Anda di halaman 1dari 3

1.

Menjelaskan semua aspek agen infeksi penyebab demam


1.1. Menjelaskan virus, bakteri dan parasit peyebab demam
1.2. Menjelaskan klasifikasi dan taksonomi masing-masing agen infeksi
1.3. Menggambarkan secara skematis morfologi dasar agen infeksius

Penyelesaian :

1.1. Menjelaskan virus, bakteri, dan parasit penyebab demam

Virus : virus influenza A,B,C, virus dengue, virus dari genus alphavirus penyebab demam chikungunya,
virus umum H1N1 bersifat obligat intraseluler

Bakteri : streptococcus pneumoniae, chlamydophilia pneumonia, moraxella catarrhalis, haemophilus


influenzae, staphylococcus aureus, escherichia coli, mycobacterium tuberculosis

Parasit : plasmodium falciparum, plasmodium vivax, toxoplasma gondii, plasmodium malariae

Ketika masuk di eritrosit, eritrosit pecah.

1.2. Klasifikasi dan Taksonomi

1) Demam Non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul
karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh
demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degenerative atau
kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya
penyakit-penyakit berat misalnya leukemia dan kanker.

2) Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masuknya patogen, misalnya kuman, bakteri, viral
atau virus, atau binatang kecil lainnya kedalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk kedalam
tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh.
Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang
telah dengan sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan kedalam tubuh
balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu.

Demam non-infeksi

1. Gangguan system saraf


Demam adalah gejala dari beberapa gangguan neurologis serta beberapa gangguan sistemik yang
mempengaruhi system saraf. Komplikasi neurologis dari demam, seperti kejang demam dan kerusakan
otak. Demam juga terkait dengan prognosis buruk pada pasien dengan stroke dan cedera otak.

(http://www.medlink.com/article/fever_neurologic_causes_and_complications)

2. Gangguan system endokrin

Demam terjadi karena perubahan set point pada hypothalamus. Gangguan system endokrin bias anya
tidak mengubah set point pada hypothalamus, namun gangguan tersebut dapat menyebabkan
hipertermia (dimana suhu melebihi set point). Sulit untuk membedakan demam dan hipertermia pada
anamnesis biasa.

(https://www.emed.theclinics.com/article/S0733-8627(13)00076-X/fulltext)

3. Gangguan genetic

Sindrom demam genetic atau sindrom demam berulang herediter (HRF) dianggap sebagai bagian dari
penyakit autoinflamasi (AID) yang dihasilkan dari kesalahan dalam system kekebalan tubuh bawaan.
Pasien biasanya mengalami demam yang sembuh sendiri dan penanda peradangan yang tinggi. Mode
pewarisan adalah autosomresesif atau dominanautosom. Penyakit-penyakit HRF termasuk demam
Mediterania familial, tumor necrosis factor receptor 1-related syndrome, sindromhiper-Ig D dan sindrom
demam periodik yang berhubungan dengan cryopyrin. Penyakit yang dikenal sebagai defisiensi
antagonis reseptor interleukin 1 (IL1) tidak sepenuhnya termasuk dalam kelompok ini karena demam
bukanlah gejala yang khas.Terapi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit. Profilaksis yang
efektif dimungkinkan untuk FMF. Secara biologis, terutama agen penghambat IL1 sangat efektif pada
sindrom demam yang sangat parah.

(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23552978

4. Gangguan lingkungan

Hipertermia terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan panas dengan pengeluaran panas.
Hipertermia biasanya terjadi karena latihan fisik. Pada awal latihan fisik, suhu tubuh akan meningkat
karena panas yang dibentuk lebih banyak dari pada panas yang dilepaskan. Akibatnya suhu inti tubuh
meningkat dan terjadi mekanisme heat-lost. (lihatGambar 17-7; sumber Sherwood, 1993). Heat
exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang menyebabkan hipotensi akibat: (1)
berkurangnya volume plasma karena berkeringat sehingga menyebabkan penurunan curah jantung, dan
(2) vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga menyebabkan penurunan resistensi
perifer. Pada keadan heat exhaustion suhu inti tubuh berkisar 37,5-39°C, terjadi kramotot, mual, sakit
kepala, pucat dan banyak berkeringat. Biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu
lembab, sehingga tidak teraklimatisasi. Dapat juga terjadi pada lansia yang sudah mengalami kerusakan
pada kemampuan pengaturan suhu tubuhnya. Heat Stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat
dengan suhu tubuh yang lebih tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang, dan penurunan
kesadaran. Biasanya terjadi karena lama terpapar udara/ suhu lingkungan yang panas. Pada keadaan ini
terjadi mekanisme umpan balik positif, peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolism dan
menghasilkan panas lebih banyak.

5. Karena obat

Sebagian besar obat dapat menyebabkan demam, dengan atau tanpa manifestasi klinis bersamaan.
Demam dapat timbul dari tindakan farmakologis obat, efeknya pada termoregulasi, komplikasi local
setelah pemberian parenteral, atau response diosinkratik. Mekanisme yang paling umum mungkin
adalah reaksi imunologis yang dimediasi oleh antibodi yang diinduksi oleh obat. Obat demam dapat
memiliki pola apa pun; itu biasanya terjadi setelah tujuh sampai sepuluh hari perawatan dan biasanya
sembuh dalam waktu 48 jam setelah penghentian. Kegagalan untuk mendiagnosis demam obat dapat
menyebabkan intervensi diagnostic dan terapeutik yang tidak tepat dan berpotensi berbahaya. Dalam
kasus yang dicurigai, perlu untuk menghentikan pemberian semua obat yang berpotensi menyebabkan,
bersama-sama atau berurutan. Penarikan kembali dengan agen penyebab biasanya akan menyebabkan
kambuhnya demam dalam beberapa jam, mengkonfirmasikan diagnosis.

1.3. Morfologi
• Ukuran bakteri
Pada umumnya bakteri berukuran antara 0,5 - 1,0 x 2,0 - 5,0 μm (mikron meter)
• Bentuk dasar bakteri
Bakteri mempunyai 4 bentuk dasar, yaitu kokus, basil, spiral dan vibiro (koma). Perhatikan gambar
dibawah ini

Anda mungkin juga menyukai