Anda di halaman 1dari 9

Discriminative judgement

DISCRIMINATIVE JUDGEMENT

Pembimbing :
dr. Al Bachri Husin, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Dennis Christian Tu
(406107007)
Griselda
(406107064)
Kristian W. Giamto
(406107066)
Wisye Patty
(406100107)
Wiwid Sulastri
(406090070)

Fakultas Kedokteran Universitas


Tarumanagara
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Sanatorium Dharmawangsa
Periode 21 Maret 23 April 2011
Bagian Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

PENDAHULUAN
Dalam pengobatan pasien psikiatrik secara efektif, perlu dibuat suatu
diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Hal ini perlu ditunjang oleh
keterampilan teknik wawancara yang memungkinkan pasien menggambarkan
keluhan yang dideritanya, yang berperan dalam berbagai sindroma yang
kemungkinan dapat dijelaskan dan dapat diobati. Untuk mencapai tahap tersebut,
mutlak diperlukan suatu pemeriksaan status mental. Pemeriksaan status mental
adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total observasi
pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan status
mental adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien, bicara, tindakan dan
pikran selama wawancara.
Ilmu psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental.
Bagian bahasa di dalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala
perilaku dan emosional yang diperlukan dalam membuat riwayat psikiatrik untuk
mengerti riwayat kehidupan pasien. Menjadi ahli dalam mengenali tanda dan gejala
spesifik memungkinkan therapis dapat menentukan secara tepat tanda dan gejala
tersebut terlibat dalam kategori mana saja dalam format pemeriksaan status
mental. Secara garis besar format yang dimaksud merujuk pada diri manusia
sebagai satu keutuhan yang terdiri dari tiga komponen yakni pikiran, perasaan dan
perilaku.
Pikiran sebagai aliran gagasan, simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh
tujuan, yang dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Individu dengan gangguan mental, akan
memiliki gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikirnya. Batasan
gangguan mental sendiri yakni sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna
secara klinis, disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya
terhadap suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada
hubungan antara seseorang dan masyarakat.
Pada penderita gangguan mental psikosis terdapat ketidakmampuan untuk
membedakan kenyataan dari fantasi, dimana terjadi gangguan tes realitas (RTA).
RTA meliputi pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.
Dengan kata lain reality testing ability merupakan tes kemampuan untuk
mengetahui realitas atau tes penilaian orientasi individu terhadap lingkungan dan
hubungannya dalam ruang dan waktu terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Penilaian terhadap diri sendiri sebagai discriminative insight, penilaian terhadap
orang lain sebagai discriminative judgement dan penilaian terhadap sekitar sebagai
kesadaran (consciousness).
Batasan tiga konsep diatas dapat diterangkan sebagai berikut : 1.
Discriminative judgement yakni kemampuan individu untuk menilai, membedakan
atau menyusun pendapat diskriminasi perbedaan terhadap hal-hal di luar dirinya.
Bagian Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

2. Discriminative insight yakni kemampuan individu untuk mampu memahami


perbedaan
mengenai
dirinya
sendiri
baik
mengenai
kemampuannya,
keterbatasannya, cita-citanya dan lain-lain. 3. Kesadaran yakni kemampuan
individu untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dengan dirinya
sendiri melalui panca indera.
Akan dibahas secara spesifik mengenai discriminative judgement dan
bagaimana mengetahui individu dengan gangguan tersebut melalui sebuah teknik
wawancara yang baik.
PEMBAHASAN
Assessment judgement
1. Menanyakan bagaimana respon pasien dalam suatu keadaan hipotetikal
tertentu (misalkan merokok dalam ruangan yang penuh orang), namun lebih
baik menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang lebih relevan dan yang
mungkin saja dialami oleh pasien (kurang cocok menanyakan pertanyaan
apakah Anda akan merokok pada ruangan yang penuh orang pada pasien
bukan perokok).
2. Mempelajari respon pasien terhadap sakitnya, misalkan dalam ia
menentukan usaha untuk merawat dirinya dan kepatuhan terhadap terapi.
3. Aloanamnesis kepada kerabat dekat (seperti keluarga) tentang perilaku
pasien sehari-hari.
Judgement merupakan tindakan mental dalam membandingkan atau
mengevaluasi pilihan-pilihan dalam kerangka yang berisi nilai-nilai demi tujuan
memilih tindakan. Jika jalan yang dipilih sesuai dengan realita atau standar perilaku
kematangan orang dewasa, judgement dikatakan sebagai utuh atau normal;
judgement dikatakan terganggu jika tindakan yang dipilih sesungguhnya
maladaptive, hasil dari keputusan impulsive yang didasarkan atas kebutuhan
gratifikasi yang segera, atau kata lain tidak konsisten dengan realitas yang diukur
oleh standar kematangan orang dewasa.
Judgement melibatkan sebuah kelompok yang kompleks dan beragam dari
fungsi mental, yang meliputi berpikir analitik, kecenderungan sosial dan etis, dan
kedalaman pemahaman atau insight. Berpikir analitis mencakup kapasitas untuk
membedakan dan menimbang antara pro dan kontra dari tindakan yang potensial
untuk dipilih. Kecenderungan suatu tindakan sosial dan etis berhubungan erat
dengan kebudayaan dan pola asuhan. Insight mencerminkan intelegensia,
pembelajaran, gaya kognitif, dan kapasitas untuk mengintegrasikan pengetahuan
intelektual dengan kesadaran emosional.
Gangguan judgement menimbulkan hilangnya kemampuan untuk memahami
situasi secara tepat dan bertindak selayaknya. Gangguan judgement dapat muncul
dalam banyak gangguan psikiatrik, seperti pada keadaan cemas, intoksikasi,
kelelahan, dan tekanan kelompok. Dalam gangguan mood, judgement dapat
terganggu oleh salah satu di antara evaluasi risiko yang berlebihan dan kegagalan
Bagian Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

pada episode depresi, atau sebaliknya, meremehkan risiko/bahaya pada episode


manik. Kerusakan otak organik dan gangguan psikotik dapat secara kronik
mengganggu aspek manapun dari judgement, tanpa dipengaruhi karakter orang
tersebut sebelumnya. Panutan yang kurang baik dan latar belakang sosial yang
menyimpang menyebabkan kecenderungan yang berbeda pada tindakan etis dan
sosial.
Seorang wanita berusia 52 tahun dengan gangguan bipolar telah berhenti
menggunakan mood stabilizer dan menjadi euforik, dengan peningkatan energi dan
perasaan kebesaran. Ia berhenti dari pekerjaannya 10 tahun yang lalu,
meninggalkan keluarganya dan pindah ke LA dengan tujuan menjadi aktris
Hollywood yang terkenal.
Pasien dengan gangguan waham tidak memiliki insight akan kondisi mereka
dan hampir selalu dibawa oleh polisi atau anggota keluarga. Judgement pasien
dapat dilakukan dengan menelusuri riwayat perilaku pasien pada masa lampau,
masa kini, dan perilaku yang telah direncanakan.
Judgement dan Insight pada episode manik
Gangguan judgement adalah puncak dari pasien manik. Mereka dapat melanggar
hukum mengenai kartu kredit, aktivitas seksual, keuangan, dan seringkali
menghancurkan keuangan keluarga mereka. Pasien manic juga memiliki insight
yang sedikit mengenai gangguan yang sedang mereka alami.
Judgement dan Insight pada pasien Schizophrenia
Secara kalasik, pasien dengan schizophrenia digambarkan memiliki insight yang
kurang mengenai gangguan dan keparahan gangguan yang sedang mereka alami.
Kondisi ini berhubungan dengan tingkat kepatuhan yang rendah akan terapi
mereka. Ketika memeriksa pasien Schizophrenia, klinisi sebaiknya dengan teliti
memeriksa insight pasien, seperti kesadaran akan gejala dan masalah yang
dihadapi ketika sedang berada bersama orang lain. Informasi seperti ini secara
klinis penting untuk menentukan strategi terapi dan secara teori berguna dalam
mempostulatkan bagian otak mana yang berkontribusi dalam kurangnya insight.
Judgement mungkin terganggu di satu aspek dan tidak terganggu di aspek
yang lain. Jadi, beberapa orang mampu memberikan respon yang layak secara
sosial terhadap pertanyaan pada pemeriksaan status mental konvensional,
misalkan apa yang akan dilakukan seseorang di bioskop yang sedang kebakaran,
dalam waktu yang sama orang itu tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat lebih pribadi khususnya yang berhubungan dengan informed consent,
seperti pro dan kontra dalam pemberian terapi; menyangkut judgement yang
penting untuk menyediakan makanan, pakaian, tempat perlindungan; atau insight
tentang kesehatan atau penyakit seseorang.
Bagian Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

Insight dalam konteks kesadaran diri telah digunakan dalam berbagai cara.
Basic insight mengacu pada kesadaran superficial akan kondisi seseorang. Dalam
mengevaluasi insight pada kondisi psikiatrik seseorang, basic insight membuat
seseorang mampu mengakui keberadaan penyakitnya. Tingkatan insight yang lebih
dalam bekerja ketika seorang pasien memiliki penerimaan intelektual akan apa
yang terjadi. Contoh: saya memiliki halusinasi-halusinasi dan waham dan dokter
saya telah memberi tahu bahwa saya menderita Scizophrenia dan harus mendapat
pengobatan. Tingkatan-tingkatan insight yang lebih dalam merefleksikan
penerimaan kondisi yang secara kognitif dan emosional lebih lengkap (Contoh: saya
menyadari saya menderita Scizophrenia dan itu sering mengganggu judgement dan
fungsi sosial saya, dan bahwa saya harus mendapat pengobatan jika saya ingin
meminimalkan gejala-gejala saya dan mencoba meningkatkan kualitas hidup saya.
Saya merasa sangat kecewa tentang penderitaan ini, karena itu menghalangi saya
dalam mencapai tujuan yang saya harapkan. Namun, saya akan melakukan yang
terbaik untuk mengatasi kekecewaan saya, sehingga saya bisa mendapatkan
apapun dari kehidupan saya).
Tentu saja, perbedaan tingkatan insight seperti kesadaran diri bisa dievaluasi
dalam berbagai situasi seperti sakit fisik, kualitas dan hakikat dari suatu hubungan,
dan penerimaan terhadap kekurangan dan kelebihan dalam situasi professional,
dan seterusnya. Dalam penelitian tentang insight yang menggunakan instrument
terstandar, kurangnya insight ditemukan pada gangguan bipolar dan Scizophrenia,
ketidakpatuhan dalam pengobatan dan tindakan bunuh diri. Kemajuan pada
psikosis tidak berhubungan dengan insight yang membaik. Gangguan insight
mungkin berhubungan dengan abnormalitas lobus frontalis. Insight mungkin
terganggu secara serius pada mania sebagaimana pada Scizopherenia dan,
berlawanan terhadap keyakinan sebelumnya, dapat berkurang pada OCD.
Judgement mungkin terganggu karena beberapa faktor, termasuk kesadaran
berkabut (sebagaimana dalam gangguan kesadaran, contohnya: intoksikasi,
sehingga kemampuan analitik terganggu), penipuan terhadap diri sendiri, dan
impulsivitas.
Self-deception
merujuk
kepada
kecenderungan
umum
untuk
menyembunyikan isu tertentu tentang dunia luar atau tentang diri sendiri dari
berbagai macam kesadaran. Self-deception berfungsi sebagai strategi untuk
mengatasi masalah, mengembangkan dan memelihara kenyamanan perspektif
tentang dunia dan menghindari konfrontasi dengan realitas yang dapat
menyebabkan konflik yang menyakitkan, sehingga menjaga ketenangan emosi.
Sebagai tambahan, penelitian menyimpulkan self-deception memampukan kita
untuk bertindak dan diterima sebagai sesuatu yang lebih meyakinkan dalam usaha
mencapai tujuan, seperti dalam hubungan asmara atau kesepakatan bisnis. Jadi,
walaupun membohongi diri sendiri kadang menunjukkan gangguan judgement,
tetapi juga dapat menghasilkan keuntungan tertentu.

Bagian Ilmu Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

Judgement impulsive menggambarkan sebuah kecenderungan untuk


menghindari penguluran waktu dan sepenuhnya dipahami dan mengintegrasikan
semua fakta dan tingkatan kesadaran yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan yang optimal. Judgement impulsive dapat berlaku pada isu atau situasi
tertentu seperti bagaimana seseorang memilih investasi, menandakan sebuah
keadaan yang terganggu (seperti intoksikasi) atau mencerminkan sifat karakter
yang pervasive.
Keputusan yang cepat dapat sangat akurat, sangat adaptif, dan
menyelamatkan jiwa, terutama jika dibuat bertentangan dengan latar belakang
pengalaman yang hebat, kebijaksanaan, dan pemikiran sebelumnya mengenai area
yang memerlukan keputusan tersebut.

Evaluasi Judgement pada Pemeriksaan Status Mental


Selama pencatatan riwayat, psikiatris harus dapat menilai kapasitas pasien dalam
hal judgement social. Apakah pasien mengerti akibat tindakannya? Dapatkah ia
memprediksikan apa yang akan ia lakukan pada situasi imaginer (misalkan
merokok dalam bioskop yang penuh penonton)?
Berikut dua contoh wawancara terhadap individu dengan discriminative judgement
yang baik dibandingkan dengan yang terganggu.
Wawancara I
Discriminative Judgement baik
Dokter : Apa yang anda lakukan bila rumah anda kebakaran?
Pasien : Saya akan segera mencari bantuan misalnya menelpon pemadam
kebakaran dan berusaha menyelamatkan diri.

Discriminative Judgement terganggu


Dokter : Apa yang anda lakukan bila rumah anda kebakaran?
Pasien : Saya akan segera mencari sidik jari untuk mengetahui siapa yang
membakar rumah saya.

Bagian Ilmu Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

Wawancara II
Dicriminative Judgement baik
tolong

Dokter : Apa yang anda lakukan bila anda mendengar teriakan minta
dari seseorang yang akan tenggelam? Dan dalam hal ini anda bisa
berenang.
Pasien : Saya pasti akan segera menolongnya.

Discriminative Judgement terganggu


tolong

Dokter : Apa yang anda lakukan bila anda mendengar teriakan minta
dari seseorang yang akan tenggelam? Dan dalam hal ini anda bisa
berenang.
Pasien : Saya akan merekam suaranya dan mengirimkannya ke polisi.

Bagian Ilmu Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

KESIMPULAN
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang
menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien
psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan status mental adalah suatu gambaran
tentang penampilan pasien, bicara, tindakan dan pikran selama wawancara.
Pikiran sebagai aliran gagasan, simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh
tujuan, yang dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Individu dengan gangguan mental, akan
memiliki gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikirnya.
Pada penderita gangguan mental psikosis terdapat ketidakmampuan untuk
membedakan kenyataan dari fantasi, dimana terjadi gangguan tes realitas (RTA).
RTA meliputi pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.
Dengan kata lain reality testing ability merupakan tes kemampuan untuk
mengetahui realitas atau tes penilaian orientasi individu terhadap lingkungan dan
hubungannya dalam ruang dan waktu terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Penilaian terhadap orang lain dikenal sebagai discriminative judgement.
Judgement merupakan tindakan mental dalam membandingkan atau
mengevaluasi pilihan-pilihan dalam kerangka yang berisi nilai-nilai demi tujuan
memilih tindakan. Jika jalan yang dipilih sesuai dengan realita atau standar perilaku
kematangan orang dewasa, judgement dikatakan sebagai utuh atau normal;
judgement dikatakan terganggu jika tindakan yang dipilih sesungguhnya
maladaptive, hasil dari keputusan impulsive yang didasarkan atas kebutuhan
gratifikasi yang segera, atau kata lain tidak konsisten dengan realitas yang diukur
oleh standar kematangan orang dewasa.
Judgement mungkin terganggu karena beberapa factor, termasuk kesadaran
berkabut (sebagaimana dalam gangguan kesadaran, contohnya: intoksikasi,
sehingga kemampuan analitik terganggu), penipuan terhadap diri sendiri, dan
impulsivitas.
Gangguan judgement dapat muncul dalam banyak gangguan psikiatrik, seperti
pada keadaan cemas, gangguan mood, gangguan waham, skizofrenia maupun pada
keadaan intoksikasi, kerusakan otak organik, kelelahan, dan tekanan kelompok.
Mendiagnosa seseorang dengan fungsi judgement terganggu sama dengan
mendiagnosa sindroma lain dalam psikiatrik, yakni melalui wawancara. Teknik
wawancara yang baik dapat memperlihatkan apakah seseorang itu memiliki
kemampuan dalam menilai secara benar dan menentukan tindakan yang tepat
dalam suatu situasi tertentu. Sehingga dokter psikiatrik perlu mengembangkan
keterampilan mewawancara yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda
dan gejala yang secara bersama-sama berperan dalam suatu sindroma klinis.
Penentuan ini penting untuk selanjutnya dipikirkan strategi terapi guna
mengobati gangguan yang menjadi penyebabnya.

Bagian Ilmu Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Discriminative judgement

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit FKUI. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2010.

Kaplan, Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry. 8th ed. Philadelphia :


Lippincott Williams & Wilkin, 2005.

Sadock B.J, Sadock V.A. Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia :


Lippincott Williams & Wilkin, 2007.

Snyderman D, Rovner B. Mental Status Examination inPrimary Care in


American Academy of Family Physicians, APA Practice Guidelines, 2009.
Available from : http://www.aafp.org/afp/2009/1015/p809.html

Raskin S, Fastovsky N, Beer MD, Durst R. The concept of Judgement in the


medico-legal context in Journal of Psychiatric Intensive Care, 2009. Available
from :
http://journals
.
cambridg
e
.org/action/displayAbstract;jsessionid=15F09721F6F26B7B8A4CF718A81ADF
E3.tomcat1?fromPage=online&aid=5552836

Bagian Ilmu Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011

Anda mungkin juga menyukai