Disusun Oleh :
Meilisa M Kusdianto
NIM. 202084048
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini guna
penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian kulit dan kelamin dengan
judul referat “Diagnosis Banding Sifilis Sekender”. Dalam penulisan referat ini,
banyak pihak yang turut terlibat untuk penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin
ini.
2. Orang tua dan semua pihak yang telah membantu serta memberi motivasi
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan referat
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................iv
II.1 Definisi..........................................................................................................1
II.2 Etiologi..........................................................................................................1
II.3 Etiopatogenesis..............................................................................................3
II.5 Diagnosis.......................................................................................................6
II.7 Tatalaksana..................................................................................................15
II.8 Prognosis......................................................................................................19
III.1 Kesimpulan.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
bagian tubuh dan dapat menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak
sehingga sering disebut sebagai “the great imitator” atau “the great impostor”.
Dalam perjalanannya, sifilis kadang dapat dikenali karena pada sebagain besar
infeksi berlangsung silent, dapat diselingi dengan periode laten tanpa gejala, dan
mengancam jiwa.3,4,5
memiliki panjang sekitar 6-15 µm, lebar 0,15 µm dan tubuh yang berlekuk –
sekunder.6,7 Sifillis sekunder adalah tahap lanjutan dari sifillis primer yang terjadi
iv
limfadenopati dan malaise. Lesi pada penderita sifillis sekunder berbentuk
12 juta kasus baru. Angka kejadian sifillis di negeri cina lebih besar pada daerah
yang terbentuk akibat infeksi T. pallidum. Sifillis sekunder yang tidak tertangani
seperti kelainan kardiovaskuler, lesi nodul di area kulit dan tulang dan sifillis pada
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Treponema pallidum, suatu spesies bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh. Organisme ini sangat tipis,
lembut, dan sulit ditumbuhkan secara in vitro. Penularan sifilis terutama melalui
hubungan seksual, tetapi penyakit ini dapat pula ditularkan secara vertikal dari ibu
ke janin melalui jalur transplacental, melalui transfusi darah, atau perlukaan dari
II.2 Etiologi
1
T.pallidum subspecies pallidum berbentuk spiral tipis, mempunyai sel
peptidoglikan serta lipid rich outer membrane yang hanya memiliki sedikit protein
beberapa gen yang bertanggung jawab pada transport asam amino, karbohidrat
dan elektrolit. Organisme ini memiliki single circular genome yang stabil tanpa
elemen yang mudah berpindah-pindah seperti bakteri lain. Hal ini menyebabkan
organisme ini sulit bermutasi dan mungkin dapat menjelaskan rendahnya kejadian
2
II.3 Penularan Dan Perjalanan Penyakit
selaput lendir yang utuh, atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe,
klinis dan serolois belum jelas. Kisaran satu minggu setelah terinfeksi Treponema
palidum, ditempat masuk timbul lesi primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul
Uji serologis masih akan negatif ketika ulkus pertama kali muncul dan
baru akan reaktif setelah satu sampai empat minggu berikutnya. Enam minggu
kemudian, timbul erupsi seluruh tubuh pada sebagian kasus sifilis sekunder. Ruam
ini akan hilang kisaran dua sampai enam minggu, karena terjadi penyembuhan
tanda-tanda klinis, kecuali hasil pemeriksaan serologis yang reaktif. Masa laten
II.4 Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis
kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2 tahun ), dan
stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis dan
stadium 1 (S1), stadium 2 (S2) dan stadium 3 (S3). Secara epidemiologic menurut
3
1. Stadium dini menular ( dalam 1 tahun sejak infeksi ), terdiri atas S I, S II,
2. Stadium lanjut tak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi). Terdiri atas
sifilis primer dengan gejala khas berupa ulkus pada daerah inokulasi, sifilis
sekunder dengan manifestasi pada kulit berupa ruam kulit, mukokutaneus, dan
limfadenopati, sifilis laten yang terbagi menjadi sifilis laten dini dan laten lanjut,
sifilis tersier yang biasanya ditandai dengan gumma, sifilis kardiovaskuler atau
neurosifilis.11
perlekatan bakteri pada sel-sel epitel dan komponen matriks ekstraseluler dari
terjadinya inokulasi.13 Tanda klinis yang pertama muncul ialah tukak, dapat terjadi
dimana saja di daerah genitalia eksterna, 3 minggu setelah kontak. Lesi dapat
khas, akan tetapi dapat juga tidak khas. Jumlah tukak biasanya hanya satu,
meskipun dapat juga multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami
erosi, teraba keras karena terdapat indurasi. Permukaan dapat tertulup krusta dan
terjadi ulserasi. Ukurannya bervariasi dari bcbcrapa mm sampai dengan 1-2 cm.
Bagian yang mcngelilingi lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi
4
bakteri lain, maka akan berbentuk khas dan hampir tidak ada rasa nyeri. Pada pria
atau ulserasi yang dalam. lesi primer tidak selalu ditemukan pada genitalia
ekstema. akan letapi juga dapat di luar genitalia seperti pada bibir, lidah, tonsil,
puting susu, jari dan anus. Tanpa diberi pcngobatan lesi primer akan sembuh
dan hematogen dari lesi primer yang kemudian terdeposisi di berbagai jaringan.
Lesi pada sifilis sekunder umumnya muncul dalam waktu 3 hingga 12 minggu
setelah munculnya chancre namun pada 15% kasus dapat muncul beberapa bulan
kelemahan badan dan nafsu makan yang menurun dapat terjadi. Manifestasi sifilis
sekunder yang paling sering ditemukan adalah roseola sifilitika yaitu lesi erupsi
makular yang diskret, bentuk bulat-oval, berukuran Ø 0,5-2 cm, terdistribusi pada
badan, fleksor ekstremitas atas, dan telapak tangan dan kaki. Pada 75% kasus
ruam ditemukan pada telapak tangan dan kaki.18 Lesi biasanya berwarna merah
tembaga dan memiliki distribusi simetris bilateral. Lesi umumnya tidak gatal,
meskipun pada suatu penelitian dapat ditemukan rasa gatal pada 40% pasien.
Keterlibatan organ selain kulit dapat terjadi, yaitu pada mukosa, kuku, rambut,
5
Pada sifilis sekunder yang mengalami relaps lesi sering unilateral dan
berbentuk arsiner. Pada kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten
alopecia yang dimulai pada daerah oksipital. Papul basal yang dijumpai di daerah
lembab disebut kondilo-mala lata. Lesi pada selaput lendir mulut, kerongkongan
dan serviks berupa plakat. Lesi sifilis sekunder dapat muncul pada waklu lesi
sifilis primer masih ada. Pada umumnya dijumpai pembesaran kclenjar limfe
(splenomegali).24,25
Gambar 3. Lesi sifilis sekunder pada telapak tangan dan gambaran moth eaten alopecia
pada sifilis sekunder
6
II.5 Diagnosis
tidak langsung. Untuk diagnosis sifilis langsung dari spesimen klinis dapat
fleksi, dan gerakan seperti membuka tutup botol.20 Identifikasi T. pallidum dengan
DFM atau DFA merupakan diagnosis pasti untuk sifilis, namun pemeriksaan ini
memerlukan tenaga laboratorium yang terlatih dan tidak tersedia secara luas.
lembab dan spesimen juga harus segera diperiksa. Kegagalan dalam menemukan
karena pemeriksaan DFM memiliki sensitivitas yang rendah, terutama untuk lesi
semua stadium. Pemeriksaan serologis dibagi menjadi dua yaitu tes treponemal
dan tes non treponemal. Tes non treponemal memiliki harga yang terjangkau
sehingga digunakan secara luas sebagai skrining. Salah satu tes non treponemal
yang sering dilakukan yaitu venereal disease research laboratory (VDRL) atau
rapid plasma reagen (RPR) dengan menggunakan antigen atau reagen kombinasi
kardiolipin, kolesterol dan lesitin. Tes ini mendeteksi keberadaan antibodi anti
oleh Treponema pallidum. Tes akan reaktif pada 4-5 minggu setelah infeksi.
7
VDRL memiliki sensitivitas sebesar 70-80% pada sifilis primer dan 99-100%
pada sifilis sekunder namun spesifisitas terbatas. Titer VDRL yang tinggi (≥32)
hasil pengobatan.21 Pada koinfeksi sifilis dan HIV dapat terjadi beberapa hal
seperti, titer yang terlalu tinggi, hasil negatif palsu dan seropositivitas yang
terlambat.20
diketahui masa inkubasi, gejala konstitusi tidak terdapat, demikian pula gejala
setempat yaitu tidak ada rasa nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat
Pallidum positif. Kelainan dapat nyeri bila disertai infeksi sekunder. Kelenjar
tanpa supurasi. Tes serologic setelah beberapa minggu bereaksi positif lemah.
8
II.6.2 Sifilis Sekunder
Dasar diagnosis sifilis sekunder sebagai berikut, sifilis sekunder timbul 6-8
minggu setelah sifilis primer. Sifilis sekunder dapat menyerupai berbagai penyakit
Klinis yang penting umumnya berupa kelainan tidak gatal. Pada sifilis
positif kuat pada sifilis sekunder dini dan lebih kuat lagi pada sifilis sekunder
lanjut.
Sifilis dapat menyerupai berbagai penyakit sehingga erupsi obat alergik, morbilli,
Alergi pada kulit atau mukokutan karena penggunaan obat terutama secara
sistemik. Pada anamesis dapat diketahui timbulnya alergi karena obat yang dapat
sehingga mirip rosella pada sifilis sekunder. Keluhanya gatal sedankan pada sifilis
9
II.6.2.2 Morbili
pada morbilli disertai gejala konstitusi (tampak sakit dan demam), kelenjar getah
Dominan terjadi pada anak-anak dan dewasa usia 10-40 tahun. Gejala
klinis yang muncul berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, malaise, hilang nafsu
makan dan lesi pada kulit pada region lengan, leher, dada dan perut. Lesi disertai
gatal dan berbentuk seperti pohon cemara terbalik. Terdiri atas banyak bercak
lenticular, susunanya sejajar dengan lipatan kulit. Penyakit ini tidak disertai
II.6.2.4 Psoriasis
muncul pertama kali di kuku. Area predileksi lain yaitu kulit kepala, siku, lutut,
wajah dan genital. Area yang terlibat mengalami penebalan. Persamaanya dengan
sifilis sekunder yaitu terdapat eritema dan skuama. Pada psoriasis tidak didapati
dan Auspiz. Penyebab psoriasi antara lain karena penggunaan obat, emosi yang
tidak stabil, infeksi saluran nafas atas, garukan, gesekan, alkoholisme dan
10
Persamaanya dengan sifilis sekunder adalah terdapatnya eritema dan
generalisata.22
Kebotakan setempat. Penyakit ini mirip dengan areola areolaris pada sifilis
sekunder. Perbedaanya pada alopesia areata lebih besar (numular) dan hanya
beberapa, sedankan alopesia areolaris lebih kecil (lenticular) dan banyak serta
Kelainan kulit yang utama pada sifilis tertier adalag guma. Guma juga
profunda.22
II.7 Tatalaksana
Hingga saat ini obat pilihan utama untuk sifilis ialah penisilin, bila
direkomendasikan oleh center for disease control and prevention (CDC) untuk
sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini) adalah benzatin penisilin
dengan dosis 2,4 juta unit secara intramuskular dosis tunggal atau penisilin G
prokain 0,6 juta unit intramuskular setiap 24 jam selama 10 hari. Bila pasien
11
mengalami alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetrasiklin hidroklorida 500
mg per oral setiap 6 jam selama 14 hari, atau doksisiklin 100 mg per oral setiap 12
jam selama 14 hari, atau eritromisin stearat 500 mg per oral setiap 6 jam selama
14 hari.11,17
oleh pelepasan endotoksin Treponema pallidum dalam jumlah besar. Reaksi dapat
terjadi dalam beberapa jam setelah pengobatan dan akan menghilang dalam waktu
24-36 jam. Gejalanya dapat berupa demam, mengigil, nyeri kepala, athralgia,
malese, lesi bertambah jelas (misalnya lesi sifilis menjadi lebih merah).10
II.8 Prognosis
Pengobatan pada sifilis primer dan sekunder memberikan hasil yang
sangat baik. Kegagalan terapi hanya masih ditemukan pada penderita HIV.
Penderita tabes dorsalis tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit akan
respon yang baik dengan pengobatan sifilis walaupun infark iskemik masih dapat
ditemukan.3
12
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Treponema pallidum, suatu spesies bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh. Organisme ini sangat tipis,
lembut, dan sulit ditumbuhkan secara in vitro. Sifilis menular melalui kontak
seksual baik melalui vaginal, anal, atau oral. Sifilis terbagi dalam beberapa
stadium yaitu, sifilis primer, sifilis sekunder dan sifilis tersier. Diagnosis sifilis
sel skuamosa, penyakit behcet dan ulkus mole. erupsi oobat alergik, morbilli,
prevention (CDC) untuk sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini) adalah
benzatin penisilin. Pengobatan pada sifilis primer dan sekunder memberikan hasil
yang sangat baik. Kegagalan terapi hanya masih ditemukan pada penderita HIV.
Penderita tabes dorsalis tidak akan membaik tetapi progresivitas penyakit akan
respon yang baik dengan pengobatan sifilis walaupun infark iskemik masih dapat
ditemukan.
13
DAFTAR PUSTAKA
2. Daili SF, Ed All. Pedoman Tata Laksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis
2013
3. Wicaksana R. Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI.
4. Eccleston K, Collins L, Higgins SP. Primary Syphilis. Int J STD & AIDS.
2008;19:145-51
5. Sparling PF, Swartz MN, Musher DM, Healy BP. Clinical Manifestations
disease. 4th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008;661-
88
14
8. Luis Alvarez, Laura Sanchez, Maria Dolores Albero, Ramon Lopez-
transplant. 2010
2012. 23:870
10. Katz K.A. Syphilis. In: Goldsmith L.A., Katz S.I., Gilchrest B.A., Paller
11. Sparling P.F., Swartz M.N., Musher D.M., Healy B.P. Clinical
Piot P., Wasserheit J.N., Corey L., Cohen M.S., Watts D.H. eds. Sexually
12. LaFond RE, Lukehart SA. Biological Basis For Syphilis. Clin Microbiol
Rev.2006;19:29-49
13. Antal GM, Lukehart SA, Meheus AZ. The Endemic Treponemes.Microbes
Infect.2002;4:83-94
14. Klausner JD, Hook EW. Current Diagnosis & Treatment Sexually
15. Department of Health and Human services Centers for Disease Control
15
16. Sokolovskiy E, Frigo N, Rotanov S, Savicheva A, Dolia O, Kitajeva N, et
17. Cherneskie T. Key steps in the diagnosis and management of syphilis. In:
Department of Health and Mental Hygiene, New York, NY: 2006. p 8-27.
18. Goh B.T. Syphilis in Adult. In: Sexually Transmitted Infection. STI
4584-4592.
20. Hicks, C.B., Hynes, N.A., Mitty, J. Diagnostic testing for syphilis.
21. Lukehart S.A. Biology of Treponemes. In: Holmes K.K., Sparling P.F.,
Stamm W.E., Piot P., Wasserheit J.N., Corey L., Cohen M.S., Watts D.H.
2008.p. 647-660.
22. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke – 6. Jakarta.
23. Imam Budi Putra. Erupsi Obat Alergik. FK Universitas Sumatera Utara/
16
24. Robertson DHI I, McMillan A, Young II. Clinical-Practice in Sexually
108-9.
26. Adaora AA, Holi II, Kmg KH, Fredrick PS. Sexually Transmitted Disease.
Companion Handbook, 2nd Ed. New York: Mc draw-Hill Inc. 1994: 71-84
17