Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

INTERNET ADDICTION

Disusun oleh:
Madeline Clara Karwur
2015-83-069

Pembimbing:
dr. David Santoso, Sp.KJ., MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini guna

penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata dengan

judul referat “Internet Addiction”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian tugas ini, terutama kepada dokter pembimbing

yang sangat membantu dalam membimbing pembuatan referat ini.

Penulis manyadari bahwa sesungguhnya referat ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukkan berupa

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan referat

dalam waktu yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon, Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................4

1.2 Tujuan ..........................................................................................................5

1.3 Manfaat ........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Definisi..........................................................................................................6

2.2 Epidemiologi.................................................................................................8

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Internet Addiction...........................................9

2.4 Etiologi.........................................................................................................11

2.5 Tipe Internet Addiction................................................................................12

2.6 Dampak Internet Addiction..........................................................................14

2.7 Diagnosis......................................................................................................14

2.8 Penatalaksanaan ..........................................................................................16

BAB III PENUTUP ...............................................................................................20

3.1 Kesimpulan .................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia

dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

adalah teknologi informasi dan komunikasi di antaranya adalah internet. Internet

adalah suatu jaringan komputer global yang terbentuk dari jaringan-jaringan

komputer lokal dan regional yang memungkinkan komunikasi data antar

komputer yang terhubung ke jaringan tersebut.1

Internet telah menjadi sesuatu yang memiliki peranan penting pada

kehidupan sehari-hari di seluruh dunia dan penggunaannya tersebut meningkat

terutama pada kalangan remaja. Diluar dari keuntungan alat ini, para pakar

psikologi telah mengetahui adanya dampak negatif dari penggunaan alat tersebut,

terutama terhadap pengunaan yang telalu berlebih, dimana hal tersebut dapat

berkaitan dengan masalah fisik dan psikologis. Masalah utama dari penggunaan

internet adalah kecanduan internet atau internet addiction. Masalah ini merupakan

fenomena yang terus bertumbuh mempengaruhi orang-orang di dunia dan

menghasilkan dampak negatif pada aspek akademik, hubungan, finansial, dan

pekerjaan.1

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka

penggunaan internet di Indonesia pada usia di atas 13 tahun telah mencapai 143
juta jiwa (54,68%) dari total populasi 262 juta orang pada akhir tahun 2017. Hasil

catatan APJII untuk pengguna internet tahun 2017 sedikit berbeda dari

pertumbuhan pengguna internet pada tahun 2016 yaitu sebesar 132 juta jiwa.

Survey tersebut dibagi dalam 6 wilayah besar Indonesia yaitu Jawa, Bali dan Nusa

Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua dan Maluku. Wilayah

Jawa menduduki presentase penggunaan internet sebesar 57,70%.2

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tentang internet addiction dengan lebih

baik mulai dari definisi, etiologi, hingga gejala yang di timbulkan serta edukasi

yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya disabilitas fungsi dari individu.

1.3 Manfaat

Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan

pengetahuan tentang internet addiction.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Internet merupakan singkatan dari interconnection-networking. Sesuai

dengan kepanjangannya, internet adalah sekumpulan jaringan komputer milik

perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa jaringan

(Internet Services Provider) yang saling terhubung dimana masing-masing

jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen. Artinya, jaringan

ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, karena tak satu pihak pun

yang mengatur dan memilikinya.3

Tujuan awal internet dibuat adalah menyediakan sarana bagi para peneliti

untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat-keras komputer yang

mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang sangat pesat menjadi media

informasi dan komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Saat ini media sosial

seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan aplikasi pesan lainnya seperti

Whatsapp telah menjadi sangat popular tidak hanya dikalangan anak muda,

namun juga digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa. Tidak hanya digunakan

sebagai media informasi dan komunikasi yang efektif, pengguna internet juga

sering menggunakannya sebagai media hiburan seperti game online, dan aplikasi-

aplikasi hiburan lainnya. Internet juga menawarkan kemudahan kepada para


penggunannya sebagai media transaksi jual-beli dan jasa lainnya yang dapat

diakses melalui aplikasi.3

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)4, adiksi merupakan

kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat,

sedangkan kecanduan adalah kejangkitan suatu kegemaran hingga lupa hal-hal

yang lain. Internet Addiction atau kecanduan internet yang meliputi segala macam

hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi,

judi online, game online, chatting dan lain-lain. Kuss dan Griffiths5

mengemukakan bahwa internet addiction merupakan pemakaian internet secara

berlebihan sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan

individu.

Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan

statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara

bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan

himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa

kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. Adiksi terhadap

internet terlihat dari intensitas waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di

depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet

yang berakibat banyaknya waktu yang digunakan untuk online membuat individu

tidak peduli dengan kehidupan yang terancam, seperti nilai yang buruk di sekolah

atau kehilangan pekerjaan bahkan mengabaikan orang-orang disekitarnya.1,3


Orang-orang yang mengalami internet addiction, menghabiskan hampir

sebagian besar waktu mereka terjaga di komputer atau perangkat sejenis. Pola

penggunaan mereka berulang dan konstan, dan mereka tidak dapat menahan

dorongan kuat untuk menggunakan komputer atau untuk menjelajahi situs

tertentu. Pecandu internet mungkin tertarik pada situs tertentu yang memenuhi

kebutuhan khusus (misalnya, belanja, seks, dan permainan interaktif, antara lain).6

2.2 Epidemiologi

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat angka

penggunaan internet di Indonesia dengan responden berusia diatas 13 tahun telah

mencapai 143,26 juta jiwa (54,68%) dari total populasi 262 juta orang pada akhir

tahun 2017. Hasil catatan APJII untuk penggunaan internet tahun 2017 sedikit

berbeda dari data penggunaan internet pada tahun 2016 yaitu sebesar 132,7 juta

jiwa. Survei ini terbagi dalam enam wilayah besar di Indonesia yaitu Jawa, Bali-

Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua. Wilayah

jawa menduduki presentase penggunaan internet terbesar yaitu 57,70%. Ditinjau

dari komposisi pengguna internet berdasarkan usia, 49,52% pengguna berusia di

antara 19 sampai dengan 34 tahun, dan sebesar 16,68% berusia remaja yaitu

antara 13 sampai dengan 18 tahun. Ditinjau dari durasi penggunaan internet,

sebanyak 26,48% pengguna internet mengakses internet lebih dari tujuh jam per

harinya.2
Negara-negara Asia seperti China dan Korea telah mengakui kecanduan

internet sebagai masalah kesehatan masyarakat.7 China yang menduduki peringkat

pertama pasar broadband terbesar di dunia melaporkan bahwa satu dari setiap

enam pengguna Internet mungkin telah mengembangkan beberapa tanda

kecanduan Internet. Kecanduan internet dipandang sebagai masalah sosial karena

mereka bergantung padanya untuk belajar, bersenang-senang, bersosialisasi dan

lebih rentan terhadap pengaruh media serta tampaknya kurang mengatur diri

sendiri.7 Laporan nasional China tahun 2009 tentang kecanduan internet

komunitas pemuda China yang dilakukan oleh Asosiasi Pemuda China untuk

pengembangan jaringan mengungkapkan bahwa 14,1% orang muda di China

berusia 13-29 tahun (yaitu setidaknya 24 juta pemuda) kemungkinan kecanduan

Internet, dimana diantaranya adalah siswa perguruan tinggi atau sekolah

menengah.8

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Internet Addiciton

Young9 menjelaskan bahwa kecanduan internet yang dialami oleh individu

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Adanya interaksi dua arah antarpengguna internet

Individu dapat mengalami kecanduan karena terdapat suatu

ketertarikan pada keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh internet,

salah satunya tersedianya layanan komunikasi. Individu mendapatkan

kesenangan tersendiri saat mereka dapat berinteraksi dua arah melalui


dunia maya dimana hal tersebut tidak bisa mereka dapatkan di dunia

nyata.9

2. Kemampuan kontrol diri yang rendah

Kontrol diri yang rendah dapat menyebabkan individu tidak

mampu mengatur waktu penggunaan internetnya sehingga terjadi

pemakaian yang berlebihan. Kontrol diri merupakan faktor penting

dalam terjadinya kecanduan internet. Individu yang memiliki kontrol diri

yang rendah cenderung tidak mampu menentukan prioritas kegiatan

yang berkaitan dengan tanggung jawab yang harus mereka lakukan,

sehingga mempersulit individu dalam mengatur penggunaan waktu

internet mereka.9

3. Kemudahan mengakses internet

Pada masa kini, fasilitas internet sangat mudah didapatkan mulai

dari yang gratis hingga berbayar. Internet dapat diakses di berbagai

tempat seperti di sekolah, kampus, tempat kerja, dan di rumah. Internet

juga dapat diakses dengan berbagai media atau perangkat seperti

komputer, laptop, smartphone, dan lain sebagainya. Jika individu dapat

memanfaatkan penggunaan internet dengan bijak, internet dapat

digunakan untuk mendukung kebutuhan akademik atau pekerjaan.

Sebaliknya, penggunaan internet yang berlebihan dapat menimbulkan

dampak negatif.9

4. Kurangnya pengawasan dan kontrol dari luar


Pengawasan yang kurang dari orang-orang sekitar membuat

individu menggunakan internet secara berlebihan hingga

menimbulankan kecanduan. Hal ini sangat penting bagi anak atau

remaja, dimana pengawasan orang tua atau pengasuh menjadi peran

penting untuk mengontrol penggunaan waktu internet anak.9

5. Sarana pelarian diri dari masalah

Individu beranggapan bahwa saat mereka mengakses internet dan

berada dalam dunia maya, terdapat kehidupan lain yang dapat digunakan

sebagai media pelarian diri dari masalah yang mereka hadapai di dunia

nyata. Individu memilih mengakses internet secara berlebihan karena

mendapatkan kenyamanan tersendiri yang tidak bisa mereka dapatkan di

dunia nyata.9

2.4 Etiologi

Sekitar 30 persen dari mereka yang mengalami internet addiction

melaporkan menggunakan Internet untuk melepaskan diri dari perasaan negatif

dan karena selalu tersedia dengan biaya rendah. Namun, beberapa diantaranya

yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih baik melaporkan rela atau banyak

menghabiskan atau juga menghasilkan uang melalui internet.6

Salah satu contoh dari penyebab adiksi internet adalah penggunaan internet

oleh individu yang pemalu atau cemas adalah suatu jalan untuk menghindari

situasi kecemasan seperti interaksi tatapan muka. Impulsivitas dilihat sebagai

faktor resiko dalam terjadi adiksi. Sebuah studi telah menyatakan bahwa
penggunaan internet dikaitkan dengan kebiasaan pencarian sensasi, yang

merupakan salah satu kaitan dari impulsivitas. Seseorang yang impulsif akan

menggunakan internet sebagai benda pencarian sensasi dan dapat menjadi

kecanduan akan hal tersebut.6,9

Penghargaan diri sewaktu kecil adalah penting dalam terjadinya kepribadian

matur saat dewasa. Kurangnya penghargaan diri dapat terjadi oleh karena

hilangnya dukungan keluarga dan orang-orang disekitar, yang akan berujung pada

perasaan ketidakcakapan dan ketidakberhargaan. Hal ini akan menjadikan

seseorang beralih pada internet sebagai jalan berlari dari kenyataan dan

menemukan dunia yang aman dimana mereka tidak terancam ataupun ditantang.9

Seorang pria yang introvert, teredukasi, tertarik kepada teknologi canggih

(gadget/technology addict) memiliki kerenatanan yang lebih besar dalam

terjadinya penggunaan internet patologis. Seseorang yang memiliki penghargaan

diri yang rendah mempunyai kemungkinan lebih besar dalam terjadinya adiksi

internet. Seorang individu yang pemalu menggunakan internet untuk menggatikan

kekuangan mereka dalam kemampuan sosial, komunikasi, dan hubungan sosial.9

2.5 Tipe Internet Addiction

Menurut Young9 adiksi internet terbagi menjadi 5 subtipe yaitu adiksi

cybersex, adiksi cyber-relationship, adiksi net compulsions, adiksi information

overload, adiksi compute.


1. Cybersex

Cybersex atau cyberporn merupakan keadaan dimana induvidu

kecanduan untuk mengunduh, melihat, dan memperdagangkan materi

pornografi di internet.9

2. Cyber-relatioship

Merupakan suatu keadaan adiksi dimana individu lebih senang mencari

teman maupun relasi secara online. Contohnya individu menjadi

kecanduan dengan layanan room chat sebuah aplikasi dan sering kali

terlibat hubungan pertemanan dunia maya.9

3. Net compulsions

Individu yang senang menggunakan layanan yang termasuk dalam net

compulsions, misalnya judi online, belanja online, perdagangan online,

dimana kecanduan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis

dan perubahan perilaku.9

4. Information overload

Suatu kondisi dimana individu menggunakan internet untuk melakukan

web surfing atau social media surfing yang bersifat kompulsif.

Penggunaan dapat dalam bentuk pengumpulan data, dan pencarian data.9

5. Computer addiction

Merupakan kecenderungan individu yang berlaku obsesif terhadap game

online yang dapat menimbulkan masalah terhadap kehidupannya di

dunia nyata.9
2.6 Dampak Internet Addiction

Adiksi internet berhubungan dengan depresi, ansietas, dan stress, maupun

sebaliknya. Hal ini ditujukan oleh sebuah penelitian yang di lakukan di Turki

tahun 2011, bahwa orang dewasa muda yang mengalami adiksi internet memiliki

kecenderungan negatif terhadap faktor sosial dan psikologis seperti, penurunan

dari besarnya lingkaran sosial, depresi, kesendirian penghargaan diri yang rendah

dan kepuasan hidup yang rendah pencarian sensasi kesehatan mental yang kurang

dan fungsi dalam keluarga yang kurang.10

Kecanduan bermain game juga dapat menyebabkan kegagalan sekolah,

kehilangan pekerjaan, atau kegagalan pernikahan. Perilaku game kompulsif

cenderung mengesampingkan aktivitas sosial, skolastik, dan keluarga yang

normal. Siswa mungkin menunjukkan nilai menurun dan akhirnya gagal di

sekolah. Tanggung jawab dalam keluarga mungkin diabaikan.11

2.7 Diagnosis

Berikut adalah kriteria diagnosis internet addiction, yang didefinisikan

memiliki setidaknya lima dari tanda dan gejala berikut:6

1. Keasyikan dengan Internet.

2. Meningkatkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk online.

3. Kegagalan untuk mengurangi penggunaan yang disertai dengan

kegelisahan.

4. Kemurungan atau depresi.

5. Toleransi kebutuhan untuk menghabiskan lebih banyak waktu online.


6. Mengalami risiko kehilangan pekerjaan, hubungan, atau peluang lain

karena penggunaan Internet.

7. Berbohong untuk menyembunyikan luasnya penggunaan Internet dan/atau

untuk menghindari perasaan negatif.

Kriteria diagnosis khusus untuk internet gaming disorder menurut DSM-511

adalah penggunaan Internet yang terus-menerus dan berulang untuk terlibat dalam

game, sering kali dengan pemain lain, menyebabkan gangguan atau tekanan yang

signifikan secara klinis seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) hal berikut

dalam periode 12 bulan:11

1. Preokupasi dengan game internet. (Individu berpikir tentang aktivitas

game sebelumnya atau merencanakan bermain game berikutnya. Game

internet menjadi aktivitas dominan dalam kehidupan sehari-hari). Catatan:

Gangguan ini berbeda dengan perjudian Internet, yang termasuk dalam

gangguan perjudian.

2. Gejala penarikan saat game Internet diambil. (Gejala ini biasanya

digambarkan sebagai mudah tersinggung, cemas, atau sedih, tetapi tidak

ada tanda fisik penarikan farmakologis).

3. Toleransi kebutuhan untuk menghabiskan lebih banyak waktu terlibat

dalam permainan Internet.

4. Upaya tidak berhasil untuk mengontrol partisipasi dalam game Internet.

5. Hilangnya minat pada hobi dan hiburan sebelumnya sebagai akibat dari,

dan dengan pengecualian, game Internet.


6. Penggunaan game Internet yang berlebihan secara berlebihan meskipun

telah mengetahui masalah psikososial.

7. Telah menipu anggota keluarga, terapis, atau orang lain tentang jumlah

permainan internet.

8. Penggunaan permainan internet untuk melepaskan diri atau

menghilangkan suasana hati yang negatif (misalnya, perasaan tidak

berdaya, bersalah, cemas).

9. Telah membahayakan atau kehilangan hubungan, pekerjaan, atau

pendidikan atau peluang karier yang signifikan karena partisipasi dalam

permainan Internet.

2.8 Penatalaksanaan

1. Strategi kebiasaan

a. Latihan melakukan kebiasaan sebaliknya

Latihan untuk melakukan kebiasaan sebaliknya meliputi

identifikasi bentuk khusus dari penggunaan internet dari seorang

individu dan melakukan percobaan untuk meutuskan rutinitas

online dan kebiasaan yang dilakukan dengan melakukan aktivitas

netral lainnya. Sebagai contoh jika rutinitas meliputi penghabisan

waktu akhir pekan dengan internet, hal ini harus disarankan agar

seorang individu tersebut menghabiskan waktu Sabtu siang pada

aktivitas luar rumah.12

b. Penghenti ekternal atau external stopper


Penghenti eksternal (external stopper) membantu seorang

individu untuk teringat tentang waktu kapan harus menghentikan

penggunaan internet. Dalam hal ini seseorang dapat menggunakan

jam alarm untuk mengingatkan kapan waktunya harus

menghentikan penggunaan.12

c. Penetapan tujuan

Menetapkan tujuan dari penggunaan penting dalam

keberhasilan dari penatalaksanaan adiksi internet, dalam hal ini

digunakan catanan perencanaan penggunaan internet dalam satu

hari atau dalam satu minggu meliputi waktu spesifik

digunakannya internet tersebut. Dalam memulai hal ini pertama-

tama dilakukan perencanaan penggunaan internet yang sering tapi

dalam waktu yang singkat. Dalam jangkan panjang perencanaan

ini akan menjadikan seorang individu dapat mengkontrol

penggunaan internetnya.12

d. Kartu pengingat

Dalam penggunaan kartu pengingat, seorang individu

didorong untuk menulis beberapa konsekuensi negatif dari

pengunaan internet pada sebuah kartu dan juga keuntungan yang

diperoleh ketika melakukan pembatasan dari penggunaan waktu

online. Kartu ini dibawa setiap waktu sebagai pengingat yang

terus ada untuk mencegah penggunaan internet yang salah pada

waktu yang rentan.12


e. Inventarisasi personal

Pada inventarisasi personal, seorang individu didorong

untuk melakukan pendataan terhadap aktivitas-aktivitas individu

tersebut yang hilang oleh karena penggunaan internet yang terlalu

banyak, dengan hal itu akan mengembalikan ketertarikan non-

internet dari individu tersebut.12

f. Abstinens

Pada konteks abstinens, seorang individu melakukan

penghindaran penggunaan beberapa aplikasi internet (chat rooms,

atau bermain game) dan penggunaan aplikasi lainnya pada

keadaan secukupnya. Model abstinens ini direkomendasikan untuk

seseorang yang telah mencoba dan gagal dalam membatasi

penggunaan dalam beberapa aplikasi.12

2. Psikoterapi

Penatalaksanaan adiksi internet lainnya dapat berupa dukungan

kelompok/support group, terapi keluarga, dan terapi kognitif.12

a. Terapi kelompok (support group)

Dalam penatalaksanaan dukungan kelompok, seorang

individu dibantu dalam lingkungan sosial yang sama dan keadaan

situasi yang sama untuk meningkatkan kehidupan sosial yang

nyata. Hal ini akan menyediakan dukungan dan arahan untuk

meningkatkan pemulihan mereka.12

b. Terapi keluarga
Terapi keluarga merupakan bagian dari penatalaksanaan

adiksi internet, yaitu berupa edukasi anggota keluarga mengenai

adiksi internet, dan memfasilitasi terjadinya komunikasi terbuka

antara anggota keluarga dan mendukung pemulihan dari

kecanduan internet tersebut.12

c. Terapi perilaku dan kognitif

Seseorang yang memiliki pemikiran buruk akan

mempunyai kecemasan dan mengantisipasi kejadian negatif dan

menghindar dari situasi kehidupan nyata, mereka menggunakan

internet untuk berlari dari kenyataan. Terapi kognitif

mengidentifikasi koginisi negatif maladaptif dan asumpsi yang

salah serta pembentukan ulang untuk membantu seorang individu

menghasilkan alternatif, dan kognisi yang adaptif.12


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Internet Addiction atau kecanduan internet meliputi segala macam hal yang

berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online,

game online, chatting dan lain-lain, hingga menimbulkan permasalah dalam

kehidupan. Kriteria diagnosis internet addiction didefinisikan memiliki tanda dan

gejala seperti, keasyikan dengan Internet, meningkatkan jumlah waktu yang

dihabiskan untuk online, kegagalan untuk mengurangi penggunaan yang disertai

dengan kegelisahan, kemurungan atau depresi, tetap online lebih lama dari yang

dimaksudkan, mengalami risiko kehilangan pekerjaan, hubungan, atau peluang

lain karena penggunaan Internet, dan berbohong untuk menyembunyikan luasnya

penggunaan Internet dan/atau untuk menghindari perasaan negatif. Penatalaksaan

yang dapat diberikan berupa pemberian strategi kebiasaan, dan psikoterapi yaitu

terapi kelompok (support group), dan terapi keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

1. Akin A, Iskender M. Internet Addiction and Depression, Anxiety and Stress.

International Online Journal of Educational Science, 2011; 3 (1): 138-148.

2. Asosiasi Penyesia Jasa Internet Indonesia (APJII). Infografis Penetrasi dan

Perilaku Pengguna Internet Indonesia: Hasil Survei Tahun 2017. 2017.

3. Saliceti F. Internet Addiction Disorder (IAD). doi:10.1016

/j.sbspro.2015.04.292. 191. 2015. Pg 1372-6.

4. Kemendikbud. Kamus besar bahasa indonesia daring. 2020 [Cited 17 Agu

2020]. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/

5. Kuss, DJ, Griffiths MD. Internet addiction in psychotherapy. Basingstoke:

Palgrave Macmillan. 2014. doi: 10.1057/ 97811 37465078.0001

6. Sadock B J, Sadock V A, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of

psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th Ed. 2015. 614.

7. Fu KW, Chan WS, Wong PW, Yip PS. Internet addiction: Prevalence,

discriminant validity and correlates among adolescents in Hong Kong. The

British Journal of Psychiatry. 2010. 196(6), 486–492.

doi:10.1192/bjp.bp.109.075002 PMID:20513862

8. Yan W, Li Y, Sui N. The relationship between recent stressful life events,

personality traits, perceived family functioning and Internet addiction

among college students. Stress and Health. 2014. 30(1), 3–11.

doi:10.1002/smi.2490 PMID:23616371

9. Young K S, et al. Cyber-Disorder: The Mental Health Concern for the New

Milennium. Cyber-Psychology & Behavior. 2000. 5(5), 475-479.


10. Mustafa KOC. Internet Addiction and Psychopathology. The Turkish Online

Journal of Educational Technology, 2011; 10 (1): 143-148.

11. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of

mental disorders, Fifth Edition. Arlington: American Psychiatric

Association; 2013

12. Cash HD, Rae CH, Steel A, Winkler A. Internet addiction: A brief summary

of research and practice. Current Psychiatry Reviews. 2012. 8(4), 292–298.

doi:10.2174/157340012803520513 PMID:23125561

Anda mungkin juga menyukai