DISCRIMINATIVE JUDGEMENT
Pembimbing :
dr. Al Bachri Husin, Sp.KJ
Disusun Oleh :
Dennis Christian Tu
(406107007)
Griselda
(406107064)
Kristian W. Giamto
(406107066)
Wisye Patty
(406100107)
Wiwid Sulastri
(406090070)
Discriminative judgement
PENDAHULUAN
Dalam pengobatan pasien psikiatrik secara efektif, perlu dibuat suatu
diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Hal ini perlu ditunjang oleh
keterampilan teknik wawancara yang memungkinkan pasien menggambarkan
keluhan yang dideritanya, yang berperan dalam berbagai sindroma yang
kemungkinan dapat dijelaskan dan dapat diobati. Untuk mencapai tahap tersebut,
mutlak diperlukan suatu pemeriksaan status mental. Pemeriksaan status mental
adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total observasi
pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan status
mental adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien, bicara, tindakan dan
pikran selama wawancara.
Ilmu psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental.
Bagian bahasa di dalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala
perilaku dan emosional yang diperlukan dalam membuat riwayat psikiatrik untuk
mengerti riwayat kehidupan pasien. Menjadi ahli dalam mengenali tanda dan gejala
spesifik memungkinkan therapis dapat menentukan secara tepat tanda dan gejala
tersebut terlibat dalam kategori mana saja dalam format pemeriksaan status
mental. Secara garis besar format yang dimaksud merujuk pada diri manusia
sebagai satu keutuhan yang terdiri dari tiga komponen yakni pikiran, perasaan dan
perilaku.
Pikiran sebagai aliran gagasan, simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh
tujuan, yang dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Individu dengan gangguan mental, akan
memiliki gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikirnya. Batasan
gangguan mental sendiri yakni sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna
secara klinis, disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya
terhadap suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada
hubungan antara seseorang dan masyarakat.
Pada penderita gangguan mental psikosis terdapat ketidakmampuan untuk
membedakan kenyataan dari fantasi, dimana terjadi gangguan tes realitas (RTA).
RTA meliputi pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.
Dengan kata lain reality testing ability merupakan tes kemampuan untuk
mengetahui realitas atau tes penilaian orientasi individu terhadap lingkungan dan
hubungannya dalam ruang dan waktu terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Penilaian terhadap diri sendiri sebagai discriminative insight, penilaian terhadap
orang lain sebagai discriminative judgement dan penilaian terhadap sekitar sebagai
kesadaran (consciousness).
Batasan tiga konsep diatas dapat diterangkan sebagai berikut : 1.
Discriminative judgement yakni kemampuan individu untuk menilai, membedakan
atau menyusun pendapat diskriminasi perbedaan terhadap hal-hal di luar dirinya.
Bagian Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 21 Maret 2011 23 April 2011
Discriminative judgement
Discriminative judgement
Discriminative judgement
Insight dalam konteks kesadaran diri telah digunakan dalam berbagai cara.
Basic insight mengacu pada kesadaran superficial akan kondisi seseorang. Dalam
mengevaluasi insight pada kondisi psikiatrik seseorang, basic insight membuat
seseorang mampu mengakui keberadaan penyakitnya. Tingkatan insight yang lebih
dalam bekerja ketika seorang pasien memiliki penerimaan intelektual akan apa
yang terjadi. Contoh: saya memiliki halusinasi-halusinasi dan waham dan dokter
saya telah memberi tahu bahwa saya menderita Scizophrenia dan harus mendapat
pengobatan. Tingkatan-tingkatan insight yang lebih dalam merefleksikan
penerimaan kondisi yang secara kognitif dan emosional lebih lengkap (Contoh: saya
menyadari saya menderita Scizophrenia dan itu sering mengganggu judgement dan
fungsi sosial saya, dan bahwa saya harus mendapat pengobatan jika saya ingin
meminimalkan gejala-gejala saya dan mencoba meningkatkan kualitas hidup saya.
Saya merasa sangat kecewa tentang penderitaan ini, karena itu menghalangi saya
dalam mencapai tujuan yang saya harapkan. Namun, saya akan melakukan yang
terbaik untuk mengatasi kekecewaan saya, sehingga saya bisa mendapatkan
apapun dari kehidupan saya).
Tentu saja, perbedaan tingkatan insight seperti kesadaran diri bisa dievaluasi
dalam berbagai situasi seperti sakit fisik, kualitas dan hakikat dari suatu hubungan,
dan penerimaan terhadap kekurangan dan kelebihan dalam situasi professional,
dan seterusnya. Dalam penelitian tentang insight yang menggunakan instrument
terstandar, kurangnya insight ditemukan pada gangguan bipolar dan Scizophrenia,
ketidakpatuhan dalam pengobatan dan tindakan bunuh diri. Kemajuan pada
psikosis tidak berhubungan dengan insight yang membaik. Gangguan insight
mungkin berhubungan dengan abnormalitas lobus frontalis. Insight mungkin
terganggu secara serius pada mania sebagaimana pada Scizopherenia dan,
berlawanan terhadap keyakinan sebelumnya, dapat berkurang pada OCD.
Judgement mungkin terganggu karena beberapa faktor, termasuk kesadaran
berkabut (sebagaimana dalam gangguan kesadaran, contohnya: intoksikasi,
sehingga kemampuan analitik terganggu), penipuan terhadap diri sendiri, dan
impulsivitas.
Self-deception
merujuk
kepada
kecenderungan
umum
untuk
menyembunyikan isu tertentu tentang dunia luar atau tentang diri sendiri dari
berbagai macam kesadaran. Self-deception berfungsi sebagai strategi untuk
mengatasi masalah, mengembangkan dan memelihara kenyamanan perspektif
tentang dunia dan menghindari konfrontasi dengan realitas yang dapat
menyebabkan konflik yang menyakitkan, sehingga menjaga ketenangan emosi.
Sebagai tambahan, penelitian menyimpulkan self-deception memampukan kita
untuk bertindak dan diterima sebagai sesuatu yang lebih meyakinkan dalam usaha
mencapai tujuan, seperti dalam hubungan asmara atau kesepakatan bisnis. Jadi,
walaupun membohongi diri sendiri kadang menunjukkan gangguan judgement,
tetapi juga dapat menghasilkan keuntungan tertentu.
Discriminative judgement
Discriminative judgement
Wawancara II
Dicriminative Judgement baik
tolong
Dokter : Apa yang anda lakukan bila anda mendengar teriakan minta
dari seseorang yang akan tenggelam? Dan dalam hal ini anda bisa
berenang.
Pasien : Saya pasti akan segera menolongnya.
Dokter : Apa yang anda lakukan bila anda mendengar teriakan minta
dari seseorang yang akan tenggelam? Dan dalam hal ini anda bisa
berenang.
Pasien : Saya akan merekam suaranya dan mengirimkannya ke polisi.
Discriminative judgement
KESIMPULAN
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang
menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien
psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan status mental adalah suatu gambaran
tentang penampilan pasien, bicara, tindakan dan pikran selama wawancara.
Pikiran sebagai aliran gagasan, simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh
tujuan, yang dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Individu dengan gangguan mental, akan
memiliki gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikirnya.
Pada penderita gangguan mental psikosis terdapat ketidakmampuan untuk
membedakan kenyataan dari fantasi, dimana terjadi gangguan tes realitas (RTA).
RTA meliputi pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri.
Dengan kata lain reality testing ability merupakan tes kemampuan untuk
mengetahui realitas atau tes penilaian orientasi individu terhadap lingkungan dan
hubungannya dalam ruang dan waktu terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Penilaian terhadap orang lain dikenal sebagai discriminative judgement.
Judgement merupakan tindakan mental dalam membandingkan atau
mengevaluasi pilihan-pilihan dalam kerangka yang berisi nilai-nilai demi tujuan
memilih tindakan. Jika jalan yang dipilih sesuai dengan realita atau standar perilaku
kematangan orang dewasa, judgement dikatakan sebagai utuh atau normal;
judgement dikatakan terganggu jika tindakan yang dipilih sesungguhnya
maladaptive, hasil dari keputusan impulsive yang didasarkan atas kebutuhan
gratifikasi yang segera, atau kata lain tidak konsisten dengan realitas yang diukur
oleh standar kematangan orang dewasa.
Judgement mungkin terganggu karena beberapa factor, termasuk kesadaran
berkabut (sebagaimana dalam gangguan kesadaran, contohnya: intoksikasi,
sehingga kemampuan analitik terganggu), penipuan terhadap diri sendiri, dan
impulsivitas.
Gangguan judgement dapat muncul dalam banyak gangguan psikiatrik, seperti
pada keadaan cemas, gangguan mood, gangguan waham, skizofrenia maupun pada
keadaan intoksikasi, kerusakan otak organik, kelelahan, dan tekanan kelompok.
Mendiagnosa seseorang dengan fungsi judgement terganggu sama dengan
mendiagnosa sindroma lain dalam psikiatrik, yakni melalui wawancara. Teknik
wawancara yang baik dapat memperlihatkan apakah seseorang itu memiliki
kemampuan dalam menilai secara benar dan menentukan tindakan yang tepat
dalam suatu situasi tertentu. Sehingga dokter psikiatrik perlu mengembangkan
keterampilan mewawancara yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda
dan gejala yang secara bersama-sama berperan dalam suatu sindroma klinis.
Penentuan ini penting untuk selanjutnya dipikirkan strategi terapi guna
mengobati gangguan yang menjadi penyebabnya.
Discriminative judgement
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penerbit FKUI. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2010.