. Kegelisahan
kaki yang disebut sebagai restless legs. Pasien akan menyilangkan dan
meluruskan kakinya, gemetar saat di kursi atau tempat tidur, melompat, berdiri,
dan kronik. Akathisia akut berlangsung segera setelah inisiasi atau setelah
memiliki onset paling kurang 3 bulan terapi. Jika akathisia menetap selama lebih
2.4.3 Parkinsonisme
simetris dan bilateral dengan trias gejala yaitu bradikinesia, rigiditas otot dan
kognitif, atau depresi. Bradikinesia merupakan gejala yang menonjol diikuti oleh
disfonik. Kekakuan yang simetris dan bilateral pada leher, badan dan ekstremitas
dengan tonus berupa cog-wheel dan lead-pipe merupakan temuan yang penting.
Resting, postural, atau action tremor juga dapat ditemukan secara simetris dan
dapat mengenai otot di sekitar mulut (rabbit syndrome). Pasien juga dapat
hitungan beberapa hari atau minggu walaupun efek blokade reseptor dopamin
oleh antipsikotik sudah terjadi dalam hitungan jam. Sekitar 50-70% kasus terjadi
Sebagian besar kasus, gejala dapat sembuh dalam hitungan hari atau minggu,
tetapi kadang-kadang pada orang tua atau pada pasien yang diinduksi oleh
penggunaan antipsikotik injeksi long acting gejala dapat bertahan dalam beberapa
bulan.4
2.4.4 Katatonia
Gejala katatonia yang diinduksi obat adalah akinesia, rigiditas, stupor, dan
mutisme. Gejala yang jarang ditemukan adalah katalepsi dan fleksibilitas cerea.
verbigerasi jarang ditemukan pada katatonia yang diinduksi obat. Pada beberapa
muncul dalam hitungan jam atau hari setelah inisiasi antipsikotik dan dapat segera
involunter. Gejala subjektif pada pasien biasanya tidak ada atau minimal.
80% pasien gejala pertama muncul pada otot orofasial dan lidah
lidah, gerakan lip smacking, puckering, sucking, dan retraksi dari bibir, gerakan
menyeringai atau bridling pada mulut, bulging pada pipi, atau gerakan berkedip
dan blepharospasme.4,5,6
Gerakan lain yang dapat ditemukan adalah gerakan choreoathetoid pada jari,
tangan, ekstremitas atas dan bawah. Gejala aksial pada leher, bahu, tulang
belakang, atau pelvis juga dapat ditemukan. Gejala dyskinesia ini akan meningkat
terkait kondisi yang emosional dan berkurang pada kondisi relaksasi dan tidur.
jarang dan bersifat letal dengan gambaran berupa parkinsonisme dan katatonia
yang berat. Tanda-tanda klasik pada SNM adalah hipertermia, rigiditas umum dan
seperti lead pipe, tremor bersifat umum, dan temuan motorik lain seperti
dyskinesia, mioklonus, disartria, dan disfagia. Pada SNM yang yang sangat berat,
fase akut SNM yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan walaupun pasien sudah mendapatkan terapi ECT. Jika terlambat dalam
2.5 Diagnosis
rutin elektrolit, nitrogen urea darah, kreatinin darah, glukosa darah dan bikarbonat
bermanfaat dalam menilai status hidrasi, fungsi ginjal, status asam basa, dan
peningkatan potassium, asam urat, dan kreatinin kinase. Kerusakan otot juga
disfungsi tubuus ginjal. Pada mioglobinuria, urin menjadi warna coklat dan
gelap.6
b. Parkinson’s Disease
d. Distonia primer
f. Khorea Sindenham 6
2.7 Tatalaksana
minggu, untuk melihat apakah pasien telah cukup toleransi terhadap efek
mg.
berkurang.
mg IM.
2.8 Komplikasi
Efek samping dari obat anti EPS (antikolinergik) dapat berupa mulut
2.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang akut akan lebih baik
jika gejala langsung dikenali dan ditanggulangi. Sedangkan prognosis pada pasien
dengan sindrom ekstrapiramidal yang kronik lebih buruk, pasien dengan tardive
diskinesia hingga distonia laring dapat menyebabkan kematian apabila tidak diatsi
dengan cepat. 6
KESIMPULAN
pengaruh genetic.
pemeriksaan fisik (tampak dari manifestasi khas EPS ini), serta pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
Wilkins. 1998.
7. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku